Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan hanya
bermanifestasi selama usia reproduktif. Faktor risiko mioma uteri antara lain usia
penderita, hormon endogen, riwayat keluarga, etnik, berat badan, diet, kehamilan
dan
paritas,
dan
kebiasaan
merokok.
Faktor-faktor
yang
menginisiasi
pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti, namun telah diketahui bahwa
hormon estrogen memang menjadi prekursor pertumbuhan miomatosa. Bila
terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma dapat
mengalami
perubahan
sekunder
atau
degeneratif.
Walaupun
seringkali
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. UTERUS
2. 1. Anatomi Uterus
Uterus merupakan organ otot yang sebagian tertutup oleh peritoneum,
sedangkan kavumnya dilapisi oleh endometrium. Bentuk uterus seperti buah pir
dengan struktur badannya berbentuk segitiga, dengan serviks agak lurus dan
menonjol ke vagina. Isthmus antara ostium uteri internum dan kavum endometrial
saat hamil menjadi segmen bawah rahim (SBR).
. Tuba Fallopii berinsersi pada kornu uteri, dan fundus uteri berada di atas
insersio tuba. Sedikit di bawah insersio tuba tempat asal ligamentum rotundum
dan ligamentum latum. Ukuran uterus sebelum menarke adalah 2.5 x 3.5 cm, saat
dewasa 6 x 8 cm, dan pada multipara 9 x 10 cm. Berat uterus sebelum hamil
adalah 70-80 gr, saat hamil 1100 gr, dengan volume saat hamil 5 liter. Peritoneum
penutup uterus melekat erat kecuali di bagian bawahnya plika vesikouterina dan
bagian lateralnya membentuk ligamentum latum, terus menuju dinding pelvis
melalui ligamentum infundibulopelvikum. Di bagian bawah dekat serviks terjadi
penebalan menjadi satu dengan jaringan ikat tulang pelvis menjadi ligamentum
kardinale
Mackenrodt.
Ligamentum
sakrouterina,
terletak
posterolateral
supravaginal dan serviks melingkari rektum menuju tulang sakrum S2 dan S3.
Pembuluh darah uterus terdiri atas arteri uterina dan arteri ovarika. Arteri
uterina, cabang arteri hipogastrika interna, masuk melalui ligamentum latum
menuju uterus. Arteri ovarika merupakan cabang dari aorta melalui ligamentum
infundibulopelvikum. Membentuk beberapa cabang menuju hilum ovarii dan
sepanjang ovarium di tepi bagian atasnya dan mengadakan anastomosis dengan
cabang arteri ovarika dari arteri uterina. Pembuluh darah vena di sekitar uterus
pada ligamentum latum terbentuk pleksus Pampiniformis yang menuangkan darah
ke vena ovarika. Vena ovarika kanan langsung ke vena kava inferior, vena ovarika
kiri menuju vena renalis kiri. Pembuluh limfa uterus menuju beberapa arah yaitu:
serviks menuju kelenjar iliaka atau percabangan arteri iliaka interna, lainnya
menuju kelenjar getah bening periaorta.
2. 3. Fisiologi Uterus
Sistem reproduksi wanita ditandai oleh siklus-siklus kompleks yang terhenti
oleh perubahan yang lebih kompleks lagi sewaktu terjadi kehamilan. Ovarium
berfungsi menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron.
Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon
ini juga meningkatkan sintesis reseptor progesteron di endometrium agar dapat
dipertahankan setelah dipersiapkan oleh estrogen. Di bawah pengaruh
progesteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat
penimbunan elektrolit dan air untuk mempermudah implantasi, merangsang
kelenjar
endometrium
agar
mengeluarkan
dan
menyimpan
glikogen,
B. MIOMA UTERI
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel.
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 2030% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,3911,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 3545 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,kegemukan dan
nullipara.
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 3545 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3) Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4) Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
2.4 Patofisiologi
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat laindalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosterone. Puuka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor esterogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer, asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator
dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum
diketahui
pasti.
Dari
penelitian
menggunakan
glucose-6-phosphatase
Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding dengan miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah
dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dari
mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran
tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya
sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat,
kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.
2.5 Klasifikasi Mioma Uteri
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
Gambar.
Jenis-
jenis
mioma
uteri
1.
Mioma
Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan.
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. .
2) Rasa nyeri
10
11
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Mioma yang terletak di
daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet
dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Dapat menyebabkan
gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan untuk motilitas
sperma di dalam uterus. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada
keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium di mana terjadi
atrofi karena kompresi massa tumor.
2.7 Mioma Uteri dan Kehamilan
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan:
-
distorsi
khususnya
kavum
pada
uteri
mioma
submukosum
-
Plasenta
previa
bulan-bulan
pertama
karena
pengaruh
estrogen
yang
meningkat
dan
plasenta
akreta
nifas
Namun,
mioma
menyebabkan perdarahan.
seperti
telah
diutarakan
pengangkatan
demikian
itu
sarang
jarang
dapat
akut abdomen.
menghalangi
kemajuan
12
Persalinan prematuritas.
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi
berdasarkan
pada
kemungkinan
adanya
keganasan,
2.8 Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Pemeriksaan fisik
13
14
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif.
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih
besar dari kehamilan 1012 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Penanganan konservatif
bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.
2. Terapi Operatif
Pengobatan
operatif
meliputi
vagina.
Pengambilan
sarang
mioma
subserosum
dapat
umumnya
tindakan
terpilih.Histerektomi
dapat
dilaksanakan
prolapsus
Histerektomi
total
uteri
akan
umumnya
mempermudah
dilakukan
dengan
prosedurpembedahan.
alasan
mencegah
15
3. Terapi Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH,
progesteron,
danazol,
gestrinon,
tamoksifen,
goserelin,
16
pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum
terbukti saat ini.
c. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi
androgenik. Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma terjadi
peningkatan
aktifitas
5-reduktase
pada
miometrium
dibandingkan
17
18
o o
Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,320,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 5075% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaanakan keganasan uterus apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
19
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan hanya
bermanifestasi selama usia reproduktif. Faktor risiko mioma uteri antara lain usia
penderita, hormon endogen, riwayat keluarga, etnik, berat badan, diet, kehamilan
dan
paritas,
dan
kebiasaan
merokok.
Faktor-faktor
yang
menginisiasi
pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti, namun telah diketahui bahwa
hormon estrogen memang menjadi prekursor pertumbuhan miomatosa. Bila
terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma dapat
mengalami
perubahan
sekunder
atau
degeneratif.
Walaupun
seringkali
DAFTAR PUSTAKA
20