PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pemberian otonomi daerah telah
memacu semua pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota memacu sumber-sumber potensi
pendapatan asli daerah sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pembangunan.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengukur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Dalam Peraturan tersebut pemerintah pusat dan daerah merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat. Semangat undang undang tersebut bukan
keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan pembangunan pemerintah
pusat ke pemerintah daerah, tetapi lebih penting adalah peningkatan efisiensi dan
efektivitas
pengelolaan
sumberdaya
keuangan
dalam
rangka
peningkatan
lain
yang
terkandung
di
dalamnya
yaitu
desentralisasi,
Pemerintah
Kabupaten
(Pemkab)
Poso
dalam
memenuhi
kebutuhan
dana
Rp.310.687.357, dan pada tahun 2009 menurun sebesar 25% atau sejumlah
Rp.248.037.128. Turunnya pendapatan merupakan sebuah fenomena, secara ekonomi
perlu
mendapat
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Teori
1. Konsep Pengelolaan Peralatan
Kemampuan manusia pada umumnya terbatas baik secara fisik, pengetahuan,
waktu dan perhatian sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan manusia
membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja,
tugas dan tanggung jawab mendorong pembentukan kerja sama dan keterkaitan
formal dalam suatu organisasi secara spesialisasi. Dalam organisasi pekerjaan yang
berat dan sulit dapat diselesaikan dengan cara terbaik serta tujuan yang diinginkan
tercapai.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi barang/jasa harus
selalu siap dan tersedia untuk dioperasikan, sehingga dibutuhkan adanya kegiatan
pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan peralatan atau fasilitas produksi
merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam pengendalian
produksi.
Walaupun akibat dan pemeliharaan tidak dirasakan secara langsung akan tetapi
mengingat akibat-akibat di dalam jangka panjang maka pemeliharaan ini mutlak
diperlukan. Oleh karena akibat langsung dan tidak adanya pemeliharaan yang baik
tidak segera dirasakan, banyak perusahaan/organisasi yang menganggap pemeliharaan
ini sebagai faktor yang kurang berarti sehingga prioritas penyelenggaraan
pemeliharaan menjadi terbelakang
a. Preventive maintenance
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan
kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua
fasilitas produksi yang mendapatkan preventive maintenance akan terjamin
kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan siap
dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat, sehingga
pembuatan suatu rencana dan skedul pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat
terhadap penggunaan peralatan tersebut.
Preveentive maintenance sangat penting karena kegunaannya yang sangat
efektif di dalam mengahadapi fasilitas produksi yang tergolong kritikal unit (crticall
unit). Fasilitas yang tergolong seperti ini adalah kerusakan peralatan tersebut akan
membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja, mempengaruhi kualitas
pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan.
Apabila preventive maintenance dilaksanakan pada peralatan yang termasuk
dalam critical unit, maka tugas maintenance dapat dilakukan dengan suatu
perencanaan yang intensif untuk unit bersangkutan. Sehingga rencana penggunaan
peralatan dapat dipergunakan secara optimal
Buffa dalam Handoko (2002), dalam prakteknya, preventive maintenance
dapat dibedakan atas routine maintenance dan periodic maintenance. Routine
maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin
(perhari) misalnya pengecekan bahan bakar dan pelumas. Periodic maintenance dapat
dilakukan pula dengan memakai lamanya jam kerja peralatan atau fasilitas produksi
tersebut sebagai jadwal kegiatan seperti pembersihan carburator ataupun alat-alat di
bagian sistem aliran bahan bakar. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat
dari pada routine maintenance.
b. Corrective atau Breakdown Maintenance
Corrective maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan setelah terjadi suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan ini sering disebut kegiatan
perbaikan atau reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang
dapat terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance ataupun telah
dilakukan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut
tetap rusak.
Jadi dalam hal ini kegiatan maintenance sifatnya hanya menunggu sampai
kerusakan terjadi dahulu, kemudian diperbaiki atau dibetulkan. Maksud dan tindakan
perbaikan ini agar peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses
produksi, sehingga operasi proses produksi dapat berjalan lancar kembali. Apabila
organisasi hanya mengambil kebijakan untuk melakukan corrective maintenance saja,
maka terdapatlah faktor ketidakpastian dalam kelancaran proses produksinya akibat
ketidak pastian akan kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada.
Kebijaksanaan untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa preventive
maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat menghambat ataupun tidak
menghambat kegiatan produksi apabila terjadi kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas
yang digunakan.
Secara pintas kelihatan corrective maintenance lebih murah biayanya dari
pada mengadakan preventive maintenance. Hal ini benar selama belum terjadi
kerusakan pada waktu proses produksi berlangsung. Tetapi sekali kerusakan terjadi
pada fasilitas/peralatan saat produksi berlangsung, maka akibat dan kebijakan
corrective maintenance saja akan jauh lebih parah dari preventive maintenance. Di
samping itu akan terjadi kenaikan yang melonjak terhadap biaya-biaya pemeliharaan
pada saat terjadi kerusakan.
2. Pengelolaan Peralatan
Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 pasal 1 ayat (1)
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan belanja daerah. Menurut keputusan
menteri tersebut memberikan pengertian bahwa keuangan daerah identik dengan
pendapatan daerah, sebab semua hak daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan hak kekayaan daerah atau aset daerah merupakan sumber pendapatan bagi daerah.
Menurut Undang Undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah, sumber-sumber pendapatan daerah terdiri
atas:
a. Pendapatan asli daerah, yaitu hasil pajak daerah, retribusi, hasil perusahaan milik
daerah, hasil penggelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah
b. Dana perimbangan
c. Pinjaman daerah
Dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah besarnya pendapatan akan
memperlancar pelaksanaan pembangunan artinya jika dana tersedia pekerjaan akan
dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan
B. Kerangka Pemikiran
Manajemen sewa peralatan produksi adalah syarat mutlak yang harus
dilakukan dalam organisasi. Manajemen adalah salah satu alat manajer untuk
mencapai tujuan. Pencapaian tujuan dapat dilakukan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Semua fungsi manajemen berperan
dalam pencapaian tujuan.
Manajemen sewa yang baik dan benar terhadap peralatan pada Dinas
Pekerjaan umum akan memberikan kontribusi pendapatan sewa bagi pendapatan asli
daerah. Upaya untuk mencapai tujuan hal yang perlu mendapat perhatian yang baik
adalah pemeliharaan terhadap peralatan yang dipersewakan demi kelancaran
pelayanan terhadap pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten
Poso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut ini.
Gambar : Kerangka Pikir
PENGELOLAAN SEWA
PENDAPATAN SEWA
MASALAH
ANALISIS DATA
HASIL PENELTIAN
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pekerjaan Umum Poso, dengan
pertimbangan Dinas pekerjaan umum termasuk salah satu dinas yang mengelola asset
daerah berupa peralatan yang digunakan memperlancar penyelesaian proyek
pemerintah dan swasta di Kabupaten Poso yang dapat menghasilkan pendapatan bagi
pemerintah. Waktu yang akan digunakan dalam penelitian mulai bulan Mei sampai
dengan bulan Juli 2010.
B. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ialah metode
deskriptif. Menurut Umar (2002), metode ini digunakan untuk menguraikan sebabsebab yang terjadi terhadap suatu kejadian yang ditemukan pada saat penelitian.
11
D. Analisis Data
Data yang dikumpulkan
E. Definisi Operasional
1. Pengelolaan, yang dimaksud dengan pengelolaan dalam penelitian ini adalah tata
kelolah sewa peralatan pada dinas pekerjaan umum Poso
2. Sewa, yang dimaksud dengan sewa adalah biaya yang ditetapkan oleh dinas
pekerjaan umum yang harus dibayarkan oleh pengguna peralatan.
3. Pendapatan, yang dimaksud dengan pendapatan adalah jumlah uang yang diterima
dinas pekerjaan umum atas penggunaan peralatan
4. Peralatan, yang dimaksud dengan peralatan adalah alat-alat berat dan alat bantu
yang dipersewakan pada Dinas Pekerjaan Umum Poso, meliputi Motor Greder,
Wheel Loader, Three Wheel Roller, Dump Truck, Vibrating Roller, Exavator dan
Truck Tronton.
5. Metode, yang dimaksud metode pada penelitian ini adalah mekanisme yang
berlangsung penggunaan peralatan.
12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
Kepala Dinas mempunyai tugas perumusan kebijakan pengkordinasian,
pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah di bidang pekerjaan umum. Dalam melaksanakan tugas Kepala Dinas
Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi :
a.
b.
c.
d.
13
pengembangan,
pendayagunaan
dan
pengelolaan
sumberdaya
air,
tugas
sebagaimana
dimaksud,
bidang
sumberdaya
air
menyelenggarakan fungsi :
a. Melaksanakan koordinasi terhadap penyelenggaraan tugas di bidang sumberdaya
air
b. Melaksanakan koordinasi terhadap penyelenggaraan tugas di bidang sumberdaya
air
c. Mengadakan evaluasi terhadap penyelenggaraan tugas di bidang sumberdaya air
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Bidang sumberdaya air membawakan
14
15
bahan
dan
mengkoordinasikan
pelaksanaan
kegiatan
serta
16
f. menyiapkan bahan dan data dalam rangka evaluasi dan konfirmasi laporan
perencanaan jalan kabupaten
g. menyiapkan bahan dan data serta menyusun dan menyampaikan laporan
pelaksanaan tugas seksi perencanaan jalan
Seksi peningkatan jalan dan jembatan melaksanakan tugas dan berfungsi
sebagai berikut :
a. mengelola administrasi dan menyusun program kerja tahunan seksi jalan
b. menyiapkan dan memfasilitasi pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan
jalan di kabupaten
c. menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan jalan kabupaten
d. menyiapkan bahan dan melakukan analisis penyusunan petunjuk peningkatan
jalan kabupaten
e. menyiapkan
bahan
pertimbangan
teknis
dan
operasional
mengenai
bahan
dan
melakukan
analsisis
penyusunan
petunjuk
17
c. Menyiapkan
bahan
dan
mengkoordinasikan
penyelenggaraan
kegiatan
18
b.
c.
d.
e.
f.
Menyiapkan bahan dan data dalam rangka menyusun dan menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan pada unit pelaksanaan teknis (UPT) peralatan dan
laboratorium
g.
19
2. Tata Laksana
Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik di lingkungan masing-masing maupun
antara satuan organisasi. Kepala dinas wajib menyelenggarakan koordinasi dengan
instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja
Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan Bupati. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui
Sekrtaris Daerah Kabupaten Poso
Kepala Dinas bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan memberikan
bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. Kepala Dinas wajib
menerapkan pengawasan melekat dalam pelaksanaan tugas bawahannya dan apabila
terjadi penyimpangan, segera mengambil langkah yang diperlukan sesuai dengan
prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kepala dinas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh satuan organisasi
bawahannya dan wajib mengadakan rapat secara berkala. Bawahan dilingkungan
Dinas pekerjaan umum dapat memberikan saran dan pertimbangan mengenai langkah
dan tindakan yang perlu diambil
Kepala dinas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggungjawab
kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala dan tepat
waktu. Laporan dari bawahan yang diterima oleh kepala dinas wajib dikaji, diolah dan
dipergunakan sebagai bahan laporan selanjutnya kepada atasan. Laporan yang
disampaikan kepada atasan, untuk tembusan laporan disampaikan kepada satuan
organsiasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.
20
B. Pembahasan
1. Pedoman dan mekanisme Penggunaan Peralatan
Pedoman penggunaan peralatan guna memberikan petunjuk pelaksanaan
tentang penggunaan peralatan/alat-alat besar dan alat-alat bantu bagi kantor/satuan
kerja/proyek di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan instansi
di luar
21
jumlah,
type/model
masing-masing
peralatan
yang
bersangkutan
1.
Motor Grader
Komatsu GD 511-1A
135 PS
Jumlah
Unit
1
2.
Wheel Loader
Kawasaki 60 W IV
1,2 M3
792.132
3.
Bukaka BRR-8 TW
435.415
4.
Vibrating Roller
Meiwa MG 7
700 Kg
223.258
5.
Dump Truck
Mitsubishi FE 349
3,5 M
297.765
6.
Exavator
Komatsu PC-20-7
200 PC
2.142.204
7.
Truck Tronton
Mitsubishi FN 527Ml
959.196
No
Jenis Alat
Merk/Type
Kapasitas
8 Ton
24 Ton
Sewa/
Hari (Rp.)
1.643.422
22
3. Pemeliharaan Peralatan
Setiap peralatan yang mengalami kerusakan atau masalah, perbaikan peralatan
dilakukan di Workshop Peralatan Kasiguncu milik pemerintah daerah Kabupaten
Poso. Semua jenis peralatan pada tabel di atas setiap tahunnya mendapat alokasi
dana/biaya pemeliharaan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan
dianggarkan setiap tahun melalui daftar usulan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum.
Pemeliharaan dan perbaikan ringan hanya pada sebatas penggatian minyak pelumas.
Sesungguhnya jadwal perbaikan pemeliharaan setiap tahun telah ditetapkan dengan
prosedur yang baku, seperti perawatan mesin, penggantian spare part yang sudah haus
serta penyimpanan peralatan di pool, namun kondisi di lapangan, prosedur ini tidak
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya karena pada saat perawatan akan dilakukan
sering kali kendaraan masih berada di lokasi proyek atau bahkan ada yang sudah
rusak, sehingga tidak dapat diperbaiki dalam waktu singkat. Di lain pihak suku
cadang tidak selalu tersedia. Bila ditinjau dari segi usia ekonomis, penggunaan
peralatan sudah hampir tidak layak pakai, sebab rata-rata umur ekonomis peralatan
sudah melewati lima tahun.
Untuk dapat memberi gambaran antara biaya pemeliharaan peralatan dan
pendapatan dari sewa selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Biaya pemeliharaan Tahun 2005 - 2009
No
.
Tahun
Pendapatan Sewa
(Rp.)
Biaya Pemeliharaan
(Rp.)
Setoran PAD
(Rp.)
1.
2005
103.731.834
100.000.000
100.000.000
2.
2006
200.479.665
100.000.000
100.000.000
3.
2007
212.363.367
151.829.000
103.000.000
4.
2008
310.687.357
139.800.000
245.664.750
5.
2009
248.037.128
106.738.500
215.194.000
23
merehabilitasi
dan
menyempurnakannya,
agar
alat-alat
berat
24
mempunyai manfaat ekonomis yang lebih lama dan selalu dalam keadaan baik serta
siap pakai. Sehingga tujuan dari kegiatan pemeliharan untuk memperoleh dayaguna
dan hasil guna yang maksimal dalam masa pemakaian yang layak, harus dilaksanakan
dalam suatu sistim pemeliharaan yang baik dan teratur.
Dengan harga sewa yang ideal/wajar serta peningkatan pemasukan PAD,
diharapkan bisa menutupi kekurangan biaya pemeliharaan yang selama ini menjadi
faktor utama kurang optimalnya pemanfaatan peralatan dan alat-alat berat di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso. Pemeliharaan yang dilakukan
secara rutin terutama setelah alat berat dipergunakan, serta penggunaan operator yang
baik dan mengerti tentang peralatan alat berat akan membantu kemampuan/kapasitas
dari alat itu sendiri.
Jenis-jenis pemeliharaan yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum
(1985), antara lain :
1. Merawat, menjaga jangan rusak atau dinamakan pemeliharaan preventif.
2. Pemeliharaan Berkala
Sifat pemeliharaan ini terdiri dari rangkaian pemeriksaan, penyetelan, penggantian
dan perbaikan yang dilaksanakan dalam jangka panjang yang disesuaikan dengan
usia pemakaian alat berat tersebut.
4. Perbaikan Darurat.
Sifat perbaikan ini tidak dapat direncanakan tetapi dapat diperkirakan dan
diperhitungkan kebutuhannya, guna mengatasi kerusakan yang terjadi karena
kecelakaan atau sebab lain yang tak terduga.
Pada umumnya pemeliharaan dapat dilakukan pada tingkat-tingkat sebagai
berikut :
25
a. Tingkat I
Pada tingkat ini pemeliharaan bersifat pencegahan yang dilakukan oleh
operator.
b. Tingkat II
Pemeliharaan bersifat pencegahan, dilakukan secara berkala oleh tenagatenaga mekanik terdidik dan memerlukan alat khusus.
c. Tingkat III
Pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli
terdidik dan khusus dilapangan atau bengkel, meliputi perbaikan, penggantian
dan penyetelan bagian tetapi bukan bagian yang utama.
d. Tingkat IV
Pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dilaksanakan oleh tenaga ahli, terdidik,
khusus dan bermutu tinggi di bengkel besar serta dilengkapi alat-alat ukur tes,
meliputi perbaikan, penggantian dan penyetelan pada bagian-bagian umum.
e. Tingkat V
Pemeliharaan
bersifat
pemulihan
kemampuan
atau
penyempurnaan,
dilaksanakan oleh tenaga ahli, terdidik, khusus dan bermutu tinggi di bengkel
besar dengan fasilitas seperti unit produksi yang dilengkapi alat-alat ukur dan
tes, meliputi pembongkaran, penyeleksian dan perbaikan bagian yang
memenuhi syarat, penyetelan dan pengendalian mutu seperti halnya suatu
barang hasil produksi.
4. Pendapatan Sewa Peralatan
Sumber pendapatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso terdiri atas sewa
peralatan seperti tersebut pada tabel 1. Hasil penelitian selama tahun 2005 sampai
26
dengan tahun 2009 pendapatan yang diperoleh dari sewa peralatan seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 3 : Pendapatan sewa peralatan
No.
Tahun
Jumlah Pendapatan
1.
2005
Rp.
Persentase
Kenaikan
103.731.834
93%
2.
2006
Rp.
200.479.665
3.
2007
Rp.
212.363.367
4.
2008
Rp.
310.687.357
5.
2009
Rp.
248.037.128
6%
46%
25%
Sumber data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Poso (data diolah)
Berdasarkan data pendapatan sewa pada tabel 3, Pendapatan sewa peralatan pada
tahun 2005 sebesar Rp.103.731.834, pada tahun 2006 sebesar Rp.200.479.665, tahun
2007 meningkat sebesar 6% atau sejumlah
Rp.212.363.367. pada
tahun 2008
meningkat sebesar 46% atau sejumlah Rp.310.687.357, dan pada tahun 2009 menurun
sebesar 25% atau sejumlah Rp.248.037.128. Penurunan pendapatan sewa pada tahun
2009 disebabkan pada tahun tersebut terjadi kerusakan pada alat berat dimana
kerusakan tersebut sangat berpengaruh pada produksi alat yang lain dan keterbatasan
suku cadang yang ada di Poso dan harus dipesan pada distributor luar daerah
5. Pengelolaan Sewa Penggunaan Peralatan dan Pelaporan Peralatan
Prioritas penggunaan peralatan di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum adalah
sebagai berikut :
a. Penggunaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan dalam satu penguasa barang
secara swakelola. Cara ini merupakan penggunaan peralatan yang dilaksanakan
sendiri oleh kantor/satuan/proyek baik di lingkungan pekerjaan umum maupun
27
instansi pemerintah di luar dinas pekerjaan umum. Peralatan tersebut berasal dari
satu penguasa barang atau dari penguasa barang lain.
b.
c. Penggunaan peralatan untuk oleh kontraktor tanpa imbalan (sewa) atas dasar
perjajian (kontrak) yang ditetapkan.
Pelaporan peralatan dilaksanakan sebagai upaya fungsi pengawasan
pimpinan atas penggunaan peralatan. Mekanisme pelaporan adalah sebagai berikut :
a. Prosedur.
Dalam hal penggunaan peralatan dengan swakelola, laporan penggunaan peralatan
disampaikan kepada pemimpin proyek atau pejabat yang ditunjuk oleh unit yang
mengoperasikan peralatan. Dalam hal peralatan digunakan kontraktor/perusahaan
swasta lain, laporan harian disampaikan kepada kepala kantor/kepala satuan
kerja/pemimpin proyek atau pejabat yang ditunjuk, oleh kontraktor/perusahaan
swasta lain yang bersangkutan.
b. Wewenang
Pengisian data pelaporan dalam hal penggunaan peralatan dengan swakelola ialah
operator yang mengoperasikan peralatan tersebut.
c. Syarat-Syarat
Laporan penggunaan peralatan harus memuat hal-hal sebagai berikut : nama
operator, pelaksanaan operasi (siang dan atau malam), Identitas peralatan yang
digunakan (jenis, merek/type, dan nomor kode), keadaan lapangan (jenis material,
28
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan yang telah dikemukakan maka
penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa penggunaan peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum penggunaannya adalah
diperuntukan bagi semua proyek pemerintah/swasta yang didanai oleh APBN dan
APBD
b. Pengelolaan penggunaan peralatan dapat dilakukan dengan cara swakelola,
penggunaan dengan imbalan (sewa), dan penggunaan tanpa imbalan yang
dituangkan dalam perjanjian kontrak
c. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap penggunaan peralatan dokumen
sewa memuat prosedur, wewenang, dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
perjanjian kontrak.
B. Saran-Saran
a. Demi kelancaran pengggunaan peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum Poso,
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah perlu melakukan pemeliharaan rutin
terhadap peralatan yang dipersewakan, untuk dapat meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan perlu
dioptimalkan pemanfaatannya.
b. Setiap dokumen perjanjian kontrak harus ditetapkan secara baik dan dipahami
dengan benar bagi setiap pengguna peralatan, agar tidak terjadi masalah
dikemudian hari.
30
c. Dengan menerapkan mekanisme pengelolaan alat berat yang baik seperti yang
telah diuraikan di atas, maka pemanfaatan alat berat pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Poso akan dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga dapat
mengoptimalkan pengoperasiannya guna meningkatkan pendapatan untuk
memenuhi biaya operasional dan pemeliharaan alat-alat berat.
31
DAFTAR KEPUSTAKAAN
32