Anda di halaman 1dari 12
VOL. 1/2014 ISSN 2 2390-/024 ). PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR batan PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PENGOLAHAN SUMBER DAYA ALAM DI KALIMANTAN Pontianak, 19 Juni 2014 PUSAT KAJIAN SISTEM ENERGI NUKLIR (PKSEN) PUSAT TEKNOLOGI DAN KESELAMATAN REAKTOR NUKLIR (PTKRN) Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524 Pontianak, 19 Juni 2014 ANALISIS PRAKIRAAN DOSIS KOLEKTIF MASYARAKAT DISEKITAR REAKTOR KARTINI PADA KONDISI KECELAKAAN Zaenal Abidin", Ade Khairul Akmal', Elisabeth Supriyatni™! WSTIN-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta 55281 Telp: (0274) 48085, 489716; Fax: (0274) 489715 e-mail: zaenala6@gmail.com !Alumni STTN-BATAN Yogyakarta “IPSTA-BATAN Yogyakarta ABSTRAK ANALISIS PRAKIRAAN DOSIS KOLEKTIF MASYARAKAT DISEKITAR REAKTOR KARTINI PADA KONDISI KECELAKAAN. Telah dihitung_prakiraan dosis kolektif berdasarkan jarak hunian masyarakat di sekitar reaktor Kartini pada saat terjadi Kecelakaan yang menyebabkan lerlepasnya radionuklida pemancar gamma berupa gas Kr, Xe dan I yang keluar melalui cerobong reaktor. Kecelakaan diasumsikan ketika terjadi kejadian gagalnya sistem pemindah bahan baker (transfer cask). Urutan kejadiannya adalah transfer cask jatuh di alas teras reaktor dan ‘mengakibatkan seluruh kelongsong bahan bakar pecah lalu diikuti dengan hilangya seluruh air tangki reaktor sehingga seluruh inti hasil belah yang ada di celah bahan baker lepas ke lingkungan melalui cerobong reaktor. Dispersi radionuklida hasil belak dikitung pada kondisi cuaca meteorologi netral ddan sidak stabil. Prakiraan dosis kolektf diambil dari dispersi pada jarak hunian 400 mt dari reaktor Kartini. Dosis efektif yang diterima setelah 24 jam kecelakaan adalah 8,174 x 10° mSv pada kondisi ‘cuaca netral, dan 0,08981174 x 10 mSv pada kondisi cuaca tidak stabil. Dosis kolektif yang diterima anggola masyarakat pada kondisi cuaca netral lebih besar dibanding kondisi tidak stabil yaitu 0,5591x10 manSv (untuk kondisi netral) dan 0,2062x107 manSv(kondisi tidak stabil), dan dosis yang diterima masyarakat masih di bawah NBD. Kata kunci: Kondisi cuaca meteorologi, ratiasi,dosis kolektif, manSv ABSTRACT THE COLECTIVE DOSE ESTIMATE ANALYSIS FOR SOCIETY IN THE VICINITY OF KARTINI REACTOR AT ACCIDENT CONDITION. A collective dose estimation base on distance of society duvelling close by Kartini reactor at accident condition which cause extrication gamma radionuclide released that has characteristic gas Kr, Xe and I which comes out pass through at the reactor stack has been performed. This system is failure of transfer cask equipment. The event sequences are: failure transfer cask when being use at the above of reactor core, the total of fuel cladding ruptured, the total of primary water coolant loosed, the total of gases fission product released to the reactor hall and environmental. Dispersion of fission products is calculated by two conditions of meteorology weather that is neutral meteorology condition and very instability meteorology condition, Collective dose estimation is taken from dispertion at a distance of 400 m from the Kartini reactor. Effective dose received after 24 hours of the accident was 8.174 x 10-6 mSv in neutral ‘weather conditions, and 0.08981174 x 10-6 mSv in unstable weather conditions. Collective doses received by the public at neutral weather conditions is greater than that received in an unstable condition, the collective dose is 0.5591 x10-4 manSo (for neutral conditions) and 0.2062 x10-7 manSv (unstable conditions), and the dose received people still below the dose limits Keyzwords: condition meteorology weather, radiation, collective dose, manSo 409 Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat .. ISSN: 2355-7524 Zaenal Abidin, dkk. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Series No. 35-G1-1994 dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) No. 01-P/Ka: BAPETEN/VI-99 tentang Pedoman Penentuan Tapak Reaktor Nuklir maka setiap menilai/ memilih tapak harus dibuat asumsi mengenai terlepasnya zat radioaktif hasil_pembelahan dari teras reaktor pada kondisi kecelakaan, Pada asumsi tersebut harus dipertimbangkan mengenai laju kebocoran zat radioaktif dari containment dan keadaan meteorologi seperti kecepatan dan tingkat turbulensi angin disekitamya. Asumsi tersebut diperlukan untuk menganalisis dosis radiasi total yang diterima penduduk setelah 2 jam kecelakaan tidak melebihi 25 rem dan dosis lodin tidak melebihi 300 rem! Reaktor Kartini merupakan salah satu reaktor riset yang ada di Indonesia. Pendirian dan pengoperasian suatu reaktor nuklir di Indonesia harus sudah memperolch jjin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Salah satu syarat memperoleh perijinan adalah analisis keselamatan untuk reaktor nuklir. Tanpa adanya sistem keselamatan operasi, reaktor nuklir tidak boleh dioperasikan. Dengan kata lain apabila suatu reaktor nuiklir telah beroperasi, berarti masalah keselamatannya harus telah terjamin dengan baik, termasuk juga keselamatan masyarakat yang berada di sekitar reaktor Kartini. Tinjauan masalah keselamatan reaktor nuklir meliputi pengoperasian reaktor nuklir pada seat kondisi normal dan kondisi darurat. Reaktor nuklir memiliki potensi bahaya radiasi yang cukup besar apabila terjaci kecelakaan nuklir yang parah, dikarenakan radiasi yang dipancarkan oleh hasil pembelahan bahan nuklir yang terkungkung dalam teras dapat terlepas keluar lingkungan. Hasil pembelahan ini terdiri dari radionuklida berumur paruh pendek dan berumur paruh anjang yang biasanya berada di dalam elemen bahan bakar selama operasi normal reaktor nuklir, Kemungkinan terjadinya pelepasan bahan radioaktif ini harus dikaji_ untuk mengetahui perkiraan secara analisis Kualitatif dan kuantalif, senyawa-senyawa apa saja yang mungkin dapat terlepas dalam suatu kecelakaan nuklir. Pengkajian potensi bahaya radiasi tersebut harus dilakukan berdasarkan pada asumsi-asumsi yang di inginkan pada tingkat rendah maupun tingkat yang terparah. Reaktor Kartini adalah reaktor riset jenis kolam yang mempunyai daya nominal 250 kilowatt dan saat ini beroperasi steady state pada daya 100 kilowatt, Reaktor kartini merupakan reaktor TRIGA Mark Il (Training Research and Isotope by General Atomic) yang digunakan untuk kepentingan pendidiken, pelatihan dan sebagai fasilitas iradiasi dalam skala kecil. Faktor keselamatan reaktor kartini yang paling ‘utama adalah sistem keselamatan secara melekat pada rancangan bahan bakarnya dengan sifat inherent safety dengan arti jika terjadi sesuatu yang menyebabkan suhu bahan bakar naik maka secara otomatis reaktivitas akan turun dan daya reaktor akan turun dengan sendirinya.4 2. TEORI 241, Keselamatan Reaktor Nuklir Tenaga nuklir sebagai pengganti energi jenis lain yang semakin dibutuhkan, begitu pula aplikasi teknologi nuklir semakin banyak digunakan dan diperlukan, khususnya untuk perdamaian juga untuk kemakmuran dan kemajuan bangsa, Pemanfaatan nuklir terbesar di Indonesia hingga saat ini adalah dengan berdirinya reaktor riset di Bandung, Yogyakarta, dan Serpong-Banten “0 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 ISSN: 2355-7524 Bahan struktur yang teraktivasi dapat terlarut dalam air pendingin primer. Beberapa bahan struktur yang digunakan dalam teras reaktor seringkali terbuat dari baja tahan karat, Zircaloy, inconel, carbon steel, tembaga alloy dan lain-lain bergantung pada jenis reaktor, ‘Aktivitasi netron terhadap bahan-bahan tersebut dapat menghasilkan zat radioaktif seperti Mn-54, Mn-56, Co-60 dan Fe-59, Aktivitasi netron dapat juga terjadi pada gas-gas yang terlarut dalam air pendingin primer. Dalam pengoperasian reaktor juga dikenal adanya sistem keselamatan terpasang, yaitu keselamatan yang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air pendingin dan bahan bakar uranium'i, Sistem keselamatan ini bekerja sebagai berikut: a. Apabila suhu dalam teras reaktor naik melebihi suhu pada kondisi operasi normal, maka suhu air pendingin juga naik b. Jika suhu air pendingin naik atau air pendingin menjadi uap, maka fungsi air sebagai moderator akan menurun, schingga masih banyak netron cepat. Karena netron hasil fisi tetap sebagai netron cepat, maka netron ini tidak dapat dipakai untuk melangsungkan reaksi nuklir berikutnya, schingga jumlah atom yang, ‘melakukan reaksi fisi dalam teras reaktor akan berkurang. d.Berkurangnya atom-atom yang melakukan reaksi fisi secara otomatis akan diikuti oleh berkurangnya panas hasil fsi Sistem keselamatan terpasang ini dapat menjamin, bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem pengendali reaksi berantai gagal dioperasikan. Selain itu strategi pertahanan berlapis yang terdiri dari lima tingkat atau level. Jika level pertama gagal, maka tingkat selanjutnya yang akan bekerja, begitu seterusnya. Tingkat dari strategi pertahanan berlapis adalah sebagai berikut: Tabel 1. Lapis Pertahanan Sistem Keselamatan Reaktor”! Level Tujuan Sistem penting yang dijalankan Level Pencegahan dari pengoperasian yang tidak Rancangan yang teliti dan kualitas 1 normal dan kesalahan, yang tinggi dalam pembangunan dan pengoperasian Level Pengendalian pengoperasian yang tidak Pengendalian, pembatasan, dan 2 normal serta deteksi dan identifikasi_bermacam bentuk pengawasan. kesalahan. Level Pengendalian Kecelakaan sampai pada dasar Sistem keselamatan teknik dan 3. rancangan, prosedur kecelakaan. evel Pengendalian bangunan pada Kondisi Kritis, Tindakan atau langkah-langkah 4 termasuk pencegahan kecelakaan lanjutan pelengkap dan manajemen dan pengurangan dampak dari kecelakaan _kecelakaan, hebat. Level Pengurangan dampak dari kecelakaan Penentuan kedudukan (jarak) 5 radiologi yang bersumber dari perlepasan daerah pengamanan. Tanggapan ‘material-material radioaktif, Keadaan darurat dari luar lokasi bangunan, 22. Dosis Rerata dosis dalam organ T ditentukan melalui persamaan 1) Dosis rerata dalam organ yang telah dibobot, yang disebut tara dosis organ T. tara 411 Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat .. ISSN: 2355-7524 Zaenal Abidin, dkk. Her-We. Dre a) dengan Dr adalah dosis serapan yang direratakan untuk daerah organ atau jaringan T, yang disebabkan oleh radiasi R, Karena faktor bobot tidak berdimensi, satuan taradosis dalam SI yaitu J.kg". Perlu diketahui 1 Sv sama dengan dosis serap J.kg atau T rem sama dengan dosis serap 100 erg/gram yang telah dibobot sesuai dengan jenis radiasi yang terlibat (dalam satuan lama), 23. Dosis Kolektif Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 4 Tahun 2013. Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat adalah 1 mSv pertahun sebagai dosis efektif, untuk lensa mata sebesar 15 mSv pertahun, dan dosis ckivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam setahun dalam penyinaran lokal. Dosis Kolektif merupakan dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan ketika terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi (penduduk). Penyinaran yang di akibatkan Kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Dalam hal ini perlu di perhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi populasi yang terkena penyinaran. Dosis kolektif digunakan untuk memperkirakan berapa jumlah manusia dalam populasi tersebut yang akan menderita akibat radiasi yang diterima, dengan memperhitungkan faktorrisiko. Untuk dosis ekivalen kolektif Sr-pH 7 os (2) Untuk dosis efektif kolektif Srp E ses so 6 Keterangan: Sr: dosis ekivalen kolektif P —_:jumlah populasi H: dosisekivalen Es dosis efektif ICRP No.60, 1990 memperkenalkan besaran yang digunakan untuk menyatakan dosis total pada organ atau jaringan tertentu pada kelompok orang a an (4) woffa So d@HT an o 6) th Rota dst ubasngan 7 24, Sistem Pembatas Dosis ICRP (International Committee of Radiation Protection, Komisi Internasional Proteksi Radiasi) dalam rekomendasi No.60 tahun 190 memberikan nilai batasan dosis berupa dosis cefektif untuk pekerja sebesar 20 mSv per tahun, dirata-ratakan selama periode 5 tahun, dan #2 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524 Pontianak, 19 Juni 2014 dosis efektif untuk masyarakat sebesar 1 mSv dalam satu tahun, Dosis yang terakumulasi oleh pekerja dalam 5 tahun tidak boleh melebihi 100 mSv. Nilai batas dosis diatas adalah nilai batas dosis, Pada saat terjadi Kondisi kecelakaan, pekerja radiasi memiliki probabilites untuk menerima dosis yang jauh lebih besar dari nilai batasan dosis untuk kondisi normal, sedangkan untuk kondisi kecelakaan, pekerja radiasi dapat diijinkan menerima dosis di bawah dua Kali nilai batasan dosis dalam satu tahun.Tabel 2 menunjukkan batas dosis tahunan untuk pekerja intuk pekerja dalam kondisi normal Tabel 2. Batas Dosis Tahunan Organ untuk Pekerja Radiasil\*! Batas tara dosis Tahunan ‘Maksimum tahunan Pada Nama organ untuk Penyinaran lokal organ kritik menurut Menurut Hr,mSvICRP-26 ICRP. 9,mSv Gonad 200 025) 50 Payudara 3300 oas 150 Samsum tulang, 20 ona 50 Paru-paru 420 oa 150 Thyroid 500 0.03 300 Permukaan tulang 500 0.03 150 Organ lain 500 03 150 Seluruh tubuh 50 10. 50 3. METODOLOGI Prakiraan dosis kolektif dihitung melalui tahapan mengumpulkan data-data input program, Data kondisi cuaca diperolch dari Stasiun Geofisika Lapangan Udara Adi Sucipto, topografi diperoleh dari lembaga geologi di Yogyakarta, dan data radionuklida hasil fist clemen bakar reaktor Kartini diperoleh dari program ORIGEN-2. perhitungan scbaran radionuklida dengan bantuan PC COSYMA dilakukan pada dua kondisi, yaitu kondisi angin netral dan kondisi angin sangat tidak stabil. Dosis kolektif merupakan dosis ekivalen dari dosis efektif, digunakan ketika terjadi kecelakaan radiasi atau nuklir schingga mengakibatkan penyinaran pada sekumpulan masyarakat umum (populasi), Dihitung dengan menggunakan populasi rata-rata tertinggi masyarakat disekitar reaktor Kartini (BPS, data kecamatan) yaitu 3412/km? dan pada dua kondisi stabilitas yaitu angin netral dan sangat tidak stabil, Dari data hasil keluaran program PC COSYMA dipilih daerah yang paling dekat*! 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa perhitungan radionuklida dilakukan dengan dua kondisi, yaitu kondisi angin netral dan kondisi angin sangat tidak stabil 4.1. Kondisi Angin Netral Hasil keluaran program untuk konsentrasi Xe-135 di udara terhadap jarak ditampilkan pada Tabel 3. 413, Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat .. ISSN: 2355-7524 Zaenal Abidin, dkk. Tabel 3. Konsentrasi Xe-135 terhadap Jarak®™ Jerak Konsentrasidiudara__ _Konsentasi di tanah (om) (Bq.s'm’) (Baim 04 0,27545406 0,000E+00 1 0,6232E105 0,000+00 15 0,31506405 0,000:+00 2 0,1871 6105 0,000+00 25 0,13046405 0,000+00 3 0,9278E404 0,000E+00 35 0,6942E404 0,000+00 4 054585408 0,000 +00 45 0A526E104 000000 5 0,37896404 0,000+00 Dari Tabel 3 didapat bahwa pada jarak terdekat dari pusat reaktor (400 m) konsentrasi Xe135 adalah 0,2754x10° Bqs/m’ pada konsentrasi di udara dan tidak ditemukan konsentrasi di tanah. Sedangkan hasil konsentrasi terjauh (5000 m) dari pusat reaktor adalah 0,3789x10! Bq.s/m? juga tidak ditemukan konsentrasi di tanah. Tidak ditemukan konsentrasi di tanah disebabkan karena gas mulia (Xe-135) tidak terdeposisi ke tanah. Hasil keluaran program dapat ditabelkan seperti pada Tabel 4. yang. berisi konsentrasil Xe-135, Kr-88, dan I-131 di udara dan di tanah terhadap jarak. Tabel 4. Konsentrasi Xe-135, Kr-68, 1-131 terhadap Jarak = ‘Konsentrasi di udara ‘Kensentasi di tanah a (Bq.s/m’) (Bq/m?) Xe135, _Kr88, 131 Xe-135, Krs8, 1431 04 02754606 03140806 0.975104 0,000E+00 0,000E+00 _0,4697E-+03 1 0,6232E#05 —0,6677E105 0,7715E04 —0,000E+00 0,000E+00 04428 +03, 1,5 0,3150E+05 —0,3206E405 0,6312E+04 —0,000E+000,000E+00_0,32505+03 2 OAS7IE‘05 —0,1846E105 0,2414E+04 —0,000E+000,000E100—_0,9877E102 25 O,S04E+05 —0,1287E405 0,1579E+04 —0,000E+000,000E+00 0, 8553E#02 3 09278E+04 —O.8107E404 0,1104E+04 —0,000E+00 0,000E+00 0, 73858402 35 0,6942E+04 —O,S76BEV0L 0,7984E+03 —0,000E+000,000E+00—_0,5038E#02 4 05458E+04 044865404 0,6090E+030,000+00 0,000E+00—0,39758#02 45 0A526E+04 —0,3722E104 05941403 0,000E+00 0000100 -—_(0,9816E101 5 OS789E+04 —0,3095E40$ 04907803 0,000E+000,000E+00 0, 8987E+01 Konsentrasi_Kr-88 pada jarak 400 m dari pusat reaktor di udara adalah 0,314x10° Bqs/m? dan di tanah adalah 0 Ba/m?. Sedangkan pada jarak terjauh (5000 m) di udara konsentrasinya 0,3095x10" Bq.s/m’, dan 0 Ba/m? konsentrasi di tanah (gas mulia Kr-88 tidak terdeposisi ke tanah). Konsentrasi 1-131 pada jarak 400 m dari pusat reaktor di udara adalah 0,9751x108 Basin? dan di tanah adalah 0,4679x10° Bam’. Sedangkan pada jarak terjauh (5000 m) di udara konsentrasinya 0,490710° Bq.s/m’, dan 8,987 Bg/m? konsentrasi di tanah. a4 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524 Pontianak, 19 Juni 2014 4.2. Kondisi Angin Sangat Tidak Stabil Hasil keluaran program PC COSYMA dapat disusun dalam Tabel 5. yang berisi konsentrasi Xe-135, Kr-88, dan 1-131 di udara dan di tanah pada jarak 400 m dan 5000 m dari pusat reaktor pada Kondisi angin sangat tidak stabil, Tabel 5. Konsentrasi Xe-135, Kr-88, 1-131 tethadap Jarak mi Konsentrasi di udara ‘Konsentasiditanah _ (Bq.sim’) (Baim) Xel35,_Kr88, last Xess, Krss, a1 OA Oz24E+06 013975906 0.2259E905 0,000E+00 0,000E+00 0,22355¥03 5 01466F=04 _OT99Es04 022936003 0,000 =00 0.000200 02261401 Dari Tabel 5 terlihat bahwa konsentrasi Xe- '35 di udara pada jarak terdekat dari pusat reaktor 04 km adalah 0,1224x10° Bqs/m? dan tidak ditemukan konsentrasi di tanah Sedangkan hasil konsentrasi terjauh (5000 m) dari pusat reaktor adalah 0,1466x10* Bq.s/m? dan tidak ditemukan konsentrasi di tanah, Tidak ditemukan konsentrasi di tanah di sebabkan karena gas mulia (Xe-135) tidak terdeposisi ke tanah. Demikian juga dengan gas Kr-88 tidak terdapat di tanah, tetapi terdapat di udara pada jarak 400 m sebesar 0,1397x10° Bq.s/m?, semakin jauh konsentrasi menurun. Adapun I-131 terdapat di udara dan di tanah, 43. Dosis Kolektif Dosis Kolektif merupakan dosis ekivalen dari dosis efektif, digunakan ketika terjadi kecelakaan radiasi atau nuklir sehingga mengakibatkan penyinaran pada sekumpulan masyarakat umum (populasi). Dihitung dengan menggunakan populasi rata-rata tertinggi masyarakat disekitar reaktor Kartini (BPS, data kecamatan tahun 2008) yaitu 3412/km? dan pada dua kondisi stabilitas yaitu angin netral dan sangat tidak stabil. Hasil analisa dosis kolektif dengan kedua kondisi stabilitas terhadap jarak ditunjukkan pada Tabel 6 Hasil analisa dosis kolektif pada jarak terdekat dari pusat reaktor yaitu 0.4 Km adalah 0.5591x10¢ man-Sv pada kondisi angin netral, 0,2602x10? man-Sv untuk kondisi stabilitas angin sangat tidak stabil. sedangkan pada jarak terjauh (500 m) 0,5634x10 man-Sv untuk kondisi angin netral dan 0,2662x10° man-Sv untuk kondisi angin sangat tidak stabil, untuk perbandingan dosis kolektif pada kedua kondisi stabilitas di udara, Tabel 6. Dosis Kolektif pada Kedua Kondisi Meteorologi terhadap Jarak ja Dosis Koleitif (mars) Kondisianginnetral___Kondisi angin sangat tidak setabill of (0,5591E-04 0,26028-07 1 0,14938-05 0,6990E-08 15 0,1731-05 0,6598E-08 2 0,1783E-05 0,46246-08 25 0,1893E-05 0,36026-08 3 0,54448-06 0,22158-08 35 0,5831E-06 0,5666E-09 4 0,59138-06 0,45858-09 45 0,4026E-07 4806-09 5 056: 415 Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat .. ISSN: 2355-7524 Zaenal Abidin, dkk. Total dosis kolektif tertinggi di capai pada jarak tedekat pada reaktor yaitu 0,4 km, jarak ini merupakan daerah mulai di huni oleh penduduk di sekitar reaktor Kartini Dari Tabel 6 terlihat bahwa dosis kolektif untuk kondisi cuaca netral lebih besar dibandingkan dengan kondisi sangat tidak stabil, hal ini mungkin disebabkan karena pada kondisi netral plume akan menyebarkan radionuklida dengan pengurangan yang lambat sebagai fungsi jarak dibandingkan dengan kondisi sangat tidak setabil. Dan pada keduanya dosis yang diterima populasi cenderung berkurang terhadap jarak. 44. Dosis Efektif Pada penyinaran seluruh tubuh di mana setiap organjjaringan menerima dosis ekivalen yang sama ternyata efck biologi setiap organ/jaringan berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sensitivitas oragan/jaringan tersebut terhadap radiasi. Hubungan antara kementakan terjadinya efek stokastik, pada pengkajian ini diambil hasil analisis dosis efektif setiap individu setelah 1 hari terjadi kecelakan, Tabel 7. Dosis Efektif pada Kedua Kondisi Meteorologi terhadap Jarak Dosis Efektif (Sv) ee) Kondisi angin netral ___Kondisi angin sangat tidak stabil 04 0,8174E-06 O8981E-07 1 0,1746E-06 0,6877E-07 0,8972E-07 0,5717E-08 0,6322E-07 0,4809E-08 0,46938-07 0,3930E-08 0,3285E-07 0,2667E-08 0,2512E-07 0,27296-08 0.21108-07 0,6621-08 0778-07 0,758E-08 5 0,14718-07 0,59298-08 Untuk perbandingan dosis efektif pada kedua kondisi stabilitas di udara, hasil analisa dosis, kolektif terhadap jarak di gambarkan seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Dosis Efektif Kedua Kondisi Meteorologi terhadap Jarak #6 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524 Pontianak, 19 Juni 2014 Setelah terjadi kecelakaan pada reaktor Kartini, Diperkirakan sekumpulan masyarakat pada jarak 0.4 km menerima dosis efektif sebesar 0,8174 x 10% mSv pada saat kondisi angin netral dan 0,8981 x 10mSv pada kondisi sangat tidak stabil (dosis diterima setelah 24 jam kecelakaan). Jika di asumsikan setiap masyarakat tersinari oleh radiasi di seluruh organ tubuh dengan dosis yang diterima sama seperti Tabel 4. maka tak satupun anggota masyarakat dari kedua Kondisi meleorologi menerima efek radiasi langsung yang disebabkan kecelakaan reaktor tersebut. Tabel 7. di atas mencatat dosis yang diterima ‘masyarakat berdasarkan jarak hunian dari pusat reaktor Kartini adalah 0,8174E-06 Sv = 0.0000008174 J.kg-1 adalah dosis yang didapat masyarakat pada jarak 0,4 km dari pusat reaktor dan masih aman 5. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Gas-gas mulia (Xe-135 dan Kr-88) adalah pemberi dosis eksternal melalui awan. radioaktif (Cloudshine) karena pada hasil analisa tidak menunjukkan ada konsentrasi i tanah pada kondisi angin netral ataupun sangat tidak stabil. 2. Dosis kolektif cenderung berkurang terhadap jarak, saat kondisi penyebaran angin netral dosis yang diterima masyarakat lebih besar dibandingkan angin sangat tidak stabil, dosis yang diterima oleh penduduk pada 0,4 km dari reaktor Kartini adalah 591x10* manSv (angin netral) dan 2,602x10“ manSv (angin sangat tidak stabil) 3. Nilai dosis yang didapat individu setelah 1 hari kecelakaan_masih di bawah Nilai Batas Dosis yaitu 1 mSv untuk pekerja radiasi dalam 1 hari dan 0,1 mSv untuk masyarakat umum, seumur hidup. 4. Apabila terjadi kecelakaan pada reaktor Kartini seperti yang telah diasumsikan, pemukiman masyarakat di sekitar reaktor Kartini pada jarak 0,4 km ataupun lebih merupakan pemukiman yag masih aman dari kontaminasi. Baik pada kondisi angin netral ataupun angin sangat tidak stabil, UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, PTAPB yang sekarang PSTA dan BATAN pada umunya. DAFTAR PUSTAKA 1]. P3TM-BATAN, “Postulated Initiating Event of Kartini Research Reactor, Research and Develop Cntre for Advanced Technology, Dokumen No. : INS/02/BR-IE/07/2003, 12. Y. SARDJONO, EKO PRIYONO, SYARIF, ” Analisis Keselamatan Reaktor Kartini Berdasar Kejadian Pemicu Yang dipostulasikan. Prosiding PPI-PDIPTN 2005, Yogyakarta, 2008. (3. CEMBER, HERMAN, “Introduction to Health Physics New York, 1983. (4. SU'UD, ZAKI, DAN WARIS, ABDUL, “Penentuan Penyebaran Zat Radioaktif Di Udara dan Air Serta pertimbangan Populasi Penduduk Dalam Evaluasi Tapak PLIN’, Institute Teknologi Bandung, Bandung, 2003. [5]. UNSCEAR, “Exposures from Natural Radiation Sources, United Nations General Assembly”, Distr. Restriced A/AC.82/R.567, 27 March 1997, Forty-sixth session of United Nations Scientific Committee on the Effect of Atomic Radiation, Vienna,1997 2nd edition, Pergamon Press, 417 Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat .. ISSN: 2355-7524 Zaenal Abidin, dkk. (6) p) STTN-BATAN, “Proteksi Radiasi, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 2013. ICNRP, “Guidelines for Limiting Exposure to Time-Varying Electric, Magnetic, and Electromagnetic Fileds (up to 300 GHz)", Health Physics 74, 494-522, (1998), KURNIAWAN NAZLY, “Analisis Dispersi Radionuklida Hasil Fisi Elemen Bakar Reaktor Kartini Dengan Asumsi Kecelakaan Menggunakan PC COSYMA", STTN- BATAN, Yogyakarta, 2006. KHAIRUL A.A, “Analisis Prakiraan Dosis Kolektif Masyarakat disekitar Reaktor Kartini”, STTN-BATAN, Yogyakarta, 2008. a8

Anda mungkin juga menyukai