Askep Leukemia
Askep Leukemia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus
Registrasi kanker telah mencatat sekitar 250.000 kasus baru per tahun dengan
CFR 76%. Dari 100.000 kasus baru kanker, Leukemia Mielositik Akut (LMA)
penyakit tersebut karena banyak faktor penyebab namun belum ada yang
mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang
1
diharapkan mahasiswa dapat gambaran umum asuhan keperawatan pada
kasus Leukemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada
pasien Leukemia
b. Mahasiswa mampu membuat Diagnosa Keperawatan pada pasien
dengan Leukemia
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
Leukemia
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan Leukemia
f. Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian tindakan keperawatan
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang penyakit Leukemia.
b. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teori
1. Anatomi Fisiologi Sistem Imun Dan Hematologi
a. Anatomi Fisiologi Sistem Imun
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
3
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah
lain.
2) Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses
urogenital.
b. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi
Menurut Handayani, 2008, anatomi fisiologi sistem hematologi
adalah :
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah
organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi
dalam plasma darah. Sel darah dibagi menjadi eritrosit (sel darah
4
merah, normalnya 5 ribu per nm kibek darah) dan leukosit(sel darah
sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat
metabolism sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan
darah dari system vaskuler akibat trauma. Untuk mencegah bahaya ini,
5
pembuluh darah.
Pembekuan yang berlebih juga sama bahayanya karena
pembuluh darah.
Darah
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari
6
1) Plasma darah: bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas
pembeku-platelet.
4) Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih
5) Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh,
basofil.
2) Neutrofil
Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap
invasi oleh bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini
sedikit terhadap zat warna basa dan memberi warna biru atau
7
merah muda. .Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling
paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari dalam
yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel darah put ih. Basofil memiliki
neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi
8
dalam reaksi imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval
biru.
Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B.
kekebalan hormonal.
9
7) Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-
dalam darah.
Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus,
mikroorganisme.
8) Hemopoesis (hematopoesis)
Hemopoesis atau hematopoesis ialah proses pembentukan
dengan umur:
a) yolk sac : umur 0-3 bulan intrauterin.
b) hati & lien : umur 3-6 bulan intrauterin.
c) sumsum tulang : umur 4 bulan intrauterin-dewasa.
hemoglobin.
2) Cobalt, magnesium, Cu, Zn d. Asam amino.
3) Vitamin lain : vitamin C, B komples, dan lain-lain.
10
V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian factor III dan VII.
b. Tahap kedua, perubahan protrombin menjadi thrombin yang di
dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah
dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk,
2002 : 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas
leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih
terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
(Reeves, 2001).
3. Klasifikasi
Menurut Handayani, 2008 leukemia dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak
11
meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
sebelumnya
d. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
12
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
e. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
f. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
g. Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
13
pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya
14
parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
diagnosis.
d. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan
tulang.
e. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
f. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
g. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
h. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
i. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
j. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP
immature
k. PTT : memanjang
l. LDH : mungkin meningkat
m. Asam urat serum : mungkin meningkat
15
n. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
o. Copper serum : meningkat
p. Zink serum : menurun
q. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga
dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun
16
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
dikurangi.
17
adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali.
anoreksia.
18
e. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan
19
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan perfusi Tujuan : Mandiri : Dengan mengetahui penyebab
jaringan (perifer) Setelah diberikan tindakan Kaji yang mendasari dan perawat dapat mengkaji dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 banyaknya darah yang keluar menghilangkan penyebab. Banyaknya
dengan jam, diharapkan perfusi Kaji TTV darah yang dikeluarkan dapat
penurunan jaringan perifer kembali Bantu klien untuk diberikan intervensi yang tepat
komponen efektif dengan meninggikan posisi kepala lebih Untuk menentukan intervensi
pengangkut O2. Kriteria hasil: tinggi daripada badan selanjutnya
Kulit membran Kolaborasi : Posisi kepala lebih tinggi kira- kira
mukosa tidak pucat Pemberian O2 sesuai 30 450 dapat mempertahankan
Saturasi oksigen indikasi masukan O2 yang adekuat, agar
normal (97 %) kebutuhan tubuh terhadap O2 dapat
Capillary refill terpenuhi
normal (2 3 detik) Kolaborasi :
Intake dan output Pemberian O2 sesuai indikasi
seimbang dapat memenuhi kebutuhan O2 klien
2. Nyeri Tujuan : Mandiri : Perubahan lokasi atau karakter
berhubungan Setelah diberikan tindakan Kaji keluhan nyeri, atau intensitas nyeri dapat
dengan efek keperawatan selama 2 x 24 perhatikan lokasi atau karakter mengindikasikan terjadinya
fisiologis dari jam diharapkan nyeri klien dan intensitas (skala 0-10) komplikasi atau perbaikan.
leukemia. terkontrol dengan Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi.
Kriteria hasil : kenyamanan dasar contoh Menurunkan reaksi terhadap
Adanya laporan tekhnik relaksasi, perubahan stimulasi dari luar atau sensivitas pada
rasa nyeri klien posisi dengan sering. suara - suara bising dan
berkurang Berikan lingkungan yang meningkatkan istirahat/relaksasi.
Ekspresi wajah tenang sesuai indikasi Pernyataan memungkinkan
klien tidak meringis Dorong ekspresi perasaan pengungkapan emosi dan dapat
Klien tidak tampak tentang nyeri meningkatkan mekanisme koping.
gelisah Berikan kompres hangat Meningkatkan vasokontriksi,
TTV dalam batas pada lokasi nyeri penumpukan resepsi sensori yang
normal (TD: 120/80 selanjutnya akan menurunkan nyeri di
mmHg, Nadi: 60 100 Kolaborasi : lokasi yang paling dirasakan.
kali per menit, RR: 16 Berikan analgetik, sesuai
20 kali pe menit, indikasi. Kolaborasi :
Suhu: 36 - 370C Mungkin diperlukan untuk
0,50C) menghilangkan nyeri yang berat
serta meningkatkan kenyamanan dan
istirahat. Catatan : Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak- akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 1. Pantau suhu tubuh pasien 1. Suhu 38 sampai 41,1 menujukan
dengan proses jam diharapkan suhu perhatikan adanya adanya infeksius akut.
inflamasi tubuh klien kembali mengiggil/diafores. 2. Suhu ruangan /jumlah selimut harus di
penyakit. normal dengan KH : 2. Pantu suhu lingkungan, batasi/ ubah untuk mempertahankan suhu
Tidak mengalami tambahkan linen tempat tidur sesuai mendekati normal.
komplikasi yang indikasi. 3. Dapat membantu mengurangi demam,
berhubungan. 3. Berikan kompres mandi hangat penggunaan air es/aklhokol
Tanda tanda vital hindari penggunaan alkohol. Pada mungkinmenyebabkan kedinginan,
normal. daerah frontalis dan aksila. peningkatan suhu secara actual.
4. Berikan selimut pendingin. 4. Di gunakan untuk mengurangi demam
S : 36,5-37,5 0C. 5. Anjurkan klien memakai pakaian umumnya lebih besar dari 39,5csampai
Leukosit : 5000- tipis dan mudah menyerap keringat. 40c pada waktu terjadi kerusakan
10000/ml3. /gangguan pada otak.
Kolaborasi: 5. Dengan pakaian tipis dan menyerap
1. Berikan antipiretik, Misalnya keringat maka akan mengurangi
aspirin asetaminofen penguapan
1. Di gunakn untuk memgurangi demam
dengan aksi sentral nya kepada
hipotalamus.
4. Perubahan nutrisi Tujuan: Mandiri:
kurang dari Setelah melakukan Kaji kebiasaan diet, masukan Pasien distress pernapasan akut
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan makan saat ini. Catat derajat sering menderita karena dispnea,
berhubungan selama 3 x 24 jam kesulitan makan produksi sputum dan obat.
dengan anoreksia. diharapkan nutrisi klien Berikan perawatan oral Rasa tak enak, bau dan penampilan
dapat terpenuhi secara sering adalah pencegah utama terhadap napsu
adekuat. Berikan makanan porsi kecil makan dan dapat membuat mual dan
dan sering. muntah dengan peningkatan kesulitan
Kriteria Hasil: napas.
Nafsu makan klien Kolaborasi: Dapat meningkatkan masukan
meningkat Konsul dengan ahli diet / gizi Metode makanan dan kebutuhan
Keadaan umum untuk memberi makanan yang kalori didasarkan pada situasi /
klien membaik muda dicerna. kebutuhan individu untuk memberikan
Pucat hilang. nutrisi maksimal.
5. Resiko terhadap Tujuan: Mandiri :
cedera/perdarahan Setelah melakukan Gunakan semua tindakan Perdarahan memperberat kondisi
yang tindakan keperawatan untuk mencegah perdarahan anak dengan adanya anemia
berhubungan selama 1 x 24 jam khususnya pada daerah ekimosis
dengan diharapkan cidera tidak Cegah ulserasi oral dan rectal
penurunan jumlah terjadi.
trombosit. Kriteria Hasil : Kulit yang luka cenderung untuk
Klien tidak tampak Gunakan jarum yang kecil berdarah
cedera. pada saat melakukan injeksi Mencegah menimbulkan luka yang
Klien dapat Menggunakan sikat gigi besar.
mobilisasi tanpa yang lunak dan lembut Mencegah perdarahan pada gusi.
terganggu. Laporkan setiap tanda-tanda Menyiapkan kesiagaan perawat
perdarahan (tekanan darah dalam menanggulangiperdarahan.
menurun, denyut nadi cepat, dan Memberikan intervensi dini dalam
pucat) mengatasi perdarahan
Hindari obat-obat yang karena aspirin mempengaruhi fungsi
mengandung aspirin trombosit
Ajarkan keluarga untuk Untuk mencegah perdarahan
mengontrol perdarahan hidung
(Doenges, Marilynn E. 1999.)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang,
limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti
B. Saran
Setelah mempelajari dan mendalami konsep tentang penyakit
bimbingan dan petunjuk dari para pembimbing. Oleh karena itu, pembimbing
ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
JOHANES SAPUTRA
NIM. 14.1.0.1.020
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
Pekanbaru.
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari bahwa apa yang penulis
tuangkan masih sangat jauh dari predikat sempurna, oleh sebab itu maka penulis
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, perlindungan, dan petunjuk
Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA