gangguan jiwa, maka oleh sebagian kalangan ia dianggap kemasukan roh halus. Untuk kasus
semacam ini, masyarakat memilih membawanya ke dukun, bukan ke dokter jiwa.
Saat ini jumlah pasien yang dipasung sekitar 133 orang dan sebanyak 62 kasus yang
ditangani sudah dilepas dari pasungannya (Dinkes Prov. NAD, 2007). Kepala Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) NAD, memperkirakan saat ini terdapat sekitar 100 orang penderita gangguan jiwa
yang bertahun-tahun terpasung akibat kondisi keuangan keluarganya memprihatinkan. Faktor
kemiskinan dan rendahnya pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab pasien
gangguan jiwa berat hidup terpasung. Para penderita gangguan jiwa berat yang terpasung itu
di antaranya banyak ditemukan di Kabupaten Bireuen, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Utara serta
Aceh Timur.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku
masyarakat dalam penanganan gangguan jiwa di Peureulak Barat Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
orang yang hidup dengan kanker pada tahun 2030 nanti. Ditahun-tahun mendatang
problem kesehatan yang khususnya bagi negara-negara berkembang adalah kanker
payudara, dengan peningkatan angka kejadian hingga 70% (Yohanes, 2008).
Di Indonesia kanker payudara adalah jenis kanker yang menempati urutan kedua
sesudah kanker leher rahim pada wanita, hasil penelitian membuktikan bahwa kanker
payudara dari 26 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya wanita yang mengalami
kanker payudara. Karena di Indonesia tidak memprioritaskan penanggulangan masalah
kanker dan masalah lain dianggap lebih penting, baik masalah ekonomi, politik, maupun
masalah kesehatan lain misalnya infeksi (Ibrahim, 2008).
Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 5.207 kasus.
Setahun kemudian pada tahun 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat
menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara meningkat menjadi 8.328
kasus dan pada tahun 2007 sebanyak 8.277 kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).
Adapun upaya deteksi dini atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan
melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini
terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana, namun
diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker payudara, karena semakin
awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan.
Hasil Survey Awal yang dilakukan dengan wawancara langsung, Pada Remaja
Putri di SMA Negeri Peurelak Barat sekitar 15 orang siswa, ternyata hanya 2 orang yang
mengetahui cara melakukan perawatan payudara sendiri (SADARI) tapi tidak pernah
melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) tersebut. Sedangkan 13 orang
Remaja Putri lainnya, tidak mengetahui cara melakukan pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI).
Berdasarkan Survey Awal yang dilakukan melalui Wawancara, Ternyata
Pengetahuan dan Sikap tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sangat penting
bagi wanita yang masih usia remaja. Dan akan lebih baik jika sejak Remaja sudah
mempunyai Pengetahuan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Dan
menerapkan secara rutin sehingga dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini dan dapat
menjaga pola hidup sehat.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Pemeriksaan
Payudara Sendiri di SMA Negeri Peureulak Barat.
GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG HUBUNGAN SEKS PRANIKAH DI SMA PEUREULAK BARAT
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa
dewasa.
Batasan
usia
remaja
menurut
WHO
(Word
Health
atau
cara
mengeluarkannya
untuk
dari
narkoba,
meraih
masalah
keinginannya,
yang
terjadi,
sehingga
sering
kali
untuk
remaja
meminum-minuman
keras,
menjadi
perilaku
kriminilitas atau yang paling parah bunuh diri. Yang kedua, Permissif
bebas berbuat. Mau melakukan apa saja, di mana saja menjadi prinsip
remaja dalam berbuat. Mulai dari cara berbusana, berdandan, berbicara,
bergaul atau berperilaku. Para remaja di kota-kota terutama kota terbesar,
kini dinilai cenderung lebih premissif dalam urusan seks. Ketiga, Free sex
atau pergaulan bebas. Saat ini, pergaulan bebas antar lawan jenis yang
banyak dilakukan remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan
seks. Pergaulan bebas pun sangat membuka peluang bagi remaja untuk
aktif melakukan aktifitas seks. Pemicunya bisa saja karena nonton vcd
porno yang dijual bebas ataupun menonton tayangan erotis yang di TV.
Kurangnya kontrol orang tua, sekolah atau masyarakat membuat mereka
enjoy berpetualang menikmati kepuasan sesaat.
Ketidaktahuan remaja mengenai seks tersebut dapat dilihat dari
pada tahun 2004 terhadap 450 remaja dari Jakarta, Bandung, Surabaya
dan Medan membuktikan remaja tersebut tidak mempunyai pengetahuan
khusus serta komprehensif mengenai seks. Sebesar (35%) informasi di
peroleh dari teman,(22%) dari film porno,(11%) dari buku, (8%) dari orang
tua dan selebihnya dari pacar, televisi, sekolah, pengalaman maupun film
dibioskop dan tentang perilaku seks remaja (15 - 24 tahun), 44%
responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di
usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu
sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun (BKKBN, 2004).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah Di SMA Peureulak
Barat.
: Nurhayati
NPM
: 15.1.0202
Semester
Prodi
: S1 Kesehatan Masyarakat
Alamat
: Peureulak Barat
Bersama ini saya mengajukan judul skripsi kepada Bapak/Ibu Ka.Prodi S.1 Kesehatan
Masyarakat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan
Masyarakat di STIKes Langsa. Adapun judul skripsi yang saya ajukan sebagai berikut :
1. Perilaku Masyarakat Dalam Penanganan Gangguan Jiwa Di Peureulak Barat Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Pemeriksaan Payudara
Sendiri Di Sma Negeri Peureulak Barat
Hormat Saya
NURHAYATI