DOKTER INTERNSHIP
SYOK KARDIOGENIK
Disusun Oleh :
Nama
Wahana
dr.Arief Purwanto
dr. Kurmin Hadi D.
Dokter Internship
Dokter Pendamping
Mengetahui,
Dokter Pendamping
Diagnostik
Neonatus
Manajemen
Bayi
Anak
Masalah
Remaja
Dewasa
Istimewa
Lansia
Bumil
Deskripsi
Seorang laki-laki, 57 tahun datang dengan keluhan kedua pandangan mata gelap, bada lemas
dan dingin, nyeri dada sejak 1 hari SMRS selama 10 menit serta sesak apabila aktivitas
ringan. BAK berkurang. Tekanan Darah 80/50 mmHg, nadi 46 kali per menit, bunyi jantung
menjauh dan akral dingin. Pasien didiagnosis mengalami syok kardiogenik
Tujuan
Untuk menegakkan diagnosis
Manajemen
Tinjauan
Bahan bahasan
Riset
Kasus
Audit
Pos
pustaka
Cara
Diskusi
membahas
Data Pasien:
Nama: Tn. W
Nomor Registrasi: 13.01.5807
Nama Klinik: RSUD dr Rehatta
Telp :Terdaftar sejak : 31 Oktober 2013
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Seorang laki-laki datang ke rumah sakit dengan keluhan kedua pandangan mata gelap
sejak 2,5 jam SMRS. Pandangan terasa gelap saat beralih dari posisi tidur ke duduk atau
dari posisi duduk ke beridiri. Pasien juga tidak bisa melakukan pekerjaannya karena
badan pasien terasa sangat lemas. Keluhan terasa memberat apabila beralih dari posisi,
dan jika melakukan aktivitas walaupun ringan pasien merasa sangat lemas, tubuh terasa
melayang. pasien merasa lebih membaik jika tiduran. Pasien mengeluh badan selalu
berkeringat tetapi di tangan dan kakinya terasa dingin. Sejak 1 hari SMRS pasien merasa
nyeri di dada sebelah kiri dan ulu hati tetapi tidak menjalar ke lengan maupun dagu,
terasa kurang lebih 10 hingga 20 menit. Pasien juga merasa terkadang sesak apabila
melakukan aktivitas ringan. Pasien juga mengeluhkan muntah dan mual. sejak 1 hari
SMRS pasien BAK hanya 1 kali, tidak BAB 2 hari. Pasien juga tidak pernah mengalami
2.
3.
4.
5.
kurang.
6. Kondisi lingkungan social dan fisik:
Pasien adalah seorang suami, tinggal bersama istrinya. Keempat anaknya telah
berkeluarga dan sudah tidak tinggal serumah dengan pasien lagi.
7. Riwayat imunisasi:
Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi apapun.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum
Keadaan umum : lemah, gelisah
Kesadaran : Composmentis, GCS 15
Status gizi : status gizi normal
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi
: 40x/mnt, equal, amplitudo melemah
RR
: 24x/mnt
Suhu
: 37.2 derajat celcius
Saturasi O2
: 100%
c. Keadaan Tubuh
Kepala : Mesosefal
Kulit : turgor kurang (-), pucat (+), Sianosis (-)
Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil (+/+), sclera ikterik
Abdomen
epigastrium
Ekstremitas : Akral dingin (+), oedem (-)
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Pemeriksaan EKG
Interpretasi :
Irama : reguler
Frekuensi : 46x/menit
Aksis : Normo Axis deviation
Gelombang P : tinggi 1 kotak kecil, lebar 2 kotak kecil (0,08 detik)
Interval PR : 7 kotak kecil (0,28 detik)
QRS komplek : 3 kotak kecil (0,12 detik)
Segmen ST : ST depresi - ; ST elevasi II,III, AVF (Tidak spesifik)
Gelombang T : T inverted pada lead I, AvL, V3,V4
Kesan : Sinus bradikardi, AV blok derajat I, Iskemia anterior dan lateral
EKG post terapi awal :
Interpretasi :
Irama : reguler
Frekuensi : 62x/menit
Aksis : Normo Axis deviation
Gelombang P : tinggi 1 kotak kecil, lebar 2 kotak kecil (0,08 detik)
Interval PR : 5 kotak kecil (0,20 detik)
QRS komplek : Q patologis di lead II, III dan AvF
Segmen ST : ST depresi I, V5,V6 dan AvL
Gelombang T : T inverted pada lead II, III, AvF, AvL, V2-V6
Kesan : Normo Sinus Rhythm, NAD, Infark Inferior Transmural dan Iskemia Anterior Luas
10. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
WBC : 12,1.103/mm3
RBC : 4,65.106/mm3
HGB : 10,8 g/dl
HCT : 38,6 %
PLT : 214 .103/mm3
GDS : 345 mg%
Ureum : 17 mg%
Creatinin : 1,81 mg%
Cholesterol : 157 mg%
Trigliserid : 344 mg%
SGOT : 40 U/I
SGPT : 28 U/I
Kalium : 4,26 mg%
Natrium : 134.9 mg%
Chlorida : 1,20
11.
Daftar Pustaka:
a. Achyar, Harsoyo, A., Hakim, A.A., Dharmadjati, B.B., Maharani, E.,
Ratnaningsih, E., Indra, F., Murtiningsih, L., Prakoso R., Sudanawijaya, S.,
Sugiman, T., 2012, Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut, Jakarta;
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesis (PERKI)
b. Alwi, I., 2006, Tatalaksana Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST dalam Buku
Ahar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV ; Jakarta, Pusat Penerbitan
Agustinus R., 2012, Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar,
Jakarta; Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesis (PERKI)
g. Reynolds, H.R., Hochman, J.S., 2008, Cardiogenic Shock: Current Concepts and
Improving Outcomes, dalam Circulation Journal of American Heart Association ;
Dallas, American Heart Association, diunduh dari http://circ.ahajournals.org/ pada
7 Januari 2014
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi syok kardiogenik
b. Etiologi syok kardiogenik
c. Patofisiologi syok kardiogenik
d. Manifestasi klinis syok kardiogenik
e. Diagnosis syok kardiogenik
f. Diagnosis banding syok kardiogenik
g. Terapi syok kardiogenik
h. Komplikasi syok kardiogenik
i. Prognosis syok kardiogenik
12.
13.
1. Subyektif:
14. Pasien mengeluhkan
pandangan gelap dengan perubahan posisi
badan lemas
cemas
mual dan muntah
nyeri dada sebelah kiri
keringat dingin banyak
kaki dan tangan dingin
BAK berkurang
2. Objektif
15. Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan
KU : lemah, gelisah
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi
: 40x/mnt, equal, amplitudo melemah
RR
: 24x/mnt
Suhu
: 37.2 derajat celcius
Thorax : bunyi jantung melemah, bradikardi
ekstremias akral dingin (+) , kulit pucat, sinosis (-)
16. Pemeriksaan Penunjang
EKG I : Sinus bradikardi dengan AV blok derajat I, iskemia anterior dan lateral
EKG II : Infark Inferior Transmural dan Iskemia Anterior Luas
Leukositosis, Anemia, Hiperglikemia, Hipertrigliserid, Peningkatan SGOT
3. Assessment
17.
Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis mendukung diagnosis pada kasus
ini adalah syok kardiogenik e.c. iskemia miokard yang disertai dengan adanya AV blok
derajat I. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan utama pasien adalah
nyeri dada kiri yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri, terasa seperti ditindih dan berat
serta dipengaruhi aktivitas menunjukkan kemungkinan penyebab dari segala keluhan
pasien berasal dari organ jantung yang mengalami iskemia ataupun infark. Hal ini
diperkuat dari pemeriksaan EKG yang menunjukkan adanya iskemia. Syok kardiogenik
paling banyak disebabkan oleh iskemia atau infark miokard. Syok kardiogenik ditandai
dengan didapat hipotensi persisten yakni tekanan arteria sistolik < 90 mmHg atau 30
sampai 60 mmHg di bawah batas bawah sebelumnya, kemudian terdapat penurunan
aliran darah ke organ-organ utama. Pada pasien ini tekanan darah menurun 80/50 mmHg,
denyut nadi yang melemah dan jantung yang melemah. Penurunan aliran darah ke organorgan utama ditandai dengan keluhan kaki tangan dingin (akral dingin), keringat dingin
banyak dan BAK jarang dan sedikit. Badan yang terasa lemas, pandangan mata yang
menjadi gelap jika untuk berdiri atau duduk serta perubahan mental pasien yang menjadi
gelisah dan cemas menunjukkan adanya hipoperfusi ke organ seperti otak. Kriteria lain
untuk menegakkan diagnosis syok kardiogenik yakni dengan pemeriksaan Indeks Jantung
dan Left Ventricle Ejection Diastole Pressure, tapi hal ini tidak dilakukan.
18.
Walaupun biasanya pada pasien syok kardiogenik menunjukkan tanda
takikardi, tetapi pada pasien ini mengalami bradikardi karena pada pemeriksaan EKG
ditemui AV blok. pada syok kardiogenik biasanya ditemukan pula suara ronki paru dan
tekanan JVP meningkat. Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah jantung dan
meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, hingga mengakibatkan
kongesti paru-paru dan edema. Dalam hal ini tidak didapatkan kongesti paru pada pasien
karena pada perjalanan penyakit pasien ditemukan pula infark pada daerah inferior
jantung yang mengarah ke infark ventrikel kanan pula.
19.
Tanda dan gejala yang dialami pasien tersebut memiliki diagnosis banding
salah satunya dengan tamponade jantung, sehingga perlu dipikirkan juga adakah
kemungkinan ke arah tamponade jantung.
4. Initial Plan Diagnostik
a. Foto Rontgen Thorax
b. Pemeriksaan Echocardiograph
c. Pemeriksaan Cardiac marker (CKMB)
d. Pemeriksaan BGA
e. Pemeriksaan serial EKG
f. Pemeriksaan serial trombosit, PTT
g. Pemeriksaan Indeks Jantung dan pemasangan kateter arteri pulmonal
5. Initial Plan Terapi
a. Penatalaksanaan umum
Jaga patensi jalan nafas
Pemasangan 02 3 liter per menit
Pemasangan Infus fluid challenge evaluasi Tekanan Darah dan vital sign
lainnya
cairan spesifik cairan koloid
Pemasangan Due Cathether evaluasi urin output minimal 0,5 cc/kgBB/jam
b. Penatalaksanaan khusus
Pemberian Aspirin 160 325 mg atau antiplatelet lain seperti Clopidogrel 300
mg atau Ticaglerol 180 mg atau Antikoagulan seperti Heparin
Pemberian Analgetik ; Morfin 2 mg IV atau Pethidin 50 mg IV
Atasi Bradikardi dengan Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg dan dapat diulang tiap
3-5 menit dengan dosis maksimum 3 mg
Pemberian Statin ; Simvastatin 1 x 20 mg
Terapi hiperglikemia dengan Insulin bolus IV sesuai kadar GDS
Evaluasi Fluid Challenge, jika :
Sistole 70-100 mmHg tanpa gejala dan tanda syok Dobutamin 2-20
mcg/Kg/menit
Sistole 70-100 mmHg dengan gejala dan tanda syok Dopamin 2-20
mcg/Kg/menit
Sistole kurang dari 70 mmHg dengan gejala dan tanda syok
Norepinephrin 0,5-30 mcg/menit
c. Penatalaksanaan Lanjutan
Reperfusi dengan Percutaneus Coronary Intervention dalam 90 menit setelah
First Medical Contact
6. Intial Plan Monitoring
a. Monitoring Keadaan umum dan Vital Sign
b. Monitoring urin output minimal 0,5 cc/kgBB/jam
c. Monitoring Darah rutin dan GDS
d. Monitoring EKG dan serial cardiac marker
e. Monitoring risiko perdarahan, hitung trombosit, PTT, CT dan BT berkaitan
dengan penggunaan antiplatelet dan antikoagulan
7. Initial Plan Edukasi
a. Edukasi keluarga tentang keadaan pasien yang membutuhkan perawatan intensif
b. Edukasi keluarga tentang terapi intervensi di Pelayanan Kesehatan yang lebih
lengkap
c. Edukasi keluarga tentang prognosis keadaan pasien
20.
21.Lembar Follow Up
22.
N
23. Tangga
l
26.
1
27. 31
Oktober
2013
28. Jam
12.30
29.
2
30. 31
Oktober
2013
31. Jam
13.00
KU lemah
TD : 80/50 mmHg
Nadi : 40x/menit, lemah
RR 24x/menit
SaO2 : 100%
KU lemah ,sesak
TD 60/40 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR 24x/menit
SaO2 : 100%
32.
3
34.
4
36.
5
38.
6
40.
41.
42.
43.
44.
45.
GDS 345
EKG infark inferior dan
iskemia anterior luas
KU lemah
HR : 64x/menit
TD : 83/38 mmHg
apneu
33. 31
Oktober
2013
jam
19.00
35. 1
Novem
ber
2013
jam
08.00
37. 1
Novem
ber
2013
jam
19.00
39. 1
Novem
ber
2013
jam
19.15
KU lemah
HR ; 48x/menit
TD : 77/43 mmHg
GDS 195
46.
47.
48.
49.
50. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Syok kardiogenik
51. Syok kardiogenik merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan
perfusi jaringan didalam penghantaran oksigen dan zat-zat gizi, serta pembuangan
sisa-sisa metabolit pada tingkat jaringan, yang terjadi karena penurunan/tidak
cukupnya curah jantung untuk mempertahankan alat-alat vital akibat dari disfungsi
otot jantung terutama ventrikel kiri, sehingga terjadi gangguan atau penurunan fungsi
pompa jantung.
2. Etiologi Syok kardiogenik
52.Syok kardiogenik diakibatkan oleh kerusakan bermakna pada miokardium
ventrikel kiri yang ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan.
53.
54.
59.
60.
61.
62.
65.
63.
- Kardiomiopati
64.
- Kontusio miokard
kontraktilitas
pada
syok
kardiogenik
akan
memulai
respon
aliran darah koroner tidak memadai, terbukti dengan adanya infark, maka
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen terhadap miokardium
semakin meningkat. Gangguan miokardium juga terjadi akibat iskemia dan nekrosis
fokal, yang akan memperberat lingkaran setan dari kerusakan miokardium. Dengan
bertambah buruknya kinerja ventrikel kiri, keadaan syok berkembang dengan cepat
sampai akhirnya terjadi gangguan sirkulasi hebat yang mengganggu sistem organorgan penting
73.Pengaruh sistemik dari syok akhirnya akan membuat syok menjadi
irreversibel. Beberapa organ terserang lebih cepat dan berat daripada yang lain.
Seperti telah diketahui, miokardium akan menderita kerusakan yang paling dini pada
keadaan syok. Selain dari bertambahnya kerja miokardium dan kebutuhannya
terhadap oksigen, beberapa perubahan lain juga terjadi. Karena metabolisme
anaerobik
dimulai
pada
keadaan
syok,
maka
miokardium
tidak
dapat
79. Pemeriksaan fisik pasien dengan syok kardiogenik berhubungan gejala hipoperfusi
a. Tanda Vital : Hipotensi (Tekanan darah sistole < 90 mmHg) merupakan tanda utama.
Hear rate biasanya meningkat , kecuali jika terdapat blok AV dan frekuensi
pernafasan biasanya meningkat akibat adanya hipoksia oleh karena kongesti paru.
b. Neurologik : pasien biasanya mengalami penurunan kesadaran sebagai konsekuensi
dari hipoperfusi serebral
c. Paru-paru : Tampak retraksi dari otot-otot pernafasan tambaha dan respirasi
paradoksal. Pemeriksaan thorax kebanyakan menunjukkan ronki yang difus terutama
di apex. Pasien dengan infark ventrikel kanan tidak terdapat kongesti paru-paru.
d. Sistem Kardiovaskuler : Tekanan vena jugular biasanya meningkat. Pulsasi nadi
menjadi lemah. Impulse dari apeks jantung yang melebar menandakan adanya
kardiomyopati dilatasi dan pada pasien dengan efusi perikard intensitas suara jantung
menurun. Adanya suara jantung ke tiga atau ke empat menandakan adanya disfungsi
ventrikel kiri dan atau adanya peningkatan tekanan diastole ventrikel kiri. Pasien
dengan gagal jantung kanan memiliki tanda adanya hepatomegali dengan pulsasi pada
hepar
e. Ekstremitas : Oedem ekstremitas biasanya muncul. Jika terdapat sianosis dan akral
dingin pada ekstremitas merupakan indikasi adanya hipoperfusi jaringan. Adanya
vasokontriksi berat pada perifer dapat menyebabkan adanya perubahan pada warna
kulit yang berbeda-beda (Livedo retikularis)
80.
5. Diagnosis
81. Kriteria untuk diagnosis syok kardiogenik telah ditetapkan oleh Myocardial Infarction
Research Units of the National Heart, Lung, and Blood Institute. Syok kardiogenik
ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Tekanan arteria sistolik < 90 mmHg atau 30 sampai 60 mmHg di bawah batas
b.
c.
bawah sebelumnya.
Adanya penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama :
i. Keluaran kemih < 20 ml/jam, biasanya disertai penurunan kadar natrium
dalam kemih
ii. Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingin, lembab
iii. Terganggunya fungsi mental
Indeks jantung < 2,1 L/(menit/m2)
d. Bukti-bukti gagal jantung kiri dengan peningkatan LVEDP (Left Ventricular End
Diastole Pressure) 18 sampai 21 mmHg
82.
klinis yang terdiri dari hipotensi seperti yang disebut di atas; tanda-tanda perfusi
jaringan yang
minimal 60 mmHg
Intubasi jika PaO2 < 60 mmHg pada FIO2 (konsentrasi oksigen inspirasi)
maksimal dengan masker muka atau PaCO2 > 55 mmHg (tekanan yang
ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalam darah)
iii.
88.
89. Jika tekanan arteri sistolik lebih dari 100 mmHg maka digunakan
vasodilator. Ada dua vasodilator yang sering digunakan, yaitu nitrogliserin dan
nitroprusid. Pada waktu pemberian nitroprusid harus dilakukan monitor
terhadap tekanan darah dan tekanan pengisian ventrikel kiri. Pemberian
nitroprusid dimulai dengan dosis 0,4 mg/kg bb/menit (dosis awal jangan lebih
dari 10 mg/menit), kemudian dosis ditingkatkan 5 mg/menit setiap 10 menit
sampai tercapai efek hemodinamik yang diinginkan.
90. Bila curah jantung meningkat dan gejala syok berkurang, maka terapi
diteruskan. Bila tekanan darah menurun, terjadi takikardi, dan bila peningkatan
curah jantung tidak mencukupi, maka ditambahkan dobutamin dengan dosis
awal 5c mg/kg bb/menit dan ditingkatkan sampai maksimal 15 mcg/kg
bb/menit. Bila tekanan darah menurun lebih cepat, maka dobutamin diganti
dengan dopamin (mikro drip) sesuai dosis efektif 2-20 ug/KgBB/menit atau
isoproterenol drip jika disertai bradikardia.
91. Jika tekanan darah sistolik 70-90 mmhg, dopamin dapat digunakan
untuk terapi awal dengan dosis 2-20 mcg/KgBB/menit, dimana efek utamanya
merangsang adrenergik perifer, lebih baik digunakan norepinefrin.
Bila
tekanan darah pasien sudah stabil, maka terapi selanjutnya yang terbaik adalah
dobutamin yang dapat diberikan bersama-sama dopamin untuk mengurangi
kebutuhan dosis dopamin. Dobutamin tidak dapat digunakan secara tunggal
pada pasien dengan hipotensi berat.
92. Jika tekanan arteri sistolik < 90 mmhg keadaan ini menunjukan tanda
klasik adanya syok akibat hipotensi pada pasien infark miokard akut, maka
perlu adanya tindakan intra aortic pumping ballooning dan sarana untuk
kateterisasi harus dipersiapkan untuk menerima pasien ini. Jika pasien dalam
keadaan hipotensi berat, norepinefrin merupakan pilihan utama dengan dosis
0,5- 30 mcg/menit sampai tekanan darah sistolik mencapai 80-90 mmhg,
kemudian diusahakan untuk mengganti dengan dopamin.
n. Penggunanaan antiplatelet dengan aspirin atau heparin harus diberikan secara
rutin pada pasien yang mengalami syok kardiogenik karena infark miokard.
Sedang penggunaan trombolitik pada awal terapi infark miokard akan
mengurangi jumlah miokard yang mengalami nekrosis, sehingga insiden
sindrom syok kardiogenik akan berkurang. Pada GUSTO I TPA lebih baik dari
streptokinase bila tidak ada syok dan insiden syok juga lebih menurun.
o. Percutaneus Coronary Intervention (PCI) dan Coronary-Artery Bypass
Surgery (CABS/CABG) merupakan terapi pilihan pada semua pasien syok
kardiogenik akibat infark miokard. PCI harus dilakukan dalam 90 menit
setelah gejala Tindakan operasi dilakukan apabila didapatkan adanya kontraksi
dari segmen yang tidak mengalami infark dengan pembuluh darah yang
stenosis.
p. Pada pasien syok kardiogenik dengan disfungsi miokard akibat kerusakan
miokard irreversibel, mungkin diperlukan tindakan transplantasi jantung
93.
8. Komplikasi Syok Kardiogenik
94. Komplikasi dari syok kardiogenik meliputi :
cardiac arrest
disritmia
gagal ginjal
Multisystem Organ Failure
Aneurisma ventrikular
Tromboembolik
Stroke
Kematian
9. Prognosis Syok kardiogenik
Penyebab utama dari syok kardiogenik adalah infar myokard akut. Pada
penelitian, angka mortalitas pada pasien syok kardiogenik sangat tinggi yaitu 70-90%.
Kunci untuk menurunkan angka mortalitas tersebut dengan diagnosis yang tepat dan
cepat serta terapi suportif dan tindakan revaskularisasi untuk pasien infark myokard atau
iskemia myokard.
Menurut GUSTO I, prediksi angka mortalitas syok kardigenik ditentukan
dari : meningkatnya usia, riwayat infkark myokard sebelumnya, perubahan