Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela
zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis.3,4. (Hartadi, Sumaryo S.2010)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per
1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan
kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal
melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi
infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes
zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam
varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena
keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas
selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi
endogen.( Hartadi, Sumaryo S.2010)
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang
persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah
40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun.

Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran
darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh
karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
(Mansjoer A, Suprohaita.2010)
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama
yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan
oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
(Setiowulan W.2010)

1.2 TUJUAN PENULISAN


Agar mahasiswa mengetahui apa definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan penunjang serta
konsep keperawatan dari Herpes zoster.

BAB II
PEMBAHA SAN

SKENARIO KASUS II
Tn. R umur 54 tahun datang ke Rumah sakit dengan keluhan nyeri , Kesemutan
atau

rasa terbakar pada daerah dadanya, nyeri yang dirasakan klien bersifat

segmental. Klien mengungkapkan bahwa daerah yang terasa gatal tersebut


terdapat vesikel atau benjolan seperti terisi air. Selain merasa nyeri, klien juga
merasakan demam sejak satu hari yang lalu, dengan suhu tubuh saat diperiksa
adalah 38,4

2.1 KLARIFIKASI ISTILAH PENTING


a. Kesemutan yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh ketidakadekuatan
aliran darah.
b. Nyeri yaitu suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
c. Nyeri yang dirasakan klien bersifat segmental yaitu Nyeri yang dirasa
terus-menerus dan hilang timbul.
d. Gatal yaitu sensasi kulit yang memicu refleks untuk menggaruk area
tertentu pada tubuh.
e. Vesikula yaitu tonjolan kecil dikulit yg gembung (lepuh) berisi cairan & <
0,5 cm
f. Demam yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal.
2.2 KATA / PROBLEM KUNCI
a. Tn. R umur 54 tahun
b. Keluhan nyeri
c. Kesemutan atau rasa terbakar pada daerah dadanya
d. Nyeri bersifat segmental
e. Terasa gatal
f. Vesikel atau benjolan
g. Demam satu hari yang lalu
h. Suhu tubuh 38,4

HERPES ZOSTER
i. Vesikel atau benjolan
Demamyang menyerang kulit dan mukosa oleh karena infeksi Virus Varisela
Definisij.: Penyakit
k. Suhu tubuh 38,4
Zoster (VVZ)
Etiologi : Virus Varisela Zoster (VVZ)
Manifestasi Klinis : Gejala Prodromal : Sistemik (Demam , pusing, malaise), Lokal (Nyeri
otot-tulang, gatal, pegal dsb), adanya Vesikel , Nyeri ( seperti terbakar, tertusuk-tusuk, hilang
timbul / menetap)

COMBUSTIO

ERYSIPELAS

Definisi : Luka bakar (combustio)

adalah kerusakan atau kehilangan

kulit.

jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti api,


air panas, bahan kimia, listrik, dan

radiasi. (Musliha, 2010)


Etiologi : Luka bakar Akibat suhu

Definisi : Peradangan akut pada

RASA
TERBAKAR

Etiologi : bakteri Streptokokus


beta-hemolitukus

Manifestasi Klinis :

tinggi, bahan kimia, sengatan

Panas pada perabaan

listrik dan radiasi.


Manifestasi Klinis :

Nyeri tekan

pada

epidermis

Kerusakan

dan

Bisa ditemukan vesikel/bula

dermis,

terdapat nyeri, berbercak, bula,

Kemerahan pada kulit

edema,

Lokasi pada kaki, tangan, wajah.

cairan

eksudat,

dan

sensitiv terhadap udara dingin.

( Soeroso, 2006 )
Gambar 2.1 Mind Map Rasa Terbakar

2.1 tabel ceklis Rasa Terbakar


NO

MANIFESTASI

HERPES
ZOSTER

COMBUSTIO

ERYSIPELAS

1.

Nyeri

2.

Kesemutan

atau

rasa

terbakar
3.

Nyeri bersifat segmental

4.

Gatal

5.

Adanya

Vesikel

atau

benjolan
6.

Demam

2.3 PERTANYAAN PERTANYAAN PENTING


1. Mengapa Tn. R merasakan nyeri seperti terbakar ?
2. Mengapa nyeri yang dirasakan oleh Tn.R bersifat segmental ?
3. Mengapa Tn. R merasakan demam sejak satu hari yang lalu ?
4. Apa yang menyebabkan Tn. R merasakan gatal didaerah yang terdapat
vesikel atau benjolan ?
2.4 JAWABAN PERTANYAAN
1. Saat terjadi reaktivasi dari Virus Varisela Zoster kulit akan mengalami
vesikel yang menyatu atau berkumpul sehingga akan mneyebabkan
kerusakan disekitar kulit yang akan menyebabkan penekanan pada saraf
Nosiseptor. Hal ini, yang akan memicu pelepasan prostatglandin sehingga
Tn. R akan merasakan nyeri. Adanya jaringan terbuka, peningkatan suhu
tubuh serta paparan sinar ultraviolet menyebabkan nyeri yang dirasakan
Tn. R seperti terbakar.
2. Nyeri bersifat segmental atau hilang timbul yang dialami oleh Tn. R dipicu
oleh adanya aktivitas yang dilakukan oleh Tn. R . Saat Tn. R beraktivitas
akan memicu terjadinya proses metabolisme dalam tubuh pada jaringan
yang mengalami kerusakan. Dimana metabolisme

yang terjadi yaitu

metabolisme aerob yang diubah menjadi metabolisme anaerob sehingga


akan mengakibatkan penimbunan asam laktat. Penimbunan asam laktat
inilah yang akan mengakibatkan penekanan pada sistim saraf yang
memicu terjadiya nyeri bersifat segmental .

3. Demam yang dialami oleh Tn. R dipicu oleh adanya reaktivasi dari Virus
Varisela Zoster yang berdiam diganglion saraf tepi akan

menginfeksi

jaringan disekitar,. Hal inilah yang akan merangsang termoreseptor dan


meneruskannya kehipotalamus sehingga akan terjadi vasokontriksi dan
vasodilatasi pembuluh darah yang akan meningkatkan suhu tubuh
sehingga Tn. R akan mengalami demam.
4. Tn. R merasakan gatal didaerah yang terdapat vesikel atau benjolan

disebabkan oleh adanya aktivitas Virus Varisela Zoster yang berdiam


diganglion saraf tepi. Virus Varisela Zoster

inilah yang memicu

munculnya Reaksi sensitisasi pada tubuh sehingga akan merangsang


hipotalamus untuk melepaskan histamin, yang akan menyebabkan Tn. R
merasakan gatal .
2.5 TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
A. Untuk mengetahui Konsep Medik pada pasien Herpes Zoster
B. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Herpes Zoster
C. Jurnal
2.6 INFORMASI TAMBAHAN
A. Jurnal
B. Faktor Resiko Herpes Zoster
C. Tahap Penularan Herpes Zoster Pada Kulit
2.7 KLARIFIKASI INFORMASI
A. Jurnal :
Pengobatan Herpes Zoster (HZ) Ophtalimica Dextra Dalam Jangka
Pendek Serta pencegahan Postherpetic Neuralgia (PHN)
Dameria Sinaga
FK Uki

Herpes zoster ophtalmica dextra di sebabkan oleh infeksi virus


Varicella Zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer dengan
gejala nyeri, parestesia, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
yang eritematous dan edema. Penyakit ini dapat di bedakan dengan
herpes simplek. Tujuan penulisan untuk mengetahui pengobatan Herpes

Zoster (HZ) dalam jangka pendek serta pencegahan Postherpetic


Neuralgia (PHN). Tulisan ini berdasarkan studi kasus penderita
Herpes Zoster Ophtalmica Dextra yang dirawat di Rumah sakit
UKI.

Metode

penelitian

ini

melalui

pengamatan

langsung

(observasional case control study). Dapat di simpulkan bahwa: (1) Obat


antivirus harus diberikan untuk pasien herpes zoster; terutama orang tua
dengan resiko tinggi postherpetic neuralgia untuk mengurangi rasa
nyeri dan mempersingkat postherpetic neuralgia, (2) Kortikosteroid
juga dapat mengurangi rasa sakit akut dan mengurangi resiko
komplikasi pada herpes zoster ophalmica
B. Faktor Resiko Herpes Zoster
1) Usia
2) Immunocompromised
3) Terapi
4) Transplantasi
C. Tahap Penularan Herpes Zoster Pada Kulit
1) Tahap pertama
2) Tahap kedua
3) Tahap ketiga
4) Tahap keempat
2.8 ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI
A. Jurnal :
Hubungan Jurnal Dengan Kasus Dalam Skenario
Pengobatan Herpes Zoster (HZ) Ophtalimica Dextra Dalam Jangka
Pendek Sertapencegahan Postherpetic Neuralgia (PHN)
Dameria Sinaga
FK Uki

Jurnal diatas membahas tentang pengobatan Herpes Zoster dalam


jangka pendek serta pencegahannya. Dimana, jurnal ini sangat
berhubungan dengan kasus dalam skenario. Dari adanya jurnal ini, kita
dapat mengetahui pengobatan yang tepat untuk penderita Herpes
Zoster. Terutama pengobatan Herpes Zoster pada orang tua guna untuk

mengatasi nyeri, kesemutan atau rasa terbakar yang sering muncul


sebagai manifestasi Herpes Zoster. Pengobatan yang dapat diberikan
berupa Antivirus yang berfungsi untuk mengurangi replikasi Virus
Varisela

Zoster

dan

untuk

mengurangi

nyeri.

Serta

adapula

Kortikosteroid yang juga dapat mengurangi rasa sakit akut dan


mengurangi resiko komplikasi pada herpes zoster. Sedangkan untuk
pencegahannya, perlu dianjurkan kepada klien untuk tidak menggaruk
krusta-krusta yang telah mengering
B. Faktor Resiko Herpes Zoster
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
C. Tahap Penularan Herpes Zoster Pada Kulit
1) Tahap Pertama yang akan timbul adalah sesak napas, rasa nyeri di
sendi, menggigil, deman, dan rasa pegal pada bagian tubuh tertentu.
pada orang tertentu biasanya migrain dan serangan jantung.
lalu mnculnya gelembung kecil berisi cairan yang bening dibagian kulit
tertentu. Gelembung akan menyebakan rasa nyeri pada kulit yang
terserang, jika gelembung pecah akan menimbulkan bercak hitam atau
berbekas dan bertanda. Gelembung pada penyakit ini harus dijaga agar
tidak menimbulkan infeksi dan memperluas wilayah penyebaran
penyakit.
2) Tahap Kedua Penularan penyakit herpes ada beberapa cara yakni,
seperti: pertamanya penyakit ini dapat menular melalui barang yang

disentu oleh penderita. lalu saat bersentuhan atau mengenakan pakaian


yang terkena cairan dari gelembung herpes.
3) Tahap Ketiga, melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi.
4) Tahap Keempat, pada kasus herpes zoster, penularan dapat terjadi
melalui sentuhan kulit. pengobatan dapat dilakukan luar dan dalam
untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit herpes. biasanya
Pada pengobatan luar, alternatif salep atau bedak bisa digunakan.
Keduanya bisa meredakan rasa gatal yang muncul serta melicinkan
kulit.
2.9 LAPORAN DISKUSI : Terlampir
BAB III
KONSEP MEDIS
3.1 DEFENISI
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster adalah peradangan akut
pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
(Hartadi, Sumaryo, 2010)
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai

kekebalan

terhadap

varicella

(misalnya

seseorang

yang

sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).


(Handoko RP.2011)
3.2 ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus
replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan
kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa
mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh
9

virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari
ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan
secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu
yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai
enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase
dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam
sel yang terinfeksi. ( Mansjoer A, Suprohaita.2010)
3.3 PROGNOSIS
Kebanyakan pasien dengan herpes zoster hanya sekali terserang dan tidak
terserang lagi untuk berikutnya. (Hartadi, Sumaryo, 2010)
3.4 MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi Klinis Herpes zoster menurut (Hartadi, Sumaryo S.2010) yaitu :
a. Gejala prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 4 hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatigue,
malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan
kulit), nyeri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
3) Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau
hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4) Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive
terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata,
pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
b. Timbul erupsi kulit
1) Kadang terjadi limfadenopati regional
2) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk
papulpapul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi
vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23

10

minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga


menghilang
4) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang
sampai hari ke 7
5) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi
dan jaringan parut (pitted scar)
6) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka
lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
3.5 KLASIFIKASI
Menurut (Hartadi, Sumaryo S.2010) Herpes zoster diklasifikasikan menjadi
A. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari
cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit
timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar
dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.


B. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
(N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

11

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


C. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.


D. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.


E. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada

12

kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.


2.7 PATOFISIOLOGI

13

Gambar 2.1 Patofisiologi Herpes Zoster

14

2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi Herpes zoster menurut (Handoko RP..2011) antara lain:
A. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
sampai beberapa tahun.Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
tahun,

persentasenya

bervariasi.Semakin

10 -

tua

15 %

umur

dengan

penderita

gradasi

maka

nyeri

semakin

yang
tinggi

persentasenya.
B. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi.Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
C. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
D. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
E. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan.Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
2.8 PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan lab pada Herpes zoster menurut (Mansjoer A, Suprohaita.2010) :
A. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.

B. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
C.
D.
E.
F.
G.
H.

diagnosis herpes virus


Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus.

2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Herpes zoster menurut (Mansjoer A, Suprohaita.2010) :
A. Pengobatan
1) Pengobatan topical
a) Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah
b) Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x
sehari selama 20 menit
c) Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep
antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi
sekunder selama 3 x sehari.
2) Pengobatan sistemik
a) Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi
sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi
herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri.
Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian
lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan
vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
b) Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira
A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
c) Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon
inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi
karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon
immune.
d) Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen
nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
3) Penderita dengan keluhan mata
2

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan


hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus
ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan
salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.
4) Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada
fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya :
amitriptilin 10 75 mg/hari). Tindak lanjut ketat bagi penanganan
nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting
perawatan. Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan
pada neuralgi berat yang tidak teratasi

BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien
1) Nama
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Pendidikan
5) Alamat
6) Pekerjaan
7) Agama
8) Suku bangsa
9) Diagnosa medis

: Tn. R
: 54 Tahun
: Laki Laki
:::::: Herpes Zoster

10) Riwayat penyakit sekarang

: Klien mengeluh nyeri , Kesemutan

atau rasa terbakar pada daerah dadanya, nyeri yang dirasakan klien
bersifat segmental.
11) Riwayat penyakit dahulu
12) Riwayat penyakit keluarga
13) Riwayat psiko-sosio
14) Pemeriksaan Vital Signs
S = 38,4 .

::::

Tabel 4.1 Data fokus


Data Objektif
1) Pemeriksaan Vital Signs
S = 38, 4 .

1) Klien

Data Subjektif
mengeluh Nyeri

Kesemutan

2) Klien merasakan nyeri yang

terbakar

bersifat bersifat segmental.

dadanya
2) Klien

atau
pada

rasa
daerah

mengungkapkan

bahwa daerah yang terasa


gatal

tersebut

terdapat

vesikel atau benjolan seperti


terisi air
3) Klien merasakan Demam
sejak satu hari yang lalu .

Tabel 4.2 Analisa data

NO
1

DATA

PENYEBAB
Invasi Virus Varisela

Do :
Pemeriksaan

Vital

MASALAH
Nyeri Akut

Zoster

Signs

S = 38.4 .

Klien merasakan
nyeri

Susunan saraf tepi

yang

bersifat

bersifat

Menyerang gangglion
anterior

segmental.
Masuk melalui aliran
darah

DS :
1) Klien

mengeluh

Nyeri

Kesemutan

atau

rasa

terbakar

pada

daerah

Menetap diganglion
sensorik
Reaktivasi Virus
Varisela Zoster

dadanya.

Kelainan/ Lesi kulit


pada daerah gangglion
HERPES ZOSTER
Merangsang pelepasan
mediator kimiawi
Pelepsan zat
Bradiakimin serotin &
histamin
Merangsang Nosiseptor
Gejala Lokal
Nyeri, Kesemutan /
Rasa Terbakar
Didaerah dada

NYERI AKUT
Invasi Virus Varisela

Do :
Pemeriksaan

Vital

Zoster

Hipertermia

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Nyeri Akut
B. Hipertermi
C. Kerusakan Integritas Kulit
D. Gangguan Rasa Nyaman

4.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN


Tabel 4.3 Rencana Keperawatan
N
O
1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Domain 12 : Kenyamanan

Pain Level
Pain control
Comfort level

Kelas 1 : Kenyamanan fisik


Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang
secara

aktual

dapat diprediksi dan dengan durasi

nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan
bahwa

Laporan secara verbal atau non


verbal
Fakta dari observasi

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

nyeri

nyeri)
Menyatakan

rasa

nyaman setelah nyeri

teknik
terapeutik
mengetahui

pengalaman nyeri pasien


Kontrol lingkungan yang

manajemen nyeri
Mampu
mengenali
tanda

mempengaruhi
seperti

ruangan,

faktor

presipitasi
Gunakan

dapat

dan

dan

untuk

termasuk

lokasi,

menggunakan

frekuensi

secara

komunikasi

nyeri (skala, intensitas,


Batasan karakteristik :

pengkajian

kualitas

tehnik

nyeri berkurang dengan

diantisipasi dengan akhir yang


kurang dari 6 bulan.

mampu

mengurangi

Lakukan
komprehensif

mengontrol

nonfarmakologi untuk

Internasional): serangan mendadak


dapat

Mampu

menggunakan

kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri

yang

nyeri

nyeri,

menggambarkan adanya

berat

Mandiri

nyeri (tahu penyebab

atau

atau pelan intensitasnya dari ringan

NIC :

Kriteria Hasil :

potensial kerusakan jaringan atau

sampai

INTERVENSI

KRITERIA HASIL
NOC :

NYERI AKUT (00132)

muncul

TUJUAN DAN

suhu

pencahayaan

dan kebisingan
Pilih
dan
lakukan
penanganan nyeri non
farmakologi

Muka topeng
Terfokus pada diri sendiri
Tingkah
laku
ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis,

waspada,

berkurang

nyeri untuk menentukan

intervensi
Evaluasi

kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Tentukan
lokasi,

iritabel,

nafas panjang/berkeluh kesah)

keefektifan

karakteristik,

Faktor yang berhubungan :

dan

Agen injuri (biologi, kimia,


fisik, psikologis)

Kaji tipe dan sumber

kualitas,

derajat

nyeri

sebelum pemberian obat


Cek riwayat alergi
Evaluasi
efektivitas
analgesik,

tanda

dan

gejala (efek samping)


Kolaborasi

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak

berhasil
Cek instruksi

dokter

tentang jenis obat, dosis,

dan frekuensi
Pilih analgesik

yang

diperlukan

atau

kombinasi dari analgesik


ketika pemberian lebih

dari satu
Tentukan

pilihan

analgesik tergantung tipe


dan beratnya nyeri

Tentukan

analgesik

pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal


Pilih rute pemberian
secara

IV, IM

untuk

pengobatan nyeri secara

teratur
Berikan analgesik tepat
waktu

terutama

saat

nyeri hebat
Health Education

Ajarkan tentang teknik


non farmakologi

Observasi

Observasi

reaksi

nonverbal

dari

ketidaknyamanan
2

HIPERTERMI (00007)

NOC

NIC

perlindungan

Tujuan :

Fever treatmen

Kelas 6 : Termolegurasi

Setelah dilakukan tindakan

1) Monitor suhu sesering

keperawatan setelah x

mungkin
2) Monitor IWL
3) Monitor warna dan suhu

Domain

11

keamanan/

Definisi :

24

jam

masalah

klien

Peningkatan suhu tubuh diatas berkurang atau teratasi


kisaran normal
Batasan Karakteristik :

Kriteria Hasil :

Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas

Suhu

kisaran normal

rentan normal
Nadi dan respirasi

tubuh

dalam

kulit
4) Monitor tekanan darah,
nadi, dan respirasi
5) Monitor
penurunan
tingkat kesadaran
6) Monitor WBC , Hb , dan
HCT
8

Kulit terasa hangat

dalam rentang normal


Tidak ada perubahan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan

warna kulit dan tidak

ada pusing

Penyakit

7) Monitor

intake

dan

output
8) Berikan antipiretik
9) Berikan
pengobatan
untuk

mengatasi

penyebab demam
10) Selimuti pasien
11) Lakukan tapid sponge
12) Kolaborasi
pemberian
cairan intravena
13) Kompres pasien

pada

lipat paha dan aksila


14) Tingkatkan
sirkulasi
udara
15) Berikan

pengobatan

untuk

mencegah

terjadinya menggigil
Temperatur Regulation
16) Monitor suhu minal tiap
2 jam
17) Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
18) Monitor TD, Nadi, dan
respirasi
19) Monitor warna dan suhu
kulit
20) Monitor

tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi


21) Tingkatakan
intake
cairan dan nutrisi
22) Selimuti pasien untuk
mencegah

hilangnya

kehangan tubuh
23) Ajarkan pada pasien cara
mencegah

keletihan

akibat panas
24) Diskusikan

tentang

pentingnya

pengaturan

suhu dan kemungkianan


efek

negatif

kedingan
25) Beritahukan

dari
tentang

indikasi

terjadinya

keletihan dan penaganan


emergency

yang

diperlukan
26) Ajarkan indikasi

dari

hipotermi dan penaganan


yang diperlukan
27) Berikan antipiretik jika
perlu
Vital Sign Monitoring
28) Monitor TD , nadi,dan
respirasi
29) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
30) Monitor VS saat pasien
terbaring, duduk, atau
berdiri
31) Auskultasi
kedua

TD

pada

lengan

dan

bandingkan
32) Monitor TD, nadi dan
respirasi
selama,
aktivitas
33) Monitor

sebelum
dan

setelah

kualitas

nadi

10

dari

34) Monitor

frkuensi

dan

irama pernafasan
35) Monitor suara paru
36) Monitor pola pernafasan
abnormal
37) Monitor suhu , warna,
dan kelembapan kulit
38) Monitor sianosis perifer
39) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,

bradikardi,

penogkatan sistolik)
40) Identifikasi
penyebab
dari perubahan vital sign

3.

KERUSAKAN

INTERGRITAS NOC :

NIC :

KULIT (00046)
Domain

11:

Kenyamanan/ Tissue Integrity : Skin Pressure Mangement

Perlindungan

and mukus Membranes


Hemodyalisis akses

Kelas 2 : Cedera Fisik

Kriteria Hasil :

Definisi :
Perubahan/gangguan

epidermis

Intergritas kulit yang


baik

dan /atau dermis

bisa

pertahankan

Kerusakan

(dermis)
Gangguan permukaan kulit

(epidermis)
Invasi struktur tubuh

lapisan

kulit

(sensasi,

menggunakan

pakaian

yang longgar.
2) Hindari kerutan

pada

tempat tidur.
3) Jaga kebersihan

kulit

agar tetap bersih dan

elastisitas, temperatur,

kering.
4) Mobilisasi pasien (ubah

hidrasi, pigmentasi).
Tidak ada luka/lesi

posisi pasien setiap dua

pada kulit.
Perfusi jaringan baik.
Menunjukkan

Batasan karakteristik

di

1) Anjurkan pasien untuk

pemahaman

dalam

jam sekali).
5) Monitor
kulit

akan

adanya kemerahan.
6) Oleskan lotion atau
minyak/baby

11

oil

pada

Faktor yang berhubungan

proses perbaikan kulit

dan

Eksternal
- Usia yang ekstrim
- HipertermiaMedikasi
Internal
- Penurunan imunologis

mencegah

terjadinya

berulang
Mampu

cedera
melindungi

kulit

daerah yang tertekan.


7) Monitor aktifitas dan
mobilisasi paasien.
8) Monitor status nutrisi
pasien.
9) Memandikan

dan

pasien

dengan sabundengan air

mempertahankan

hangat.

kelembaban kulit dan


perawatan alami.

Insision Site Care


10) Membersikan, memantau
dan menngkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang di tutup dengan
jahitan,

klip

straples.
11) Monitor

atau
proses

kesembuhan area insisi.


12) Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi.
13) Bersikan area sekitar
jahitan

atau

staples,

menggunakan lidi kapas


steril.
14) Gunakan

preparat

antiseptic,

sesuai

program.
15) Ganti
balutan
interval

waktu

pada
yang

sesuai atau biarkan luka


tetap

terbuka

(tidak

dibalut) sesuai program.


4.

GANGGUAN RASA NYAMAN NOC

NIC

12

(00214)
Domain 12 : kenyamanan

Kelas 1 : kenyamanan fisik


Definisi :
Merasa kurang senang, lega, dan

Ansiety
Anxiety
Reducation
Fear leavel
(penurunan kecemasan)
Sleep deprivation
pendekatan
Compofrt, readines, 1) Gunakan
yang menenagkan
for enchanced
2) Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku

sempurna dalam dimensi fisik, Tujuan :


psikospritual,

lingkungan,

social

dan Setelah dilakukan tindakan


keperawatan setelah x
24

Batasan karakteristik

masalah

klien

berkurang atau teratasi

Gangguan pola tidur


Merintih
Kriteria Hasil
Melaporkan merasa panas
Mampu mengontrol
Melaporkan perasaan tidak
kecemasan
nyaman
Status
lingkungan
Melaporkan rasa gatal
yang nyaman
Melaporkan kurang senang
Mengontrol
nyeri,
dengan situasi tersebut
kualitas tidur dan

Faktor yang berhubungan

jam

pasien
3) Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
4) Pahami prespektif pasien
terhadap situasi sters
5) Temani pasien untuk
memberikan

keamanan

dan mengurangi takut


6) Dorong keluarga untuk
menemani anak
7) Lakukan back/ neck rub
8) Dengarkan
dengan
penuh perhatian
9) Identifikasi
tingkat

istirahat adekuat
Agresif pengendalian

diri
Respon

pengobatan
Kontrol gejala
Status
kenyamanan

menimbulkan kecemasan
11) Dorong pasien untuk

meningkaat
Dapat
mengontrol

ketakutan, persepsi
12) Instruksikan
pasien

ketakutan
Suport

Gejala terkait penyakit

terhadap

keinganan hidup

kecemasan
10) Bantu pasien mengenal
situasi

yang

mengungkapkan persaan,

menggunakan
social

relaksasi
13) Berikan

obat

tehnik
untuk

mengurangi kecemasan

13

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisella zoster yag menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer yang diikuti oleh
kelompok vesikel di atas kulit dan lebih sering mengenai pada orang dewasa.
Perawatan herpes zoster dititik beratkan pada kebersihan diri, kebersihan
lingkungan dan mencegah terjadinya penularan virus. Untuk klien yang
dirawat di rumah keluarga harus memahami perawatan herpes zoster dengan
mengikuti anjuran dan nasehat dokter serta perawat. Klien dengan herpes
zoster harus disiplin dalam pengobatan dan perawatan untuk mencapai
kesehatan
5.2 SARAN
Kami menyarankan dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan
herpes zoster harus mampu menerapkan teknik septik dan anseptik guna
mencegah terjadinya infeksi rosokomial.
Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat mungkin
guna mencapai kesehatan yang optimal.
.

14

DAFTAR PUSTAKA
-

Hartadi, Sumaryo S. 2010. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit.


Jakarta: Hipokrates
Handoko RP. Penyakit Virus. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Martodihardjo S. 2011, Penanganan Herpes Zoster dan Herpes
Progenitalis Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga
University Press,
Mansjoer A, Suprohaita, 2011, Penyakit Virus. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Lynda Juall carpernito, 2009, Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah
Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta
Marilynn E. Doenges, 2010, Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC,
Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai