Abstrak: Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan, dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini dapat timbul karena
beberapa faktor, yaitu faktor fisik, mekanis, kimiawi, biologis, atau psikososial di tempat
kerja. Bakteri Legionella pneumophila dapat dikaitkan dengan penyebab penyakit ini.
Bakteri ini dapat hidup selama bertahun-tahun pada suhu 20-40 0 C. Penyakit ini banyak
ditemukan di negara berkembang. Dalam menentukan suatu penyakit termasuk akibat kerja
atau bukan, dapat diidentifikasi dengan pendekatan klinis individu dengan menentukan
diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, peranan faktor
individu, faktor lain di luar pekerjaan, dan diagnosis okupasi.
Kata kunci: Sick Building Syndrome, Diagnosis Okupasi,Legionella pneumophila
Abstract: Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the
building or the building, where the air circulation got disturbances, associated with the time
spent in the building, but no specific illness or special cause can be identified. This disease
can be caused by several factors, such as the physical, mechanical, chemical, biological, or
psychosocial workplace. Legionella pneumophila bacteria can be attributed to the cause of
the disease. It can live for years at temperature 20-400 C. The disease is commonly found in
developing countries. In determining a disease is occupational or not, it can be identified
with an individual clinical approach to determine the clinical diagnosis, exposure
experienced, the relationship of exposure to the disease, the role of individual factors, other
factors outside of work, occupational therapy and diagnosis.
Keywords: Sick Building Syndrome, Occupational Diagnosis, Legionella pneumophila
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana
yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang
dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan
mempunyai sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu
menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan
produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya
gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan
menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para
ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit
yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.Istilah sindrom gedung sakit (sick
building syndrome) pertama kali diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia di
awal tahun 1980an yang lalu.
Tujuan
Agar mahasiswa lebih memahami tentang faktor-faktor pajanan penyakit sick building
syndrome, diagnosis, pengobatan, preventif, serta perbedaan antara penyakit akibat kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
PEMBAHASAN
Pengertian Sick Building Syndrome
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan, dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Keluhan-keluhan
dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian tertentu dari gedung tersebut,
meskipun ada kemungkinan menyebar pada seluruh bagian gedung.
Penggunaan istilah Sick Building Syndrome apabila terdapat petunjuk-petunjuk utama
bahwa gedung sebagai penyebabnya, antara lain :
Tegangan dan pekerjaan fisik Kelainan muskuloskeletal, stres mental, nyeri punggung
yang berat
bawah
Faktor ergonomi
Faktor
fisik
suara
getaran
karena trauma
Faktor kimiawi
Faktor biologi
Infeksi, alergi
Faktor psikologis
kasus. Penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat umum, contoh : hipertensi, penyakit
jantung koroner, psikosomatik, kelainan muskuloskeletal, penyakit pernapasan kronis tidak
spesifik. Pada kondisi ini, pekerjaan dapat menyebabkan atau justru memperburuk kondisi
penyakit yang telah ada.1
PAHK
Banyak terjadi di masyarakat
Bersifat multifaktorial
Pajanan di tempat kerja
PAK
Terutama pada populasi pekerja
Penyebabnya spesifik
mungkin Terpajan di tempat kerja merupakan faktor
akibat bekerja berkurang bahkan kadang hilang sama sekali,apabila penderita tidak masuk
kerja. Gejala dan tanda itu timbul lagi saat penderita kembali bekerja.3
B. Pemeriksaan fisik
atau tidak.
Spirometri untuk menghitung volume dan kapasitas paru.3
C. Pemeriksaan Penunjang
bukan).
Pemeriksaan alergi untuk mengetahui penyakit ini disebabkan oleh paparan
alergen atau tidak dengan menggunakan skin test. Dilakukan secara intradermal,
Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung (17%) Pencemaran akibat mesin foto kopi,
Pencemaran akibat bahan bangunan (3%) Formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan
lubang sistemnya.
Gangguan ventilasi (52%) Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi
udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara temyata punya peranan besar
Paling
September/Oktober di Inggris.
Jarang menyebabkan infeksi subklinis, dan infeksi pada anak-anak sangat jarang
Dapat terjadi secara sporadik atau pada wabah, seringkali terpusat dalam institusi
dengan resort Mediterania; akan tetapi, hanya 23% kasus terjadi dalam klaster.
52% kasus di Inggris berkaitan dengan bepergian, 91% di antaranya berkaitan
sering
terdapat
pada
pria
usia
pertengahan
dan
pada
bulan
Manifestasi Klinis
Beberapa hal berikut menunjang penyakit Legionnare :
Gejala berat menyerupai influenza (80%) dengan demam, kaku otot, mialgia, dan
nyeri kepala.
Adanya gejala ekstrapulmonal yang menonjol (35%), seperti diare, nyeri abdomen,
kunjung sembuh sehingga menurunkan kinerja dan produktivitas pasien, stress kerja juga
dapat timbul dikarenakan pajanan tersebut telah mengurangi efisiensi kinerjanya, sehingga
merambat pada jumlah absensi yang meningkat dan pekerjaan yang menumpuk.
Higiene perorangan : untuk mengetahui apakah penyakit yang tiimbul diakibatkan karena
pasien tersebut tidak menjaga kesehatan dan kebersihan tubuhnya.
6. Faktor lain di luar pekerjaan
Apabila ditemukan adanya faktor lain di luar tempat bekerja, kemungkinan faktor-faktor
inilah yang menyebabkan penyakit pasien, atau justru dapat memperberat keluhan pasien.
7. Diagnosis Okupasi
Diagnosis okupasi berdasarkan hubungan dengan kausalnya, terbagi menjadi 4 tipe :
ambil berdasarkan adanya hubungan penyakit dengan pekerjaan pasien anamnesa dimana
pasien sudah 3 kali berobat dengan keluhan yang sama, kambuh, dan tidak hilang dalam
pemberian antibiotik. Diagnosa juga diperkuat dengan gejala klinis pasien yang berhubungan
dengan iritasi mukosa dan kulit, serta adanya keluhan yang sama pada beberapa orang di
tempat kerjanya.
Differential Diagnosis
1. Rinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
tersebut.
Gejala klinis
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya
bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak
dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses
membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya
lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai
bersin patologis. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring.
Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang-garis hitam melintang pada tengah
punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat
(allergic salute), pucat dan edema.
2. Common Cold
Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu reaksi inflamasi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh infeksi virus. Berbagai virus penyebab:
Rhinovirus
Virus influenza A, B, C
Virus Parainfluenza
Virus sinsisial pernafasan.
Semuanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh
penderita. Common cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek
pada suatu saat dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau
meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita secara umum dan kebiasaan makan
seseorang juga tampaknya tidak berpengaruh.
Gejala klinis
Sesak nafas dengan/ tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung
meler, batuk,suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya ringan).Gejala biasanya akan
menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali
berlangsung sampai minggu kedua.
3. Legionnaire disease e.c Sick Building Syndrome
rangka jaminan sosial, penyakit akibat kerja juga wajib dilaporkan, dan tenaga kerja yang
menderita penyakit akibat kerja memiliki hak atas jaminan sebagaimana berlaku bagi
kecelakaan kerja.1,3
2. Medikamentosa
Hanya ada beberapa studi klinis tentang pengobatan Legionnaires disease, maka bukti
untuk rekomendasi pengobatan terbatas. Satu studi klinis menunjukkan pengobatan dengan
golongan fluroquinolone (pefloksasin) meningkatan kelangsungan hidup pasien daripada
pengobatan menggunakan eritromisin.7
Antibiotik makrolida seperti clarithromycin dan azithromycin lebih efektif
dibandingan dengan eritromisin. Antibiotik -Laktam juga tidak efektif untuk penyakit
legionella, namun ini adalah pilihan pertama untuk pneumonia pneumokokus dan biasanya
digunakan bersama-sama dengan macrolide untuk mengobati pneumonia berat.7
Tetapi banyak pasien dengan penyakit ini hanya diobati dengan macrolides dan
antibiotic -laktam, dikarenakan keterlambatan terapi untuk penyakit legionella. ini
menyebabkan meningkatnya mortalitas.7
Kebanyakkan pasien pulih dari demam dalam waktu 3-5 hari. Total durasi pengobatan
biasanya 10-14 hari (5-10 hari bila menggunakan azitromisin), tetapi untuk pasien dengan
immunosupresi disarankan 21 hari.7
Pencegahan
Prinsip pencegahan Sick Building Syndrome
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa upaya yang telah terangkum
dalam program K3. Dengan sosialisasi yang baik dan pemahaman kepada setiap pekerja
maka kemungkinan Sick Building Syndrome di tempat kerja tidak akan terjadi.
Pola Hidup Sehat dalam bekerja
Hidup sehat di mulai dari diri dan lingkungan dimana lingkungan tempat kerja terdiri
dari tiga bagian yang telah ada dalam program K3 :
Ruang kerja
o Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
o Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu ditingkatkan
o Menyimpan tanaman hias seperti jenis sansiviera
Toilet/Kamar mandi
o Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
11
Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, dan bahan-
tersebut.
Pencemaran akibat mikroba, dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk
mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta
seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara, berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.8
Tanpa disadari, kita banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan pendingin
udara atau air conditioner (AC). Mulai dari kantor, mobil, angkutan umum, pertokoan, hingga
kamar tidur. Kita sekedar mencari kenyamanan di tengah iklim tropis yang sering membuat
panas, tanpa peduli efek buruk di balik kenyamanan udara dingin yang dihasilkan mesin
penyejuk ruangan (AC). Sesungguhnya, berada di ruang ber-AC dalam waktu yang terlalu
lama dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, antara lain:
Kegemukkan (Obesitas)
Sejumlah penelitian menyajikan fakta bahwa suhu udara yang nyaman menjadi salah
satu dari 10 penyebab utama kenaikan berat badan. Suhu udara yang nyaman
seringkali membuat orang malas bergerak.Minimnya aktivitas tubuh sesungguhnya
meniadakan pelepasan energi pembakaran lemak. Dalam jangka panjang, timbunan
lemak akan terakumulasi dan memicu obesitas. Sebab itu, mereka yang terbiasa hidup
di ruangan ber-AC disarankan memiliki jadwal rutin berolah raga untuk membakar
lemak tubuh.8
Sick Building Syndrom
Perbedaan suhu udara antara ruangan berpendingin udara dan di luar ruangan bisa
mempengaruhi daya tahan tubuh. Beranjak ke ruang dingin dalam kondisi bercucur
keringat usai melakukan aktivitas di bawah sinar matahari bisa mengakibatkan sakit
13
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghindari dampak negatif AC:
Sebaiknya luangkan waktu Anda, walau sedikit, untuk berjalan-jalan keluar ruangan.
Selain baik bagi tubuh, pikiran juga akan terasa lebih rileks.
Jangan biarkan udara AC langsung mengenai tubuh karena dapat berefek buruk pada
kesehatan.
Aktifitas fisik, terlebih olahraga teratur, sangat dianjurkan. Termasuk pula Anda yang
Anda bekerja, tidak akan efektif jika Anda tidak menjaga kebersihan ruangan tersebut.
Biarkan sesekali udara dan cahaya masuk ke dalam ruangan ber-AC Anda, untuk
bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang digunakan di dalam gedung, perawatan alatalat dan lain-lain. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
Umumnya penderita Sick Buliding Syndrome akan sembuh apabila keluar dari dalam
gedung tersebut, gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat
orang untuk bekerja dalam satu ruangan sehingga menjadi penuh sesak.
Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotocopy,
Rujukan
Rujukan kasus kepada dokter umum diperlukan untuk menentukan diagnosi, terapi,
dan apabila diperlukan rawat inap di rumah sakit. Rujukan untuk mendapatkan informasi
yang lebih lengkap dapat diajukan kepada dokter spesialis penyakit yang berkaitan dengan
keluhan pasien. Rujukan kepada dokter spesialis okupasi dapat diajukan apabila diperlukan
rujukan dalam pengendalian perusahaan.
15
Prognosis
Dubia
PENUTUP
Kesimpulan
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.Penyebab terjadinya Sick Building
Syndrome berkaitan erat dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai karena
kurangnya udara segar masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata,
serta kurang baiknya perawatan sarana ventilasi (indoor air quality). Seseorang dinyatakan
menderita Sick Building Syndrome apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari
sekumpulan gejala lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata gatalgatal, mata pedih, mata kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal-pegal,sakit leher atau
penggung, dalam kurun waktu yang bersamaan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ladou J. Current occupational and environmental medicine. The McGraw Hill
companies: 2007. New York; 4th ed. p.719-24.
2. Burge PS. Sick building syndrome. Occup environ med: 2004. p.61: 125-190.
3. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Sagung Seto: 2009. Jakarta;
h.55-60.
4. Widoyono. Penyakit tropis. Erlangga: 2011. Jakarta; Ed. 2. h.204-8.
5. Levy BS, Wegman DH, Baro SL, Sokas RK. Occupational and environmental health.
Lippincot Williams and Wilkins: 2006. Philadelphia; 5th ed. p.415-17.
6. Kowalak JP. Infeksi saluran pernafasan bawah. Dalam: Buku ajar patofisiologi. EGC:
2011. Jakarta; h.62-4.
7. WHO. Legionella and The Prevention of Legionellosis. 2007. India. Diunduh dari:
www.who.int/water_sanitation_health/emerging/legionella.pdf , 13 Oktober 2012.
8. Aditama, Yoga dan Andarini. Sick Building Syndrome. Jurnal Med Indonesia: 2002.
17