Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah

Kontrasepsi
( aspek hukum islam, legal, kesehatan )
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Reproduksi
Dosen:
Fitria Wahyu S.Kep.Ns.,M.Kep

Oleh kelompok 5:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Betris Acnes
Diah Zulaiha
Nurmiati
Santi Dewi
Tita Aprilita
Wardatul Lailah

142201000
1422010007
142201000
1422010029
1422010032
1422010033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2016
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan

tugas

mata

kuliah

Sistem

Reproduksi

dengan

membahas

"KONTRASEPSI" dalam bentuk makalah.


Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada rekan-rekan dan bapak pembina yang membantu dalam menyelesaikan
tugas ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Mojokerto, 14 Desember 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


CA LARING POST TRACHEOSTOMY

1. DEFINISI
Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung
procsimal trachea.Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau
pertumbuhan jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu
jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus
Kedokteran . Dr. Heidra T. Kaksman)
Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang
THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau
daerah lain di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008)
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik,
glotis, dan subglotis. (Suddart and Brunner)
Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea
dengan mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga
terbentuk saluran nafas yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi (Kamus
Keparawatan, Edisi 17 Sre Itichlitt hal 440)
Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang
menyerang bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).

1.
2.
3.
4.
5.
6.

2. REVIEW ANATOMI FISIOLOGI


Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trachea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi dari benda asing
dan memudahkan batuk. Laring sering disebut ebagai kotak suara dan terdiri atas
Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
Glotis: ostium antara pita suara dan laring
Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trachea, sebagian dari kartilago membentuk
jakun (Adams apple)
Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
dibawah kartilago roid)
Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan otot yang menghasilkan bunyi suara,
pita suara melekat pada lumen laring.

3. ETIOLOGI

Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang orang dengan
resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang
kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang
diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a. Faktor Lingkungan
Merokok meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring (pita
suara), Asap debu pada daerah industri
b. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat
pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang
diproses secara berlebihan.
c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus EpsteinBar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik.
4. TANDA DAN GEJALA
Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang
yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri.
Rasa tidak enak pada tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
Kesulitan menelan.
Kadang sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah
bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Nyeri tenggorokan
Nyeri leher
Penurunan berat badan
Batuk
Batuk darah
Bunyi pernafasan yang abnormal. (strdor/ ngorok timbul saat tidur).
Sesak terjadi pada awal dan di area glotis
Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk
Disfagia, dispnea, dan nafas bau
Pembesaran nodus servikal, debilitas umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat
menandakan adanya metastasis (transfer penyakit dari satu organ ke organ lain).
4. KLASIFIKASI

1. Glotis
Tis Karsinoma insitu
a. T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
b. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility
c. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
2. Subglotis
Tis karsinoma insitu
a. T1 Tumor terbatas pada daerah subglot
b. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
c. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring
atau dua-duanya.
Metastasis Jauh (M)
a.
Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
b.
M0 Tidak ada metastasis jauh
c.
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium
Tergantung keadaan kanker (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis
jauh ( M ).
Stadium I : T1 No Mo
Stadium II : T2 No Mo
Stadium III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo
Stadium IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.
5. PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan
leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma
laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe
sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan
epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis
harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara
serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara
masih dapat digerak
6. WOC (Web Of Caution)

KARSINOMA LARING

Nyeri
Post op
Gangguan pola
tidur

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X thorax, scan tulang
Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase.

b. Darah lengkap
Dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
c. Laringografi
Dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan
dilakukan biopsi pada kanker. Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat
yang sama.
d. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor. Pemeriksaan laring dengan kaca
laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas.
Tempat yang sering timbul kanker dapat dilihat pada gambar
e. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di
paru.
f. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan
daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
g. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang
berkaitan dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki
suara yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi
kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis
nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara
pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor
2. Pembedahan Parsial
a. Laringektomi parsial ( laringotomi tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini
ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan
semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi parau, jalan
nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
c. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )

Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.


Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid
dan trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada
tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas
glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan
stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai
terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif, klien
kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu
pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali
pulih seperti biasa.
d. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang
dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid
laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita suara
sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai selang
trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko mengalami
operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara
( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan
menelan tetap utuh.
e. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang
hyoid,epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat.
Lidah, dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total
membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan
dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan
perlindungan spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi
tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana
aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara. ( Brunner & Suddarth,
2002 : 557-558 )
3. Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti
siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus
non spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara
aktif sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi
setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin di
kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk
menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih
tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan , pengontrolan,
paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang
digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.

Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh selsel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan
meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk
metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine (
FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum
adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval,
intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian biasanya
bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya
tumor yang diobati.
Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total
pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ
utama dan status kinerja fisik.
4. Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
1.
2.
3.

Pemberian sadatif obat penenang


Pemberian antiemetik anti mual muntah
Pemberian antipiretik anti panas

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak yang
tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan pada daerah
leher.Menurut Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebgai berikut :

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Alamat
1. Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok.sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri tenggorok,
lemah
a). Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
Suhu
TD
Respirasi
Nadi
Pengukuran BB
Kepala
Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
Leher
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan,
suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia,
dispnoe, penurunan berat badan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit tenggorokan,
riwayat epiglottis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif kanker
laring.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau
seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta
sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf oleh
sel-sel tumor.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia).
e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi wajah
dan leher.
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut Doenges E. Marlyn ( 2000 ), dan Carpenito (1999), perencanaan dan
intervansi keperawatan pada klien kanker laring adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan


sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan
menelan, serta sekresi banyak dan kental.
a. Tujuan
: Klien dapat mempertahankan jalan nafas paten.
b. Kriteria hasil
:Tidak sesak dan klien menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki jalan napas ,batuk efektif dan bunyi napas
c. c. Intevensi :
1) Kaji frekuensi pernapasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
Rasional : untuk mengetahui apakah terjadi dipsnue atau tidak dipsnue
2) Catat adanya derajat dipsnue misalnya keluhan lapar udara, gelisah, ansietas,
disteres, pernapasan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : disfungsi pernapasan merupakan proses kronis atau stadium akhir
3) Auskuitasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas.
Rasional : pada beberapa derajat kanker laring terjadi obstruksi jalan napas dan dapat
atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi napas.
4) Atur posisi yang nyaman
Rasional : Mempermudah fungsi pernapasan.
5) Dorong atau bantu klien latihan napas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dipsnea dan menurunkan jebakan udara.
6) Observasi karakteristik batuk misalnya menetap batuk pendek, batuk basah bantu
tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
d. Kolaborasi
1. Berikan bronkodilator
Rasional : merilekskan otot halus dan menurunkan kognesti lokal, menurunkan
spasne jalan napas dan produk mukosa
2. Xantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos
3. Berikan kromolin flunisunida ( aerobic )
Rasional : menurunkan edema
4. Berikan antimikroba
Rasional : diindikasikan untuk mengontrol pneumonia.
5. Berikan analgetik dan penekan batuk
Rasional : memungkinkan pasien untuk istirahat dan menghemat energi.
6. Berikan humidifikasi
Rasional : kelembaban akan menurunkan kekentalan secret yang mempermudah
pengluaran yang dap[at membantu menurunkan atau menjaga pembentukan mukosa
tebal pada bronkus.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
a. Tujuan
: Pasien dapat berkomunikasi denganaktif.
b. Kriteria hasil : Menidentifikasi pemahaman tentang masalh koomunikasi, membuat
metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan menggunakan sumbersumber yang tepat.
c. Intervensi:
1. Kaji tipe atau derajat disfungsi, kesulitan

Rasional : untuk menentukan terapi


2. Bantu menentukan stadium penyakit perhatikan kesalahan dalam komunikasi dalam
dan berikan umpan balik.
Rasional : pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang
keluar dan tidak menyadari bahwa komunikaai yang diucapkan tidak nyata.
3. Mintalah pasien untuk mengikutu perintah sederhana ( seperti buka ,mata tunjuk
kepintu ) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana.
Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensor
4. Berkan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar.
Berikan petunjuk visual ( gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan,
demonstrasi )
Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan atau
defisit yang mandiri.
5. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan dan dengan tenang.
Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban ya atau tidak, selanjutnya
kembangkan pada pertanyaan yang lebih kompleks sesuai respon pasien.
Rasional : menurunkan kebingungan atau ansietas selama proses komunikasi.
6. Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat. Berikan pasien
jarak waktu untuk berespon.Bicaralah tanpa tekanan terhadap sebuah respon.
Rasional : pasien tidak perlu merusak pendengaran dan meninggikan suara dapat
menimbulkan marah pasien atau menyebabkan kepedihan. Memfokuskan respon
dapat mengakibatkan frustasi dan mungkin menyebabkan pasien terpaksa untuk
bicara otomatis.
7. Anjurkan pengunjung atau orang terdekat mempertahankan usahanya untuk
berkomunikasi dengan pasien, seperti membaca surat, diskusi tentang hal-hal yang
terjadi pada keluarga.
Rasional : mengurangi isolasi social pasien dan meningkatkan penciptaan
komunikasi yangb efektif.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf
oleh sel-sel tumor.
a. Tujuan
: nyeri pada pasien sedikit berkurang dengan mengikuti
aturanpemakai farmakologis yang telah ditentukan dapat menggunakan keterampilan
relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi.
b. Kriteria hasil
: Menlaporkan penghilangan nyeri maksimal / control dengan
pengaruh minimal pada AKS. Mengikuti farmokologis yang diperlukan,
mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai
indikasi untuk situasi individu.
c. Intervensi
1. Tentukan riwayat nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas dan
tindakan penghilang yang digunakan.
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intetrvensi.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan punggung,) dan
aktivitas hiburan ( missal musik dan TV ).
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

4. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri ( misal teknik relaksasi,


visualisasi, bimbingan imajinasi ) tertawa, musik dan sentuhan terapeutik.
Rasional : memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan
masa control.
5. Evaluasi penghilangan nyeri atau control
Rasional : control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
d. Kolaborasi
1. Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rasional : rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control nyeri.
2. Beri analgesic sesuai indikasi misal : bromstoms cocktail, morfin, metadon atau
campuran narkotik IV khusus.
Rasional : nyeri adalah komplikasi sering dari kanker meskipun respon individual
berbeda saat perubahan penyakit atau perubahan terjadi penilaian dosis dan
pemberian akan diperliukan.
3. Berikan penggunaan CPA dengan cepat
Rasional : analgesia dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu,
mencegah fruktuasi, pada intensitas nyeri, sering pada dosis total rendah akan
diberikan melealui metode konvensional.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan (disfagia).
a. Tujuan : Nutrisi klien adekuat
b. Kriteria hasil : Mendemonstrasikan pemeliharaan kemajuan peningkatan BB sesuai
tujuan, tidak mengalami tanda-tanda dalam rentan normal.
c. Intervensi
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan menangani sekresi.
Raasional : faktor ini menentukan pilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
harus terlindung dari aspirasi.
2. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara yang hiperaktif
Rasional : fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising usus membantu
dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi seperti
paralitik ilius.
3. Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : mengevaluasi keefektifan / kebutuhan mengubah pemberian nutrusi.
4. Berikan makan dalm jumlah kecil dan dalam waktu sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan prosese pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan dan dapat meningkatkan kerja sama pasien saat makan.
5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang sama termasuk sosialisasi saat makan.
Anjurkann oranhg terdekat untk membawa yang disukai pasien.
Rasional : meskipun proses penilaian pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman
dapat meningkatakan pemasukan.
6. Kaji feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.
Rasional : Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan
anatomi wajah dan leher

a. Tujuan : Menunjukkan konsep diri yang bagus.


b. Kriteria hasil :Mampu mengungkapkan kenyataan secara fealietis dan penerimaan
terhadap suaranya, mampu mengenali dan bekerja sama dalam perubahan konsep
diri peran tanpa menimbulkan harga diri rendah mampu mengembangkan
perencanaan yang realistis untuk mengadaptasi perubahan peran
c. Intervensi
1. Ciptakan atau pertahankan hubungan terapeuitik pasien perawat, Diskusikan
perasaan takut atau hal yang dipikirkan pasien.
Rasional : Meremehkan sikap peduli dan mengembangkan rasa saling percaya antara
pasien dengan perawat, dimana pasien bebas mengekspresikan ketakutan ditolak
hilangnya fungsi suara yang dimiliki sebelumnya, tidak berdaya mengenai
perubahan yang terjadi.
2 Catat tingkah laku menarik diri, sikap menyangkal atau terlalu memungkirkan proses
penyakitnya.
Rasional : Awalnya mungkin merupakan respon yang normal tapi jika
berkepanjangan bisa menghalangi untuk menghadapi kenyataan seharusnya dan
dapat menurunkan ke arah koping yang tidak efektif.
2. Jelaskan bahwa emosi yang labil adalah wajar. Pemecahan masalah merupakan
langkah untuk menangani masalah ini.
Rasional : Menghilangkan kecemasan dan membantu usah untuk menangani
munculnya emosi yang tidak diharapkan.
3. Beri masukan pada klien untuk memodifikasi gaya berpakaian untuk meningkatkan
konsep diri seperti memakai jilbab pada perempuan, menggunakan sal atau baju
dengan kerah tertutup.

INTERVENSI DAN RASIONAL POST OP TRACHEOSTOMY


1. Nyeri b/d post op laringostomy
a. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam nyeri
berkurang
b. Kriteria Hasil : Nyeri berkurang, pasien terlihat rileks, TTV dalam batas normal,
pasien mengetahui penyebab nyeri.
c. Intervensi : BHSP pada pasien dan keluarga, kaji nyeri, dan observasi TTV, ajarkan
teknik relaksasi pada pasien,kolaborasikan pemberian analgesik, jelaskan pada
pasien akibat nyeri.
Dengan memberikan HE akan mengurangi kecemasan pasien
d. Rasional : Dengan melakukan BHSP akan mempermudah tindakan keperawatan,
Untuk mengetahui lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas nyeri
Untuk mengetahui keadaan umum pasien, Relaksasi bertujuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien, Relaksasi bertujuan untuk mengontrol nyeri, analgesik
bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan pola tidur b/d nyeri
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pola tidur
pasien kembali normal
b. kriteria hasil :

Pola tidur kembali normal


ttv dalam batas normal
c. intervensi :
BHSP pada pasien dan keluarga
observasi pola tidur
observasi TTV
ciptakan suasana nyaman (tempat tidur bersih, suasana tenang)
d. rasional :
1. Dengan melakukan BHSP akan mempermudah tindakan keperawatan
2. untuk mengetahui adanya peningkatan /penurunan kualitas tidur
3. untuk mengetahui keadaan pasien
4. Untuk meningkatkan kualitas tidur pasien

CASE STUDY
CA. LARING TRACHEOSTOMY

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa Medis
Keluhan Utama

: Tn G
No. Regester : 1102XXX
: 53 Tahun
: Laki-laki
: Jawa/Indonesia
: Islam
::::: Ca Laring (Post Operasi Laringektomi).
: Nyeri pada tenggorokan, tidak dapat mengeluarkan suara.

Keluhan Sebelumnya : Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri


tenggorokan dan tidak bisa mengeluarkan suara .+ 3 minggu pasien mengeluh
batuk-batuk dengan dahak berwarna putih, pasien juga merasa sesak nafas
sejak + 1 minggu yang lalu .
Upaya yang diindikasikan : dilakukan Tracheostomi.
2.
1)
2)
3)

RIWAYAT KEPERAWATAN ()
RPD :RP S : Ca laring post op laringectomy
R P K: -

5) Riwayat Kesehatan Lainnya : Pasien memiliki riwayat merokok + 28


tahun. 1 hari biasa menghabiskan 2 pak rokok.
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum :
2) Tanda-tanda vital
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
ada secret (+), pasien bernapas pada Stoma Post Operasi Larigektomi.
Batuk : refleks batuk (+)
Sputum kental, berwarna putih, bau (-) Cianosis (-).
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
terdapat luka post op. laringektomi, nyeri Tenggorokan pre op (+), Nyeri Leher
post op (+)
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Tenggorokan sakit menelan (+), makan melalui sonde.
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
TERAPI :
Analgesik IV pada jam 20.00
Masalah keperawatan:
1. Nyeri b/d post op laringostomy
2. Gangguan pola tidur b/d nyeri
Masalah
Keperawata
n
Nyeri b/d
post op
laringostom
y

Tujuan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama 1x
24 jam
nyeri
berkurang

Kriteria hasil

Nyeri
berkurang
Pasien
terihat
rileks
TTV dalam
batas
normal
Pasien
mengetahui
penyebab
nyeri

Intervensi

BHSP pada
pasien dan
keluarga
Kaji nyeri
Observasi
TTV
ajarkan
teknik
relaksasi pada
pasien
Kolaborasika
n pemberian

Rasional

Dengan
melakukan
BHSP akan
mempermudah
tindakan
keperawatan
Untuk
mengetahui
lokasi nyeri,
intensitas
nyeri, kualitas
nyeri

analgesik
Jelaskan pada
pasien akibat
nyeri

Gangguan
pola tidur
b/d nyeri

Setelah

dilakukan
tindakan
keperawata
n selama 1x
24 jam pola
tidur pasien
kembali
normal

Pola tidur
kembali
normal
ttv dalam
batas
normal

BHSP pada

pasien dan
keluarga
observasi pola
tidur
observasi TTV
ciptakan

suasana
nyaman
(tempat tidur
bersih,
suasana

tenang)

Untuk
mengetahui
keadaan
umum pasien
Relaksasi
bertujuan
untuk
mengontrol
nyeri
analgesik
bertujuan
untuk
mengurangi
rasa nyeri
Dengan
memberikan
HE akan
mengurangi
kecemasan
pasien
Dengan
melakukan
BHSP akan
mempermudah
tindakan
keperawatan
untuk
mengetahui
adanya
peningkatan
/penurunan
kualitas tidur
untuk
mengetahui
keadaan pasien
Untuk
meningkatkan
kualitas tidur
pasien

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jaka
rta : EGC.
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik ProsesProses Penyakit edis 4. Jakarta : E
GC.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat edisi 2. Jakarta : EGC

http://nurseenynopilestari.blogspot.co.id/2014/03/lp-kanker-laring-dan-kasuspasien.html
http://vivitralala.blogspot.co.id/2014/06/asuhan-keperawatan-pada-ca-laring.html
http://erfansyah.blogspot.co.id/2010/03/asuhan-keperawatan-kanker-laring.html

Anda mungkin juga menyukai