Anda di halaman 1dari 17

Sick Building Syndrome

Stephanie Pangestian (10.2009.096) / A-6


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6
Jakarta Barat
stephanie_pangestian@yahoo.com

Abstrak: Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan, dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini dapat timbul karena
beberapa faktor, yaitu faktor fisik, mekanis, kimiawi, biologis, atau psikososial di tempat
kerja. Bakteri Legionella pneumophila dapat dikaitkan dengan penyebab penyakit ini.
Bakteri ini dapat hidup selama bertahun-tahun pada suhu 20-40 0 C. Penyakit ini banyak
ditemukan di negara berkembang. Dalam menentukan suatu penyakit termasuk akibat kerja
atau bukan, dapat diidentifikasi dengan pendekatan klinis individu dengan menentukan
diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, peranan faktor
individu, faktor lain di luar pekerjaan, dan diagnosis okupasi.
Kata kunci: Sick Building Syndrome, Diagnosis Okupasi,Legionella pneumophila
Abstract: Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the
building or the building, where the air circulation got disturbances, associated with the time
spent in the building, but no specific illness or special cause can be identified. This disease
can be caused by several factors, such as the physical, mechanical, chemical, biological, or
psychosocial workplace. Legionella pneumophila bacteria can be attributed to the cause of
the disease. It can live for years at temperature 20-400 C. The disease is commonly found in
developing countries. In determining a disease is occupational or not, it can be identified
with an individual clinical approach to determine the clinical diagnosis, exposure
experienced, the relationship of exposure to the disease, the role of individual factors, other
factors outside of work, occupational therapy and diagnosis.
Keywords: Sick Building Syndrome, Occupational Diagnosis, Legionella pneumophila
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana
yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang
dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan
mempunyai sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu
menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan
produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya
gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan
menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam gedung-gedung itu. Para
ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit
yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.Istilah sindrom gedung sakit (sick
building syndrome) pertama kali diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia di
awal tahun 1980an yang lalu.
Tujuan
Agar mahasiswa lebih memahami tentang faktor-faktor pajanan penyakit sick building
syndrome, diagnosis, pengobatan, preventif, serta perbedaan antara penyakit akibat kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
PEMBAHASAN
Pengertian Sick Building Syndrome
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan, dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Keluhan-keluhan
dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian tertentu dari gedung tersebut,
meskipun ada kemungkinan menyebar pada seluruh bagian gedung.
Penggunaan istilah Sick Building Syndrome apabila terdapat petunjuk-petunjuk utama
bahwa gedung sebagai penyebabnya, antara lain :

adanya gejala-gejala ketika bekerja atau tinggal di dalam gedung,

kejelasan berkurangnya gejala-gejala ketika meninggalkan gedung atau bekerja di

tempat lain untuk sementara.


munculnya gejala-gejala ketika kembali ke gedung
adanya gejala-gejala yang dialami oleh banyak orang.1,2

Penyakit akibat kerja


Penyakit ini dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu faktor fisik, mekanis, kimiawi,
biologis, atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut dalam lingkungan kerja merupakan
faktor yang pokok dan dapat menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Misalnya, terpapar
timah pada saat bekerja merupakan faktor utama terjadinya keracunan timah hitam. Namun
perlu kita ketahui juga bahwa ada faktor-faktor lain seperti kerentanan individual yang dapat
bereaksi berbeda terhadap perkembangan penyakit tersebut. Penyakit akibat kerja timbul
khususnya di antara para pekerja yang terpajan bahaya tertentu. Namun pada beberapa
keadaan, penyakit akibat kerja ini dapat timbul di kalangan masyarakat umum akibat
kontaminasi lingkungan tempat kerja.1
Faktor resiko

Efek yang merugikan kesehatan dan akibat lain

Tegangan dan pekerjaan fisik Kelainan muskuloskeletal, stres mental, nyeri punggung
yang berat

bawah

Faktor ergonomi

stres mental, produktivitas dan mutu kerja menurun

Faktor

fisik

suara

dan Noise induced hearing loss, penyakit pembuluh darah

getaran

karena trauma

Faktor kimiawi

Intoksikasi, fibrosis, kanker, alergi, kerusakan sistem saraf

Faktor biologi

Infeksi, alergi

Faktor psikologis

Stres psikis, ketidakpuasan dalam pekerjaan, semangat


padam, muram

Aspek sosial pekerjaan

Konflik, produktivitas menurun, mutu kerja menurun, stres


mental

Tabel 1: 5 Faktor Pajanan


Penyakit hubungan pekerjaan
WHO menggolongkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat
multifaktorial. Penyakit ini adalah penyakit dengan faktor tempat kerja yang dapat
dikaitkan sebagai penyebab timbulnya penyakit, namun bukan merupakan faktor resiko setiap
3

kasus. Penyakit ini sering ditemukan pada masyarakat umum, contoh : hipertensi, penyakit
jantung koroner, psikosomatik, kelainan muskuloskeletal, penyakit pernapasan kronis tidak
spesifik. Pada kondisi ini, pekerjaan dapat menyebabkan atau justru memperburuk kondisi
penyakit yang telah ada.1
PAHK
Banyak terjadi di masyarakat
Bersifat multifaktorial
Pajanan di tempat kerja

PAK
Terutama pada populasi pekerja
Penyebabnya spesifik
mungkin Terpajan di tempat kerja merupakan faktor

merupakan salah satu faktor


utama
Mungkin dapat dicatat dan mendapat ganti Dicatat dan mendapat ganti rugi
rugi
Tabel 2 : Perbedaan PAHK dan PAK
Sick Building Syndrome
1. Diagnosa klinis
A. Anamnesa

Identitas (nama, usia, jenis kelamin,tempat tinggal, pekerjaan,suku)


Keluhan utama dan keluhan tambahan
Riwayat penyakit (RPS, RPD, RPK)
Riwayat alergi obat
Riwayat pekerjaan
o Sudah berapa lama bekerja
o Riwayat pekerjaan sebelumnya
o Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
o Waktu bekerja sehari
o Kemungkinan pajanan yang dialami
o APD yang dipakai
o Hubungan gejala dan waktu kerja
o Pekerja lain yang mengalami hal yang sama
o Kebiasaan buruk (alkohol, merokok)

Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan dimaksudkan untuk


mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan atau
lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat pekerjaan harus
ditanyakan seteliti mungkin dari permulaan hingga waktu terakhir bekerja. Dan ditanyakan
pula riwayat pekerjaan sebelumnya. Perhatian juga diberikan kepada hubungan antara bekerja
dan tidak bekerja dengan gejala dan tanda penyakit. Pada umumnya gejala dan tanda penyakit

akibat bekerja berkurang bahkan kadang hilang sama sekali,apabila penderita tidak masuk
kerja. Gejala dan tanda itu timbul lagi saat penderita kembali bekerja.3
B. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Umum : keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik


menyeluruh.
Pemeriksaan khusus : keluhan utama pasien adalah batuk pilek berulang, maka
dapat dilakukan pemeriksaan dengan otoskop untuk melihat mukosa hidung,

septum nasi, serta polip.


Pemeriksaan pada faring juga dapat dilakukan untuk melihat apakah ada inflamasi

atau tidak.
Spirometri untuk menghitung volume dan kapasitas paru.3

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi (bakteri atau

bukan).
Pemeriksaan alergi untuk mengetahui penyakit ini disebabkan oleh paparan
alergen atau tidak dengan menggunakan skin test. Dilakukan secara intradermal,

Hasil positif apabila kulit di tempat suntikan membengkak (+).


Rontgen paru untuk melihat adakah kelainan pada paru (TBC, pneumonia).4

D. Pemeriksaan Tempat Kerja

Penerangan, kebisingan, kelembapan

2. Pajanan yang dialami


Dalam skenario pasien mendapat pajanan dari orang-orang yang ada di tempat kerja
tersebut atau pasien terkena pajanan dari gedung tempat ia bekerja (alat-alat gedung seperti
komputer, AC, kualitas udara di dalam ruangan yang kurang baik,suhu, kelembapan).
Berdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National lnstitutefor Occupational Safety
and Health), suatu badan untuk kesehatan dan keselamatan di Amerika Serikat menunjukkan
enam sumber utama pencemaran udara di dalam suatu gedung yaitu:

Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung (17%) Pencemaran akibat mesin foto kopi,

asap rokok, pestisida, bahanbahan pembersih ruangan dan lain-lain.


Pencemaran dari luar gedung (11%) Masuknya gas buang kendaraan bermotor yang
lalu lalang, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, yang
kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan pemasukan udara yang tidak tepat.

Pencemaran akibat bahan bangunan (3%) Formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan

bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut.


Pencemaran mikroba (5%) Bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang
dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh lokasi

lubang sistemnya.
Gangguan ventilasi (52%) Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi
udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara temyata punya peranan besar

dalam menentukan sehat tidaknya lingkungan udara di dalam suatu gedung.


Tak diketahui (12%).1,2,5

3. Hubungan pajanan dengan penyakit


Pasien mengatakan ia baru lulus dan langsung bekerja di tempat ia bekerja sekarang,
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat penyakit akibat kerja. Pasien
sudah berobat sebanyak 3 kali dalam 3 minggu dengan keluhan yang sama, dikatakan bahwa
gejala-gejala tersebut masih kambuh setelah pemberian antibiotik. Pasien tidak mengatakan
bahwa keluhannya berkurang atau tidak apabila sedang libur atau sepulang kantor, tetapi
dapat disimpulkan, dilihat dari lingkungan tempat kerjanya, dimana ada beberapa temannya
yang mengalami keluhan yang serupa, maka kemungkinan besar penyakit ini berhubungan
dengan pekerjaan atau dengan lingkungan kerja. Pajanan bisa didapatkan melalui teman
kantornya yang sedang sakit, atau dari gedung itu sendiri (Sick Building Syndrome).1,2,5
4. Pajanan yang dialami cukup besar
Apabila pajanan berupa faktor biologis (jamur, bakteri, serbuk sari, organisme lain),
maka kita tidak bisa mengukur apakah pajanan tersebut cukup besar untuk menimbulkan
suatu penyakit, tergantung dari daya tahan tubuh individu, tetapi apabila pajanan didapatkan
dari gedung tempat pasien bekerja, maka ada beberapa batas ambang yang dapat dijadikan
tolak ukur timbulnya gejala-gejala seperti iritasi pada mukosa dan lendir serta gatal pada
kulit.
Epidemiologi
Legionella pneumophila pertama kali ditemukan pada tahun 1976 dan selanjutnya
diidentifikasi sebagai penyebab dari beberapa wabah pneumonia terdahulu (penyakit
Legionnare) dan penyakit serupa influenza (demam Pontiac). Lebih dari 30 species
Legionella lainnya telah diidentifikasi, 16 di antaranya dapat menyebabkan penyakit
pernapasan serupa yang disebut Legionellosis.6
Penyakit Legionnaire
6

Paling

September/Oktober di Inggris.
Jarang menyebabkan infeksi subklinis, dan infeksi pada anak-anak sangat jarang
Dapat terjadi secara sporadik atau pada wabah, seringkali terpusat dalam institusi

seperti hotel atau rumah sakit.


Angka serangan <5% dalam keadaan wabah. Klaster kasus seringkali terkait

dengan resort Mediterania; akan tetapi, hanya 23% kasus terjadi dalam klaster.
52% kasus di Inggris berkaitan dengan bepergian, 91% di antaranya berkaitan

dengan bepergian ke luar negeri,


Paling sering terjadi pada pasien dengan diabetes, keganasan, yang mengalami

dialisis atau pada perokok serta peminum alkohol berat.


Mempunyai masa inkubasi 2-10 hari.6

sering

terdapat

pada

pria

usia

pertengahan

dan

pada

bulan

Manifestasi Klinis
Beberapa hal berikut menunjang penyakit Legionnare :

Gejala berat menyerupai influenza (80%) dengan demam, kaku otot, mialgia, dan

nyeri kepala.
Adanya gejala ekstrapulmonal yang menonjol (35%), seperti diare, nyeri abdomen,

hematuria, dan konfusi.


Berkembangnya gejala dada seperti batuk kering dan dispnea. Hemoptisis, nyeri dada,

dan batuk produktif dapat terjadi kemudian.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan toksisitas sistemik, bradikardia relatif, takipnea,
dan krepitasi pada auskultasi.6

Patologi dan patogenesis


Legionella pneumophila menyebabkan inflamasi alveolar dan interstisial dengan
terbentuknya konsolidasi berbentuk bercak atau penyebaran luas pada paru. Organisme ini
merupakan patogen intraselular, parasit pada makrofag saat bermultiplikasi, melawan
pertahanan pejamu. Keberhasilan pemulihan dari infeksi terutama bergantung pada imunitas
yang diperantarai sel.
5. Faktor individu
Status kesehatan pasien : Perlu diketahui riwayat sakit pasien seperti riwayat infeksi,
riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat alergi, riwayat pengobatan, kebiasaan seperti
olahraga, merokok, konsumsi alkohol.
Status kesehatan mental : Tidak diketahui secara jelas. Tetapi pasien yang mengalami
pajanan di tempat kerja biasanya lama-lama akan menimbulkan keluhan-keluhan yang tidak
7

kunjung sembuh sehingga menurunkan kinerja dan produktivitas pasien, stress kerja juga
dapat timbul dikarenakan pajanan tersebut telah mengurangi efisiensi kinerjanya, sehingga
merambat pada jumlah absensi yang meningkat dan pekerjaan yang menumpuk.
Higiene perorangan : untuk mengetahui apakah penyakit yang tiimbul diakibatkan karena
pasien tersebut tidak menjaga kesehatan dan kebersihan tubuhnya.
6. Faktor lain di luar pekerjaan

Hobi : tidak disebutkan.


Kebiasaan : tidak disebutkan.
Pajanan yang ada di rumah : tidak disebutkan.
Pekerjaan sambilan : tidak disebutkan.

Apabila ditemukan adanya faktor lain di luar tempat bekerja, kemungkinan faktor-faktor
inilah yang menyebabkan penyakit pasien, atau justru dapat memperberat keluhan pasien.
7. Diagnosis Okupasi
Diagnosis okupasi berdasarkan hubungan dengan kausalnya, terbagi menjadi 4 tipe :

PAK atau PAHK


penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja
belum dapat ditegakkan, informasi tambahan
bukan PAK.1
Penyakit akibat hubungan kerja (PAHK): Sick Building Syndrome. Diagnosis ini saya

ambil berdasarkan adanya hubungan penyakit dengan pekerjaan pasien anamnesa dimana
pasien sudah 3 kali berobat dengan keluhan yang sama, kambuh, dan tidak hilang dalam
pemberian antibiotik. Diagnosa juga diperkuat dengan gejala klinis pasien yang berhubungan
dengan iritasi mukosa dan kulit, serta adanya keluhan yang sama pada beberapa orang di
tempat kerjanya.
Differential Diagnosis
1. Rinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
tersebut.
Gejala klinis

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya
bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak
dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses
membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya
lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai
bersin patologis. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring.
Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang-garis hitam melintang pada tengah
punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat
(allergic salute), pucat dan edema.
2. Common Cold
Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu reaksi inflamasi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh infeksi virus. Berbagai virus penyebab:

Rhinovirus
Virus influenza A, B, C
Virus Parainfluenza
Virus sinsisial pernafasan.
Semuanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh

penderita. Common cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek
pada suatu saat dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau
meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita secara umum dan kebiasaan makan
seseorang juga tampaknya tidak berpengaruh.
Gejala klinis
Sesak nafas dengan/ tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung
meler, batuk,suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya ringan).Gejala biasanya akan
menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali
berlangsung sampai minggu kedua.
3. Legionnaire disease e.c Sick Building Syndrome

Legionella pneumophila merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan


pneumonia. Pneumonia akibat bakteri ini sering ditemukan pada penderita yang bekerja pada
ruangan tertutup dan ber-AC sentral yang merupakan epidemiologi dari penyakit ini.
Diagnosis dapat juga di tegakkan berdasarkan pada adanya gambaran klinis dan eksklusi
penyebab pneumonia lainnya dengan uji laboratorium. Adanya Legionella pada spesimen
klinis dapat menunjukkan diagnosis yang spesifik dengan cepat,. Pada pemeriksaan x-ray
hasilnya bervariasi. Pemeriksaan fisik auskultasi pada penderita Pneumonia yang disebabkan
oleh bakteri ini ditemukan suara ronki kering.
Bakteri Legionella banyak ditemukan pada pendingin ruangan, alat pelembap udara,
wadah penyimpanan air minum, bahkan pada tangki penampung air panas. Penularan terjadi
melalui aerosol, penyemprotan dengan air yang terkontaminasi, atau infeksi luka yang
terkena air dengan legionella. Faktor resiko penyakit ini meliputi lanjut usia, merokok,
PPOK, sistem imun yang lemah, bekerja di ruangan dengan AC sentral.
Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 1-10 hari, namun biasanya berkisar antara
5-6 hari. Gejala klinisnya meliputi kelelahan, demam (sering tinggi), menggigil dan nyeri
otot, batuk kering, batuk, dengan atau tanpa sputum/dahak, nyeri dada dengan batuk atau saat
bernapas, kehilangan nafsu makan, sakit kepala. Gejala yang terjadi jika infeksi menjadi
serius meliputi sesak napas, sakit perut, mual, muntah, atau diare, masalah mental,
kebingungan atau kehilangan memori.
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Pengobatan non-medikamentosa pada sick building syndrome sebagian besar terdiri
dari tercapainya kenyamanan pasien, dengan menjelaskan penyakit ini yang kemungkinan
berasal dari lingkungan kerja dan apabila perlu, pasien menjauh sementara dari tempat ia
bekerja. Bisa juga dilakukan pemeriksaan khusus, seperti pengukuran intensitas faktor
bahaya, pelaksanaan tindakan pengendalian apabila ada beberapa orang yang terkena.
Penatalaksanaan yang paling baik ialah dengan menjauhkan atau memindahkan
penderita ke pekerjaan lain yang tidak mengandung resiko bahaya untuk mengurangi atau
menghentikan paparan dan dengan memberikan terapi simptomatik seperlunya. Dalam
10

rangka jaminan sosial, penyakit akibat kerja juga wajib dilaporkan, dan tenaga kerja yang
menderita penyakit akibat kerja memiliki hak atas jaminan sebagaimana berlaku bagi
kecelakaan kerja.1,3
2. Medikamentosa
Hanya ada beberapa studi klinis tentang pengobatan Legionnaires disease, maka bukti
untuk rekomendasi pengobatan terbatas. Satu studi klinis menunjukkan pengobatan dengan
golongan fluroquinolone (pefloksasin) meningkatan kelangsungan hidup pasien daripada
pengobatan menggunakan eritromisin.7
Antibiotik makrolida seperti clarithromycin dan azithromycin lebih efektif
dibandingan dengan eritromisin. Antibiotik -Laktam juga tidak efektif untuk penyakit
legionella, namun ini adalah pilihan pertama untuk pneumonia pneumokokus dan biasanya
digunakan bersama-sama dengan macrolide untuk mengobati pneumonia berat.7
Tetapi banyak pasien dengan penyakit ini hanya diobati dengan macrolides dan
antibiotic -laktam, dikarenakan keterlambatan terapi untuk penyakit legionella. ini
menyebabkan meningkatnya mortalitas.7
Kebanyakkan pasien pulih dari demam dalam waktu 3-5 hari. Total durasi pengobatan
biasanya 10-14 hari (5-10 hari bila menggunakan azitromisin), tetapi untuk pasien dengan
immunosupresi disarankan 21 hari.7
Pencegahan
Prinsip pencegahan Sick Building Syndrome
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa upaya yang telah terangkum
dalam program K3. Dengan sosialisasi yang baik dan pemahaman kepada setiap pekerja
maka kemungkinan Sick Building Syndrome di tempat kerja tidak akan terjadi.
Pola Hidup Sehat dalam bekerja
Hidup sehat di mulai dari diri dan lingkungan dimana lingkungan tempat kerja terdiri
dari tiga bagian yang telah ada dalam program K3 :

Ruang kerja
o Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
o Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu ditingkatkan
o Menyimpan tanaman hias seperti jenis sansiviera
Toilet/Kamar mandi
o Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
11

o Mengidentifikasi sumber lokasi pajanan air


o Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan

berupa gambar dll.


o Penyediaan bak sampah yang tertutup.
o Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
Kantin
o Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala,
celemek, sarung tangan).
o Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
o Lantai tetap terpelihara.
o Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak
menggunakan minyak goreng secara berulang.
o Penyediaan bak sampah yang tertutup.

Sisi Negatif Penggunaan AC (Air Conditioner)


Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami
dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan
akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berkembang biak. Kondisi tersebut
mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan.8
Banyaknya aktivitas di dalam gedung dapat meningkatkan jumlah polutan dalam
ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap
manusia semakin tinggi, namun hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.8
Pada dasarnya, desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara kontinu
dapat mengeluarkan sebagian bahan polutan. Namun, kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di
dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Hasil pemeriksaan The National
Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber
pencemaran di dalam ruangan, yaitu :

Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, dan bahan-

bahan pembersih ruangan.


Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas
dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana semuanya dapat
terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
12

Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem,


asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung

tersebut.
Pencemaran akibat mikroba, dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk
mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta

seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara, berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.8
Tanpa disadari, kita banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan pendingin

udara atau air conditioner (AC). Mulai dari kantor, mobil, angkutan umum, pertokoan, hingga
kamar tidur. Kita sekedar mencari kenyamanan di tengah iklim tropis yang sering membuat
panas, tanpa peduli efek buruk di balik kenyamanan udara dingin yang dihasilkan mesin
penyejuk ruangan (AC). Sesungguhnya, berada di ruang ber-AC dalam waktu yang terlalu
lama dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, antara lain:

Kegemukkan (Obesitas)
Sejumlah penelitian menyajikan fakta bahwa suhu udara yang nyaman menjadi salah
satu dari 10 penyebab utama kenaikan berat badan. Suhu udara yang nyaman
seringkali membuat orang malas bergerak.Minimnya aktivitas tubuh sesungguhnya
meniadakan pelepasan energi pembakaran lemak. Dalam jangka panjang, timbunan
lemak akan terakumulasi dan memicu obesitas. Sebab itu, mereka yang terbiasa hidup
di ruangan ber-AC disarankan memiliki jadwal rutin berolah raga untuk membakar

lemak tubuh.8
Sick Building Syndrom
Perbedaan suhu udara antara ruangan berpendingin udara dan di luar ruangan bisa
mempengaruhi daya tahan tubuh. Beranjak ke ruang dingin dalam kondisi bercucur
keringat usai melakukan aktivitas di bawah sinar matahari bisa mengakibatkan sakit

kepala, lemas, sesak napas, bahkan sulit berkonsentrasi.8


Penularan Penyakit
Hampir semua ruang ber-AC minim dengan ventilasi. Kondisi ini membuat sirkulasi
udara tidak lancar dan hanya menghasilkan udara daur ulang. Saat salah satu
penghuninya membawa virus, otomatis virus itu akan terperangkap di ruangan

sehingga berpotensi menular ke penghuni lain dengan cepat.8


Penuaan Kulit

13

Mesin pendingin udara bekerja menurunkan temperatur udara dengan menangkap


partikel-partikel air di udara untuk memproduksi hawa dingin. Kondisi ini secara tak
langsung menurunkan kelembaban udara yang memicu masalah kulit kering.
Jika sebagian besar waktu kita habis di ruang berpendingin udara, biasakan
menggunakan pelembab ekstra untuk kulit. Kita harus memiliki cara untuk menjaga

kelembaban kulit demi mempertahankan elastisitasnya.


Menurunkan Semangat di Pagi Hari
Sebuah hasil penelitian di Singapura menunjukkan, bahwa tidur dengan menyalakan
AC di malam hari, dan menutup rapat semua jendela, dapat menyebabkan tidak
bersemangat setelah bangun.

Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghindari dampak negatif AC:

Sebaiknya luangkan waktu Anda, walau sedikit, untuk berjalan-jalan keluar ruangan.

Selain baik bagi tubuh, pikiran juga akan terasa lebih rileks.
Jangan biarkan udara AC langsung mengenai tubuh karena dapat berefek buruk pada

kesehatan.
Aktifitas fisik, terlebih olahraga teratur, sangat dianjurkan. Termasuk pula Anda yang

menjalani rutinitas sehari-hari di ruang ber-AC.


Jagalah kebersihan. Secanggih apapun fasilitas yang Anda gunakan demi kenyamanan

Anda bekerja, tidak akan efektif jika Anda tidak menjaga kebersihan ruangan tersebut.
Biarkan sesekali udara dan cahaya masuk ke dalam ruangan ber-AC Anda, untuk

memberikan efek fresh pada udara dalam ruangan tersebut.


Letakkan tanaman indoor di tempat Anda bekerja, tanaman tersebut sangat membantu

mengurangi dampak polusi.


Bagi pekerja kantor, jujur pada diri sendiri jika kondisi kesehatan sedang tidak fit,
sebaiknya minta izin untuk tidak masuk daripada menularkan penyakit ke orang lain.8

Pencegahan Sick Building Syndrome


Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditangani secara simtomatis asal
diikuti dengan upaya agar suasana lingkungan udara digedung tempat kerja menjadi Iebih
sehat.Yang perlu mendapat perhatian utama tentu bagaimana pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menghindari suatu gedung menjadi penyebab sindrom gedung sakit ini.
Ternyata upaya pencegahannya cukup luas, menyangkut bagaimana gedung itu dibangun,
14

bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang digunakan di dalam gedung, perawatan alatalat dan lain-lain. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

Umumnya penderita Sick Buliding Syndrome akan sembuh apabila keluar dari dalam
gedung tersebut, gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat

simtomatis (obat-obat penghilang gejala penyakit).


Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan
terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini
perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan
sumber- sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk
ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian
rupa agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply
udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula
harus diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan-

penambahan karyawan baru dalam jumlah yang signifikan.


Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih
ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih

ramah lingkungan (green washing, non toxic, natural, ecological friendly).


Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam
satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian

ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai.


Jangan asal membuat sekat ruangan saja, dan jangan terus menerus menambah jumlah

orang untuk bekerja dalam satu ruangan sehingga menjadi penuh sesak.
Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotocopy,

diletakkan dalam ruangan terpisah.


Renovasi kantor dengan menggunakan bahan-bahan bangunan baru, cat baru, lem
baru, agar dipasang exhaust fan yang memadai agar pencemaran dari volatile organic
compounds (VOCs), terutama uap benzene dan formaldehyde yang berasal dari
bahan-bahan bangunan baru dapat segera dibuang.8

Rujukan
Rujukan kasus kepada dokter umum diperlukan untuk menentukan diagnosi, terapi,
dan apabila diperlukan rawat inap di rumah sakit. Rujukan untuk mendapatkan informasi
yang lebih lengkap dapat diajukan kepada dokter spesialis penyakit yang berkaitan dengan
keluhan pasien. Rujukan kepada dokter spesialis okupasi dapat diajukan apabila diperlukan
rujukan dalam pengendalian perusahaan.
15

Prognosis
Dubia

PENUTUP
Kesimpulan
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni
gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang
dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat
penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi.Penyebab terjadinya Sick Building
Syndrome berkaitan erat dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai karena
kurangnya udara segar masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata,
serta kurang baiknya perawatan sarana ventilasi (indoor air quality). Seseorang dinyatakan
menderita Sick Building Syndrome apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari
sekumpulan gejala lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata gatalgatal, mata pedih, mata kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal-pegal,sakit leher atau
penggung, dalam kurun waktu yang bersamaan.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Ladou J. Current occupational and environmental medicine. The McGraw Hill
companies: 2007. New York; 4th ed. p.719-24.
2. Burge PS. Sick building syndrome. Occup environ med: 2004. p.61: 125-190.
3. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Sagung Seto: 2009. Jakarta;
h.55-60.
4. Widoyono. Penyakit tropis. Erlangga: 2011. Jakarta; Ed. 2. h.204-8.
5. Levy BS, Wegman DH, Baro SL, Sokas RK. Occupational and environmental health.
Lippincot Williams and Wilkins: 2006. Philadelphia; 5th ed. p.415-17.
6. Kowalak JP. Infeksi saluran pernafasan bawah. Dalam: Buku ajar patofisiologi. EGC:
2011. Jakarta; h.62-4.
7. WHO. Legionella and The Prevention of Legionellosis. 2007. India. Diunduh dari:
www.who.int/water_sanitation_health/emerging/legionella.pdf , 13 Oktober 2012.
8. Aditama, Yoga dan Andarini. Sick Building Syndrome. Jurnal Med Indonesia: 2002.

Jakarta; Vol.11 No.2.

17

Anda mungkin juga menyukai