PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela
zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis.3,4. (Hartadi, Sumaryo S.2010)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per
1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan
kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal
melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi
infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes
zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam
varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena
keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas
selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi
endogen.( Hartadi, Sumaryo S.2010)
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi
yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang
persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah
40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun.
Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran
darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh
karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
(Mansjoer A, Suprohaita.2010)
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama
yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan
oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
(Setiowulan W.2010)
BAB II
PEMBAHA SAN
SKENARIO KASUS II
Tn. R umur 54 tahun datang ke Rumah sakit dengan keluhan nyeri , Kesemutan
atau
rasa terbakar pada daerah dadanya, nyeri yang dirasakan klien bersifat
HERPES ZOSTER
i. Vesikel atau benjolan
Demamyang menyerang kulit dan mukosa oleh karena infeksi Virus Varisela
Definisij.: Penyakit
k. Suhu tubuh 38,4
Zoster (VVZ)
Etiologi : Virus Varisela Zoster (VVZ)
Manifestasi Klinis : Gejala Prodromal : Sistemik (Demam , pusing, malaise), Lokal (Nyeri
otot-tulang, gatal, pegal dsb), adanya Vesikel , Nyeri ( seperti terbakar, tertusuk-tusuk, hilang
timbul / menetap)
COMBUSTIO
ERYSIPELAS
kulit.
RASA
TERBAKAR
Manifestasi Klinis :
Nyeri tekan
pada
epidermis
Kerusakan
dan
dermis,
edema,
cairan
eksudat,
dan
( Soeroso, 2006 )
Gambar 2.1 Mind Map Rasa Terbakar
MANIFESTASI
HERPES
ZOSTER
COMBUSTIO
ERYSIPELAS
1.
Nyeri
2.
Kesemutan
atau
rasa
terbakar
3.
4.
Gatal
5.
Adanya
Vesikel
atau
benjolan
6.
Demam
3. Demam yang dialami oleh Tn. R dipicu oleh adanya reaktivasi dari Virus
Varisela Zoster yang berdiam diganglion saraf tepi akan
menginfeksi
Metode
penelitian
ini
melalui
pengamatan
langsung
Zoster
dan
untuk
mengurangi
nyeri.
Serta
adapula
kekebalan
terhadap
varicella
(misalnya
seseorang
yang
virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari
ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan
secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu
yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai
enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase
dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam
sel yang terinfeksi. ( Mansjoer A, Suprohaita.2010)
3.3 PROGNOSIS
Kebanyakan pasien dengan herpes zoster hanya sekali terserang dan tidak
terserang lagi untuk berikutnya. (Hartadi, Sumaryo, 2010)
3.4 MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi Klinis Herpes zoster menurut (Hartadi, Sumaryo S.2010) yaitu :
a. Gejala prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 4 hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatigue,
malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan
kulit), nyeri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
3) Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau
hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4) Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive
terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata,
pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
b. Timbul erupsi kulit
1) Kadang terjadi limfadenopati regional
2) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk
papulpapul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi
vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering
menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23
10
11
12
kulit.
13
14
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi Herpes zoster menurut (Handoko RP..2011) antara lain:
A. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
sampai beberapa tahun.Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
tahun,
persentasenya
bervariasi.Semakin
10 -
tua
15 %
umur
dengan
penderita
gradasi
maka
nyeri
semakin
yang
tinggi
persentasenya.
B. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi.Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
C. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
D. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
E. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan.Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.
2.8 PEMERIKSAAN LAB
Pemeriksaan lab pada Herpes zoster menurut (Mansjoer A, Suprohaita.2010) :
A. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
B. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
C.
D.
E.
F.
G.
H.
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Herpes zoster menurut (Mansjoer A, Suprohaita.2010) :
A. Pengobatan
1) Pengobatan topical
a) Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah
b) Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x
sehari selama 20 menit
c) Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep
antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi
sekunder selama 3 x sehari.
2) Pengobatan sistemik
a) Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi
sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi
herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri.
Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian
lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan
vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
b) Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira
A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
c) Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon
inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi
karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon
immune.
d) Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen
nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
3) Penderita dengan keluhan mata
2
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
A. Identitas klien
1) Nama
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Pendidikan
5) Alamat
6) Pekerjaan
7) Agama
8) Suku bangsa
9) Diagnosa medis
: Tn. R
: 54 Tahun
: Laki Laki
:::::: Herpes Zoster
atau rasa terbakar pada daerah dadanya, nyeri yang dirasakan klien
bersifat segmental.
11) Riwayat penyakit dahulu
12) Riwayat penyakit keluarga
13) Riwayat psiko-sosio
14) Pemeriksaan Vital Signs
S = 38,4 .
::::
1) Klien
Data Subjektif
mengeluh Nyeri
Kesemutan
terbakar
dadanya
2) Klien
atau
pada
rasa
daerah
mengungkapkan
tersebut
terdapat
NO
1
DATA
PENYEBAB
Invasi Virus Varisela
Do :
Pemeriksaan
Vital
MASALAH
Nyeri Akut
Zoster
Signs
S = 38.4 .
Klien merasakan
nyeri
yang
bersifat
bersifat
Menyerang gangglion
anterior
segmental.
Masuk melalui aliran
darah
DS :
1) Klien
mengeluh
Nyeri
Kesemutan
atau
rasa
terbakar
pada
daerah
Menetap diganglion
sensorik
Reaktivasi Virus
Varisela Zoster
dadanya.
NYERI AKUT
Invasi Virus Varisela
Do :
Pemeriksaan
Vital
Zoster
Hipertermia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Domain 12 : Kenyamanan
Pain Level
Pain control
Comfort level
aktual
nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan
bahwa
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
nyeri
nyeri)
Menyatakan
rasa
teknik
terapeutik
mengetahui
manajemen nyeri
Mampu
mengenali
tanda
mempengaruhi
seperti
ruangan,
faktor
presipitasi
Gunakan
dapat
dan
dan
untuk
termasuk
lokasi,
menggunakan
frekuensi
secara
komunikasi
pengkajian
kualitas
tehnik
mampu
mengurangi
Lakukan
komprehensif
mengontrol
nonfarmakologi untuk
Mampu
menggunakan
yang
nyeri
nyeri,
menggambarkan adanya
berat
Mandiri
atau
NIC :
Kriteria Hasil :
sampai
INTERVENSI
KRITERIA HASIL
NOC :
muncul
TUJUAN DAN
suhu
pencahayaan
dan kebisingan
Pilih
dan
lakukan
penanganan nyeri non
farmakologi
Muka topeng
Terfokus pada diri sendiri
Tingkah
laku
ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis,
waspada,
berkurang
intervensi
Evaluasi
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Tentukan
lokasi,
iritabel,
keefektifan
karakteristik,
dan
kualitas,
derajat
nyeri
tanda
dan
mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Cek instruksi
dokter
dan frekuensi
Pilih analgesik
yang
diperlukan
atau
dari satu
Tentukan
pilihan
Tentukan
analgesik
IV, IM
untuk
teratur
Berikan analgesik tepat
waktu
terutama
saat
nyeri hebat
Health Education
Observasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
2
HIPERTERMI (00007)
NOC
NIC
perlindungan
Tujuan :
Fever treatmen
Kelas 6 : Termolegurasi
keperawatan setelah x
mungkin
2) Monitor IWL
3) Monitor warna dan suhu
Domain
11
keamanan/
Definisi :
24
jam
masalah
klien
Kriteria Hasil :
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas
Suhu
kisaran normal
rentan normal
Nadi dan respirasi
tubuh
dalam
kulit
4) Monitor tekanan darah,
nadi, dan respirasi
5) Monitor
penurunan
tingkat kesadaran
6) Monitor WBC , Hb , dan
HCT
8
ada pusing
Penyakit
7) Monitor
intake
dan
output
8) Berikan antipiretik
9) Berikan
pengobatan
untuk
mengatasi
penyebab demam
10) Selimuti pasien
11) Lakukan tapid sponge
12) Kolaborasi
pemberian
cairan intravena
13) Kompres pasien
pada
pengobatan
untuk
mencegah
terjadinya menggigil
Temperatur Regulation
16) Monitor suhu minal tiap
2 jam
17) Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
18) Monitor TD, Nadi, dan
respirasi
19) Monitor warna dan suhu
kulit
20) Monitor
tanda-tanda
hilangnya
kehangan tubuh
23) Ajarkan pada pasien cara
mencegah
keletihan
akibat panas
24) Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
negatif
kedingan
25) Beritahukan
dari
tentang
indikasi
terjadinya
yang
diperlukan
26) Ajarkan indikasi
dari
TD
pada
lengan
dan
bandingkan
32) Monitor TD, nadi dan
respirasi
selama,
aktivitas
33) Monitor
sebelum
dan
setelah
kualitas
nadi
10
dari
34) Monitor
frkuensi
dan
irama pernafasan
35) Monitor suara paru
36) Monitor pola pernafasan
abnormal
37) Monitor suhu , warna,
dan kelembapan kulit
38) Monitor sianosis perifer
39) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
penogkatan sistolik)
40) Identifikasi
penyebab
dari perubahan vital sign
3.
KERUSAKAN
INTERGRITAS NOC :
NIC :
KULIT (00046)
Domain
11:
Perlindungan
Kriteria Hasil :
Definisi :
Perubahan/gangguan
epidermis
bisa
pertahankan
Kerusakan
(dermis)
Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
Invasi struktur tubuh
lapisan
kulit
(sensasi,
menggunakan
pakaian
yang longgar.
2) Hindari kerutan
pada
tempat tidur.
3) Jaga kebersihan
kulit
elastisitas, temperatur,
kering.
4) Mobilisasi pasien (ubah
hidrasi, pigmentasi).
Tidak ada luka/lesi
pada kulit.
Perfusi jaringan baik.
Menunjukkan
Batasan karakteristik
di
pemahaman
dalam
jam sekali).
5) Monitor
kulit
akan
adanya kemerahan.
6) Oleskan lotion atau
minyak/baby
11
oil
pada
dan
Eksternal
- Usia yang ekstrim
- HipertermiaMedikasi
Internal
- Penurunan imunologis
mencegah
terjadinya
berulang
Mampu
cedera
melindungi
kulit
dan
pasien
mempertahankan
hangat.
klip
straples.
11) Monitor
atau
proses
atau
staples,
preparat
antiseptic,
sesuai
program.
15) Ganti
balutan
interval
waktu
pada
yang
terbuka
(tidak
NIC
12
(00214)
Domain 12 : kenyamanan
Ansiety
Anxiety
Reducation
Fear leavel
(penurunan kecemasan)
Sleep deprivation
pendekatan
Compofrt, readines, 1) Gunakan
yang menenagkan
for enchanced
2) Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
lingkungan,
social
Batasan karakteristik
masalah
klien
jam
pasien
3) Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
4) Pahami prespektif pasien
terhadap situasi sters
5) Temani pasien untuk
memberikan
keamanan
istirahat adekuat
Agresif pengendalian
diri
Respon
pengobatan
Kontrol gejala
Status
kenyamanan
menimbulkan kecemasan
11) Dorong pasien untuk
meningkaat
Dapat
mengontrol
ketakutan, persepsi
12) Instruksikan
pasien
ketakutan
Suport
terhadap
keinganan hidup
kecemasan
10) Bantu pasien mengenal
situasi
yang
mengungkapkan persaan,
menggunakan
social
relaksasi
13) Berikan
obat
tehnik
untuk
mengurangi kecemasan
13
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisella zoster yag menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer yang diikuti oleh
kelompok vesikel di atas kulit dan lebih sering mengenai pada orang dewasa.
Perawatan herpes zoster dititik beratkan pada kebersihan diri, kebersihan
lingkungan dan mencegah terjadinya penularan virus. Untuk klien yang
dirawat di rumah keluarga harus memahami perawatan herpes zoster dengan
mengikuti anjuran dan nasehat dokter serta perawat. Klien dengan herpes
zoster harus disiplin dalam pengobatan dan perawatan untuk mencapai
kesehatan
5.2 SARAN
Kami menyarankan dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan
herpes zoster harus mampu menerapkan teknik septik dan anseptik guna
mencegah terjadinya infeksi rosokomial.
Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat mungkin
guna mencapai kesehatan yang optimal.
.
14
DAFTAR PUSTAKA
-
15