Pemberian ASI
Pemberian ASI
Laktasi merupakan hal yang sangat penting yang termasuk dalam komponen asuhan bayi
baru lahir, khususnya pada negara berkembang. Selama kehamilan, kadar yang tinggi dari hormon
estrogen dan progesterone ibu menyebabkan pertumbuhan sel-sel dan kelenjar pada payudara. Segera
setelah kelahiran, kadar hormon-hormon ini turun, dan kelenjar pituitari mensekresikan hormon yang
dikenal dengan prolaktin. Dan dibawah pengaruh hormon ini, maka terjadi pengeluaran ASI.
Rangsangan sensori ini mencapai hipotalamus dan menyebabkan sekresi dari dua hormon pituitari.
Kelenjar pituitari anterior akan mensekresikan prolaktin dan pituitari posterior akan mensekresikan
oksitosin. Oksitosin akan menyebabkan kontraksi dari serat otot kelenjar payudara secara involunter
dan hal ini akan membantu aliran ASI sepanjang duktus menuju puting payudara. Hal inilah yang
disebut leet-down reflex
Gambar . Reflek Let-Down
Pada reflek rooting, bayi akan memutar kepalanya untuk mendapatkan puting,
ketika dagu bayi menyentuh payudara ibu. Bayi akan mendapatkan puting dan
bagian areola dari payudara untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulut bayi,
sehingga puting akan mengeluarkan ASI pada posisi berlawanan dengan palatum.
.
Gambar Penempelan pada payudara
Perlu diperhatikan disini adalah, bayi tiidak melakukan gerakan menghisap, akan
tetapi gerakan sinergis antara rahang dengan lidah akan menekan puting
payudara pada posisi berlawanan dengan palatum. Hal inilah yang disebut
dengan reflek Suckling.
Gambar Reflek
Suckling
Sedangkan reflek yang ketiga adalah refkle swallowing yang mana adanya
gelombang yang terkoordinasi sepanjang esofagus agar ASI dapat masuk ke
dalam lambung.
Gambar Reflek Swallowing
Manfaat Menyusu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al, menemukan bahwa pada bayi-bayi
prematur yang menyusu ASI dari ibunya secara langsung, mempunyai saturasi oksigen yang
lebih tinggi daripada bayi yang tidak menyusu ASI. (Chen CH, Wang TM, Chang HM, Chi CS: The
effect of breast- and bottle-feeding on oxygen saturation and body temperature in preterm infants. J Hum
Lact 16(1):21-27) Selain itu juga ditemukan bahwa bayi prematur yang menyusu ASI mempunyai suhu
tubuh yang lebih tinggi selama menyusu langsung pada payudara, dibandingkan dengan bayi yang
menyusu lewat botol atatu didalam inkubator. Hal ini berkaitan dengan posisi bayi selama proses
menyusu, dimana terjadi kontak kulit antara ibu dan bayinya., dan lebih sedikit kejadian apnea dan
bradikardia pada bayi ini. (Thoyre SM, Carlson JR: Preterm infants' behavioural indicators of
oxygen decline during bottle feeding. J Adv Nurs 2003, 43(6):631-641)
Pada penelitian terdahulu, Palmer et al menemukan bahwa pada bayi yang menyusu ASI secara
langsung, mempunyai efek positif terhadap perkembangan rongga mulutnya, dimana terjadi
perkembangan yang optimal pada mandibula, memperkuat otot rahang, meningkatkan rongga
pada bagian nasal. Apabila rongga nasal berkembang secara baik, maka hal ini akan
memperbaiki fungsi respirasi dan mengurangi gangguan tidur. Dan akibat dari proses menyusu,
maka akan memberikan manfaat bagi petumbuhan susunan gigi bayi dan mencegah terjadinya
maloklusi. (Palmer B: The influence of breastfeeding on the development of the oral
cavity: A commentary.J Hum Lact 1998, 14(2):93-98)
Penelitian yang dilakukan oleh Stuebe et al, menemukan bahwa pada ibu-ibu yang menyusui
bayinya dengan baik dan berkelanjutan, akan mengurangi kejadian diabetes tipe II pada ibu.
(Stuebe AM, Rich-Edwards JW, Willett WC, Manson JE, Michels KB: Duration of lactation and
incidence of type 2 diabetes.JAMA 2005, 294(20):2601-2610)
Selain itu juga hasil dari penelitian di 30 negara menemukan bahwa proses menyusui
mengurangi kejadian kanker payudara. (Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast
Cancer: Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of individual data from 47
epidemiological studies in 30 countries, including 50302 women with breast cancer and 96973
Benefits to infant
Benefits to mother