Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

A. DEFINISI
1. Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan (pengalaman emosional dan sensori)
yang berbuhungan dengan kerusakan jaringan atau cedera pada tubuh.

Menurut

International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
2. Nyeri akut adalah nyeri yang muncul akibat jejas, trauma, spasmus, atau penyakit pada
kulit, otot, struktur somatik, atau organ dalam/viscera tubuh. Intensitas nyeri
sebanding dengan derajat jejas, dan akan berkurang sejalan dengan penyembuhan
kerusakan jaringan. Tanda-tanda aktivitas sistem saraf otonom (misalnya takikardia,
hipertensi, berkeringat, dilasi pupil yang berkepanjangan, demam) sering menyertai
sensasi nyeri akut. Biasanya, nyeri akut berkaitan dengan suatu kejadian, dan secara
alami bersifat linier (dengan kata lain ada permulaan dan akhirnya), memiliki arti dan
tujuan positif, dan sering berkaitan dengan tanda-tanda fisik. Dua tipe sindroma nyeri
akut yang utama adalah nyeri somatis dan nyeri viscera.
3. Nyeri somatis adalah akibat aktivasi nociceptor pada jaringan kutan dan dalam.
4. Nyeri somatis permukaan/superfisial adalah akibat stimulasi nociceptor di dalam kulit
atau jaringan subkutan dan mukosa yang mendasari. Hal ini ditandai dengan adanya
sensasi/rasa berdenyut, panas atau tertusuk, dan mungkin berkaitan dengan rasa nyeri
yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak mengakibatkan nyeri
(misalnya allodinia), dan hiperalgesia. Jenis nyeri ini biasanya konstan dan jelas
lokasinya. Nyeri superfisial biasanya terjadi sebagai respon terhadap luka terpotong,
luka gores dan luka bakar superfisial.
5. Nyeri somatis dalam. Nyeri somatis dalam diakibatkan oleh jejas pada struktur dinding
tubuh (misalnya otot rangka/skelet). Berlawanan dengan nyeri tumpul linu yang
berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat diketahui di mana lokasi persisnya
pada tubuh; namun, beberapa menyebar ke daerah sekitarnya. Nyeri pascabedah
memiliki komponen nyeri somatis dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka.
6. Nyeri viscera disebabkan oleh jejas pada organ dengan saraf simpatis. Nyeri ini dapat
disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada dinding otot polos, tarikan
cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati), iskemi otot skelet, iritasi
serosa atau mukosa, pembengkakan atau pemelintiran jaringan yang berlekatan dengan
organ-organ ke ruang peritoneal, dan nekrosis jaringan. Nyeri yang disebabkan oleh
1

bagaian dalam perut atau pelvic biasanya ditandai dengan distribusi dan kualitas nyeri
yang tidak jelas. Biasanya terasa sebagai nyeri yang dalam, tumpul, linu, tertarik,
diperas atau ditekan. Nyeri yang sangat ektrim, biasanya terasa sebagai nyeri
paroksismal atau kolik dan nyeri ini dapat disertai dengan mual, muntah, berkeringat
dan perubahan tekanan darah dan denyut nadi/kecepatan jantung. Nyeri viscera
seringkali muncul pada awal awitan (onset) atau pada stadium dini suatu penyakit.
Sensasi nyeri yang berasal dari organ dalam sering dipersepsikan sebagai nyeri yang
berasal dari bagian tubuh yang lebih supersifial/permukaan, biasanya daerah-daerah
yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama; lokasi nyeri di bagian superfisial atau
bagian dalam yang berjauhan dengan sumber patologi yang sebenarnya biasa disebut
sebagai referred pain (nyeri alih). Infark miokard akut dan pankreatitis akut
merupakan salah satu contoh dari nyeri viscera.
7. Nyeri kronis adalah nyeri yang bertahan selama minimum 6 bulan dan menunjukkan
ciri-ciri yang jelas berbeda jika dibandingkan dengan nyeri akut. Misalnya, nyeri akut
hanya terjadi pada suatu waktu/kejadian tertentu, sedangkan nyeri kronis biasanya
merupakan bagian dari situasi yang lebih kompleks. Nyeri akut mempunyai awal dan
akhir yang jelas. Nyeri kronis, cenderung sirkuler; awal nyeri dengan cepat terlupakan
karena siklus nyerinya tidak pernah berakhir. Nyeri akut mempunyai konotasi yang
positif dalam arti nyeri tersebut merupakan tanda siaga adanya jejas pada tubuh,
sedangkan nyeri kronis tidak mempunyai tujuan fisiologis tertentu. Terakhir, nyeri
kronis tidak mempunyai tanda-tanda dan gejala klinis, sehingga patofisiologi yang
mendasarinya biasanya tidak terdeteksi pada pemeriksaan fisik atau radiologis. Nyeri
kronis dapat muncul dari lokasi viscera, jaringan miofasial, atau penyebab-penyebab
neurologis, dan biasanya dibedakan menjadi nyeri maligna (kanker atau keganasan)
dan nyeri non-maligna (jinak).

Nyeri merupakan suatu sensasi tidak menyenangkan yang terjadi pada seseorang
apabila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Sensasi yang tidak menyenangkan
dapat berupa perasaan sakit seperti tertusuk jarum, seperti terbakar, atau hantaman benda
tumpul. Perasaan tersebut hanya dapat diketahui melalui ungkapan verbal seseorang,
perubahan tanda vital, atau melalui pemeriksaan tertentu yang dapat menggambarkan bentuk
kerusakan yang terjadi pada tubuh seseorang.
Sebagian besar alasan seseorang datang berobat ke rumah sakit adalah karena adanya
masalah kesehatan yang menimbulkan sensasi yang tidak menyenangkan. Ini artinya sebagian
besar masalah kesehatan dapat menimbulkan rasa nyeri atau sensasi yang tidak
menyenangkan. Bahkan mungkin secara tidak langsung setiap saat seseorang dapat merasakan
nyeri atau sensasi yang tidak menyenangkan. Yang membedakan dalam hal ini adalah tingkat
atau skala nyeri yang dirasakan. Nyeri yang ringan mungkin dapat dikontrol dengan berbagai
2

cara tanpa memerlukan penanganan khusus atau medis. Namun untuk skala nyeri yang sudah
mempengaruhi kenyamanan seseorang dan mengganggu aktivitas, kemungkinan seseorang
akan lebih memilih untuk mendapatkan penanganan medis.
Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani perlu membuat panduan bagi staf pemberi pelayanan
kesehatan tentang pengelolaan nyeri pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
layanan asuhan kesehatan di Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani. Berdasarkan lingkup pelayanan
yang diberikan, rumah sakit menjalankan proses mendidik staf tentang rasa sakit. Dalam
panduan pengelolaan nyeri ini meliputi cara melakukan asessmen nyeri dan pengelolaan nyeri
yang dilakukan pada pasien yang dirawat di RS Prof. Dr. Tabrani.

B. TUJUAN
Tujuan umum dari panduan ini adalah untuk meningkatkan mutu asuhan pada pasien
di Rumah Sakit Prof Dr Tabrani. Sedangkan Tujuan Khusus dari panduan ini adalah:
1. Sebagai acuan untuk staf pemberi layanan kesehatan dalam mengelola nyeri pasien
di RS Prof Dr Tabrani.
2. Menyeragamkan cara pengelolaan nyeri pasien RS Prof Dr Tabrani.
3. Mengurangi level nyeri pasien RS Prof Dr Tabrani.
4. Meningkatkan kenyamanan pasien RS Prof Dr Tabrani.

BAB II
RUANG LINGKUP
3

Ruang lingkup dari panduan ini adalah semua staf pemberi pelayanan kesehatan di RS
Prof. Dr. Tabrani.

BAB III
TATA LAKSANA

A. PENGKAJIAN / ASSESMEN NYERI


Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara asesmen
manajemen nyeri yang sesuai. Pengkajian nyeri yang menyeluruh / comprehensive adalah
landasan manajemen nyeri yang efektif, meliputi wawancara ke pasien, pengkajian fisik,
pengkajian riwayat pengobatan, pengkajian riwayat pembedahan dan penyakit pasien,
pengkajian riwayat psikososial pasien, lingkungan fisik dan gambaran diagnostic. Pengkajian
harus menggambarkan penyebab, keefektifan tindakan dan dampak pada kualitas hidup pasien
dan keluarga.
Tujuan pengkajian nyeri, antara lain:
1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman nyeri pasien melalui cara yang
sesuai dengan standar.
2. Untuk membantu menentukan jenis nyeri dan penyebab nyeri pasien.
3. Untuk membantu menentukan dampak dan akibat dari pengalaman nyeri pasien
berdasarkan kemampuan individual dalam beraktifitas.
4. Untuk membantu komunikasi antar tim multidisiplin dalam pemberian asuhan kepada
pasien.
Secara umum pengkajian nyeri di Rumah Sakit Prof Dr Tabrani dilakukan dengan
menggunakan metode PQRST. Format pengkajian PQRST ini mencakup:

P: Penyebab

Q: Kualitas dan Kuantitas


R: Regio dan Radiasi

S: Skala dan Kedalaman

T: Waktu dan Tipe Onset

Apa yang menyebabkan nyeri?

Apa yang dapat mengurangi rasa nyeri?

Apa yang memperburuk rasa nyeri?

Seperti apa nyeri yang dirasakan?

Berapa kali terasa?

Dimana letak nyeri?

Apakah menjalar, kemana?

Berapa skala nyeri yang dirasakan?

Apakah mempengaruhi aktivitas?

Kapan nyeri dirasakan?

Apakah tiba-tiba atau bertahap?

Berapa sering nyeri terasa?

Table 1. metode pengkajian nyeri PQRST


5

B. INSTRUMEN PENGKAJIAN NYERI


Berdasarkan lingkup pelayanan yang diberikan, rumah sakit mempunyai prosedur
untuk identifikasi pasien yang kesakitan. Pasien yang kesakitan mendapat asuhan sesuai
pedoman manajemen nyeri. Informasi laporan-sendiri juga dapat diperoleh menggunakan
berbagai cara penilaian nyeri. Perlu diingat, bahwa kedalaman dan kompleksitas cara-cara
untuk penilaian nyeri ini bervariasi. Idealnya, cara-cara untuk penilaian ini mudah digunakan,
mudah dimengerti oleh pasien, dan valid, sensitif serta dapat dipercaya. Tindakan untuk
menentukan lokasi fisik dan tingkat keparahan nyeri adalah yang paling sering dilakukan.
1. Skala analog visual (visual analog scale/VAS)
Skala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri (Gambar 7-3). Skala linier ini menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang myngkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili
sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada
kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu
mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Namun, pada periode pascabedah,
VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS diperlukan koordinasi visual dan motorik
serta kemampuan konsentrasi. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda
rasa nyeri.
2. Skala numerik verbal (Numeric Rating Scale)
Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat
nyeri. Dua ujung ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala
reda nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena
secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik.
Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang, parah.
Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit
berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi
pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

Gambar 1. (A) Skala analog visual. (B) Skala numeric verbal. (C). Skala penilaian verbal.
Kelemahan dari VAS (visual analog scale) dan skala numeric verbal adalah tidak
dapat digunakan pada pasien anak umur kurang dari tujuh tahun. VAS dan Skala numeric
hanya dapat digunakan pada pasien dewasa dan pasien dalam kondisi sadar serta dapat
berkomunikasi dengan baik. Maka dalam pengkajian nyeri pemilihan instrumen sangat
penting, dan harus disesuaikan dengan umur dan kondisi pasien.
3. Face Pain Rating Scale
Skala wajah untuk menilai nyeri dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan cara
penilaian yang dapat digunakan untuk anak-anak. Perkembangan kemampuan verbal dan
pemahaman konsep merupakan hambatan utama ketika menggunakan cara-cara penilaian
nyeri yang telah dikemukakan di atas untuk anak-anak usia kurang dari 7 tahun. Skala wajah
dapat digunakan untuk anak-anak, karena anak-anak dapat diminta untuk memilih gambar
wajah sesuai rasa nyeri yang dialaminya. Pilihan ini kemudian diberi skor angka. Skala wajah
Whaley dan Wong menggunakan 6 kartun wajah, yang menggambarkan wajah tersenyum,
wajah sedih, sampai menangis, dan tiap wajah ditandai dengan angka 0 sampai 5. Skala
Whaley dan Wong ini dapat mengatasi kesulitan yang ditemui pada cara-cara penilaian nyeri
yang lain yaitu dalam menilai spektrum tidak ada nyeri (pada skala Whaley dan Wong ini:
tidak ada nyeri berarti ekivalen dengan senang).

Gambar 2. Face Pain Rating Scale

C. PENATALAKSANAAN NYERI
7

Dalam penatalaksanaan nyeri, diperlukan data tentang hasil pengkajian nyeri pasien.
Data hasil pengkajian menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan cara penatalaksanaan
nyeri yang paling tepat. Penatalaksanaan nyeri disesuaikan dengan jenis nyeri, skala atau
kedalaman nyeri, keadaan umum pasien serta pertimbangan pertimbangan lain misalnya
kemampuan ekonomi atau kesediaan pasien. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi,
budaya dan sosial pada hak pasien untuk melaporkan rasa nyeri, serta pemeriksaan dan
pengelolaan nyeri secara akurat. Berdasarkan lingkup pelayanan yang diberikan, rumah sakit
menjalankan proses untuk berkomunikasi dan mendidik pasien dan keluarga tentang rasa
sakit.
Secara umum tujuan penatalaksanaan nyeri di Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani adalah:
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten.
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap reaksi terapi nyeri.
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau terapi non
farmakologis. Terapi farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
mengurangi nyeri, sedangkan terapi non farmakologis menggunakan cara-cara tanpa
menggunakan obat-obatan penghilang nyeri. Misalnya saja dengan cara relaksasi, massage,
tekhnik nafas dalam, dan lain sebagainya.
1. Penatalaksanaan Nyeri Dengan Terapi Farmakologis
Terapi obat yang efektif untuk nyeri seharusnya memiliki resiko relatif rendah, tidak
mahal, dan onsetnya cepat. WHO menganjurkan tiga langkah bertahap dalam
penggunaan alagesik. Langkah 1 digunakan untuk nyeri ringan dan sedang adalah obat
golongan non opioid seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, ini diberikan tanpa obat
tambahan lain. Jika nyeri masih menetap atau meningkat, langkah 2 ditambah dengan
opioid, untuk non opioid diberikan dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri
terus-menerus atau intensif, langkah 3 meningkatkan dosis potensi opioid atau
dosisnya sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain.
2. Penatalaksanaan Nyeri Dengan Terapi non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tidakan penanganan nyeri
berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif.
a. Masase kulit
8

Masase kulit dapat memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,
sehingga mampu memblok atau menurunkan implus nyeri.
b. Kompres
Kompers panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat meningkatkan
prosrs penyernbuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
c. Imobilisasi
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin dapat
meredakan nyeri. Kasus seperti rheumatoid arthritis mungkin memerlukan teknik
untuk mengatasi nyeri.
d. Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri. Teknik distraksi
terdapat beberapa macam yaitu : distraksi visual, distraksi pendengaran, distraksi
pernafasan, distraksi intelektual, teknik pernafasan, imajinasi terbimbing.
e. Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan
beberapa kali agar mencapai hasil yang normal.
f. Plasebo
Plaebo merupakan suatu bentuk tidakan, misalnya pengobatan atau tindakan
keperawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti daripada kandungan
fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak berisi analgetika tetapi berisi gula, air atau
saliner dinamakan plasebo
D. KLASIFIKASI DAN MANAJEMEN NYERI
1. Nyeri Akut
a. Karaktristik: nyeri akut biasanya datang secara tiba-tiba, umunya berkaitan dengan
cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada kerusakan sistemik,
nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut
berlangsung beberapa detik hingga enam bulan.
TIPE / SUMBER
Penyakit Akut

DEFINISI
Nyeri yang disebabkan oleh

SUMBER ATAU CONTOH


Appendicitis, renal colic,
9

Perioperative

penyakit akut.
Nyeri pada pasien bedah

myocardial infarction
Bedah kepala dan leher

(termasuk post

karena terpapar penyakit,

Bedah dada dan dinding

operasi)

prosedur pembedahan

dada

(missal terpasang drain,


selang NGT, Komplikasi)
Post traumatic

atau keduanya.
Termasuk nyeri local atau

(trauma mayor)

keseluruhan pada bagian

Bedah abdomen

Bedah vaskuler dan ortopedi

Kecelakaan sepeda motor

Api, terpapar zat kimia

Bone marrow biopsy,

tubuh yang disebabkan oleh


cedera akut.
Nyeri yang disebabkan oleh

Tebakar

terpapar suhu atau terbakar


Procedural

zat kimia.
Nyeri yang berhubungan

(prosedur infasif)

dengan pemeriksaan

endoscopy, catheter

diagnostic atau prosedur

placement, circumcision,

terapi medis.

chest tube placement,

Nyeri yang berhubungan

suturing
Persalinan pervagina atau

Obstetrics

dengan kehamilan dan

operasi cesarean section

persalinan.
Table 2. jenis / tipe umum nyeri akut
b. Manajemen nyeri akut
Tujuan :
1) Mengurangi nyeri sampai pada level / skala yang dapat diterima (skala
ringan).
2) Member fasilitas penyembuhan dari penyakit atau cedera yang diderita.
3) Intervensi awal untuk mengontrol nyeri.
Intervensi non Farmakologis untuk nyeri akut:
TIPE / SUMBER
NYERI
Penyakit Akut

Nyeri Perioperatif

INTERVENSI

Edukasi pasien tentang nyeri

Relaksasi

Imagery

Teknik Distraksi
Edukasi pasien tentang nyeri
10

Trauma

Luka Bakar

Relaksasi

Imagery

Teknik Distraksi

Hypnosis

Akupuntur

Massage / pijat
Istirahat

Relaksasi

Hypnosis

Teknik distraksi
Edukasi pasien

Relaksasi

Teknik distraksi

Imagery

Prosedur Invasif

Terapi music
Immobilisasi

Obstetri

Massage
Edukasi pasien

Relaksasi

Teknik pernafasan

Teknik distraksi

Intervensi Farmakologis nyeri akut:


SUMBER

NON OPIOIDS

OPIOIDS

ADJUVANT

NYERI
Penyakit

ANALGESICS
Paracetamol,

Systemic opioid

akut
Perioperatif

NSAIDs
Paracetamol,

Systemic opioid, termasuk PCA

(termasuk

NSAIDs

post operasi)
Trauma

Paracetamol,

Bolus IV Opioids selama fase

bupivacain)
IV Ketamin

mayor

NSAIDs selama

emergency, IV atau peroral

(sangat jarang

(generalized

fase

Opioids selama fase

digunakan)

pain)

penyembuhan

penyembuhan

Trauma

post trauma
NSAIDs

Bolus atau IV opioids selama

IV Ketamin

mayor

(parenteral atau

fase emergency

(sangat jarang

(regionalized oral selama fase

Local anestesi
(lidocain,

digunakan)
11

pain)

penyembuhan

Luka Bakar

post trauma)
Paracetamol,

Dosis tinggi atau IV Opioids

Parenteral

NSAIDs selama

(misal morphin, Fentanil)

ketamin (sangat

fase rehabilitasi

jarang), IV
lidocain (sangat
jarang)

Trauma

Paracetamol,

Opioids untuk nyeri ringan

Minor
Prosedur

NSAIDs
NSAIDs untuk

sampai nyeri sedang


IV opioids (morphine,

Local anestesi

invasif

analgesic

Hidromorphone, fentanyl)

(lidocain,

sebelum dan

bupivacaine),

setelah prosedur

IV ketamine

Obstetri

Bolus IV Opioids (morphine,


fentanyl, dan hydromorphone)

2. Nyeri Kronis Non Kanker


a. Tujuan Umum Manajemen
1) Mengurangi penderitaan, termasuk nyeri dan masalah emosional.
2) Meningkatkan / memperbaiki fungsi fisik, sosial, vocational dan
recreational.
3) Mengoptimalkan kesehatan, termasuk kesejahteraan psikologis.
4) Memperbaiki

kemampuan

koping (misal

mengembangkan

strategi

pertolongan diri, mengurangi ketergantungan pada sistem asuhan


kesehatan) dan hubungan dengan yang lain (misal keluarga, teman, tenaga
kesehatan).
b. Strategi Manajemen Nyeri Kronis Non Kanker
1) Pengobatan dari kelas obat yang berbeda (terapi obat kombinasi).
2) Terapi rehabilitasi (misal terapi fisik, terapi okupasional) dan pengobatan.
3) Anestesi regional (misal blockade neural) dan pengobatan
4) Manajemen interdisiplin, misalnya:
Edukasi Pasien

:Konseling nyeri, factor penyebab dan yang bisa mengurangi


nyeri, strategi pengelolaan nyeri, factor gaya hidup yang
mungkin mempengaruhi nyeri (misal pengguna nikotin,

Pendekatan

alcohol, dll).
:Terapi modalitas (misal jalan jalan, peregangan, olah raga

rehabilitasi fisik
Pendekatan fisik

untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan.


:Massage / pijat, akupuntur.

lainnya
Terapi farmakologis

:Nonopioids, Opioids, anti depressant, obat antipileptik,


stimulant, antihistamin.
12

Anestesi regional

:Blok sistem saraf (diagnostic, somatic, sympatethic, visceral,


trigger point) dan atau intraspinal analgesic (misal opioids,

Pendekatan

clonidin, baclofen, anestesi local).


:latihan relaksasi, hypnosis, kemampuan koping

psikologis
Surgery

Noeuroablation, neurolysis, microvascular decompression.

Intervensi Nonfarmakologis nyeri non kanker:


TIPE NYERI
Nyeri Arthritis

INTERVENSI
Pembedahan: arthroscopy, synovectomy, osteotomy dan
spinal fision.

Low Back Pain


(LBP)

ROM, massage, akupuntur, suplemen nutrisi


Pembedahan: laminectomy, diskectomy, lumber fusion,
lumber stabilization.

Fibromyalgia

Olah raga, radiofrekuensi, akupuntur, terapi manipulasi.


Massage, aerobic peregangan, psikoterapi, relaksasi,

Sickle cell desease

hypnosis, akupuntur.
Massage, psikoterapi, teknik nafas dalam dan relaksasi,

Neuropati perifer

distraksi, imagery, meditasi, akupuntur.


Pembedahan vaskuler untuk insufisiensi vaskuler.

Migrain dan sakit

Psikoterapi, relaksasi.
Massage, relaksasi

kepala tipe lain

Intervensi farmakologis nyeri non kanker:


TIPE NYERI
NON OPIOIDS
Nyeri Arthritis Paracetamol,

OPIOIDS
Short term opioids

ADJUVAN
Corticosteroid

Short term opioids

Amitriptilin,

NSAIDs, selectif
Low Back

COX-2 inhibitor
Paracetamol,

Pain (LBP)

NSAIDs, selectif

gabapentin,

COX-2 inhibitor

carbamazapin,
short acting muscle
relaxan (misal

Fibromyalgia

Paracetamol,

Opioids, tramadol

cyclobenzaprine).
Amitriptilin, short

NSAIDs, selectif

acting muscle

COX-2 inhibitor

relaxan (misal

Sickle cell

Paracetamol,

Short or long term

cyclobenzaprine).
Sedative

desease

NSAIDs

opioids

anxiolytics
13

Neuropati

Paracetamol,

perifer

NSAIDs

Short term opioids

Amitriptilin,
gabapentin,
carbamazapin,
short acting muscle
relaxan (misal
cyclobenzaprine).

Manajemen farmakologis nyeri kepala:


TIPE NYERI KEPALA
Migraine

PROPHILAKSIS
AEDs (gabapentin)

ARBOTIVE
NSAIDs

BBs (propranolol)

Kombinasi Opioid

CCBs (Verapamil,

(paracetamol dengan

nifedipin)

codein)

Tension
Cluster

TCAs

Dehydroergotamine,
rizapritan, naratriptan

NSAIDs
TCAs
CCBs, Corticosteroid,

Paracetamol, NSAIDs
Ergotamine,

AEDs

Dehydroergotamine,
inhalasi oksigen

3. Nyeri Kanker
Penyebab rasa nyeri pada penderita kanker antara lain invasi langsung tumor pada
jaringan tubuh disekitar tumor; nyeri akibat metastase tulang; osteoporotic tulang dan
nyeri degenerative pada pasien lanjut usia; obstruksi visceral; tekanan pada saraf dan
invasi pembuluh darah; penyempitan pembuluh darah; inflamasi.
Prinsip umum manajemen nyeri kanker meliputi:

Mempunyai komitmen dalam membebaskan penderitaan dan menawarkan


kesembuhan.

Melakukan asessmen dengan seksama atau teliti atas keluhan nyeri pasien dan
kepada pasien.

Menggunakan pendekatan bertahap dalam pengobatan (WHO ladder) adalah


cara terbaik.

Bekerja sebagai tim dalam menangani nyeri kanker, menggunakan beragam


terapi dan multidisiplin profesi.

Mengobati dengan layak untuk membebaskan rasa nyeri ketika menunggu


hasil pemeriksaan atau investigasi.

Pemberian obat regular menurut nyeri yang dirasakan terus menerus atau
bertahap.
14

Pemberian obat melalui oral lebih baik.

Terbuka pada terapi non farmakologis dan terapi komplementer serta


alternative yang dapat membantu pasien.

Edukasi pasien dan pemberi perawatan sebagai bekal dalam memperkuat rasa
saling percaya dan kepercayaan diri.

a. Asessmen nyeri kanker


Elemen penting dalam melakukan sessmen pasien nyeri kanker adalah riwayat
kesehatan untuk menentukan gambaran nyeri yang persisten, dan pemecahan nyeri
serta efek nyeri terhadap fungsi tubuh.
Pengkajian nyeri pada pasien kanker dilakukan untuk mendapatkan data tentang
frekuensi dan episode nyeri dirasakan perharinya, durasi dalam satuan menit,
intensitas dan waktu saat nyeri dirasakan, data tentang pengalaman nyeri klien
dimasa lalu, riwayat pemakaian obat analgesic dan factor factor pencetus
lainnya.
Pasien dengan nyeri kanker sebaiknya juga dilakukan sessmen psikososial, yang
meliputi:

Pemahaman pasien mengenai kondisinya saat ini.

Makna nyeri yang dirasakan pasien bagi pasien sendiri dan keluarga pasien.

Seberapa besar Kemungkinan masalah nyeri dapat mempengaruhi hubungan


antar keluarga pasien.

Apakah nyeri mempengaruhi semangat atau suasana hati pasien.

Perubahan suasana hati.

Strategi koping yang diadopsi pasien.

Pola tidur pasien.

Dampak lain terhadap masalah ekonomi pasien.

Evaluasi diagnostic untuk tanda dan gejala dihubungkan dengan sindrom nyeri
kanker yang dirasakan pasien.
b. Manajemen nyeri kanker
Intervensi nyeri dengan terapi farmakologis:
Efek
depresi

OPIOIDS
samping: sedasi,
nafas,

gangguan

toleransi opioids
Untuk mengelola

ADJUVANT ANALGETIC
konstipasi, Tricyclic antidepressant, tramadol,
kognitif, NSAIDs dan COX inhibitor, obat
antiepileptic, sodium channel blockers

efek

samping

digunakan anti emetic dan laxative


15

(efek samping anti emetics: toleransi,


dependensi,

hiperalgesia,

konstipasi,

penekanan pada hipotalamus / pituitary


axis
Rute pemberian:
Transdermal, epidural dan intrathecal
c. Pendekatan psikolologi
Pendekatan psikologi dalam manajemen nyeri kanker dilakukan dengan melatih
keterampilan / mekanisme koping pasien terhadap masalah nyeri yang dihadapi.
Contoh intervensi yang dapat dilakukan adalah:

Latihan relaksasi

Latihan pernafasan diafragma

Guided Imagery

Stimulasi aktivitas dan pemahaman terhadap konsep diri dalam


menghadapi situasi.

16

BAB IV
DOKUMENTASI
Manajemen nyeri yang dilakukan harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Dokumentasi manajemen nyeri meliputi dokumentasi hasil asessmen nyeri, jenis
penatalaksanaan nyeri yang diberikan, dan hasil evaluasi terhadap manajemen nyeri yang
telah dilakukan.
Dokumentasi hasil asessmen nyeri meliputi: penyebab nyeri, kualitas atau kuantitas
nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri, dan waktu atau onset terjadinya nyeri. Pendokumentasian
dilakukan pada rekam rekam medis pasien yang disertai tanggal dan jam asessmen serta nama
dan paraf petugas yang melakukan asessmen.
Dokumentasi penatalaksanaan nyeri meliputi jenis penatalaksaan, tanggal dan jam
penatalaksanaan serta nama dan petugas yang melakukan penetalaksanaan nyeri. Termasuk
pendidikan kesehatan pada pasien tentang nyeri harus didokumentasikan dalam rekam medis
pasien.
Dokumentasi hasil evaluasi penatalaksanaan nyeri meliputi skala nyeri, kualitas dan
kuantitas nyeri, lokasi nyeri dan waktu atau onset nyeri. Dokumentasi juga harus
menunjukkan kejelasan tanggal dan jam evaluasi dilakukan serta nama dan paraf petugas yang
melakukan evaluasi nyeri pasien.

17

Anda mungkin juga menyukai