PENDAHULUAN (1,2,7)
Dalam teknologi kedokteran, abortus adalah gugurnya suatu kehamilan secara
tak diduga-duga, tak direncanakan, spontan sebelum janin cukup berkembang untuk
bertahan hidup diluar kandungan. Pada tahun 1977, Organisasi Kesehatan Dunia
mendefenisikan aborsi sebagai pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya, yang kira-kira berumur 20 sampai 22
minggu kehamilan. Masyarakat awam menggunakan kata keguguran untuk
menguraikan peristiwa yang spontan ini. Bila suatu kehamilan diakhiri dengan
sengaja dengan salah satu dari beberapa teknik, masyarakat menggunakan istilah
aborsi, sementara orang-orang medis menggunakan frase pengakhiran kehamilan. Di
Amerika Serikat dan Australia, abortus spontan dapat terjadi sampai 20 minggu umur
gestasi, setelahnya peristiwa semacam itu disebut kelahiran kurang bulan hingga
gestasi lengkap 37 minggu.
INSIDENSI(2,3,4)
Insidensi konsepsi tak diketahui, sehingga insidensi gugurnya kehamilan tidak
dapat diketahui secara pasti. Ada penelitian mengenai relatif kecilnya angka wanita
yang mencoba konsepsi, dan ini menunjukkan bahwa abortus yang spontan terjadi
pada 10 sampai 15 persen kehamilan secara klinik dapat diketahui. Istilah kehamilan
biokimia telah muncul sebagai akibat bantuan teknologi reproduksi misalnya
pembuahan in vitro. Ini mengacu pada adanya subunit beta dari gonadotropin
korionik manusia (-HCG) dalam darah seseorang wanita pada 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi tetapi pada wanita ini terjadi haid pada saat diharapkan. Dengan kata
lain konsepsi telah terjadi, tetapi gugurnya kehamilan terjadi secara spontan tanpa
perpanjangan siklus haid. Bila kehamilan klinik dan biokimia dipertimbangkan, ini
akan tampak dari bukti yang ada bahwa sampai 50 persen dari semua konsepsi hilang,
kebanyakan dalam 14 hari setelah konsepsi.
Selama dasawarsa terakhir, ultrasonografi waktu nyata secara ekstensif
digunakan untuk memantau kejadian dalam rahim dalam trimester pertama. Beberapa
penelitian dengan jelas memperlihatkan bahwa janin hidup yang berkembang
semestinya terdapat pada 8 minggu kehamilan, laju keguguran janin selama 20
minggu berikutnya (sampai 28 minggu) kira-kira sebesar 3 persen. Laju keguguran
ini berkaitan dengan umur ibu, berada dibawah 2 persen jika ibu berumur dibawah
30 tahun dan diantara 5 dan 10 persen kalau dia berumur lebih dari 40 tahun.
ETIOLOGI(3,5,8)
Kini terdapat banyak kebingungan mengenai etiologi aborsi spontan.
Meskipun banyak faktor mungkin menyebabkan gugurnya satu kehamilan, terdapat
faktor yang relatif sedikit pada pasangan yang mengenai keguguran secara berulang.
Hubungan sebab akibat pada masing-masing pasien sering sulit dipastikan
khusus
terdapa
konsep
(misalnya
rubela,
Listeria
monocytogenes,
kasus dan mungkin bahkan merupakan kesempatan yang jarang terjadi. Pentingnya
dukunga psikologis dan keyakinan yang bersemangat tidak dapat dilebih-lebihkan
dalam penanganan pasien dengan aborsi berulang.
Kelelainan Sistemik
Tiga kelainan medis umum yang biasanya berhubungan dengan aborsi
spontan adalah diabetes millitus, hipotiroidisme, dan lupus erimatosus sistematik
(SLE). Bukti yang menghubungkan diabetes dengan aborsi spontan paling lemah,
dengan sebagian besar penelitian yang tak dapat menunjukkan suatu perbedaan yang
meyakinkan dalam unjuk kerja reproduksi antara pasien dengan diabetes millitus
yang tak terkendali dan yang terkendali. Hipotioidisme yang berat biasnaya
berhubungan dengan dengan evolusi yang terganggu daripada aborsi yang spontan
tetapi harus secara diuji kalau terdapat tanda-tanda klinik lain yang menunjukkan
keadaan itu. SLE adalah suatu penyakit autonium yang meluas dengan efek dan
beberapa organ sistem. Berbagai laporan menunjukkan bahwa sampai 40 persen dari
kehamilan klinik akan hilang pada wanita dengan keadaan ini dan pasien semacam itu
mempunyai peningkatan resiko keguguran kehamilan sebelum munculnya stigmata
klinik SLE.
Resiko Abortys meningkat bersama umur ibu, dan penelitian yang
dihubungkan dengan prosedur diagnostik sebelum lahir telah mengungkapkan bahwa
kalau janin yang hidup terlihat dengan ultrasonografi pada 8 minggu umur gestasi,
kurang dari 2 persen akan mengalami keguguran secara spontan kalau ibu berusia
dibawah 30 tahun. Tetapi kalau ia berumur lebih dari 40 tahun, resikonya lebih dari
10% dan dapat setinggi 50% pada usia 45 tahun. Kemungkinan keterangannya adalah
meningkatnya insidensi konseptus yang secara kromosom abnormal pada wanita yang
lebih tua (Tabel 1).
Banyak teks modern masih memasukkan keadaan yang lemah kronis misalnya
penyakit kariovaskular dan ginjal sebagia faktor-faktor etiologik dalam aborsi
spontan, tetapi keadaan ini, kalau berat, biasanya menghalangi konsepsi. Pertanyaan
tentang hipertensi yang esensial tidak begitu jelas, dengan satu penelitian yang baik
yang melaporkan penurunan insidensi aborsi spontan pada wanita-wanita itu yang
hipetensinya diterapi. Percobaan acak yang terkendali diperlukan untuk memastikan
atau menyangkal saran ini.
Tabel 1. Jumlah Kehamilan, Aborsi Spontan, dan Laju Aborsi Spontan Menurut
Umur Ibu pada Kehamilan Pertama
Umur Saat LMP
(Tahun)
< 30
Kehamilan
Aborsi Spontan
1856
208
Laju Aborsi
Spontan
11,2
30 35
590
85
14,4
35 40
82
15
18,3
40
25
14
56,0
sering terjadi akibat dilatasi mekanik pada saat pengakhiran kehamilan dengan
aspirasi tetapi dapat juga terjadi pada kuretase. Diagnosis dari ketidakmampuan
seperti itu biasnaya dibuat bila kehamilan pertengahan trimester hilang disertai
keadaan klinik ruptura membran secara mendadak tanpa diduga-duga yang diikuti
dengan keluarnya hasil-hasil konsepsi tanpa rasa nyeri. Selain itu, serviks yang secara
anatomik inkokompetan akan dapat dimasuki dilator serviks Hegar nomor 8 tanpa
membutuhkan dilatasi apa pun sebelumnya dan terlihat jauh leih lebar dair pada
biasanya dengan histerografi.
Ketidakmampuan fungsional pada serviks melibatkan suatu serviks yang
secara anatomik tidak dapat dibedakan dari serviks yang normal tetapi menyebabkan
keguguran
dalam
trimester
kedua
seperti
sebelumnya
telah
diuraikan.