Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai sektor dan berbagai
kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya isu kerusakan lingkungan yang semakin
santer terdengar, jika dicermati sebenarnya berakar dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam
lingkungannya. Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh manusia. Perilaku
manusia yang kurang atau tidak bertanggungjawab terhadap lingkungannya telah mengakibatkan terjadinya
berbagai macam kerusakan lingkungan.

Sebagai contoh pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah industri, rumah tangga, dan kegiatan
lain yang tidak bertanggung jawab, akhirnya mengancam balik keselamatan dan kehidupan manusia.
Penebangan dan atau penggundulan hutan, eksploitasi bahan tambang secara membabi buta juga merupakan
perbuatan manusia yang rakus dan tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Dalam hal ini
perbaikan akhlak masyarakat merupakan sesuatu yang mutlak dan harus diletakkan pada fase pertama dalam
upaya penyelamatan dan perbaikan lingkungan.

Untuk itu sebagai muslim kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan
hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup tak lepas dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi
ini.Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik
dan tertata, namun sebaliknya justru saat ini manusia telah membuat kerusakan di bumi.

Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka bumi, termasuk mengenai
bagaimana manusia dalam menjaga lingkungan. Islam memberikan pandangan tersendiri terhadap
lingkungan, karena manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, yang harus menjaga dan melestarikan
bumi. Apabila masyarakat muslim memahami bahwa interaksi yang benar dengan lingkungan juga
merupakan ibadah mungkin kerusakan lingkungan tidak akan sebesar yang terjadi

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep lingkungan?
2. Bagaimana pandangan Islam dalam pelestarian lingkungan?
3. Seberapa pentingkah upaya dalam melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia?
4. Upaya apa asaja yang dapat dilakukan dalam melestarikan lingkungan dalam perspektif islam?
5. Apa manfaat yang dihasilkan dari melestarikan lingkungan hidup?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Konsep Lingkungan Hidup


Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982 yang disempurnakan dengan Undang-Undang
Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 pasal 1 menyebut pengertian lingkungan hidup sebagai berikut.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
Lingkungan hidup sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang tersebut merupakan suatu
sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam nonhayati, lingkungan buatan, dan
lingkungan sosial. Semua komponen-komponen lingkungan hidup seperti benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup berhimpun dalam satu wadah yang menjadi tempat berkumpulnya komponen itu disebut
ruang.
Pada ruang ini berlangsung ekosistem, yaitu suatu susunan organisme hidup dimana diantara lingkungan
abiotik dan organisme tersebut terjalin interaksi yang harmonis dan stabil, saling memberi dan menerima
kehidupan.
Lingkungan alamiah (natural environment) yang sering dipendekkan menjadi lingkungan dan yang
dalam istilah bahasa kita sering disebut lingkungan hidup, diberi tarif (pengertian) sebagai suatu keadaan
atau kondisi alam yang terdiri atas benda-benda (makhluk) hidup dan benda-benda tak hidup yang berada di
bumi atau bagian dari bumi secara alami dan saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
Lingkungan Hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan tingkah lakunya yang ada
dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan serta mensejahterakan manusia
dan jasad-jasad hidup lainnya.
Antara manusia dengan lingkungan terdapat hubungan yang dinamis. Perubahan dalam lingkungan akan
menyebabkan perubahan dalam kelakuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru.
Karena sesungguhnya alam fikiran manusialah yang menyadari keberadaan alam semesta, ada tida
pandangan filosofi berkenaan dengan kesadaran manusia terhadap alam yaitu:

Bahwa alam ini berubah dari sistem yang berevolusi secara alamiah. Dalam hal ini alam pikiran
manusia dapat dianggap sebagai unsure abstrak dari lingkungan hidup.
Bahwa manusia terpisah dari lingkungannya, dan manusia hanya sekedar pelaku sedangkan
lingkungan adalah objek yang dapat dieksploitasi secara maksimal untuk kepentingannya sendiri.
Bahwa manusia dan lingkungan menjadi satu. Pandangan yang bersifat inklusif bahwa manusia adalah
bagian dari pada alam.

Pandangan terbaik yaitu menggabungkan dari ketiganya secara seimbang, bahwa manusia adalah bagian
mutlak dari lingkungan hidupnya; manusia memiliki kemampuan yang lebih, terutama penguasaan tentang
alam sadar fikiran. Perubahan dalam kelakuan manusia ini selanjutnya akan menyebabkan pula perubahan
dalam lingkungan. Dengan adanya hubungan dinamis-sirkuler antara manusia dan lingkungan dapat
dikatakan hanya dalam lingkungan yang baik, manusia dapat berkembang secara maksimal, dan hanya
dengan manusia yang baik lingkungan dapat berkembang ke arah yang optimal.
Lingkungan yang berkualitas memiliki konsep yang sangat erat hubungannya dengan konsep kualitas
hidup. Suatu lingkungan hidup yang dapat mendukung kualitas hidup yang baik, dikatakan mempunyai
kualitas yang baik pula pada lingkungannya. Konsep kualitas hidup adalah derajat terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia. Makin baik kebutuhan dasar itu dapat dipenuhi oleh lingkungan hidup, makin tinggi pula

3
kualitas lingkungan hidup itu. Perbincangan lingkungan hidup dewasa ini adalah pencemaran oleh industri,
pestisida, alat transportasi, erosi, banjir dan kekeringan. Karena masalah-masalah tersebut banyak
menganggap bahwa tindakan manusia telah merusak lingkungan, sedangkan segala yang alamiah merupakan
lingkungan yang baik. Apabila kita melihat kualitas lingkungan hidup dari kebutuhan dasar, maka anggapan
tersebut tidaklah benar.
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bumi ini tidak boleh semena-mena, dan seenaknya saja dalam
mengekploitasinya. Pemanfaatan berbagai sumber daya alam baik yang ada di laut, didaratan dan didalam
hutan harus dilakukan secara proporsional dan rasional untuk kebutuhan masyarakat banyak dan generasi
penerusnya serta menjaga ekosistemnya. Allah sudah memperingatkan dalam surat al'A'raf ayat 56 :

Artinya : Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah Allah memperbaikinya dan
berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (al-A'raf:56)

Menyadari hal tesebut maka dalam pelaksanaan pembangunan sumber daya alam harus digunakan
dengan rasional. Penggalian sumber kekayaan harus diusahakan dengan sekuat tenaga dan strategi dengan
tidak merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia. Perlu diusahakan penggunaan teknologi yang ramah
lingkungan dan bisa menjaga kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan.
Menurut World Reseach Institute (sebuah lembaga think tank di Amerika Serikat), 72 persen hutan asli
Indonesia telah hilang, berarti sisa luasan hutan Indonesia hanya sebesar 28 persen. Kemudian data
Departemen Kehutanan sendiri mengungkapan bahwa 30 juta hektar hutan di Indonesia telah rusak parah,
atau sebesar 25 persen(Khofid, 2004). Data-data ini menunjukan bahwa kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh perilaku manusia, telah mencapai tingkat yang parah. Sehingga berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan pendidikan lingkungan untuk mengubah sudut pandang dan perilaku manusia.

2.2 Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Islam


Dalam pandangan Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua ciptaan Tuhan dan berani
memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi diserahkan untuk manusia. Oleh
karena itu manusia diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk terbaik, manusia diberikan
beberapa kelebihan diantara makhluk ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan,
mendapat rizki dari yang baik-baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya.

Bumi dan semua isi yang berada didalamnya diciptakan Allah untuk manusia, segala yang manusia
inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan bumi. Daratan dan lautan serta sungai-sungai, matahari dan
bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak.

Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan diperintah berbuat
kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat kebajikan terhadap lingkungan yang
disajikan Al-Quran seperti dipaparkan di atas, Rasulullah SAW memberikan teladan untuk
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diperhatikan dari Hadist-Hadist Nabi, seperti
Hadist tentang pujian Allah kepada orang yang menyingkirkan duri dari jalan; dan bahkan Allah akan
mengampuni dosanya, menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari iman,dan merupakan
perbuatan baik.

4
2.2.1 Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature)

Di dalam Al-Qur;an Surah Al-Anbiya 107 Allah AWT berfirman :

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Rahmatan lil alamin bukanlah sekedar motto Islam, tapi merupakan tujuan dari Islam itu
sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi
pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut.
Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat raya yang didalamya
termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya, serta makhluk tidak hidup.
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam
semesta seluruhnya. Seperti halnya, setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk
menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota komunitas
ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas
ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas
ekologis, alam tempat hidup manusia ini. Sama halnya dengan setiap anggota keluarga mempunyai
kewajiban untuk menjaga keberadaan, kesejahteraan, dan kebersihan keluarga, setiap anggota
komunitas ekologis juga mempunyai kewajiban untuk menghargai dan menjaga alam ini sebagai
sebuah rumah tangga.

2.2.2 Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature)


Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam di atas adalah tanggung jawab moral terhadap
alam, karena manusia diciptakan sebagai khalifah (penanggung jawab) di muka bumi dan secara
ontologis manusia adalah bagian integral dari alam. Sesuai dengan firman Allah dalam surah al
Baqarah : 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.

Kenyataan ini saja melahirkan sebuah prinsip moral bahwa manusia mempunyai tanggung
jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan
kelestariannya Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya
masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena
itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaganya.

2.2.3 Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

5
Terkait dengan kedua prinsip moral tersebut adalah prinsip solidaritas. Sama halnya dengan
kedua prinsip itu, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral
dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan
sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan
dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama
makhluk hidup lain.

2.2.4 Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature)

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai,
menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa
dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama
anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara,
tidak disakiti, dan dirawat. Sebagaimana dimuat dalam sebuah Hadis shahih yang diriwayatkan oleh
Shakhihain:
Dari Anas radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tidak
seorang pun muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya dimakan
oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah
untuknya.
Dalam hadis lain dijelaskan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,Jauhilah
dua perbuatan yang mendatangkan laknat! Sahabat-sahabat bertanya, Apakah dua perbuatan
yang mendatangkan laknat itu? Nabi menjawab, Orang yang buang air besar di jalan umum atau
di tempat berteduh manusia

2.2.5 Islam Sebagai Motivator Pergerakan Atas Eksitensi Lingkungan Hidup


Agama Islam adalah suatu agama yang dipeluk oleh sejumlah besar penduduk bumi. Dapat
dibayangkan betapa besar dampak kebaikanya terhadap lingkungan hidup jika seluruh penganut
Islam memiliki kesadaran yang sama untuk memberikan perhatian yang serius terhadap lingkungan
hidup. Maka dari itu, kiranya saat ini para tokoh Islam sangat perlu menggali lebih jauh unsur-unsur
keagamaan mereka, entah itu unsur teologis, fikih atau unsur-unsur ajaran yang lain agar dapat
membantu atau memotivasi para penganut yang lain untuk semakin mencintai dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan hidup. Untuk mewujudkan hal tersebut bisa direpresentasikan
melalui persuasife methode, yaitu dengan :

a. Pendekatan Teologis
Disadari bahwa al-Quran sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam
(kosmogoni) dan lebih spesifik lagi lingkungan hidup. Namun, bukan berarti bahwa al-
Quran tidak memberikan perhatian yang serius terhadap lingkungan hidup. Mungkin
dengan alasan bahwa pada saat al-Quran diturunkan masalah lingkungan hidup belumlah
menjadi masalah yang mendesak, masalah minimnya al-Quraan dalam membahas masalah
alam dapat dijawab. Sekarang, kiranya yang penting dibicarakan bukanlah mempermasalah
keminiman al-Quran yang membicarakan tetang alam tetapi justru sebaliknya bagaimana
menggunakan sedikit teks atau ajaran-ajaran di dalam al-Quran yang membicarakan tentang
alam tersebut dan mengembangkan dasar-dasar teologis atau pun mungkin juga fikih dengan
tujuan menyediakan perspektif baru bagi umat Islam agar semakin peduli terhadap alam dan
lingkungan hidup.

6
b. Pendekatan Fikih
Mengapa pendekatan fikih perlu dalam membahas masalah lingkungan hidup,
pertama-tama karena fikih yang berarti juga sebagai sistem pemikiran hukum Islam dapat
memberikan kepastian bagi mereka yang meyakininya. Dengan adanya kepastian tersebut
orang atau umat Islam menjadi tidak ragu-ragu lagi bahwa masalah lingkungan hidup adalah
masalah yang memang penting untuk diperhatikan. Selanjutnya, kepastian tersebut dapat
diharapkan menjadi suatu sumber motivasi yang sangat kuat bagi umat Islam khususnya
untuk semakin peduli terhdap lingkungan hidup. Dalam konteks hukum Islam, pelestarian
lingkungan hidup, dan tanggung jawab manusia terhadap alam banyak dibicarakan. Hanya
saja, dalam pelbagai tafsir dan fikih, isu-isu lingkungan hidup hanya disinggung dalam
konteks generik dan belum spesifik sebagai suatu ketentuan hukum yang memiliki kekuatan.
Fikih-fikih klasik telah menyebut isu-isu tersebut dalam beberapa bab yang terpisah dan
tidak menjadikannya buku khusus. Ini bisa dimengerti karena konteks perkembangan
struktur masyarakat waktu itu belum menghadapi krisis lingkungan sebagaimana terjadi
sekarang ini
Melihat situasi modern saat ini yang dengan jelas-jelas ditandai oleh kerusakan
lingkungan hidup yang begitu dahsyat, rasanya fikih tentang lingkungan hidup perlu
dikembangkan terus-menerus agar dapat menjawab kebutuhan jaman yang semakin
menekankan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain,
pengembangan fikih lingkungan hidup kini bisa menjadi suatu pilihan penting di tengah
krisis-krisis ekologis yang secara sistematis disebabkan oleh keserakahan manusia dan
kecerobohan penggunaan teknologi.
Islam sebagai agama yang secara organik memperhatikan manusia dan
lingkungannya memiliki potensi amat besar untuk melindungi bumi. Dalam al-Quran sendiri
kata bumi (ardh) disebut sebanyak 485 kali dengan arti dan konteks yang beragam. Di
bagian lain komponen-komponen lain di bumi dan lingkungan hidup juga banyak disebutkan
dalam alQuran dan hadis. Sebagai contoh, manusia sebagai pusat lingkungan yang disebut
sebagai khalifah terdapat dalam QS 2:30; segala yang di langit dan di bumi ditundukkan
oleh Allah kepada manusia QS 45:13; dan sebagainya. Manusia, bumi, dan makhluk ciptaan
lainnya di alam semesta adalah sebuah ekosistem yang kesinambungannya amat bergantung
pada moralitas manusia sebagai khalifah di bumi.
Dalam kerangka pemikiran tersebut di atas, maka melindungi dan merawat
lingkungan hidup menjadi semakin jelas sebagai suatu kewajiban setiap Muslim. Oleh
karena itu, rasanya sangat perlu sekali gagasan yang telah terungkap di atas diintegrasikan
dan disosialisaikan kepada segenap umat Muslim dan selanjutnya pada masyarakat luas
dengan cara yang baru. Dalam hal ini, di Indonesia khususnya, para ulama memiliki peran
penting untuk mewujudkan gagasan-gagasa yang telah dikemukakan di atas. Sebagai pribadi
yang diberi label penerus para Nabi, ulama mempunyai kewajiban untuk memberikan
sumbangsih riil bagi pembumian konsep fikih lingkungan hidup. Ulama harus meyakinkan
publik bahwa tanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup menjadi beban setiap
Muslim, bukan hanya institusi atau lembaga. Terlebih dalam konteks keindonesiaan,
pembumian konsep fikih lingkungan hidup terasa menjadi demikian mendesak mengingat
maraknya bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan hidup.
Pandangan teologis dan fikih tentang lingkungan hidup yang telah diurakan di atas
diyakini akan sangat bermanfaat untuk menanggapi krisis lingkungan hidup dan
menyediakan landasan dasar motivasi bagi umat Muslim yang hendak mewujudkan
perhatian dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. Dalam konteks negara Indonesia,
yang 80 % penduduknya adalah umat Muslim, tanggungjawab, kepedulian dan perhatian
terhadap lingkungan hidup tersebut pastilah akan memiliki dampak yang luar biasa besarnya
bagi terwujudnya keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

7
2.3 Beberapa Dalil dan Hadist tentang menjaga dan melestarikan
Lingkungan

1. Q.S. Ar-Rum ayat 41-42



41
42
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).

42. Katakanlah Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).

2. Q.S.Al-Araf ayat 56-58


56


57
58
56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

57. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa angin mendung, kami halau ke suatu
daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab
hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah
mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

58. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin allah; dan tanah yang
tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda
kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersukur.

8
3. Q.S. Sad ayat 27



27
27. Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka.

4. Hadist yang diriwayatkan oleh HR. Bukhori Muslim


Artinya: Sayangilah yang ada di bumi niscaya semua yang ada di langit akan menyayangi
kalian

5. Hadist yang diriwayatkan oleh HR Tirmidzi


Artinya : Barang siapa menghidupkan suatu bumi yang mati, maka bumi itu baginya

Kandungan dari hadist diatas adalah Nabi Muhammmad SAW melalui Al-Quran dan hadist
mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan kelangsungan kehidupan manusia dari
ketergantungannya kepada lingkungan alam.

Maka dari itu, kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT harus saling menghormati sesama
makhluk Allah SWT lainnya, terutama yaitu tumbuhan ( lingkungan ). Janganlah saling merugikan,
cintailah lingkungan sekitar kita (alam) untuk generasi penerus kita, karena jangan sampai generasi
penerus kita tidak bisa melihat lagi indahnya pohon-pohon hijau yang rindang dan asri di masa
depan nanti.

2.4 Langkah- langkah dalam Melestarikan Lingkungan Hidup


Beberapa usaha yang dilakukan untuk pelestarian lingkungan hidup antara lain yaitu

sebagai berikut :

2.4.1 Bidang Kehutanan

Kerusakan hutan yang semakin parah dan meluas, perlu diantisipasi dengan berbagai upaya.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan antara lain :

a. Penebangan pohon dan penanaman kembali agar dilakukan dengan seimbang sehingga
hutan tetap lestari.

9
b. Memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar, dan memberikan
hukuman yang berat kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
c. Penebangan pohon harus dilakukan secara bijaksana. Pohon yang ditebang hendaknya
yang besar dan tua agar pohon-pohon yang kecil dapat tumbuh subur kembali.
d. Melakukan reboisasi (penanaman hutan kembali) pada kawasan-kawasan yang hutannya
telah gundul, dan merehabilitasi kembali hutan-hutan yang telah rusak.
e. Memperluas hutan lindung, taman nasional, dan sejenisnya sehingga fungsi hutan
sebagai pengatur air, pencegah erosi, pengawetan tanah, tempat perlindungan flora dan
fauna dapat tetap terpelihara dan lestari.

2.4.2 Bidang Pertanian


a. Mengubah sistem pertanian berladang (berpindah-pindah) menjadi pertanian menetap
seperti sawah, perkebunan, tegalan, dan sebagainya.
b. Pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras
(sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil.
c. Mengurangi penggunaan pestisida yang banyak digunakan untuk pemberantasan hama
tanaman dengan cara memperbanyak predator (binatang pemakan) hama tanaman karena
pemakaian pestisida dapat mencemarkan air dan tanah.
d. Menemukan jenis-jenis tanaman yang tahan hama sehingga dengan demikian
penggunaan pestisida dapat dihindarkan.

2.4.3 Bidang Industri


a. Limbah-limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun perairan harus
dinetralkan terlebih dahulu sehingga limbah yang dibuang tersebut telah bebas dari
bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, setiap industri diwajibkan membuat pengolahan
limbah industri.
b. Untuk mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh asap industri yang berasal
dari pembakaran yang menghasilkan CO (Karbon monooksida) dan CO2 (karbon
dioksida), diwajibkan melakukan penghijauan di lingkungan sekitarnya. Penghijauan
yaitu menanami lahan atau halaman-halaman dengan tumbuhan hijau.
c. Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi dengan sumber energi yang lebih
ramah lingkungan seperti energi listrik yang dihasilkan PLTA, energi panas bumi, sinar
matahari, dan sebagainya.
d. Melakukan daur ulang (recycling) terhadap barang-barang bekas yang tidak terpakai
seperti kertas, plastik, aluminium, best, dan sebagainya. Dengan demikian selain
memanfaatkan limbah barang bekas, keperluan bahan baku yang biasanya diambil dari
alam dapat dikurangi.
e. Menciptakan teknologi yang hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan.
f. Menetapkan kawasan-kawasan industri yang jauh dari permukiman penduduk.

2.4.4 Bidang Perairan


a. Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda lainnya
ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat pembuangan sampah.
b. Perlu dibuat aturan-aturan yang ketat untuk penggalian pasir di laut sehingga tidak
merusak lingkungan perairan laut sekitarnya.
c. Pengambilan karang di laut yang menjadi tempat berkembang biak ikan-ikan harus
dilarang.
d. Perlu dibuat aturan-aturan penangkapan ikan di sungai/laut seperti larangan penggunaan
bom ikan, pemakaian pukat harimau di laut yang dapat menjaring ikan sampai sekecil-
kecilnya, dan sebagainya.

10
2.4.5 Flora dan Fauna
Untuk menjaga kepunahan flora dan fauna langka, beberapa langkah yang perlu dilakukan
antara lain :

a. Menghukum yang seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang bagi mereka yang


mengambil flora dan memburu fauna yang dilindungi.
b. Menetapkan kawasan perlindungan bagi flora dan fauna langka seperti Taman Nasional,
Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan lain-lain.
c. Perundang-undangan
Melaksanakan dengan konsekuen UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan memberikan sanksi hukuman yang berat bagi pelanggar-
pelanggar lingkungan hidup sesuai dengan tuntutan undang-undang.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia
jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap
muslim.
Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan kemauan hawa nafsunya
untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana yang ditimbulkannya.
Manusia tersebut tidak mempunyai pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya
yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Quran disebutkan sebagai manusia yang dzalim.
Sebagaimana Allah mengingatkan :

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah
yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong
pun. (Q.S Ar-Rum 30:29)

Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada kehancuran
bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya dukung
lingkungan, pemborosan, menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam
konsumsi dan gaya hidup dan seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi
tanpa landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan.
Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila sesuatu
menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan. Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia
cenderung melihat kebenaran menurut hawa nafsu.

Dari uraian tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa kerusakan lingkungan hidup yang saat ini
terjadi adalah akibat ulah manusia sendiri. Dan yang menjadi persoalan sekarang adalah bahwa kesadaran
untuk memperhatikan, merawat dan melestarikan lingkungan hidup belum sejalan dengan kerusakan yang
terjadi. Dalam keadaan seperti ini peran agama terutama agama Islam menjadi sangat penting karena:
1. Lingkungan Hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan tingkah lakunya yang
ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan serta
mensejahterakan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Suatu lingkungan hidup yang dapat
mendukung kualitas hidup yang baik, dikatakan mempunyai kualitas yang baik pula pada
lingkungannya. Konsep kualitas hidup adalah derajat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Makin baik kebutuhan dasar itu dapat dipenuhi oleh lingkungan hidup, makin tinggi pula kualitas
lingkungan hidup itu.
2. Sebagian penduduk bumi adalah orang-orang yang beragama. Dan sebagian besar besar adalah
penganut agama Islam. Maka melalui agama dapat dilahirkan nilai nilai positif terhadap alam
dan lingkungan hidup yang diharapkan dapat membantu kesadaran banyak orang (paling tidak
bagi mereka yang beragama) atas krisis yang sekarang ada. Sehingga Agama menjadi motivator
atau agama dapat menjadi media yang strategis guna membangun semangat untuk peduli terhadap
lingkungan hidup

12
3.2 Saran

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin
dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang
menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan
diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka
bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam mengolah lingkungan.
Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia menjadi lebih bijak dalam mengolah lingkungannya.
Sehingga nantinya diharapkan apabila dalam kegiatan pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman
pembangunan berwawasan lingkungan maupun spirit pembangunan berkelanjutan.
Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia mau kembali kepada ajaran
agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga nantinya akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam
mengelola lingkungannnya. Sangat jelas dalam Al-Quran terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang
membahas prosedur pengolahan alam yang bijak, perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Mujiono. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Quran. Cet I; Jakarta: Paramadina, 2001
Alex MA, Kamus Ilmiah Populer Kontemporer, Suarabaya, Karya Harapan,Tanpa tahun.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi III; Jakarta: Balai Pustaka, 2001
Fazlur Rahman,Tema pokok Al Qur,an, diterjemahkan dari Mayor Themes of Al quran terbitan Bibliotheca
Islamica,Chicago, 1980, Bandung, Penerbit PUSTAKA, 1983
Ghazali, Bahri. Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999
M.Thalhah, Fiqih ekologi, yogjakarta, Total Media, 2008
Qardhawi, Yusuf. Riayah al-Biah fi al-Syariah al-Islam diterjemahkan oleh Abdullah Hakam Shah dengan
judul Islam Agama Ramah Lingkungan. Cet I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002
Riyadi, Slamet. Ekologi Ilmu Lingkungan Dasar-Dasar dan Pengertiannya. Surabaya: Usaha Nasional, 1998
Shihab, Quraish. Membumikan Al Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
Bandung, Mizan,1994
http://alianwar-ibn-hamdun.blogspot.co.id/2015/07/pelestarian-lingkungan-hidup-dalam.html

14

Anda mungkin juga menyukai