Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PEMBAHASAN
A. Pembahasan Analisis Univariat
1. Gambaran Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Stres
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel 2.4 dari 44 responden bahwa distribusi frekuensi Tingkat Stres
Normal sebanyak 15 responden (34,1%), distribusi frekuensi Tingkat Stres
Ringan sebanyak 15 responden (34,1%), distribusi frekuensi Tingkat Stres
Sedang sebanyak 14 responden (31,8%).
Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Winne dan Tafal (2013) dari 230 responden PNS Kemenkes RI didapati
6,5% responden memiliki tingkat stres ringan, 33,5% responden memiliki
Tingkat stres sedang, dan 60% responden memiliki Tingkat Stres Berat.
Ketika stres tubuh banyak kehilangan energi sehingga persepsi rasa
lapar sering timbul dan hampir setiap orang termasuk PNS cenderung
mengkonsumsi makanan sebagai penyelesaian rasa stres yang dirasa. Jika
terus dilakukan dapat menimbulkan Kelebihan Berat Badan.
Hal ini sependapat dengan Kusumanto (2012) yang menyatakan
bahwa stres merupakan suatu mekanisme fisiologi pada tubuh yang
menguntungkan, namun bila berlanjut terus menerus akan berdampak buruk
bagi tubuh. Stres juga mempengaruhi Berat Badan, karena peran hormon
Kortisol sebagai hormon stres yang menyebabkan pengeluaran energi yang
lebih ketika stres sehingga menimbulkan persepsi rasa lapar pada tubuh
yang membuat individu yang mengalami stres sering kali melampiaskan
stres dengan mengkonsumsi makanan.
2. Gambaran Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Aktivitas
Fisik
45

46

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat


pada tabel 2.5 dari 44 responden bahwa distribusi frekuensi Aktivitas Fisik
Ringan sebanyak 26 responden (59,1%) dan Aktifitas Fisik Sedang sebanyak
18 responden (40,9%).
Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trias Ade Chyntia (2011) dari 87 PNS di Dinkes Jawa timur, sebanyak
80,5% responden memiliki Aktivitas fisik Ringan dan sebanyak 19,5%
memiliki Aktifitas fisik Sedang.
Sebagian besar pekerjaan PNS dilakukan di dalam kantor, tentu saja
tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Yang hanya dilakukan PNS setiap
harinya hampir seperti berdiri, duduk, berdiri, menulis, dan mengetik.
Dengan pola Aktivitas Fisik seperti ini akan menyebabkan PNS cendrung
mengalami Kelebihan Berat Badan.
Hal ini sependapat dengan Nuri (2009) yang menyatakan Aktivitas
fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang
dihasilkan sebagai sebagai suatu pegeluaran tenaga (dinyatakan kilo-kalori),
yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari. Jika
pasokan kalori tidak diimbangi dengan penurunan kalori maka akan
mengakibatkan kelebihan berat badan. Seseorang yang kurang melakukan
aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang
tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan energi berlebihan

47

tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara


berkelanjutan dapat mengakibatkan kelebihan berat badan dan obesitas.
3. Gambaran Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelebihan
Berat badan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel 2.6 dari 44 responden bahwa distribusi frekuensi Kelebihan Berat
Badan untuk kategori Normal adalah 17 responden (38,6%) dan untuk
kategori Kelebihan Berat Badan adalah 27 responden (61,4%).
Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurul istiqomah (2013) dari 148 PNS di kantor Bupati Kabupaten Jeneponto
untuk kategori Normal adalah 55,8% dan untuk kategori Kelebihan Berat
Badan adalah 44,2%
Hampir setiap PNS sangat kurang melakukan aktifitas fisik setiap
harinya yang dapat mempercepat terjadinya kelebihan Berat Badan. Beban
kerja juga dapat menimbulkan gangguan psikologi seperti stres. Stres dapat
memicu terjadinya peningkatan berat badan karena memungkinkan merubah
pola makan yang berlebih dan pada akhirnya mengalami kelebihan Berat
Badan.
Hal ini sependapat dengan Tri Haryanti (2013) yang menyatakan
bahwa Kelebihan Berat Badan merupakan suatu penumpukan lemak di otot
dan skeletal dan seseorang dikatakan Kelebihan Berat Badan bila IMT >25.
Kejadian Kelebihan Berat Badan biasanya terjadi karena beberapa faktor,
seperti umur, jenis kelamin, psikologi, faktor sosial, aktifitas fisik, dan pola
makan. kelebihan berat badan umumnya terjadi akibat mengonsumsi kalori

48

lebih banyak yang disebabkan beberapa faktor seperti banyak fikiran dan
aktifitas fisik yang kurang.
B. Pembahasan Analisis Bivariat
1. Hubungan Stres dengan Kelebihan Berat Badan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2.7 diketahui 44 responden
PNS (100%) dimana 15 responden PNS (100%) memiliki Tingkat Stres
Normal dengan klasifikasi 7 responden PNS (46,7%) di antaranya memiliki
IMT normal dan 8 responden PNS (53,3%) memiliki IMT Kelebihan Berat
Badan.
Pada 15 responden PNS (100%) memiliki Tingkat Stres Ringan
dengan klasifikasi 2 responden PNS (13,3%) memiliki IMT Normal dan 13
responden PNS (86,7%) memiliki IMT Kelebihan Berat Badan. Pada 14
responden PNS (100%) yang memiliki Tingkat Stres Sedang dengan
klasifikasi 8 responden PNS (57,1%) memiliki IMT normal dan 6 responden
PNS (42,9%) memiliki IMT Kelebihan Berat Badan.
Dari hasil pengujian statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara
Stres dengan Kelebihan Berat Badan pada PNS Dinas Tata Ruang dan
Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016 dengan p value = 0,039.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Winne dan Tafal (2013) yang dilakukan di Jakarta yang meneliti tentang
hubungan Aktifitas Fisik dan Stres dengan kejadian obesitas pada PNS
Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 di peroleh data uji
statistic chi square p = 0,003. Hasil penelitian tersebut menunjukkan 5,73%
responden PNS tidak mengalami Kelebihan Berat Badan dan 48,3%
responden PNS mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
2. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kelebihan Berat Badan

49

Hasil penelitian diketahui 44 responden PNS (100%) dimana 26


responden PNS (100%) memiliki Aktifitas Fisik Ringan dengan klasifikasi 6
responden PNS (23,1%) memiliki IMT Normal dan 20 responden PNS
(76,9%) memiliki IMT Kelebihan Berat Badan. Pada 18 responden PNS
(100%) yang memiliki Aktifitas Fisik sedang dengan klasifikasi 11
responden PNS (61,1%) memiliki IMT normal dan 7 responden PNS
(38,9%) memiliki IMT Kelebihan Berat Badan.
Dari hasil pengujian statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara
Aktivitas Fisik dengan Kelebihan Berat Badan pada PNS Dinas Tata Ruang
dan Perumahan Kota Bengkulu Tahun 2016 dengan p value = 0,026.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurul istiqomah (2013) dari 148 PNS di kantor Bupati Kabupaten Jeneponto
yang meneliti tentang Hubungan Pola Hidup Sedentarian dengan kejadian
Obesitas Pada Pegawai Pemerintahan di Kantor Bupati kabupaten Jeneponto
di peroleh data uji statistic chi square dengan p value = 0,000.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan 55,8% responden PNS tidak
mengalami obesitas sentral dan 44,2% responden PNS mengalami obesitas
sentral.

Anda mungkin juga menyukai