Final Report Ship Resistance Avit
Final Report Ship Resistance Avit
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahanan kapal merupakan ilmu yang mempelajari reaksi fluida akibat
gerakan kapal yang melalui fluida tersebut. Dalam istilah hidrodinamika kapal,
tahanan/resistance/drag adalah besarnya gaya fluida yang bekerja pada kapal
sedemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Tahanan tersebut sama
dengan komponen gaya yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kecepatan
kapal.
Tahanan dalam dunia perkapalan merupakan suatu hal yang teramat
penting untuk dikalkulasi secara tepat karena sangat berkaitan dengan penentuan
daya mesin yang bekerja di atas kapal. Pada kenyataaannya dalam pengoperasian
suatu kapal sering terjadi bahwa kecepatan yang diinginka sering tidak sesuai
dengan perencanaan atau daya mesin yang terpasang kadang terlalu besar.
Untukmenyesuaikanbesar daya mesin dengan kecepatan yang dinginkan, maka
harus diketahui besar tahanan yang terjadipada kapal tersebut. Oleh karena itu
penting bagi mahasiswa untuk mengetahui bagaimana cara menentukan besar
tahanan suatu kapal dan bagaimana hubungan antara tahanan dengan daya mesin
kapal untuk mencapai kecepatan tertentu. Berangkat dari hal tersebut, maka
disusunlah tugas tahanan kapal rancangan. Dan dari hasil perhitungan nantinya
akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya yaiitu penentuan besar daya mesin
utama kapal yang tercakup dalam mata kuliah propulsi kapal.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menghitung tahanan kapal dengan menggunakan metode
guldhamer
Bagaimana menghitung tahanan kapal dengan menggunakan metode holtrop
Bagaimana menentukan atau memilih tahanan kapal rancangan yang tepat
berdasarkan metode guldhamer dan holtrop.
1
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Tersedianya nilai tahanan suatu kapal yang nantinya akan digunakan untuk
kapal.
Kemampuan menghitung tahanan kapal merupakan bagian dari kompetensi
utama lulusan program studi teknik perkapalan dan kemampuan ini
bermanfaat untuk digunakan saat bekerja diindustri galangan kapal atau
perusahaan pelayaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
3
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
yang terbatas, dinding pembatas air tersebut akan cukup dekat untuk
mempengaruhi tahanan kapal. Terbatas disini diartikan sebagai dekatnya jarak
antara dinding pembatas air itu sendiri dalam arah horizontal. Kedangkalan air
juga mempunyai pengaruh pada tahanan, yang disebut pengaruh air dangkal
( Shallow Water Effect). Bila membandingkan karakteristik untuk kerja kapal
umunya karakteristik didaerah perairan yang mempunyai panjang, lebar dan
kedalaman yang terbatas. Selain itu, jika berada dijalur perairan samudera bebas
( sea way ), tahanan kapal akan mengalami perubahan yang berupa :
1.
2.
5
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
3.
4.
Tahanan menjadi lebih besar karena sudut hanyut ( drift angle ) yang
ditimbulkan oleh baik angin dan gelombang maupun gerakan daun kemudi.
Namun dalam tugas tahanan kapal ini untuk perhitungan tahanan kapal
dengan ukuran yang telah diberikan akan menggunakan 2 metode, yaitu :
1. Metode Guldhammer
2. Metode Holtrop
BAB III
PERHITUNGAN TAHANAN
3.1. METODE GULDHAMMER
7
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
8
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
= 85,83 m
= 89,26 m
= 14,02 m
= 6,81 m
= 5,17 m
= 11,22 knot
= (1 knot = 0,5144 m/s)
= 0,77
= 0,99
= 0,87
= 0,88
= 0,77
(Displacement)
= 5144,641ton
(Volume)
= 4981,80 m3
LCB
= 0,102% LBP
air
= 1,025 kg/m3
9
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
S =
=
S
=
1094,175 m2
Diambil Smeanadalah 1660,504 m2 karena atas pertimbangan semakin kecil
luas bidang basah suatu kapal, maka tahanan yang dihasilkan akan semakin kecil
pula.
SAPP
= 15 % Smean
= 15 % 1660,504 m2
= 249,07m2
= Smean + SAPP
= 1660,504 m2+ 249,089m2
10
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
= 1909,59m2
4) Menentukan Angka Froude (Fn)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 44)
Menurut R.E Froude, hambatan gesek dapat dihitung
menggunakan rumus :
V
Fn=
dengan
m
)
s
g LWL
Fn
5,772
9,81 89,26
= 0.20
5) Menentukan Koefisien Tahanan Sisa (103 CR1)
(Alham Djabbar, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 89-90)
Koefisien Tahanan Sisa (103 CR) dihitung dengan mempertimbangan nilai CR.
Dimana CR =
LWL
1 /3
89,26
(4981,80)1 /3
diperoleh nilai 103 CR1 : (dalam buku Resistance and Propultion of Ships halaman
118)
CR
5
5,23
5,5
(0,91,12)
(5,55)
(5,23 5)
= 1,02
6) Menentukan Koefisien Tahanan SisaAkibat Ratio B/T (103 CR2)
11
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Dapat dilihat
= 6% x LBP
= (0,06 /100) 85,83 m
= 0,0515m
12
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
= 0,02
(LCB) =
Koreksi
Pada kecepatan 5,772 m/s, Koefisien koreksi 0,02
0. 0 96 37(0,0515)
(LCB)
=
0,15
100
= -0.000454
4) Koefisien Tahanan Sisa Akibat Letak LCB (103 CR3)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 130)
Dengan demikian maka koefisien tahanan sisa dengan koreksi di atas untuk
kapal yang mempunyai LCBsebenarnya di depan LCBstandar adalah :
(103 CR3) = 103 CR standar (LCB)
Dimana 103 CR standar = (LCB standar)/1000
13
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Sehingga :
Pada kecepatan 5,772 m/s,
103 CR3
= (0,0515/1000) + -0,000454
= 0,0004
8) Menentukan Koreksi Tahanan Sisa Akibat Adanya Bagian-Bagian
Tambahan (103 CR4)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 131-132)
Untuk bagian kemudi dan Bilga Keel, tidak mendapatkan pengoreksian.
Untuk bagian Boss Propeller, ditambah 3-5 % dari 10 3 CR2 serta untuk bagian
Shaft, ditambah 5-8 % dari 10 3 CR2. Sehingga koreksi tahanan sisa akibat
adanya bagian-bagian tambahan kapal adalah :
1)
Kemudi dan Bilga Keel ( Tidak Ada Koreksi)
2)
Boss Propeller (Dilakukan penambahan 3 %)
3)
(Dilakukan penambahan 5 %), Sehingga Total Penambahan 8 %
Pada kecepatan 5,772m/s, 103 CR2= 0,986
103 CR4
= 103 CR2+ (8 % 103 CR2)
= 0,986 + (8 % 0,986)
= 1,06
9) Menentukan Tahanan Sisa Akibat Adanya Bulbous Bow (103 CR5)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 129)
Koreksi untuk 103 CRakibat adanya bulbous bow berdasarkan tabel
hubungan froud number (fn) dan koefisien prismatik (cp).
Fn=0,1
5
+0,1
0,18
0,21
0,24
0,27
0,30
0,33
0,36
CP
0
0
-0,2
-0,2
-0,2
-0,3
-0,4
-0,3
-0,3
-0,4
-0,3
-0,4
+0,2
0
+0,2
+0,2
0
-0,2
0,50
0,60
0,70
0,80
14
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
(0,70,6)
(00,2)
(0,77 0,7)
= 0,565
10) Menentukan Tahanan Sisa Akibat Bentuk Badan Kapal (103 CR6)
(Sv. Harvald, Tahanan dan Propulsi Kapal; halaman 131)
Koreksi untuk 103 CRakibat bentuk gading ditentukan dengan bentuk fore
body dan after body dengan rincian sebagai berikut :
Ekstrim U
- 0,1
Ekstrim U
+ 0,1
Fore Body
After Body
Ekstrim V
+ 0,1
Ekstrim V
-0,1
Pada perancangan kapal ini, bentuk badan kapal bagian depan dan bagian
belakang kapal berbentuk standar, artinya penampang yang bukan benar-benar
berbentuk U dan V, sehingga tidak diperlukan adanya koreksi.
11) Penentuan Koefisien Total Tahanan Sisa Kapal (103 CR)
Koefisien
total
tahanan
sisa
kapal
dapat
dihitung
dengan
LWL
1 /3
103 CR1
1,02
103 CR2
0,986
15
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
103 CR3
0,0004
103 CR4
1,06
103 CR5
0,565
103 CR6
0
103 CR
= 103 CR1 + 103 CR2 +103 CR3 + 103 CR4 + 103 CR5+ 103 CR6
= 1,02 + 0,986 + 0,0004 + 1,06 +0,565 + 0
= 3,06
Dimana :
v
= kecepatan kapal dalam m/s
LWL = length waterline yaitu 89,26m
= viskositas air laut 1,1883 10-6 m2/s
Sehingga :
Pada kecepatan 5,772 m/s
Rn =
5,772 89,26
1,1883 106
= 4,335 108
b) Penentuan Koefisien Gesek (103 CF)
Koefisien gesek dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris
berikut :
103 CF =
Rn2
log
1000
0,075
103 CF
=
1000
0,075
16
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
2
log 4,335 10 8
=
1000
0,075
2
6.636
=
1000
0,075
= 0,0017
13) Penentuan Koefisien Gesek Yang Telah Dikoreksi (103CF)
Akibat dari beberapa bagian dari kapal yang menonjol keluar maka harga
koefisien gesek CF harus dikoreksi dengan memfungsikan harga luasan bidang
basah dari kapal. Menurut ITTC 56 Dalam Buku Tahanan Kapal Oleh M.
Alham Djabbar Halaman 85, nilai 103 CF dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
103 CF = (S1/S) 103 CF
Dimana :
103 CF = Koefisien gesek yang bergantung pada kecepatan
S
= Luas bidang basah yaitu 1909,59m2
S1
= Luas bidang basah dengan tambahan-tambahan
= (1 - 3% S) + S
= (2 % 1909,59) + 1909,59
= 1947,78m2
S1/S = 1947,78m2/ 1909,59 m2
= 1,02
Sehingga :
Untuk 103 CF= 0.0017
103 CF
= 1,020.0017
= 0,002
17
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Permukaan kapal tidak akan pernah mulus sekalipun kapal tersebut masih
baru dan catnya masih mulus. Koefisien Penambahan tahanan untuk korelasi
model umumnya sebesar CA = 0,0004, namun demikian pengalaman lebih lanjut
menunjukkan bahwa cara demikian tidak benar (Dalam Buku Tahanan Kapal oleh
M Alham Djabbar Halaman 85). Karena itu diusulkan koreksi untuk pengaruh
kekasaran dan pengaruh kondisi pelayaran percobaan sebagai berikut :
(ton)
1000
5144,641
10.000
CA
10 CA
= 0,0006 +
CA
0,0006
?
0,0004
(0,00040,0006)
(10.0001000)
(5144,641 - 1000)
= 0,000507897
= 0,000507897 1000
= 0,507
103 CF
103 CA
103 CAA
103 CS
103 CR
3,06
v (m/s)
5,772
103 CF
0,002
103 CA
0,507
103 CAA
0,07
103 CS
0,04
Sehingga :
103 CRT
S
v
103 CRT
Sehingga :
Pada kecepatan 5,772 m/s
RT
= 0,5 1,025 kg/m3 1909,59m2 (5,772 m/s)2 3,679 10-6
= 119,98 kN
19) Menentukan Tahanan TotalAkibat Jalur Pelayaran (RT)
(Sv. Harvald, Recistance and Propultion of Ships Kapal; halaman 131)
Untuk kondisi rata-rata pelayaran dinas harus diberikan kelonggaran
tambahan pada tahanan dan gaya efektif yang disebabkan oleh angin, erosi
dan fouling pada badan kapal. Tambahan kelonggaran ini sangat tergantung
pada jalur pelayaran. Kelonggaran rata-rata (sea margin/service margin) untuk
19
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
kW
Hp
20
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
21
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
KECEPATAN - EHP
4000.000
3500.000
3359.2
3000.000
2500.000
DAYA MESIN (Kw)
2418.3
2000.000
GRAFIK v - EHP
1849.16
1467.17
1038.35
1500.000
1000.000
500.000
0.000
5
5.5
6.5
7.5
KECEPATAN (m/s)
22
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
KECEPATAN - RT
500.000
466.452
400.000
361.631
300.000
RESISTANCE (Kn)
299.557
254.660
201.857
200.000
GRAFIK v- RT
100.000
0.000
5
5.5
6.5
7.5
KECEPATAN (m/s)
Dari grafik diatas digambarkan bahwa kapal dengan daya mesin 1038 kW
dapatmenghasilkan kecepatan maksimal sebesar 11,507 mil/jam atau 5,144 m/s,
tahanan yang dihasilkan sebesar 201,857 kN. Kemudian dengan daya mesin
1467,16 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 12,888mil/jam atau 5,761
m/s,tahana n yang dihasilkan sebesar 254,660 kN. Kemudian dengan daya mesin
1849,15 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 13,809 mil/jam atau 6,17
m/s, tahanan yang dihasilkan sedang sebesar 299,55 kN. Kemudian dengan daya
mesin 2418 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 14,960 mil/jam atau
6,68 m/s,tahanan yang dihasilkan mulai naik sebesar 361,63 kN. Kemudian
dengan daya mesin 3359 Kw menghasilkankecepatan maksimal sebesar 16,110
mil/jam atau 7,2016 m/s tahanan yang dihasilkan sebesar 466,452 kN, disini dapat
dilihat kapal dengan kecepatan yang semakin besar, maka tahanan semakin besar
dan membutuhkan daya yang besar pula.
ketepatanperhitungan
dengan
pengambilan
data
dan
= 5144,641ton
(Volume)
= 4981,80m3
LCB
= 0,102 % LBP
As
24
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
= 15 % 1660,504 m2
= 249,07 m2
hB
= Luas transom
= 27,19m2 ( dari tugas lines plan)
Sangin
Cstern
air
= 1025 kg/m3
udara
= 1300 kg/m3
V
Fn=
gesek
dapat
dihitung
dengan
m
)
s
g LWL
25
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Fn =
5,772
9,81 89,26
= 0,20
0,06 Cp %LCB
)
4 Cp1
= 89,26 (1 - 0,78 +
= 19,63m
b) Menentukan nilai koefisien 12 (C12)
T/L
= 5,17 / 85,83
= 0,060
C12 = (T/L)0,2228446
5,17
(
)
= 85,83 0,2228446
= 0,534
c) Menentukan nilai koefisien 13 (C13)
C13 = 1 + 0,003 Cstern
= 1 + 0,003 10
= 1,03
d) Menentukan nilai harga faktor lambung (1 + k1)
1 + k1 = C13 (0,93 +C12(B/LR)0,92497(0,95-Cp)-0,521448(1-Cp+0,025% LCB)0,6906
= 1,03(0,93 + 0,53 (14,02/19,63)0,92497 (0,95 0,78)-0,521448 (1 0,78+
0,025 -0,102)0,6906
= 1,16
e) Menentukan luas bidang basah kapal (S)
Menurut J.A Normand
S1 = LWL (1,5 T + (0,09 + Cb)B)
26
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
= 15 % Smean
= 15 % 1660,503m2
= 249,075m2
= Smean + SAPP
= 1660,503 m2+ 249,075 m2
= 1909,58m2
v LWL
Dimana :
v
= kecepatan kapal dalam m/s
LWL = length waterline yaitu 89,26 m
= viskositas air laut 1,1883 10-6 m2/s
Sehingga :
27
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Rn =
5,772 89,26
1,1883 106
= 4,335 108
g) Menghitung Koefisien Gesek (CF)
(M. Alham Djabbar, Tahanan Kapal; halaman 78)
Koefisien gesek dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris yang
dikemukakan dalam ITTC (International Towink Tank Conference) tahun
1957berikut :
CF =
Rn2
log
0,075
CF
Rn2
log
0,075
2
8
log 4,335 10
0,075
2
6,369
0,075
= 0.0017
28
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
S
v
Sehingga :
Ada = 1, Tidak = 0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
3
Faktor
1,3
1,5
2,8
3
1,5
3
2
2
2,8
2,7
1,4
E2
Produk
1,3
0
0
0
0
3
2
0
0
0
1,4
7,7
Sehingga :
(1 + k2)
= 7,7/ 3
= 2,56
b) Harga hambatan bagian tambahan (RAPP) dapat ditentukan dengan formula
berikut :
RAPP = (1 + k2) CF 0,5 As v2
Dimana :
CF
1+ k2
As
v
Sehingga :
Pada kecepatan 5,772 m/s dan CF = 0,0017
RAPP
= 2,1 x 0,0017 0,5 1025 kg/m3 280,185m2 (5,772 m/s)2
= 17078,995N
6) Menghitung Tahanan Gelombang (Rw)
(Paper An Approximate Power Prediction Method Oleh J. Holtrop And
G.G.J Mennen)
a) Menghitung Sudut Entrance (iE)
Menurut Gaguk Suhardjito dalam buku Merencana Garis halaman 11,
sudut masuk haluan atau entrance (iE) pada cp 0,65 adalah 10 o.
Nilai transom berdasarkan gambar Lines Plan = 29o
b) Menghitung Koefisien C7
Nilai koefisien C7 dipengaruhi atau dibatasi oleh nilai B/L
B/L = 14,02 m / 85,83 m
= 0,163
C7 = B/L
when 0,11 < B/L < 0,25
= 0,163
c) Menghitung Koefisien C1
Koefisien C1 dihitung berdasarkan rumus empiris :
C1 = 2223105 C73,78613 (T/B)1,07961 (90 IE)-1,37565
Dimana :
C7
= 0,175
T
= Sarat kapal yaitu 5,17 m
30
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
B
IE
Sehingga :
C1
Sehingga :
31
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
C3
6,393+5,17+5
0,31
14,02 5,17
0,56(6,393)1,5
= 0,53421
e) Menghitung Koefisien C2
Koefisien C2 dihitung berdasarkan rumus empiris :
C2 = exp (-1,89 C3 )
Sehingga :
C2
= exp (-1,89
0,53421
= 0,3643
f) Menghitung Koefisien C5
Koefisien C5 dihitung berdasarkan rumus empiris :
C5 = 1 (0,8 AT) / (B T Cm)
Dimana :
AT
Cm
Sehingga :
C5
h) Menghitung Koefisien m1
Koefisien m1 dihitung berdasarkan rumus empiris :
m1 =
0,0140407 L 1,75254 1 /3 4,7932 B
+
C16
T
L
L
Dimana :
L
T
B
C16
= 1,1798
Sehingga :
m1
=
1
3
+
1,1798
5,17
89,26
89,26
= 1,4221
i) Menghitung Koefisien C15
Nilai koefisien C15 dipengaruhi dan dibatasi oleh
LWL
. Koefisien C16
= 142,75
33
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
C15
= -1,69385
when for
LWL 3
< 512
j) Menghitung Koefisien m2
Koefisien m2 dihitung berdasarkan rumus empiris :
m2 = C15 Cp2 exp (-0,1 Fn-2)
Dimana :
C15
= -1,69385
Cp
= Koefisien prismatik yaitu 0,78
Fn
= Froude number yang tergantung pada variasi kecepatan
Sehingga :
k) Menghitung nilai
Nilai dipengaruhi dan dibatasi oleh
LWL
.
B
LWL
B
89,26
14,02
m2
number (Fn)
= 0,6035
= -0,9
Sehingga :
5,772
2 9,8 27,19/(14,02+14,02 0,77)
= 0,285
b) Menghitung Koefisien C6
Nilai koefisien C6 dibatasi dan dipengaruhi oleh harga F nT. Nilai koefisien
C6 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
C6 = 0,2 (1- 0,1 FnT) when for FnT< 5
Sehingga :
35
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
TF
LWL .
TF
5,35m
=
=0,057 , sehingga formula yang digunakan adalah :
LWL 93,58 m
C4 = 0,04
When
TF
LWL > 0,04
0,04)
36
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
89,26
7,5 0,77
0,3643
(0,04 0,04)
= 0,538
CA2
CA total
= CA1 + CA2
= 0,538 + (-9,51 10-9)
= 0,53841
6 ,393 /(5,171,5 x 5)
PB = 1,97
Fni = 0,7079
Abt = 6,393 m2
= 9,81 m/s2
Sehingga :
RB = 0,11 exp (-3 x 1,97-2)0,70793 x 6,3931,5 x 1025 x 9,81
(1 + 0,70792 )
RB = 1950,4077 N
RF
62578,80
RAPP
17078,995
RW
14863,9
RTR
90204,57
RB
1950,4077
RA
3097,18
atau
daya
38
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
efektif
direncanakan
sbb:
Jalur pelayaran Asia Timur, 15-20 %. Pada perancangan kapal ini diambil
sea margin sebesar 15%, sehingga :
Pada kecepatan 5,772 m/s
RT
= (15 % RT) + RT
= (15 % 187,825 ) + 187,825
= 216KN
39
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
3.2.2
40
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
KECEPATAN - RT
250
237.2
207.18
200
179.01
157.85
150
RESISTANCE (kN)
128.43
Grafik Kecepatan - RT
100
50
0
5 5.5 6 6.5 7 7.5
KECEPATAN (m/s)
KECEPATAN - EHP
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1708.2
1385.43
1105.02
909.4
Grafik Kecepatan - PE
660.62
41
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
Dari grafik diatas digambarkan bahwa kapal dengan daya mesin 660 kW dapat
menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 11,507 mil/jam atau 5,144 m/s,
tahanan yang dihasilkan sebesar 128,43 kN. Kemudian dengan daya mesin 909,40
kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 12,911 mil/jam atau 5,761 m/s,
tahanan yang dihasilkan masih kecil sebesar 157,84 kN. Kemudian dengan daya
mesin 1105 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 13,809 mil/jam atau
6,172 m/s, tahanan yang dihasilkan sedang sebesar 179 kN. Kemudian dengan
daya mesin 1385 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar 14,960 mil/jam
atau 6,68 m/s, tahanan yang dihasilkan mulai naik sebesar 207,17 kN. Kemudian
dengan daya mesin 1708,20 kW menghasilkan kecepatan maksimal sebesar
16,110 mil/jam atau 7,2016 m/s tahanan yang dihasilkan sebesar 237,19 kN, disini
dapat dilihat kapal dengan kecepatan yang semakin besar, maka tahanan semakin
besar dan membutuhkan daya yang besar pula.
42
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
BAB IV
v (knot)
RT (KN)
Guldhammer
5.144
201.86
128.43
5.76128
254.66
157.85
6.1728
299.56
179.01
6.6872
361.63
207.18
7.2016
466.45
237.20
43
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
466.45
450.00
400.00
361.63
350.00
300.00
299.56
254.66
237.20
Holtrop
207.18
201.86
179.01
157.85
128.43
250.00
Guldhammer
RESISTANCE (kN)
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
4
4.5
5.5
6.5
7.5
KECEPATAN (m/s)
v (knot)
1.
RT (KN)
Guldhammer
5.144
201.86
128.43
36.3778
5.76128
254.66
157.85
38.0167
6.1728
299.56
179.01
40.2405
6.6872
361.63
207.18
42.7104
7.2016
466.45
237.20
49.1485 Konsep
tahanan pada kapal yang bukan bertipe speed vessel menyatakan bahwa
pertambahan kecepatan berbanding lurus terhadap intensitas tahanan yang
bekerja pada kapal. Jikalau melihat grafik di atas, maka kapal rancangan
Metode Guldhamer
Tahanan Sisa
Tahanan sisa akibat rasio B/T
Tahanan sisa akibat letak LCB
Tahanan sisa akibat adanya bagian-bagian tambahan
Tahanan sisa akibat adanya bulbous bow
Tahanan sisa akibat bentuk badan kapal
Tahanan gesek
Tahanan Tambahan
Tahanan akibat kekasaran
Tahanan angin
Tahanan steering
Tahanan akibat jalur pelayaran
Metode Holtrop
Tahanan gesek
Tahananakibat bagian tambahan
Tahanan gelombang
Tahanan bulbous bow
Tahanan stern transom
Tahanan korelasi model
Tahanan akibat jalur pelayaran
b. Rumus empiris yang digunakan untuk setiap metode itu juga berbeda.
Semua perhitungan tahanan pada metode holtrop menggunakan rumusrumus empiris karena metode ini lebih mengedepankan pada aspek
ketepatan perhitungan pada pengambilan data dan pengolahannya
secara statistik. Sementara pada metode guldahamer, konsep
perhitungannya lebih cenderung untuk memadukan antara rumusrumus empiris dan grafik (Guldahamer Chart). Selain itu, metode ini
juga mengadopsi nilai-nilai koefisien tahanan yang telah menjadi
kesepakatan internasional seperti koefisien tahanan angin, koefisien
tahanan kekasaran, koefisien tahanan steering dan koefisien tahanan
tambahan.
45
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
V (knot)
PE
Guldhammer
Holtrop
5.144
1038.352
660.623
5.76128
1467.169
909.400
6.1728
1849.155
1105.016
6.6872
2418.298
1385.433
7.2016
3359.198
1708.201
4000.000
3500.000
3359.198
3000.000
2500.000
DAYA MESIN (kW)
2418.298
2000.000
1849.155
1708.201
Holtrop
1467.169 1385.433
1038.352 1105.016
909.400
660.623
Guldhammer
1500.000
1000.000
500.000
0.000
4
4.5
5.5
6.5
7.5
KECEPATAN (m/s)
46
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan hasil perhitungan tahanan di atas adalah :
1) Tahanan kapal berbading lurus terhadap kecepatan dan kebutuhan daya mesin
kapal.
2) Kedua metode di atas menghasilkan jumlah tahanan yang berbeda-beda
karena parameter atau komponen tahanan yang diperhitungakan serta rumus
yang digunakan juga berbeda-beda.
3) Dari perbandingan metode perhitungan tahanan dan kebutuhan daya mesin
kapal, maka untuk itu kapal dipilih rancangan menggunakan metode holtrop
dengan beberapa pertimbangan diantaranya :
a. Mempunyai nilai tahanan kapal terkecil pada kecepatan maksimum jika
dibandingkan dengan metode guldhamer.
b. Karena hasil perhitungan tahanan kapal metode holtrop berada pada nilai
terkecil, maka intensitas kebutuhan daya mesin juga akan rendah. Hal itu
sangat menguntungkan karena intesitas daya mesin sangat berhubungan
dengan kebutuhan bahan bakar. Sementara telah diketahui bahwa untuk
kapal barang dengan jumlah kebutuhan bahan bakar harus mampu
diminimalisir dengan pertimbangan payload dan cost yang terbuang.
c. Parameter atau komponen tahanan yang diperhitungkan pada metode holtrop
lebih kompleks jika dibandingkan dengan metode guldahamer.
d. Metode holtrop juga lebih mengandalkan perhitungan dengan menggunakan
rumus-rumus empiris berdasarkan hasil eksperimen Holtrop dan Mennen.
47
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
48
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Perhitungan Tahanan Kapal. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Univeristas Hasanuddin
Harval, Sv. Aa. 1974. Resistance and Propultion of Ships. Akademisk Forlag,
Copenhagen.
J.M.Journee. 2000.An Approximate Power Prediction Method Oleh J. Holtrop
And G.G.J Mennen
Khantari, Ade. 2015. Laporan Akhir tugas mata kuliah Prancangan Kapal.
Universitas Hasanuddin : Makassar
____________. 2015. Laporan Akhir tugas mata kuliah Hidrostatika Kapal.
Universitas Hasanuddin : Makassar
____________. 2015. Laporan Akhir tugas mata kuliah Konstruksi Kapal I.
Universitas Hasanuddin : Makassar
M. Alham Djabbar dan Rosmani, 2011, Tahanan Kapal, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Univeristas Hasanuddin.
Rosmani, dkk. 2014. Pandauan Perhitungan Tahanan. Program Studi Teknik
Perkapalan, Universitas Hasanuddin.
49
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015
LAMPIRAN
50
TEKNIK PERKAPALAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
D311 14 015