A.
Pendahuluan
Jihad menempati posisi yang cukup penting dalam agama Islam. Jihad juga
menjadi kata kunci dalam menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam,
dari awal penyebarannya pada masa Rasulullah sampai saat ini. Karena
urgensinya itulah, maka sekelompok umat Islam bahkan menempatkan jihad
sebagai rukun Islam yang keenam setelah syahadat, shalat, zakat, puasa
dan haji.
Pada akhirnya jihad oleh banyak kalangan non-Muslim dipahami setali tiga
uang dengan terorisme. Jika mendengar kata jihad yang terbayang adalah
perang, kerusuhan atau bom bunuh diri. Pada titik inilah, makna ajaran suci
jihad telah tereduksi sedemian rupa menjadi stigma (noda hitam) dalam
sejarah umat. Jihad yang disebut-sebut sebagai sumber kekuatan (doktrin)
Untuk itulah, tema jihad perlu diangkat dalam makalah ini untuk
mendudukkan kembali secara benar jihad dalam struktur ajaran Islam dan
memilah secara cerdas antara jihad dan berbagai macam tindak kekerasan
yang dapat dikategorikan sebagai perilaku terorisme.
B.
Pengertian Jihad
Jihad dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari kata jaahada,
jihaadan, wa mujaahadatan. Abu al-Hasan al-Malikiy, dalam buku Kifaayat
al-Thaalib, mengatakan, bahwa dalam pengertian bahasa, jihaad diambil
dari kata al-jahd yang bermakna al-taab wa al-masyaqqah (kesukaran dan
kesulitan). (al-Malikiy, t.t.:3-4)
Para ulama berbeda dalam memberi definisi tentang jihad. Secara umum,
ulama Salaf mengartikan bahwa jihad adalah suatu usaha optimal untuk
memerangi orang-orang kafir pada satu sisi, dan sisi lainnya adalah usaha
optimal untuk mengendalikan hawa nafsu dalam rangka mentaati Allah atau
lebih dikenal dengan (mujahadatun nafsi), seperti makna kata jihad dalam
sabda Rasulullah
Seorang mujahid adalah orang yang mengendalikan hawa nafsunya untuk
mentaati Allah
Para ulama-ulama fiqih, seperti Ibn Rusyd dalam Bidayah alMujtahid memberi nama bab kitab jihad ketika menulis tentang perang dan
damai. Hal ini memberi kesan bahwa jihad identik dengan peperangan
antara pihak islam vis--vis musuh Islam. Tetapi seperti dikatakan oleh
Muhammad Ali, memberi judul jihad dalam pembahasan mengenai hukum
perang (qital) dalam kitab-kitab fikih klasik adalah karena para ahli fiqih itu,
sebagai yuris, ingin menelaah kedudukan hukum dari perang. Dengan
meletakkan hukum tentang perang dalam konteks ajaran jihad, maka para
ulama sebenarnya telah mengendalikan dan meluruskan persepsi
masyarakat tentang perang (Rahardjo: 514)
.
Pengertian yang lebih luas tentang jihad diberikan oleh seorang mantan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Abuya A.R. Sutan Mansur. Menurut dia,
jihad adalah bekerja sepenuh hati. Diakuinya, bahwa jihad bisa berbentuk
perang, tapi baginya perintah perang adalah terbatas. Ia berpendapat
bahwa jihad di waktu damai itu adalah berat karena jihad dimaknai sebagai
membangun, menegakkan, dan menyusun (Basyir, 1980: 54).
Sejalan dengan pengertian jihad yang diberikan oleh Abuya A.R. Sutan
Mansur, dalam Ensiklopedi Dunia Islam Modern, jihad mempunyai makna
dasar berikhtiar keras untuk mencapai tujuan yang terpuji. Kata ini bisa
berarti perjuangan melawan kecenderungan jahat atau pengerahan daya
untuk atau demi Islam dan ummah (Esposito, 2001: 63). Pengertian ini
diperkuat oleh pengertian jihad yang telah dirumuskan oleh madzab Hanafi
sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab Badai as-Shanai, Secara
literal, jihad adalah ungkapan tentang pengerahan seluruh kemampuan
sedangkan menurut pengertian syariat, jihad bermakna pengerahan seluruh
kemampuan dan tenaga dalam berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa,
harta, lisan ataupun yang lain. (Kasani, t.t.: 97)
Dua pengertian jihad terdahulu (oleh Sutan Mansur dan dalam Ensiklopedi
Dunia Islam Modern), diperkuat oleh Ziauddin Sardar (1979: 45) yang
mengatakan bahwa jihad adalah upaya yang terarah dan menerus untuk
menciptakan perkembangan (development) Islam. Itulah, menurut Sardar,
yang disebut jihad fi sabilillah atau berjuang di jalan Allah.
perantara lisan dan pena), serta jihad bi al-mal (jihad dengan harta benda).
Keseluruhan itu termasuk dalam jihad fi sabilillah atau perjuangan di jalan
Allah, yaitu jalan kebenaran (shirat al-mustaqim).
C.
Ayat pertama yang menggunakan kata jihad adalah yang termaktub dalam
Qs. Al-Furqan/25: 52:
xs ? x69$# Ndgy_ur m/ #Y$yg_ #Z72
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
Ayat yang turun di Makkah ini berbicara mengenai fungsi al-Quran, yaitu
sebagai alat ukur untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Dalam ayat ini, al-Quran adalah senjata perjuangan. Ia dibuka dengan
kata-kata (Qs. Al-Furqan/25: 1:
x8u$t6s? %!$# tAtR tb$s%9$# 4n?t n6t tbq3u9 Jn=y=9
#tR
Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
kemudian ayat-ayat al-Quran turun tentang kejadian langit dan bumi dan
tanda-tanda kekuasaan Allah dalam berbagai peristiwa alam. Dengan
keterangan-keterangan seperti itulah Rasulullah harus berjuang terhadap
orang-orang yang menolak (kafir). Dalam situasi seperti ini, Rasulullah
berjuang sekuat tenaga untuk bisa menginsafkan masyarakat. Dan senjata
yang dipakai adalah al-Quran (Qs. Al-Furqan/25: 51-52):
qs9ur $oY $oYWyt7s9 e@2 7pts% #\R xs ?
x69$# Ndgy_ur m/ #Y$yg_ #Z72
Dan Andaikata kami menghendaki benar-benarlah kami utus pada tiap-tiap
negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu
mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al
Quran dengan jihad yang besar.
Dari ayat ini dapat disimpulkan mengenai makna jihad, yaitu suatu
perjuangan berat yang harus dilaksanakan Rasulullah untuk memberi
penjelasan mengenai keesaan Allah kepada masyarakat yang masih
cenderung politeis (menyembah banyak Tuhan) dengan bahan-bahan bacaan
dalam al-Quran.
Kata-kata jihad disebut dua kali dalam satu ayat (jahada dan yujahidu) yang
mengandung arti berjuang. Hal itu disebut Allah dalam Qs.
Al-Ankabut/29:6:
tBur yygy_ $yJR*s gpg muZ9 4 b) !$# ;_ts9 `t `
tJn=y9$#
Dan barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah
untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Dalam ayat tersebut, jihad dimaknai sebagai perjuangan di jalan Allah dalam
arti yang seluas-luasnya. Dan jika dihubungkan (munasabatu al-ayat)
dengan ayat berikutnya, maka yang menjadi inti dari pesan Allah tentang
jihad ini adalah iman dan amal shalih. Perhatikan ayat Qs. Al-Ankabut/29:7
berikut:
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan kami
hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan kami beri
mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
Dan bagaimana tentang ayat-ayat jihad yang terkait dengan perang (qital)?
Untuk masalah ini, perlu dicermati sekali lagi ayat-ayat tentang qital, seperti
dalam Qs. Al-Anfal/8: 39:
Ndq=Gs%ur 4Lym w cq3s? puZG tbq6tur `e$!$# 
! 4 c*s (#qygtGR$# c*s !$# $yJ/ cq=yJt t/
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka
Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.
Senafas dengan ayat di atas, adalah ayat-ayat yang terdapat dalam Qs. AlBaqarah/2: 190-193:
wur (#rtGs? 4 (q=Gs%ur @6y !$# t%!$# O3tRq=Gs#)
c) !$# w =s tGJ9$# Ndq=F%$#ur ]ym
NdqJG)rO Ndq_zr&ur `iB ]ym N.q_tzr& 4 puZF9$#ur
xr& z`B @Gs)9$# 4 wur Ndq=Gs)? yZ fpRQ$# Q#tpt:$#
4Lym N.q=Fs) m ( b*s N.q=tGs% Ndq=F%$$s 3 y79xx. !
#ty_ ts39$# b*s (#qpktJR$# b*s !$# qx Lm
Ndq=Gs%ur 4Lym w tbq3s? poYF tbq3tur e$!$# ! ( b*s
(#qpktJR$# xs tbur w) n?t tH>9$#
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan Bunuhlah mereka di
mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka
Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari
pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram,
kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi
kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi
orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap
orang-orang yang zalim.
Suasana perang kala itu harus disertakan secara linier pada ayat-ayat yang
terkait dengan jihad dalam pengertian perang (qital). Pada ayat Q.s. alBaqarah/2:190 berbicara tentang kapan peperangan dimulai, yaitu disaat
kaum kafir Quraisy menyerang umat Islam. Posisi umat Islam saat itu
sebagai pihak yang bertahan (didhalimi) atas serangan pihak lain yang ingin
mengusasi dan tentunya menghalagi umat Islam dalam melakukan ajaranajarannya. Teori perang manapun dan kapanpun tentu memaklumi situasi
seperti ini yang tergambar dalam Q.s. al-Baqarah/2:191-192.
Perang itu sendiri harus diakhiri di saat ancaman fitnah oleh kaum kafir
Quraisy dapat dipadamkan oleh kekuatan Islam seperti disampaikan dalam
Q.s. al-Baqarah/2:193, karena tujuan peperangan dalam Islam adalah
menghentikan kedhaliman dan penganiayaan, bukan ingin menguasai dan
memaksa kaum atau pihak lain menerima ajaran Islam. Penguasaan dan
pemaksaan agama Islam kepada pihak lain tentunya bertentangan dengan
Qs. Al-Baqarah/2: 256:
Iw on#t.) e$!$# ( s% tt6? 9$# z`B cx9$# 4 `yJs
3t Nq9$$/ -Bsur !$$/ s)s y7|JtG$# our9$$/
4s+Oq9$# w tP$|R$# $olm; 3 !$#ur x L=t
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
D.
Senada dengan itu, dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 3 Tahun
2004 tentang terorisme dijelaskan secara mendasar karakteristik yang
membedakan antara jihad dan terorisme yaitu; Pertama, jihad sifatnya
melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dengan cara peperangan,
sedangkan terorisme bersifat merusak (ifsad) dan anarkhis/chaos
(faudha). Kedua, jihad bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan/atau
membela hak-hak pihak yang terzholimi, sementara terorisme bertujuan
untuk menciptakan rasa takut dan/atau menghancurkan pihak lain.
Dengan demikian, maka tidak ada dalil dan alasan yang kuat bagi mereka
yang mengatakan bahwa terorisme adalah jihad, dan begitu pula bagi
mereka yang melakukan tindakan terorisme atas nama jihad. Oleh sebab itu
terorisme sama sekali tidak dapat dibenarkan.
E.
Para aktor bom Bali dikala belum dikesekusi mati, diantaranya Imam
Samudra, Jangankan menyesali perbuatannya, malah menganggap aksinya
sebagai jihad fi sabilillah dan mengajak umat Islam untuk mengikuti.
Pengakuan tersebut tertuang dalam bukunya, Aku Melawan Teroris!
terbitan Jazera, Solo, 2004 (Romli, 2005). Jika itu jihad, dalam keyakinan
mereka, mati adalah pintu gerbang menuju jalan tol yang menghantarkan
mereka menuju surga.
Apa yang diyakini Imam Samudra cs., diyakini pula oleh para pelaku bom
bunuh diri baik yang di Bali sampai di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton
yang terletak di kawasan Mega Kuningan Jakarta. Seakan mereka tidak
peduli dengan banyaknya korban dari warga biasa yang tentunya tidak ada
sangkut-pautnya sama sekali dengan musuh yang harus diserang dalam
bayangan para pelaku bom itu.
Apakah yang mereka lakukan itu bisa dikatakan jihad, yang bernilai tinggi
dihadapan Allah atau bagian dari kegiatan terorisme yang melanggar secara
berat hak manusia? Pertanyaan ini tentu sederhana saja untuk dijawab,
karena jika menilik ajaran Islam, maka bisa dipastikan bahwa ajaran suci ini
tidak akan pernah merestui motif apapun bom bunuh diri.
Pada zaman Nabi, dalam situasi perang sekalipun, jatuhnya korban sebisa
mungkin bisa diminimalisir, dan jangan sampai orang-orang yang tidak
berdosa (dalam konteks ini anak-anak dan perempuan) jatuh menjadi
korban. Bandingkan dengan perilaku teror bom bunuh diri yang korbannya
tidak pandang bulu. Pesan Allah dalam Qs. Al-Mumtahanan/60: 8, bisa
menjadi renungan:
w /38ygYt !$# `t t%!$# Ns9 N.q=Gs) d9$# Os9ur
/.q_ `iB N.t br& Odry9s? (#q)?ur Nks9) 4 b) !$#
=t t)J9$#
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.
Kata dhamir hum pada ayat itu merujuk kepada orang kafir yang hidup
damai berdampingan dengan umat Islam. Bahkan kalau diperhatikan pada
ayat sebelumnya (Qs. Al-Mumtahanan/60: 7), justru Allah menganjurkan
untuk mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
|t !$# br& @ygs /3oYt/ tt/ur t%!$# NFy$t Nk]iB *
ZouqB 4 !$#ur s% 4 !$#ur qx Lm
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orangorang yang kamu musuhi di antara mereka. dan Allah adalah Maha Kuasa.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Lebih dari itu, Islam juga menetapkan aturan main untuk berjihad dalam arti
perang berupa batasan untuk tidak memerangi anak-anak, wanita, dan
orang jompo, sebab mereka adalah kaum lemah yang tidak pantas untuk
menjadi korban, sehingga mereka harus dilindungi. Aturan yang sungguh
mulia ini Allah tetapkan dalam (QS. Al-Baqarah/2: 190):
wur (#rtGs? 4 (q=Gs%ur @6y !$# t%!$# O3tRq=Gs#)
c) !$# w =s tGJ9$#
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Senada dengan hadis itu, sabda Rasulullah yang lain diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Tsabit bin Dhahhak ra:
Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia
disiksa dengan (alat tersebut) pada hari kiamat.
F.
Penutup
Dari uraian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa terorisme bukan
menjadi bagian dari jihad. Masing mempunyai karakteristik yang berbeda,
walaupun kebanyakan orang masih menyalahpahami dengan menyamakan
antara keduanya. Lewat penelusuran ayat-ayat al-Quran dapat diketahui
bahwa tindakan terorisme melanggar ketentuan syariat Islam. Dan jika
merujuk kepada fatwa yang dikeluarkan oleh MUI bahwa jihad hukumnya
wajib, sementara terorisme hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh
perorangan, kelompok, maupun negara. Serta yang terakhir, bahwa bom
bunuh diri secara nyata adalah bagian dari tindakan teror dan tidak bisa
dibenarkan dengan motif apapun termasuk jihad fi sabilillah. Jihad
mempunyai tujuan mulia dan harus dikerjakan dengan cara-cara mulia dan
beradab.