(OMP)
1. Pengertian Otitis Media Purulenta (OMP)
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi,
1998).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis
(OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.
(Kapita selekta kedokteran, 1999)
Otitis media koronik adalah
perforasi
pada
gendang
telinga
( warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara
khas untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut
congek (Alfatih, 2007)
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan
struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada
anak anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani.
Kesimpulan :
yang
bervariasi
dari
luas
dan
keparahan
penyakit.
Proses
peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya
tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama kelainan tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob
dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder
dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel
goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah
OMSK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2
jenis,yaitu
1) OMSK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif
2) OMSK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan
dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
3. Etiologi OMP
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut
penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau
akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat
kimia.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
1.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan
dari otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak
diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
4. Infeksi
atau
toksin-toksinnya,
namun
hal
ini
belum
terbukti
kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh
edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder
masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor
yang
menyebabkan
perforasi
membran
dari
epitel
skuamous
dapat
mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
4. Patofisiologi OMP
Patofisiologi OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal
ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan
perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus
menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media
berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau
bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan
social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis,
rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah
melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk
pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah.
Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi
telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan
mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk
jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam
lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan
penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga
tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan
besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang
permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus
keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan
penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang
telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas
akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret
yang mukoid atau mukopurulen.
telinga
dan
merupakan
tanda
adanya
kolesteatom
yang
konduktif
namun
dapat
pula
bersifat
ancaman
pembentukan
abses
otak.
Nyeri
merupakan
tanda
berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan
menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi yang menetap juga bisa
menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-tulang
kecil di telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke
telinga dalam) sehingga terjadi tuli konduktif.
2. Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa
terjadi tuli konduktif dan keluarnya cairan dari telinga.
3. Perforasi atik (lubang terdapat pada pars flaksida). Biasanya terjadi tuli
konduktif dan keluarnya cairan dari telinga
6. Pemeriksaan penunjang dan laboraturium OMP
a) Pemeriksaan penunjang
1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.
2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
b) Pemeriksaan Radiologi
1. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
2. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga
dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai strukturstruktur.
yang
lebih
jelas
memperlihatkan
kanalis
auditorius
interna,
potongan
melintang
sehingga
dapat
menunjukan
adanya
pembesaran.
4. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi
dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
5.
kolesteatom.
Bakteriologi : Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan
bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella
kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
7. Penatalaksanaan OMP
a. Prinsip terapi OMSK tipe jinak atau aman ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberi obat
pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret
berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotika dan kortikesteroid. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi terhadap
ampicillin dapat diberikan ambicillin dengan asam klavulanat. Bila sekret
telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi
ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan
pendengaran
yang
lebih
berat,
serta
memperbaiki
pendengaran.
b. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler,
intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk
membuang
semua
jaringan
patologik
dari
rongga
mastoid
dan
menetap.
Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran
jaringan
menyembuhkan
granulasi
penyakit
yang
serta
luas.
Tujuan
memperbaiki
operasi
untuk
pendengaran
tanpa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
An. Z
Jakarta, 03 januari 2001
12 tahun
Laki-laki
Islam
Jawa
SMP
Otitis Media Purulenta
Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 13 mei 2013 dengan keluhan
sudah 1 bulan ini telinga kirinya mengeluarkan cairan, kadang-kadang
timbul vertigo hebat dan sudah ke dokter namun tidak ada perubahan,
Riwayat Penyakit Sekarang :
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat R didapatkan hasil
pemeriksaan dengan menggunakan othorschop ada perforasi di pars
flaksida dekat gendang telinga, saat di test audiogram menunjukkan
kesan tuli konduktif, hasil radiologi : mastoid tampak sklerotik, akibat
adanya koleasteatoma, hasil pemeriksaan TTV : TD : 110/90 mmHg ; Nadi
: 100x/menit ; Suhu : 39oC ; RR : 24x/menit , BB sekarang 39,5 kg. Dokter
mendiagnosa pasien mengalami otitis media purulrnta (OMP) dan besok
akan dipersiapkan untuk dilakukan oprasi mastoidektomi.
namun
tidak
ada
perubahan
(pengobatan
tidak
tuntas),
DATA OBJEKTIF
Pada telinga klien terdapat
Klien
mengeluh persepsi
sudah 1 bulan ini sensori
telinga
kirinya audiotori
mengeluarkan cairan
Kemungkinan klien
ETIOLOGI
Perubahan
sensori persepsi
mengeruh telinganya
terasa penuh
Klien mengatakan
pendengarannya
berkurang
DO :
Pada
telinga
klien
purulent
Hasil pemeriksaan
othoscope
perforasi
adanya
di
pars
flaksida
dekat
gendang telinga
Hasil test audiogram
tampak
kesan
tuli
konduktif
DS :
Resiko terjadi
Klien
sudah
telinga
ini
kirinya
mengeluarkan cairan
Klien
mengeluh
vertigo hebat kadangkadang muncul
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
HR : 100x/menit
Hasil pemeriksaan
othoscope
perforasi
flaksida
adanya
di
pars
dekat
gendang telinga
Hasil radiologi
Vertigo
mastoid
tampak
Kurang
mengatakan pengetahuan
penatalaksanaa
Cemas
OMA
yang
tepat.
tentang
penyakitnya
DS :
informasi
tentang
paham
kurangnya
mengatakan
prosedur
tindakan
pembedahan
DO:
Klien dan keluarga
klien terlihat cemas
dan takut
d.
a.
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
Gangguan persepsi sensori auditori b/d perubahan sensori persepsi
Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan
labirin : vertigo
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan OMA yang tepat.
4. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
b. Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
e. Intervensi
a. Pre Operasi
NO
DX
HASIL
INTERVENSI
setelah
dilakukan Mandiri :
1. Monitor TTV ( S, N, RR, TD )
tindakan
keperawatan
tiap 8 jam.
selama
724
jam
2. Lakukan irigasi telinga dengan
Gangguan
persepsi
air hangat.
sensori (audiotory) pada
Kolaborasi :
pasien
dapat
teratasi
1.
Kolaborasi dengan dokter
dengan kriteria hasil :
untuk pemberian obat tetes
1. Tidak terdapat otorrhoe
telinga.
Kolaborasi dengan dokter
yg purulent pada pasien. 2.
2. Tidak terdapat cairan dari
untuk pemberian antibiotika.
dan di telinga pasien.
3. Telinga tampak bersih.
2
Setelah
dilakukan Mandiri :
tindakan
normal
mmHg)
HR : 80-100x/mnt
menemani
Pusing berkurang
Pasien tidak mengalami
bepergian
injuri
Kolaborasi :
3
pasien
Setelah
tindakan
selama
saat
keperawatana.
3
diharapkan
24
tingkat
pengetahuan
jam pasien
Pengetahuanb.
pasien
Kaji
penatalaksanaan
OMAc.
Susun
bersama
hasil
yang
Pasien
yang
perawat
2.
Pasien
pasien
mampue. Gunakan bahasa yang mudah
mendemonstrasikan
dipahami
Pertahankan
kontak
mata
dan
demonstrasi
lakukan
ulang
bila
mengajarkan prosedur
j.
4
Setelah
tindakan
apa
yang
harus
dilakukan
pembedahan
4.
Libatkan
memberikan
keluarga
semangat
pasien
c. Post Operasi
a.
NO
INTERVENSI
untuk
pada
DX
1
HASIL
setelah
dilakukan Mandiri :
tindakan
teratasi
kriteria hasil :
1. Nyeri hilang
2. Skala nyeri 0
menghilangkan nyeri
4.
Setelah
tindakan
selama
24
terjadi
dengan4.
kriteria hasil :
balutan
Luka
operasi
kondisi baik
Lakukan
perawatan
dengan
ganti
teknik
steril
8.
Bersihkan
daerah
operasi
setelah 2 3 minggu
9. Anjurkan pasien untuk kontrol
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
Kesimpulan
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening
atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999).
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran. Jakarta :EGC.
Vaughan,Daniel G.dkk.2000.Oftalmologi Umum.edisi 14. Jakarta : Widya
Medika.
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI
Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
Ganong. Wiliam F, 2008, Bukku ajar fisiologi kedokteran Ed. 22. Jakarta:
EGC