Anda di halaman 1dari 2

Pekanbaru - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Riau mencatat

sekitar 162.000 anak di wilayah setempat mengalami putus sekolah mulai dari
tingkat SD hingga SLTA.
"Angka anak putus sekolah cukup tinggi mencapai 162.000 anak dengan empat
faktor penyebab di antaranya kondisi geografis, sosial, ekonomi dan kesenjangan
dari prasana," kata Kepala Disdikbud Riau Kamsol di Pekanbaru, Kamis (15/9).

Kamsol mengakui, meski berdasarkan neraca pendidikan 2015 yang menitik


beratkan pada penganggaran pendidikan, daerah setempat sudah cukup bagus
dalam indikator pencapaian kinerja. Namun, kelemahan masih pada angka anak
putus sekolah tinggi di kawasan itu.

"Indikator capaian kinerja kedepannya harus berdasarkan investasi Sumber Daya


Manusia bukan difokuskan pada pengeluaran atau pembiayaannya," kata Kamsol.

Kamsol menegaskan, berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkan


partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan meningkat tiga persen
pada 2015 dengan intervensi pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru,
sehingga penanganan terhadap angka partisipasi sekolah tertangani dengan baik.

Menurut dia, penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) juga menjangkau anak putus
sekolah sehingga mendapat hak akses pendidikan sama. Hingga kini pihak Pemprov
Riau masih dalam tahapan sinkronisasi data penerima KIP dengan satuan kerja
terkait.

Kamsol juga mengkhawatirkan tentang bahaya generasi putus sekolah bisa


berdampak pada keterlibatan dalam kejahatan narkoba, dan sejumlah prilaku
merusak lainnya karena terbatasnya kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan
penghidupan yang layak.

"Masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja sehingga hal ini perlu menjadi perhatian
serius Pemerintah Provinsi Riau dan semua pihak terlibat untuk mengajak mereka
kembali untuk sekolah di jalur formal dan informal. Cari mereka di terminal-terminal,
di pasar-pasar," katanya.

Sebelumnya, Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) James Mondouw saat berada di Pekanbaru akhir
Agustus lalu, mengatakan KIP merupakan solusi bagi anak putus sekolah untuk
mengenyam pendidikan.

James memaparkan, Kemdikbud sedang melakukan verifikasi data KIP untuk anak
putus sekolah sehingga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Diperlukan singkronisasi data dari kabupaten/kota mulai dari tingkat desa dan
kelurahan agar mempermudah verifikasi terhadap anak-anak yang belum mendapat
akses pendidikan," katanya.

Anda mungkin juga menyukai