Anda di halaman 1dari 10

Imunisasi pada Bayi Sampai Remaja

F1

Rullyn Suzana Saputri Mandar 102010243

Tria Usma Putra 102013093

Adelia Yuantika 102013330

Fendy 102013345

Karen Denisa 102014077

Melyun Riza Ridwan 102014165

Naomi Constantia 102014205

Abstrak:
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksine dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan supaya tubuh merangsang antibodi sendiri. Sedangkan imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Pemberian
imunisasi juga dapat menyebabkan efek samping, walaupun efek samping imunisasi jauh
lebih ringan daripada efek penyakit bila tidak diimunisasi.

Kata kunci : imunisasi, antibodi.

Abstract:
Immunization is an attempt to provide immunity in infants and children with vaksine
enter the body so that the body makes antibodies to prevent against certain diseases.
Immunizations are of two kinds, namely active and passive immunization. Active
immunization is the provision of germs or toxins germs that are weakened or killed with the
goal of stimulating the body's own antibodies. While passive immunization is the injection of
a number of antibodies, so that the levels of antibodies in the body increases. Immunization
can also cause side effects, although side effects of immunization are much lighter than the
effects of the disease when it is not being immunized.

Key word : Immunization, antibodies.

1
Pendahuluan
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
supaya tubuh merangsang antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak.
Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi
dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS ( Anti Tetanus Serum) pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lainnya adalah pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui plasenta selama
masa kandungan, misalnya antibodi campak.1

Pembahasan
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksine dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan vaksin dalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan
( misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (vaksin polio).2

Tujuan pemberian imunisasi

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Macam-macam imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua:
imunisasi aktif dan imunisasi pasif.3

1 Imunisasi aktif
Pemberian satu atau lebih antigen agen yang terinfeksius pada seorang
individu untuk merangsang system imun untuk memproduksi antibody yang akan
mencegah infeksi. Antibody dapat timbul secara alami, tetapi paling sering sengaja
diberikan. Antibody dapat memberi perlindungan seumur hidup atau perlindungan

2
untuk sementara waktu. Beberapa vaksin perlu diulangi pemberiannya pada interval
tertentu.5
Yang diharapkan dari imunisasi aktif ini akan terjadi infeksi buatan, sehinga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan
humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut.6
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).
Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
Preservative, stabilizer dan antibiotic yang berguna untuk mencegah
timbulnya mikroba sekaligus untuk stabilitas antigen.
Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfugsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen.

2 Imunisasi pasif
Pemindahan antibody yang telah dibentuk yang dihasilkan oleh host lain. Antibody ini
dapat timbul secara alami atau sengaja diberikan.5
Lokasi pemberian

Lokasi yang disukai untuk pemberian vaksin secara subkutan atau intramuscular (IM)
adalah pada sisi anterolateral paha atas atau daerah deltoid lengan atas. Injeksi IM pada anak
yang berumur kurang dari 1 tahundilakukan pada sisi anterolateral paha. Pada anak yang
berusia lebih dari satu tahun, gunakan otot deltoid sebagai tempat suntikan. Umumnya sisi
luar bokong tidak boleh digunakan untuk imunisasi bayi karena region glutea terutama terdiri
atas lemak sampai beberapa waktu setalah anak dapat berjalan den kemungkinan dapat
mencederai nervus ishiadikus.3

Jenis jenis Imunisasi


1. BCG
2. Hepatitis B
3. Polio
4. DTG
5. Campak

Imunisasi Wajib
1. PPI Program Pengembangan Imunisasi :

3
Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmate guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contonya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC
tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Vaksin BCG diberikan inta dermal.

Imunisasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1
ml pada anak. Imunisasi BCG tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan. BCG tidak
dapat diberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita
lekemia( kanker darah), anak dengan pengobatan steroid dengan jangka panjang dan
penderita infeksi HIV. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada
daerah yang disuntikan, limfadenitis regionalis, atau reaksi panas.4

Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah


terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan
pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramukular.

Jumlah pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Usia pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil,
tidak ada gangguan pada paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan.

Lokasi Penyuntikan pada anak di lengan dengan cara intramuskular. Sedangkan pada bayi di
paha lewat anterolateral. Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena dapat mengurangi
efektivitas vaksin.

Tanda keberhasilan dilihat dengan cara melakukan pemeriksaan darah dengan mengcek kadar
hepatitis B setelah anak berusia 1 tahun. Bila kadarnya diatas 1000, maka daya tahannya 8
tahun, diatas 500, tahan 5 tahun, diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau Cuma 100, maka
dalam setahun akan hilang. Sementara jika angkanya 0 berarti bayi nya harus disuntik ulang 3
kali lagi.

4
Imunisasi polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral (OPV). Tata caranya
dengan menelan dua tetes yang sesuai dengan jadwal imunisasi.

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan


untuk mencegak terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun
masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-
organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang
cukup. Imunisasi DPT diberikan intramuscular.

Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat suntikan dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam, kesdaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu
dilakukan sejak dini melalui imunisasi.7

Campak

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 kali yaitu pada saat bayi berusia 9 bulan.
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak yang
juga disebut morbili adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak karena
sering disertai komplikasi peradangan pada otak dan paru paru yang dapat menyebabkan
kematian.4,5

2. Imunisasi yang Disarankan (Non-PPI) :

Hib (Haemofilus Influenza Tipe B)

5
Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 kali yaitu saat bayi berusia 2, 4 dan 6 bulan yang
disuntikkan pada otot lengan atas atau pada paha. Pemberian imunisasi Hib membantu
mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B yang dapat menyebabkan peradangan
selaput otak (meningitis), peradangan pada paru paru dan sendi serta infeksi tenggorokan
berat.

MMR

Imunisasi MMR diberikan sebanyak 1 kali yaitu saat anak berusia 15 bulan. Imunisasi
ulangan dapat diberikan kembali saat anak berusia 4 6 tahun atau saat usia 11 13 tahun.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atas atau pada paha.

Vaksin MMR merupakan gabungan dari tiga vaksin yaitu Measles (campak), Mumps
(parotitis atau gondongan) dan Rubella (campak jerman). Campak selain menyebabkan
demam dan ruam kulit juga dapat menyebabkan peradangan paru dan otak. Gondongan selain
menyebabkan pembengkakan kelenjar liur, juga dapat menyebabkan peradangan selaput otak
dan pembengkakan buah zakar. Campak Jerman selain menyebabkan demam dan ruam kulit,
juga dapat menyebabkan peradangan otak, dan cacat bawaan kalau diderita oleh ibu hamil.

Tifoid

Imunisasi tifoid atau yang lebih dikenal dengan tifus diberikan saat anak berusia 2
tahun dan pemberiannya dapat diulang 3 tahun kemudian. Vaksin disuntikkan pada otot
lengan atau pada paha. Pemberian imunisasi tifoid membantu mencegah infeksi bakteri
Salmonella Typhii yang dapat menyebabkan penyakit tifus yaitu peradangan berat pada
saluran pencernaan dan menyebabkan komplikasi ke organ tubuh lain termasuk hati.

Hepatitis A

Imunisasi diberikan pada saat anak berusia 2 tahun dan pemberian imunisasi ulangan
diberikan 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan pada otot lengan dimana vaksin ini akan
memberikan kekebalan.

IPD

IPD (Invasive Pneumococcal Disease) penyebabnya adalah Steptococcus


pneumoniae, yang dapat mengakibatkan pneumonia, bakteriemia, meningitis, otitis media
akut (OMA) dan sinusitis. Kematian akibat pneumonia yang disebabkan oleh IPD pada anak
masih sangat tinggi. Penularan melalui udara yang mengandung kuman yang berasal dari

6
penderita. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak erat dengan penderita dan
imunisasi. Imunisasi IPD diberikan mulai umur 2 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 2
bulan. Imunisasi ulangan diberikan 6 bulan setelah imunisasi terakhir.

HPV

HPV (Human Papiloma Virus) sering sebagai penyebab utama kanker serviks (mulut
rahim), yang sering menyerang pada wanita usia dewasa muda, meningkat mulai umur 30
tahun dan puncaknya pada umur 40-49 tahun. Virus ini ditularkan melalui hubungan seks.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari hubungan seks terlalu dini, jangan sering ganti
pasangan, menjaga kebersihan alat kelamin, PAP smear rutin, dan imunisasi. Kanker serviks
merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi diberikan
sebelum terjadi hubungan seks, yaitu pada gadis mulai umur 11-12 tahun, dengan jadwal 0-1-
6 bulan

Influenza

Virus influenza sering menyebabkan gejala panas tinggi, nyeri otot dan gejala saluran
pernafasan berupa nyeri tenggorok, batuk dan pilek. Influenza yang dicegah dengan
imunisasi ini adalah yang berat, bukan sekedar batuk pilek biasa. Penularan melalui udara
yang mengandung virus influenza dari penderita. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari kontak erat dengan penderita dan imunisasi. Imunisasi diberikan untuk
mencegah influenza berat yang sering menyebabkan kematian, bukan untuk mencegah batuk
pilek ringan yang sering diderita anak-anak. Imunisasi diberikan pada anak mulai umur 6
bulan dan diulang tiap satu tahun.

Rotavirus

Rotavirus merupakan penyebab tersering diare pada anak di bawah umur 5 tahun dan
penyebab kematian tertinggi akibat diare. Gejala berupa muntah, mencret cair, panas badan,
dehidrasi, intoleransi laktosa. Penularan terutama melalui fecal-oral. Pencegahan dengan
meningkatkan kebersihan dan imunisasi. Imunisasi rotavirus diberikan per oral, sebanyak 2
dosis, yaitu pada umur 2 bulan dan 4 bulan, atau 3 dosis umur 2-4-6 bulan.

7
Gambar: Usia pemberian imunisasi6

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

1. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung
maupun tidak langsung. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada daerah suntikan. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya
rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.
2. Reaksi vaksin
Misalnya demam pasca imunisasi DPT yang dapat diantisipasi oleh obat penurun
panas. Meski demikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya
reaksi simpang di dalam tubuh (misalnya keracunan), yeng menyebabkan masalah
pernafasan, kesulitan memusatkan perhatian, autisme, hingga resiko kematian.

Jadwal Imunisasi anak sampai remaja7

- Vaksin Hepatitis B: diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir


- Vaksin Polio: diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan
vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV
atau IPV.
- Vaksin BCG: optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan
diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin
pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam
7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan, perlu dievaluasi lebih lanjut.

8
- Vaksin DTP: Diberikan pada umur sekitar 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP
atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan
dan 5 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
- Vaksin Campak: diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-
7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan.
- Vaksin Pneumokokus: dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-
12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1
kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal
2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup
satu kali.
- Vaksin Rotavirus: monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan
3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksinasi Vaksin Rotavirus
monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24
minggu. Vaksin rotavirus pentavalen; dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval
dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu
(interval minimal 4 minggu).
- Vaksin Varisela: dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum
masuk sekolah dasar. Bila diberkan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu.
- Vaksin MMR: dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapatkan
vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7
tahun.
- Vaksin Influenza: diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi
primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberi 2 x dengan interval minimal 4 minggu.
- Vaksin HPV: dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen 0,1,6
bulan; vaksin HPV tetravalen 0,2,6 bulan.

Penutup & Kesimpulan

Imunisasi merupakan hal yang paling penting untuk melindungi kesehatan anak.
Imunisasi bekerja dengan merangsang timbulnya kekebalan tubuh dan melindungi dari
penyakit-penyakit seperti: polio, campak, influenza, tetanus, difteri dan pertusis( batuk rejan).
9
Daftar Pustaka

1 Widyastuti D, widyani R. Panduan perkembangan bayi. Jakarta: Puspa Swara; 2008.h.


5-8.
2 Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004.h. 14-7.
3 Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2003.h.177-81.
4 Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC; 2008.h. 105.
5 Schwartz MW. Pediatric. Jakarta: EGC; 2005.h. 56-7.
6 Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba medika; 2008.h. 54-9.
7 Arvin BK. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2004h.h. 1259-60.

10

Anda mungkin juga menyukai