Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yang terdapat pada indikator ke empat adalah menurunkan
angka kematian anak. Data indikator angka kematian anak dalam SDKI 2012
baru turun menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013), pada hal
bila dibandingkan dengan target pencapaian MDGs 2015 yang dicanangkan
pada tahun 2000, angka kematian anak harus turun menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup (Bappenas, 2013). Lima kondisi penyebab kematian anak
yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati adalah pneumonia, diare, malaria,
campak dan malnutrisi (Bappenas, 2010).
Status gizi menjadi sangat penting dalam mencegah anak malnutrisi,
mengingat masa pertumbuhan pada dua tahun pertama merupakan periode
kritis bagi tumbuh kembang seorang anak. Secara nasional prevalensi balita
dengan berat badan kurang akibat gangguan gizi secara berturut-turut pada
tahun 2007, 2010, dan 2013 adalah 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Diantara 33
propinsi di Indonesia, 18 propinsi memiliki gizi buruk sampai gizi kurang,
dimana Riau termasuk urutan ke 15 jika diurutkan dari yang tertinggi ke yang
terendah (Riskesdas, 2013).
Secara nasional tahun 2013 data untuk prevalensi kurus (BB/TB) pada
anak balita adalah 12,1% yang artinya masalah kurus di Indonesia masih
merupakan masalah kesehatan masyrakat yang serius, masalah dianggap serius
bila prevalensi kurus antara 10,0% sampai 14,0%. Diantara 33 propinsi, 4
propinsi dengan katagori kritis yaitu Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, dan
Riau (Riskesdas, 2013). Indikator ini menunjukkan terjadinya kekurangan gizi
dalam jangka waktu yang panjang atau kronis yang dikarenakan tingginya
angka kesakitan atau rendahnya asupan makanan.
Berbagai usulan upaya telah dilaksanakan Departemen Kesehatan
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dalam
rangka melanjutkan tujuan pembangunan pasca MDGs. Dengan kondisi saat
ini, untuk mencapai target MDGs dalam menurunkan kasus gizi kurang,
pemerintah telah melakukan upaya kusus dalam meningkatkan cakupan
deteksi dini anak dengan gangguan gizi, yaitu melalui penimbangan balita di
posyandu, meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana gangguan gizi di
tingkat rumah tangga, posyandu, puskesmas dan rumah sakit, pemberian
makanan tambahan, pemberian vitamin A, serta meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan ibu dalam memberikan asupan gizi pada anak (ASI/MP ASI)
(Fadli, 2011). Masyarakat juga harus berperan aktif dalam mendukung
program pemerintah khususnya dalam menurunkan angka kematian balita atau
anak yaitu melalui program revitalisasi posyandu sehingga fungsi kerja dan
kinerja posyandu mampu mengatasi penurunan status gizi dan kesehatan Ibu
anak (Depkes, 2007).
Kinerja dan dedikasi kader dalam menjalankan kegiatan posyandu
sangat berperan dalam mengatasi masalah gizi pada anak. Kader posyandu
adalah warga masyarakat yang ditunjuk oleh masyarakat bekerja untuk
masyarakat secara sukarela (volunteer) untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana di posyandu. Kader
diharapkan dapat menjembatani antara petugas kesehatan dengan masyarakat
dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Secara teknis tugas
kader yang terkait dengan gizi adalah melakukan pendataan balita,
penimbangn dan mencatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan
makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi
serta kunjungan ke rumah Ibu yang menyusui dan Ibu yang punya balita
(Depkes, 2007).
Menurut Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Ul Bapak
Sonny Harry mengatakan di awal tahun 2012 setengah dari sekitar 260 ribu
posyandu yang ada di Indonesia sudah tidak aktif lagi. Menurut Bhattachyya
(2011) salah satu faktor yang menghambat kinerja kader adalah kurangnya
pelatihan penyegaran bagi kader. Masalah yang terjadi di posyandu yaitu
kader sering berganti-ganti tanpa diikuti pelatihan atau training sehingga
kemampuan teknis gizi kader yang aktif tidak memadai dalam melakukan
konseling dan penyuluhan gizi sehingga upaya pencegahan timbuinya kasus
gizi kurang atau gizi buruk kurang efektif. Meski posyandu sangat diperlukan
dan penting peranannya bagi masyarakat, namun kenyataanya secara nasional
hanya 65,2% rumah tangga yang mengetahui keberadaan posyandu sedangkan
untuk data di Riau baru mencapai lebih kurang 55% (Riskesdas, 2013).
Masalah gizi pada anak balita adalah indikator adanya masalah gizi
pada masyarakat setempat. Untuk itu data status gizi anak balita amat
diperlukan untuk melihat gambaran masalah gizi di tingkat masyarakat.
Melalui penimbangan balita di posyandu dapat memberikan gambaran pula
tentang: 1) tingkat partisipasi masyarakat (D/S); 2) keberhasilan program
(N/D); 3) kinerja atau keaktifan petugas/kader (K/S); 4) kondisi gangguan gizi
pada anak balita, dan Iain-Iain. Angka hasil penimbangan akan memberikan
gambaran tentang keberhasilan posyandu serta kinerja dan kemampuan kader
dalam menjalankan tugasnya di posyandu. Salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader melalui pemberdayaan dan
pembelajaran kepada masyarakat khususnya kader sehingga dalam jangka
menengah diharapkan masyarakat menyadari pentingnya perhatian terhadap
kesehatan anak, keluarga dan masyarakat melalui pemberdayaan potensi yang
sudah ada dan mengimplementasikannya dalam kelompoknya sendiri.
Pelatihan kader dilakukan melalui pendekatan pengembangan yang
berbasis masyarakat, melalui metode pemecahan masalah dengan
menggerakkan masyarakat melalui pengaktifan potensi yang sudah ada
sehingga diharapkan kesinambingan dapat terjamin yang selanjutnya disebut
dengan positive deviance (Sternin et al, 2005). PD merupakan suatu
pendekatan untuk perubahan perilaku. Untuk di negara - negara berkembang
PD sudah banyak dilakukan seperti Negara Vietnam, Haiti, Bangladesh, dan
Pakistan untuk menurunkan jumlah kasus gizi buruk balita (Sternin et al,
1997; Sethi et al, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan
perilaku secara positif dan meningkatnya status kesehatan. Hasil uji coba di
Kabupaten Cianjur yang dilakukan oleh Aryastami (2008) melalui pendekatan
PD dalam perbaikan gizi balita didapatkan hasil 30% balita yang mempunyai
gizi buruk telah dapat diturunkan menjadi 10,9% kemudian 20,9% anak dapat
ditingkatkan status gizinya menjadi gizi baik. Berdasarkan hasil uji coba
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan PD merupakan suatu model
yang bjapis dalam upaya perbaikan gizi anak balita dibandingkan dengan
hanya memberikan makanan tambahan kepada anak yang kurang gizi.
Positive deviance (PD) di bidang gizi dapat dianalogkan bahwa anak-
anak yang status kesehataanya baik yang dibesarkan dalam keluarga dan
masyarakat yang kurang mampu merupakan suatu perilaku positif yang
kemudian menjadi contoh bagi keluarga yang tidak mampu lainnya khususnya
bagi anak-anak yang kurang gizi (Marsh et al, 2004). Dalam hal ini sebelum
perilaku positif keluarga dapat dilihat peneliti terlebih dahulu melakukan
pelatihan kepada kader tentang gizi balita, kemudian kader melanjutkan
bimbingan dan superfisi kepada keluarga dan masyarakat yang selanjutnya
disebut positive deviance. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah dalam
memberdayakan kader agar lebih professional dalam memantau tumbuh
kembang balita, serta membangun kemitraan masyarakat untuk meningkatkan
dukungan dan memanfaatkan posyandu secara optimal.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Siak
Hulu Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar dari 5 posyandu yang ada
didapatkan 3 posyandu yang balitanya mempunyai gizi kurang yaitu 101
orang dari 319 balita atau 31%. Hasil observasi melalui wawancara dengan
kader, kader yang aktif hanya 15 orang (60%) sehingga partisipasi ibu untuk
datang juga kurang. Padahal kader yang sudah ada sebelumnya berjumlah 25
orang,
Pentingnya pemberdayaan kader melalui positive deviance diharapkan
kader menjadi aktif kembali melalui pelatihan dan penyegaran kader, sehingga
diharapkan kader lebih bersemangat dan cepat tanggap dengan situasi dan
kondisi dilingkungan tempat mereka mengabdikan diri. Pengalaman selama
ini membuktikan bahwa bila penyelenggaraan posyandu baik dengan adanya
keaktifan kader maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar
pengembangan anak juga akan terpenuhi.Berdasarkan fenomena diatas maka
peneliti merasa tertarik untuk untuk melakukan penelitian dengan judul "
pemberdayaan kader melalui metode positive deviace terhadap pengetahuan
kader tentang gangguan gizi balita

B. Rumusan Masalah
Dalam upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan maka menumbuhkan kesadaran untuk dapat memecahkan
permasalahan sendiri perlu dipikirkan. Selama ini pelatihan yang diberikan
kepada kader hanya bersifat penyuluhan atau memberikan imformasi kepada
kader tanpa mencari pemecahan masalah sehingga masalah di suatu daerah
tidak terlihat umpan baliknya setelah pelatihan dilaksanakan. Pemberdayaan
kader melalui metode positive deviance atau perilaku positive merupakan
suatu metode pelatihan dengan pendekatan pengembangan berbasis
masyarakat, melalui metode pemecahan masalah dengan menggerakkan
masyarakat melalui pengaktifan potensi yang sudah ada yaitu kader sehingga
diharapkan kesinambungan dapat terjamin. Melalui pemberdayaan kader
dengan pelatihan metode PD diharapkan perilaku positif kader dapat menjadi
contoh bagi masyarakat lainnya khususnya untuk ibu-ibu rumah tangga
tentang gizi balita. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
mengetahui ""apakah metode positive deviance melalui pemberdayaan kader
dapat merubah pengetahuan kader tentang gangguan gizi balita di Desa
Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar"

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas
metode positive deviance melalui pemberdayaan kader terhadap
pengetahuan kader tentang gizi balita. Tujuan penelitian secara khusus
untuk mengetahui perbedaan pengetahuan kader sebelum dan sesudah
dilakukan pemberdayaan kader melalui metode positive deviance terhadap
pengetahuan kader tentang gizi balita
2. Manfaat Penelitian
Pengembangan praktik keilmuan di bidang keperawatan khususnya
ilmu keperawatan komunitas sehingga ketika melaksanakan asuhan
keperawatan komunitas dalam berhadapan dengan masyarakat khususnya
kader dan ibu-ibu rumah tangga maka metode positive deviance (perilaku
positif) dapat diterapkan dan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya
sehingga perbaikan gizi balita dapat ditingkatkan.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau tafsiran sementara atas pertanyaan
penelitian yang harus diuji kesahihannya secara empiris (Wibowo, 2014).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode positive deviance efektiv-dalam
memberdayakan kader terhadap pengetahuan kader tentang gangguan gizi
balita

E. Target Luaran Yang Dicapai


1. Adannya seminar ilmiah dan publikasi ilmiah dan bisa menjadi bahan ajar
dalam mata kuliah keperawatan komunitas
2. Ilmu yang diterima oleh kader dapat menjadi pembelajaran sehingga
dalam jangka menengah diharapkan masyarakat menyadari pentingnya
perhatian terhadap kesehatan anak, keluarga dan masyarakat melalui
pemberdayaan potensi yang sudah ada dan mengimplementasikannya
dalam kelompoknya sendiri.

F. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan potensi terhadap petugas kesehatan di wiiayah kerja unit
pelayanan kesehatan Puskesmas Siak Hulu dalam melakukan pengembangan
pembinaan kader kesehatan sehingga mampu meningkatkan kinerja kader
posyandu dan dapat menyebarluaskan ilmu ke masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pemberdayaan Kader Melalui Metode Positive Defiance


Pemberdayaan masayarakat adalah upaya untuk menciptakan/
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik individu maupun berkelompok,
dalam memecahkan persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian dan kesejahteraan.
Metode positive deviance atau perilaku positif suatu pendekatan
pengembangan berbasis masyarakat, melalui metode pemecahan masalah
dengan menggerakkan masyarakat melalui pengaktifan potensi yang sudah
ada sehingga diharapkan kesinambingan dapat terjamin (Sternin et al,
2005).PD merupakan suatu pendekatan untuk perubahan perilaku. Untuk di
negara - negara berkembang PD sudah banyak dilakukan seperti Negara
Vietnam, Haiti, Bangladesh, dan Pakistan untuk menurunkan jumlah kasus
gizi buruk balita (Sternin et al, 1997; Sethi et al, 2003).
Pada dasarnya metode PD bisa diterapkan untuk berbagai
permasalahan yang didalamnya memerlukan perubahan social atau perilaku
dimana sudah ada individu-individu di dalam masyarakat tersebut yang
berhasil menemukan strategi untuk mengatasi masalah yang sama. Sering kali
solusi permasalahan tersebut tidak disadarai, padahal secara nyata ada di
dalam budaya setempat.Terdapat enam langkah dalam PD (Marsh, 2002;
Sternin, 2005):
1. Merumuskan permasalahan dan penyebabnya serta hasil atau status apa
yang diharapkan
2. Menentukan apakah ada individu-individu dalam masyarakat tersebut
yang
menunjukkan kesuksesan atau status yang baik (pelaku positive deviance)
3. Menemukan apa yang telah dilakukan oleh para pelaku PD yang berbeda
dari tetangganya yang mempunyai sumber-sumber yang sama
4. Merancang dan mengimplementasikan program yang akan membuat orang
mampu untuk mempraktekkan perilaku-perilaku dan strategi baru untuk
mengatasi permasalahan yang telah diidentifikasi
5. Mengevaluasi efektivitas program
6. Menyebarkan keberhasilan program dengan cara mengundang yang lain
untuk belajar dari masyarakat yang saat ini sedang mengimplementasikaan
pendekatan PD
7. Pendekatan PD pada dasarnya sangat sederhana. Inti kegiatan yaitu
pembelajaran bagi masyarakat dengan meningkatkan kapasitas yang sudah
ada, yang dalam hal ini yaitu kader sehingga kader dapat mendistribusikan
dan menerapkan ilmunya kepada masyarakat.

B. Gizi Balita
1. Pengertian
Staus gizi balita adalah status kesehatan atau keadaan yang
dihasilkan fisik seseorang antara kebutuhan dan masukan nutjrisi yang
ditentukan melalui salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran giz.
2. Tanda-Tanda Gangguan Gizi Balita
Keputusan menteri kesehatan No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 30
Desember 2010 tentang penggunaan tanda Antropometri WHO 2005 untuk
menilai status gizi anak. Ada beberapa istilah dan pengertian yang harus
diperhatikan antara lain :
a. Umur (U)
Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh umur dua bulan 29 hari
dihitung sebagai dua bulan
b. Ukuran Panjang Badan (PB)
Ukuran panjang badan digunakan untuk anak umur 0-24 bulan yang
dikukur telentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur berdiri, maka
hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm
c. Ukuran Tinggi Badan (TB)
Ukuran tinggi badan digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang
diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan telentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangi 0,7 cm.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
a. Faktor Internal
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang
mdimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak
2) Kondisi fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia semuanya memerlukan pangan
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan
b. Faktor Eksternal
1) Pendapatan (Ekonomi)
Kemiskinan indicatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannnya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
dengan status gizi yang baik.
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya.
4. Penyakit Akibat Gangguan Gizi
a. Penyakit kurang kalori dan protein
1) Marasmus
a) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang pembungkus kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Cengeng, rewel
d) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan
sampai tidak ada
e) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air
besar, serta penyakit kronik
f) Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
2) Kwashiorkor
a) Oedema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki
b) Wajahnya membulat dan sembab
c) Otot-otot mengecil
d) Cengeng, rewel kadang apatis
e) Sering disertai infeksi, anemia dan diare/mencret
f) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
g) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas
b. Anemia (Penyakit Kurang Darah)
1) Pengertian
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau kurang dari kebutuhan tuhuh.
2) Tanda Dan Gejala
a) Pembengkakakn pada k elenjar gondok
b) Berat badan menurun meskipun nafsu makan meningkat
c) Berkeringat
d) Pembengkakan dan edema kulit
c. Xeroprathlamia
1) Pengertian
Penyakit ini disebabkan akarena kekurangan konsumsi
vitamin A di dalam tubuh. Pada balita di lakukan pemberian
vitamin A pada bulan Februari dan Agustus melalui kegiatan
Posyandu.
2) Tanda dan Gejala
Kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula
laksimalis menurun.
5. 4 cara pengukuran yang dipergunakan di bidang gizi masyarakat
a. Berat badan per umur (BB/U)
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
d. Lingkaran Lengan Atas (LILA) menurut umur
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat
pertumbuhan anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut
umur. Fungsi utama KMS yaitu :
a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak
b. Sebagai catatan pelayanan pertumbuhan anak
c. Sebagai alat edukasi
6. Pencegahan Gangguan Gizi Pada Anak
a. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan BB
secara teratur dan terus menerus
b. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk
mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI,
terutama pada usia dibawah empat bulan
c. Dimulainya pemberian makanan tambahan mengandung berbagai zat
gizi secara lengkap sesuai kebutuhan, guna menambah ASI mulai bayi
usia mencapai lima bulan
d. Pemberian kekebalan melalui imunisasi guna melindungi anak dari
kemungkinan menderita penyakit infeksi seperti DPT, campak dan
sebagainya.
e. Melindungi anak dari berbagai kemungkinan menderita diare
(muntaber) dan kekurangan cairan (dehidrasi) dengan jalan
memelihara kebersihan, menggunakan air masak untuk meinum dan
mencuci alat pembuat susu
f. Mengatur jarak kehamilan agar Ibu cukup waktu untuk merawat dan
mengatur bayinya terutama pemberian ASI, yang apabila ibu mulai
hamil produksi ASI akan berhenti.
g. Meningkatkan pendapatan keluarga yangd apat dilakukan dengan
upaya mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup
umur untuk bekerja diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah
dan efisien. Cara lain yang bias ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
h. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada
masyarakat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi gizi
yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini biasa dikoordinasikan dengan
kegiatan posyandu

C. Kader Kesehatan
1. Pengertian
Kader kesehatan dinamakan juga promoter kesehatan desa (prokes)
adalah tenaga sukarela yang ,dipilih oleh dan dari masyarakat yang
bertugas untuk mengembangkan masyarakat
2. Persyaratan Kader
a. Dapat baca dan tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri
d. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan
e. Aktif dalam kegiatan-kegiatan social mapupun pembangunan desa
f. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
g. Berwibawa
h. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk
meningkatkan keadaan kesehatan keluarga
3. Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan antara lain : menyiapkan data-data,
melaksanakan survey mawas diri membahas hasil survey, menyajikan
dalam musyawarah masyarakat desa (MMD) menentukan masalah dan
kebutuhan kesehatan masyarakat, menentukan kegiatan
penganggulangan masalah kesehatan ada bersama-sama masyarakat,
membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawanmuka
(kunjungan) dengan menggunakan alat peraga dan percontohan
c. Menggerakkan masyarakat : mendorong masyarakat untuk bergotong
royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan
apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain
d. Memberikan pelayanan yaitu :
1) Membagi obat
2) Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
3) Mengawasi pendatang di desanya dan melapor
4) Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
5) Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
e. Melakukan pencatatan, tentang :
1) Jumlah akseptor KB atau jumlah pus, jumlah peserta aktif
2) KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
3) Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi
dan balita yang diimunisasikan
4) Gizi : jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang
mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan
5) Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan
dan dirujuk
f. Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan
KB Kesehatan keluarga binaan untuk masing-masing kader berjumlah
10 20 KK atau sesuai dengan kemampuan kader setempat.
4. Tugas Kader
a. Kegiatan di Posyandu
1) Melaksanakan pendaftaran
2) Menimbang bayi dan balita, bumil/ibu menyusui, WUS dan PUS
3) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan
4) Mengisi KMS
5) Memberikan penyuluhan
6) Memberi dan membantu pelayanan
b. Kegiatan di luar posyandu
1) Mengajak ibu-ibu untuk dating pada hari kegiatan posyandu
2) Melaksanakan kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya.
Yang sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada.
a) Pemberantasan penyakit menular
b) Pembersihan rumah dan pembuangan sampah
c) Pembersihan sarang nyamuk
d) Penyediaan sarana air bersih
e) Penyediaan sarana jamban keluarga
f) Penyediaan sarana pembuangan air limbah
D. Penelitian Terkait
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan
frekuensi eksperimen dengan pendekatan one group pre test post test design
(Cresswell, 2005). Suatu model rancangan subjek penelitian diminta
melakukan tes pengetahuan sebelum mengikuti pengajaran (O 1) kemudian
mengikuti pembelajaran (X) dan dilakukan kembali post-tes sesudah
pengajaran selesai (O2).
Model rangka : O1 x O2

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Rencana lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Siak
Hulu Desa Kubang Jaya Kec. Siak Hulu Kab. Kampar. Rencana waktu
penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu tahun dan akan dimulai
setelah ditandatanganinya kontra penelitian.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang akan diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah semua kader yang
berada di Wilayah Puskesmas Siak Hulu. Kecamatan Siak Hulu Kab.
Kampar dengan jumlah 25 orang kader.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang akan diambil
sebagai responden atau wakil populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
seluruh populasi atau total populasi yaitu berjumlah 25 orang kader yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu Kec. Siak Hulu. Kab
Kampar.
D. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data untuk variable pengetahuan kader tentang gizi
balita yaitu (variable independet) berupa kusioner dengan jumlah soal 15 soal
dengan jawaban B (Benar) dan S (Salah). Jika soal benar di beri nilai 1 dan
jika salah diberi nilai 0. Alternative ini dipilih dengan perhitungan cara
penilaian langsung dan fundamental untuk mengukur pengetahuan responden
tentang definisi, fakta dan prinsip, disamping alas an efisien dan mudah
dipahami oleh responden (Grondlund, 2008).
Untuk variable yaitu perkembangan kader melalui metode positive
deviance yaitu suatu metode sebelum pemberian metode positive deviasi atau
perilaku positive terlebih dahulu peneliti mengumpulkan kader, lalu bersama
kader peneliti melakukan penelusuran melalui pencatatan jumlah balita yang
gizi kurang, lalu kader menentukan besarnya masalah, mencari penyebab,
terakhir menyusun tindakan pencegahan yang cepat dan tepat yaitu perubahan
tentang gizi balita.a lat bantu yang digunakan yaitu infokus, laptop, pengeras
suara dan Film tentang gizi balita. Setelah pembahasan diyantangkan /
dijelaskan, lalu kepada kader diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal
yang tidak di mengerti.

E. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara generasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007)
Tabel 2
Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Operasional
1 Variabel bebas Suatu metode Observasi Penaduan Nominal
pemberdayaan pengembangan Pelaksanaan Dilaksanakan
kader melalui berbasis Metode metode
metode masyarakat positive
positive melalui metode deviance
deviance pemecahan
masalah yaitu
dengan masalah
gizi balita
menggerakkan
masyarakat yaitu
kader sehingga
kesinambungan
dapat terjamin
2 Variabel terikat Yaitu segala Wawancara Kuesioner Ordinal
pengetahuan sesuatu yang obsrvasi Pengetahuan
kader tentang diketahui oleh tinggi jika
status gizi kader tentang gizi nilai > keatas
balita balita meliputi : dan
1. Pengertian pengetahuan
2. Tanda-Tanda rendah jika <
Gangguan Gizi kebawah
Balita
3. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Status Gizi
Balita
4. Pencegahan
Gangguan Gizi
Pada Anak

F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitin ini adalah :
1. Analisis univariat : yaitu analisa yang digunakan untuk mendeskripsikan
variabel penelitian melalui distribusi frekuensi
2. Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
bantuan program computer aplikasi SPSS. Keputusan pengujian hipotesis
penelitian dilakukan dengan taraf signifikan 5% atau P = 0,05 dengan
praktis 10% (Rosner, 2006).
3. Untuk mengetahui rerata perbedaan skor pengetahuan ibu tentang gizi
balita sebelum dan sesudah diberikan metode positive defiance digunakan
uji paired sample t test
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Anggaran Biaya
Anggaran biaya penelitian keseluruhan Rp. 11.195.000,- (sebelas juta
seratus Sembilan puluh lima ribu rupiah), meliputi pembiayaan honorarium,
bahan habis pakai, perjalanan dinas, dan lain-lain
Tabel 2
Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya Yang Diusulkan


1 Gaji dan upah
2 Bahan habis pakai dan peroleh
3 Perjalanan dinas
4 Lain-lain (publikasi, senar, dan laporan )
Total

B. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian secara lebih jelas diuraikan pada
tabel berikut :
Tabel 3
Rencana Jadwal Penelitian

N Tahun 2015
Uraian Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan (Pengajuan Proposal)
2 Pra Survey Penelitian
3 Pelaksanaan Dan Pengumpulan Data
4 Pengolahan Dan Analisa Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Presentasi / Seminar Akhir Penelitian
7 Publikasi Ilmiah
Lampiran 3. Biodata Ketua Dan Anggota

A. Identitas Diri Ketua Peneliti


1. Nama Lengkap : Ns. Ezalina, S.Kep, M.Kes
2. Jensi Kelamin : Perempuan
3. Jabatan Fungsiona : Lektor
4. NIK : 1059530
5. NIDN : 1015117201
6. Tempat dan Tanggal Lahir : Pekanbaru, 15 November 1972
7. email : ezalina44@gmail.com
8. No.Telp /Hp : 08127646472
9. Alamat Kantor : Jl. Tamtama
No. 06 Kel. Labuh Baru Kec. Payung
Sekaki Kota Pekanbaru
10. Alamat Rumah : Jl. Pala V No.
6 Beringin Indah Pekanbaru (28294)
11. No. Telephon / Faks : (0761) 885214
12. Mata Kuliah : - Keperawatan
Komunitas I
- Keperawatan Komunitas II
- Biostatistik
- Riset Keperawatan
- Penulisan Ilmiah
B. Riwayat Pendidikan
N Tahun Pendidikan Keteranga
o Pendidikan n
1 1991 1994 DIII Keperawatan Tgk. Fakirah Banda Aceh Lulus dan
Berijazah
2 1998 1999 D IV Keperawatan USU Medan Lulus dan
Berijazah
3 2001 2003 Fakultas Kesehatan Masyarakat Pasca Lulus dan
Sarjana UGM Yogyakarta Jurusan KIA / Berijazah
Kespro
4 2006 2008 Program Studi Ilmu Keperawatan UNRI Lulus dan
Pekanbaru Berijazah
5 2008 2009 Program Profesi Ners UNRI Pekanbaru Lulus dan
Berijazah
C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir
N Pendanaan
Tahun Judul
o Sumber Jlh. (Rp)
1 2014 Hubungan kebiasaan akses internet Stikes Payung 3.715.000,-
dengan teknologi (Gadget) terhadap Negeri
motivasi belajar anak di SD Al- Pekanbaru
Azhar Syifa Budi Pekanbaru
2 2013 Diterminasi pemanfaatan pelayanan Stikes Payung 4.150.000,-
klinik Voluntary Counseling And Negeri
Testing (VCT) keliling bagi Wanita Pekanbaru
Pekerja Seks (WPS) di Kab.
Pelalawan Prop. Riau
3 2012 Efektivitas pendidikan kesehatan Stikes Payung 5.135.000,-
dengan audio visual dibandingkan Negeri
arahan terhadap pengetahuan pria Pekanbaru
tentang HIV/AIDS di Kel. Sail. Kec.
Tenayan Raya Pekanbaru

D. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


N Pendanaan
Tahun Judul Pengabdian Masyarakat
o Sumber Jlh. (Rp)
1 2014 Memberikan Senam Latihan Lansia Stikes Payung 7.220.000,-
Di Desa Resam Lapis Kec. Bantan Negeri
Kab. Bengkalis Pekanbaru
2 2013 Usaha Kesehatan Kerja Tentang Stikes Payung 6.125.000,-
Pencegahan Keracunan Pada Negeri
Kelompok Tani Di RT. 01. RW. 02 Pekanbaru
Kel. Kampung Badar Kec.
Senapelan
3 2012 Penyuluhan Kesehatan Tentang Stikes Payung 2.825.000,-
Demam Berdarah Di Perumahan Negeri
Regency Sidomulyo Panam Pekanbaru
Pekanbaru
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal
N
Judul Tahun
o Jurnal
1 Efektivitas Health Care Jurnal 2012
Kesehatan STIKes
Payung Negeri ISSN
2301 5209
2 Hubungan tingkat pengetahuan 2013
ibu tentang perekonomian dengan
sikap
3 Efektivitas pembelajaran metode
laboratorium di bandingkan
metode audiovisual terhadap
keterampilan mahasiswa dalam
NGT (Naso Gastric Tube) di Prodi
S1 Keperawatan STIKes Payung
Negeri Pekanbaru
4 Hubungan akses intermet dengan
teknologi
5 The determine utilization of
mobile clinical service Voluntary
Counseling And Testing (VCT)
for female Sex Workers in
Pelalawan district, Riau Province

Semua data yang saya isikan dan tertulis dalam biodata tersebut adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari
tidak sesuai dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam mengajukan hibah penelitian Dosen Pemula.

Pekanbaru, 13 April 2015


Ketua Peneliti

Ns. Ezalina, S.Kep, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai