Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya

2.1.1. Pengertian Budaya

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk

jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti

hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan

definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis

dalam bukunya: Primitive Culture, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh

manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).

Goodenough (dalam Kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa kebudayaan

adalah suatu sistem kognitif, yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan,

kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual

masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan yang

ideasional. Atau, kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh anggota-

anggota masyarakat dipergunakan dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan,

perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam

masyarakat mereka.

Universitas Sumatera Utara


Definisi lain dikemukakan oleh Linton dalam buku: The Cultural

Background of Personality, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku

yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung

dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu, (Sukidin, 2005).

Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2007) merumuskan, kebudayaan

sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah

(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya

agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Roucek dan Warren (dalam Sukidin, 2005) mengatakan, bahwa kebudayaan

bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terdapat di

sekeliling manusia yang dibuat manusia. Dengan demikian ia mendefinisikan

kebudayaan sebagai cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna

memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan

dan mengatur pengalaman sosialnya. Hal-hal tersebut adalah pengumpulan bahan-

bahan kebendaan, pola organisasi sosial, cara tingkah laku yang dipelajari, ilmu

pengetahuan, kepercayaan dan kegiatan lain yang berkembang dalam pergaulan

manusia.

Menurut Koentjaraningrat (2002) mengatakan, bahwa menurut ilmu

antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan millik diri manusia

dengan belajar. Dia membagi kebudayaan atas 7 unsur: sistem religi, sistem

Universitas Sumatera Utara


organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup,

sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua unsur budaya tersebut

terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya,

gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan

unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan).

1. Sistem Religi

Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi

keagamaan dan upacara keagamaan. Definisi kepercayaan mengacu kepada pendapat

Fishbein dan Azjen (dalam Soekanto, 2007), yang menyebutkan pengertian

kepercayaan atau keyakinan dengan kata belief, yang memiliki pengertian sebagai

inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi

seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek. Kepercayaan

membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial. Dalam

penelitian ini dibatasi keyakinan yang dianut atau menjadi pegangan pasangan usia

subur dalam memilih metode KB IUD.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

bagi kehidupan manusia. Sifat-sifat nilai menurut Daroeso (dalam Kalangie, 1994)

adalah sebagai berikut: 1) nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan

manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati

hanyalah objek yang bernilai. 2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai

mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat

Universitas Sumatera Utara


ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam

bertindak. 3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung

nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: 1) nilai logika adalah

nilai benar salah; 2) nilai estetika adalah nilai indah tidak indah; dan 3) nilai

etika/moral adalah nilai baik buruk. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu

nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Moral selalu

berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral

berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih

terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Nilai religius yang merupakan

nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau

keyakinan manusia. Dapat disimpulkan nilai dalam penelitian ini merupakan motivasi

atau pandangan PUS terhadap baik buruknya metode KB IUD.

2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan,

organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan

perkumpulan. Sistim organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua

yang telah dipelajari yang memungkinkan bagi manusia mengkoordinasikan

perilakunya secara efektif dengan tindakan-tindakan-tindakan orang lain (Syani,

1995).

Kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial.

Kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur

Universitas Sumatera Utara


sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang

terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan

perkawinan. Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga, dan teman sering kali

memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi oleh suatu

pasangan. Pada sebuah studi di India dan Turki, lebih dari separuh wanita yang

diwawancarai mengatakan bahwa pemilihan kontrasepsi mereka dibuat oleh atau

dengan suami. Studi yang sama mendapatkan bahwa persetujuan teman atau sanak

saudara dalam memilih kontrasepsi merupakan hal penting bagi 91% wanita di Turki,

68% di Filipina, 67% di India, dan 54% di Republik Korea (Hartanto, 2006).

Suksesnya suatu program dalam hal ini program Keluarga Berencana,

tergantung dari aktif atau tidak aktifnya partisipasi masyarakat untuk mensukseskan

program tersebut. Sehingga dalam posisi ini peran aktif masyarakat sangat penting

artinya bagi kelancaran dan keberhasilan program dan tercapainya tujuan. Kaitannya

dengan peran serta masyarakat dalam program KB IUD, peranan tokoh masyarakat

dan tokoh agama baik formal maupun non formal sangat penting terutama dalam

memengaruhi, memberi contoh dan menggerakkan keterlibatan seluruh warga

masyarakat di lingkungannya guna mendukung hasil program. Di masyarakat

pedesaan, peran tersebut menjadi faktor determinan karena kedudukan para tokoh

masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh panutan

dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat (Syani, 1995).

Universitas Sumatera Utara


3. Sistem Pengetahuan

Spradlye (dalam Kalangie, 1994) menyebutkan, bahwa pengetahuan budaya

itu bukanlah sesuatu yang bisa kelihatan secara nyata, melainkan tersembunyi dari

pandangan, namun memainkan peranan yang sangat penting bagi manusia dalam

menentukan perilakunya. Pengetahuan budaya yang diformulasikan dengan beragam

ungkapan tradisional itu sekaligus juga merupakan gambaran dari nilai - nilai budaya

yang mereka hayati.

Nilai budaya sebagaimana dikemukan oleh Koentjaraningrat (2002) adalah

konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu

masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.

Dan suatu sistem nilai budaya, yang sifatnya abstrak, biasanya berfungsi sebagai

pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia sebagai homo

economicus yang mejadikan kehidupan manusia terus meningkat. Dalam tingkat

sebagai food gathering, kehidupan manusia sama dengan hewan. Tetapi dalam

tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok tanam,

kemudian beternak yang terus meningkat (rising demand) yang kadang-kadang

serakah. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi jenis pekerjaan

dan penghasilan (Koentrajaningrat, 2002).

Universitas Sumatera Utara


5. Sistem Teknologi dan Peralatan

Teknologi dan peralatan kesehatan adalah sarana prasarana yang diperlukan

untuk tindakan pelayanan, meliputi: ketersedian, keterjangkauan dan kualitas alat

untuk memasang KB IUD. Keterjangkauan meliputi: 1) keterjangkauan fisik,

keterjangkauan fisik dimaksudkan agar tempat pelayanan lebih mudah menjangkau

dan dijangkau oleh masyarakat sasaran; 2) keterjangkauan ekonomi, keterjangkauan

ekonomi ini dimaksudkan agar biaya pelayanan dapat dijangkau oleh klien. Biaya

untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien; 3) keterjangkauan

psikososial, keterjangkauan psikososial ini dimaksudkan untuk meningkatkan

penerimaan partisipasi PUS dalam KB IUD secara sosial dan budaya oleh

masyarakat, provider, pengambil kebijakan, tokoh agama, tokoh masyarakat; 4)

keterjangkauan pengetahuan, keterjangkauan pengetahuan ini dimaksudkan agar PUS

mengetahui tentang pelayanan KB IUD serta dimana mereka dapat memperoleh

pelayanan tersebut dan besar biaya untuk memperolehnya.

6. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk

saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan

(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada

lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri

dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah

membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa

fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa

Universitas Sumatera Utara


secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk

mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus

adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni

(sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu

pengetahuan dan teknologi (Koentrajaningrat, 2002).

7. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi

hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai

makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak

kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Kesenian yang meliputi: seni patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias,

vocal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama (Koentrajaningrat, 2002).

Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu

yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari

kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda

yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi

sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.2. Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya

terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Sarwono, 1993).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Foster dan Anderson (dalam Djoht, 2002), kebudayaan kesehatan

mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu

kutub biologi (pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam

evolusi manusia dan paleopatologi atau studi mengenai penyakit-penyakit purba) dan

kutub sosial budaya (sistem medis tradisional atau etnomedisin, masalah petugas-

petugas kesehatan, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter pasien, dan dinamika

dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tradisional).

Dengan demikian kebudayaan kesehatan adalah disiplin ilmu yang memberi perhatian

pada aspek-aspek biologi dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama

tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,

yang memengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.

Dari definisi yang dibuat oleh ahli antropologi, dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan kesehatan mencakup: interpretasi berbagai macam masalah tentang

hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa

kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada

penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut; partisipasi profesional mereka dalam

program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman

yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan,

serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan

kesehatan yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Sudut Pandang Budaya terhadap Konsep NKKBS

Masyarakat pada umumnya mengikuti kebudayaan dan adat-istiadat yang

sejak dulu telah dibentuk demi mempertahankan hidup dirinya sendiri ataupun

kelangsungan hidup suku mereka. Untuk tercapaianya keberhasilan suatu program

pembangunan khususnya dalam masyarakat ini perlu dipahami apa yang terdapat dan

diadatkan dalam masyarakat.

Di negara-negara barat, Erofa barat termasuk Indonesia, budaya dan ideologi

patriarki masih sangat kental mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur

masyarakat. Bila dilihat dari garis keturunan, masyarakat Sumatera Utara lebih

cenderung sebagai masyarakat yang patrilineal yang dalam hal ini posisi ayah atau

bapak (laki-laki) lebih dominan dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan). Contoh

suku yang menganut faktor budaya patriarki adalah Batak, Melayu dan Nias, Sukrie

(dalam Aritonang, 2010).

Patriarki juga dapat dijelaskan dimana keadaan masyarakat yang

menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam

segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Kondisi sosial budaya yang

memungkinkan kaum perempuan berada dalam sub ordinasi, menyebabkan

pengambilan keputusan dalam KB didominasi oleh kaum pria (Pinem, 2009).

2.1.3.1. Budaya Suku Melayu

Pentaloka BKKBN (dalam Ridwan, 2005), menerangkan masyarakat Melayu,

adat yang bersendikan Syara, dan Syara yang bersendikan Qitabullah artinya

sepanjang suatu program atau konsep berterima oleh adat istiadat dan kebiasaan serta

Universitas Sumatera Utara


tidak bertentangan dengan ajaran perintah dan norma agama (dalam hal ini agama

islam) maka akan kecil sekali kemungkinannya memperoleh kendala dalam

pemberhasilannya yaitu upaya untuk memberhasilkan pemasyarakatan dan

pembudayaan konsep NKKBS, Maka dari itu sosialisasi KB IUD perlu lebih

ditingkatkan, sehingga pengetahuan masyarakat baik dan menerima metode tanpa

ragu-ragu dan menentukan pilihan pada kontrasepsi IUD.

Pandangan orang tua Melayu terhadap anak seperti dalam ungkapan bahasa

Melayu "tuah ayam karena kakinya, tuah manusia pada anaknya menggambarkan

kedudukan seorang anak dalam kehidupan masyarakat Melayu. Yang dimaksud

dengan "anak ber-tuah" dalam masyarakat Melayu adalah anak yang "menjadi

orang", yang setelah nantinya dewasa menjadi manusia yang sempurna lahir dan

batin, selalu mengingat dan berguna untuk orang tua dan kaum kerabat untuk

seterusnya terhadap bangsa dan negara, serta akan patuh juga yakin dan taat pada

agama dengan melaksanakan semua perintah agama dan menjauhi semua yang

dilarang-Nya.

Dalam konteks NKKBS, pembinaan orang tua terhadap anak teramat penting

untuk dapat terbinanya generasi penerus yang berguna bagi negara, bangsa dan

agama, demikian pula terhadap keluarga, sanak dan handai serta lingkungan sendiri.

Keadaan ini menjurus pada suatu kenyataan umum bahwa keluarga yang besar akan

mengakibatkan kurang terbinanya anak secara baik dan sempurna. Pada umumnya

pula dapat berakibat perlakuan orang tua yang seakan menyia-nyiakan anaknya

Universitas Sumatera Utara


seperti yang sering tercermin dalam ungkapan pesimistis "membiarkan anak belayar

dengan perahu bocor, berjalan di rimba tidak berintis".

2.1.3.2. Budaya Suku Batak

Paham mengenai keadaan keluarga yang sejahtera menurut masyarakat Batak

Toba bertumpu pada tiga konsep, yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon

(Taufiq, 2011).

1. Hagabeon

Kesejahteraan bagi orang Batak Toba pertama-tama tidak diukur dari tingkat

pencapaian material berupa harta benda yang bisa dimiliki oleh seseorang atau suatu

keluarga. Persyaratan pertama untuk bisa dikategorikan sejahtera bagi mereka adalah

apabila cucu dan cicit baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan. Intisari

dari hagabeon adalah tercapainya kesinambungan garis keturunan, yang bisa

mewariskan nama marga.

Soal kesinambungan keturunan ini merupakan isu yang sangat sentral dalam

kehidupan setiap keluarga Batak Toba. Meskipun seseorang telah memiliki harta yang

berlimpah ruah, tapi tanpa keturunan yang bisa ia peroleh dari perkawinannya maka

nilai dari harta benda tersebut menjadi hambar. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga

menjadi syarat mutlak bisa dikatakan gabe atau sejahtera. Dalam konteks yang lebih

sempit lagi, keberadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga sangat penting, karena

menurut adat Batak Toba yang patrilineal anak laki lakilah yang bisa meneruskan

garis keturunan atau marga.

Universitas Sumatera Utara


Alam pikiran orang Batak Toba sangat dipengaruhi oleh pentingnya

kesinambungan keturunan, seperti pada ungkapan: 1) andor halumpang, togu-togu ni

lombu; sai saur matua ma ho, paabing-abing pahompu, yaitu mengandung makna

pengharapan agar seorang diberi umur yang panjang serta banyak keturunan dan

murah rezeki; 2) bintang na rumiris, ombun na sumorop: Anak pe riris, boru pe

toro, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga mendapatkan

banyak keturunan, baik anak laki - laki maupun perempuan. Anak laki - laki diibaratkan

sebagai bintang yang bisa menjadi penerang di siang hari: maka demikian pula

kedudukan seorang anak laki - laki di dalam sebuah keluarga bisa dianggap sebagai

penerang bagi sebuah keluarga; 3) menginsir ma sidahar, di uma ni Palipi; Sai

sigodang pinompar ma i, jala sigodang pengisi, yaitu mengandung makan

pengharapan agar mendapatkan keturunan yang banyak dan mendapatkan rezeki yang

berlimpah; 4) Sat tubuan laklak ma tubuan singkoru, sae tubuan anak ma hamu

tubuan boru, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga

mendapatkan keturunan, baik laki - laki maupun perempuan.

Ungkapan-ungkapan yang disajikan diatas memberikan gambaran bagaimana

sebuah keluarga Batak Toba sangat mendambakan hadirnya keturunan yang banyak

untuk meramaikan kehidupan sebuah keluarga.

2. Hamoraon

Hamoraon yang secara harfiah berarti kekayaan yang bersifat material sebagai

ukuran kesejahteraan. Masyarakat Batak Toba tidak mengingkari pentingnya

pemilikan harta benda, namun harta benda diletakkan sebagai syarat kedua setelah

Universitas Sumatera Utara


yang pertama tercapai. Syarat hamoraon yang dikenal oleh nenek moyang Batak

Toba seperti dalam ungkapan berikut ini: 1) aek ini burta-burta, tu aek ini dolon-

dolon; horbo mu lumuntak-luntak, panulmanmu dumolon-dolon, mengandung makna

sumber penghidupan yang baik dan bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan material

anggota sebuah keluarga. 2) Tangkas ma uju purba humamunton Angkola: tangkas

ma hita maduma, gabe jala mamora, artinya keadaan yang sejahtera dan makmur itu

dimungkinkan apabila seseorang atau sebuah keluarga memiliki banyak anak

kemudian juga memiliki banyak harta. 3) Tonggi ma sibahut, tabo ma pora-pora:

gabe ma hita luhut, jala sude ma hita mamora, menggambarkan suatu pengharapan

untuk mencapai keadaan keluarga sejahtera itu adalah keluarga yang memiliki banyak

anak dan kaya harta benada.

3. Hasangapon

Dalam lingkungan sosial orang Batak Toba yang masih tradisional, jika

seseorang atau sebuah keluarga telah memiliki keturunan dan harta benda maka

peluangnya untuk mencapai hasangapon akan terbuka dengan mudah. Kehormatan,

sebagaimana mereka menghayatinya, antara lain diukur melalui kenyataan bahwa

mereka bisa meneruskan garis keturunan, bukan keluarga yang anggotanya dari

waktu ke waktu semakin sedikit dan terancam punah.

Kehormatan itu, pada kenyataannya juga berkaitan dengan kehadiran anak

laki laki didalam keluarga atau sebuah rumah tangga, karena secara sosial anak laki -

lakilah yang dianggap bisa meneruskan garis keturunan. Oleh karena itu, hasangapon

Universitas Sumatera Utara


hanya dimungkinkan apabila orang memiliki banyak anak dan beberapa di antaranya

harus ada anak laki-laki.

2.2. Keluarga Berencana

2.2.1. Sejarah KB di Indonesia

Sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk

mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang

khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali hanya ada nama

untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan

suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat (Arum, 2008).

Keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953, yang waktu itu

sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu

masyarakat. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) didirikan pada

tanggal 23 Desember 1957 yang merupakan wadah dan bergerak secara silent

operation membantu masyarakat, pelopor pergerakan Keluarga Berencana Nasional.

Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan, berdasarkan hasil penandatanganan

Deklarasi Kependudukan PBB (1967) maka dibentuk lembaga program Keluarga

Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak pelita I (1969)

berdasarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 yang dinamakan Lembaga

Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Pada tahun

1970 ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun 1970 dan

diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang

Universitas Sumatera Utara


bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan

pengawasan dan penilaian pelaksanaan program KB (Arum, 2008).

Tahap-tahap program KB Nasional, tahun (1970-1980) management for the

people yaitu pemerintah lebih banyak berinisiatif, partisipasi masyarakat rendah

sekali, terkesan kurang demokratis, ada unsur pemaksaan dan berorientasi pada

target. Tahun (1980-1990) management with the people pada saat ini unsur

pemaksaan sudah dikurangi dan Program Safari KB sudah dimulai sejak awal 1980-

an, tahun (1985-1988) Program KB Lingkaran Biru yaitu masyarakat bebas memilih

kontrasepsi yang ingin dipakainya meskipun tetap masih dipilihkan jenis

kontrasepsinya, tahun 1988 Program KB Lingkaran Emas dimana pilihan alat

kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta asal jenis kontrasepsinya sudah

terdaftar di Departemen Kesehatan dan masyarakat sudah mulai membayar sendiri

untuk alat kontrasepsinya. Pada tahun 1990 peningkatan kesejahteraan keluarga

melalui peningkatan pendapatan keluarga (income generating) (Hartanto, 2010).

2.2.2. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan

membantu pasangan suami istri untuk: mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Hartanto, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia

ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Kebijakan dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta

masyarakat, pembinaan keluarga, pengaturan kehamilan dengan memperhatikan

agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup

dalam masyarakat (UU No 52, 2009).

2.2.3. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan keluarga berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar

bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan

program KB Nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki

visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal.

Dengan demikian diharapkan terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan

penduduk, meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan

dasar pertimbangan moral dan agama, serta berkembangnya usaha-usaha yang

membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa

kehamilan dan persalinan (BKKBN, 2007).

Secara umum tujuan lima tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka

mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan

pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB Nasional yang kuat dimasa

Universitas Sumatera Utara


mendatang sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkuwalitas 2015 dapat

tercapai (Arum, 2008).

2.2.4. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan

melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada

masyarakat Indonesia. Yang menjadi sasaran Gerakan KB Nasional ialah 1) PUS

dengan prioritas muda dan paritas rendah, 2) generasi muda dan purna PUS, 3)

pelaksana dan pengelola KB, 4) sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju

pertumbuhan penduduk tinggi dari wilayah khusus seperti sentral industri,

pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil (Arum, 2008).

Hal penting dalam pelayanan keluarga berencana yang perlu diperhatikan

adalah prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada PUS yang isterinya

mempunyai keadaan 4T, yaitu (Jasin, 2000):

1. Terlalu muda

Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian karena

persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka lebih

sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.

2. Terlalu tua

Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila

mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.

Universitas Sumatera Utara


3. Terlalu dekat

Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan

diantara kehamilan.

4. Terlalu banyak

Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami

kematian karena perdarahan setelah persalinan dan penyebab lain.

2.2.5. Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-isteri yang terikat dalam

perkawinan yang sah yang umur isterinya antara 15-49 tahun. PUS merupakan

sasaran utama program KB sehingga perlu diketahui bahwa (Hartanto, 2010):

Hubungan urutan persalinan dengan risiko ibu-anak paling aman pada persalinan

kedua atau antara anak kedua dan ketiga.

1. Jarak kehamilan 24 tahun, adalah jarak yang paling aman bagi kesehatan

ibu-anak.

2. Umur melahirkan antara 2030 tahun, adalah umur yang paling aman bagi

kesehatan ibu-anak.

3. Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: 1) masa menunda

kehamilan (kesuburan), 2) masa mengatur kesuburan (menjarangkan), 3) masa

mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi). Masa reproduksi (kesuburan) ini

merupakan dasar dalam pola penggunaan kontrasepsi rasional.

Universitas Sumatera Utara


Peserta KB (Akseptor KB) adalah PUS yang mana salah seorang dari mereka

menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik

melalui program maupun non program (Saifuddin, 2006).

2.2.6. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut

(Andrews, 2009).

Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi

setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah

sebagai berikut (Jasin, 2000):

1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.

2. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

mencegah kehamilan.

Ada beberapa komponen dalam menentukan keefektifan dari suatu metode

kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan

keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectiveness) yaitu kemampuan

dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan

petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis (use

Universitas Sumatera Utara


effectiveness) adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah

pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang memengaruhi pemakaian

seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-lain. Keefektifan biaya adalah

penggunaan kontrasepsi dalam waktu yang lama tetapi membutuhkan biaya yang

murah.

3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat.

Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal

(initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued acceptability). Penerimaan

awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas

KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi,

budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah

(desa/kota).

4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.

2.2.7. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai

perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam

tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta

menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Ada dua pembagian cara

Universitas Sumatera Utara


kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern (metode

efektif) (Hartanto, 2010):

2.2.7.1. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi

dengan alat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama

terputus (coitus interruptus) dan KB alamiah (metode kalender, metode suhu badan

basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal). Sedangkan kontrasepsi dengan

alat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelli

atau tablet berbusa (vaginal tablet).

1. Metode Kalender (Ogino-Knaus)

Menentukan waktu opulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan

terakhir. Tehnik metode kalender, seorang wanita menentukan masa suburnya

dengan: 1) mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal

dari masa suburnya, 2) mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk

menentukan akhir masa suburnya. Efektivitas: angka kegagalan 15-47 kehamilan

pada 100 wanita per tahun.

2. Metode Suhu Badan Basal

Adalah peninggian suhu badan basal 0,2-0,5C pada waktu ovulasi, karena

peninggian kadar hormon progesteron. Tehniknya: mengukur suhu tubuh dengan

menggunakan thermometer, pengukuran dilakukan pada saat klien benar-benar

istirahat. Efektivitas, angka kegagalan 0,3-6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.

Universitas Sumatera Utara


3. Metode Lendir Serviks (Billings)

Adalah perubahan siklus lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar

estrogen. Tehnik metode lendir serviks, dimulai pada hari pertama diketahui adanya

lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala puncak

(peak symptom). Efektivitas, angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita

per tahun.

4. Metode Sympto-Termal

Adalah kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk menentukan

masa subur ovulasi. Efektivitas, angka kegagalan 4,9-34,4 kehamilan pada 100

wanita per tahun. Keuntungan kontrasepsi KB alamiah, adalah: 1) aman, 2)

murah/tanpa biaya, 3) dapat diterima oleh banyak golongan agama, 4) sangat berguna

baik untuk merencanakan maupun menghindari terjadinya kehamilan, 5) tanggung-

jawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerja sama. Sedangkan

kerugiannya adalah: 1) kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode

kontrasepsi lain, 2) perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini, 3)

memerlukan catatan siklus haid yang cukup, 4) dapat menghambat spontanitas

seksual, stres psikologis dan kesulitan-kesulitan dalam perkawinan, 5) bila siklus haid

tidak teratur dapat mempersulit, 6) bila terjadi kehamilan, ada risiko bahwa

ovum/spermatozoa-nya sudah terlalu tua.

5. Sanggama Terputus (Coitus Interruptus)

Adalah suatu metode kontrasepsi di mana sanggama diakhiri sebelum terjadi

ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan: 1) tidak memerlukan alat/murah, 2) tidak menggunakan zat-zat kimiawi,

3) selalu tersedia setiap saat, 4) tidak mempunyai efek samping. Kerugian metode ini:

angka kegagalan cukup tinggi (16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun),

kenikmatan seksual berkurang bagi suami-isteri sehingga dapat memengaruhi

kehidupan perkawinan.

6. Metode Barier pada Pria (Kondom)

Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus

genitalia interna wanita. Keuntungan metode ini adalah: mencegah kehamilan,

memberi perlindungan terhadap penyakit akibat hubungan seks, dapat diandalkan,

relatif murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis dan pria ikut secara aktif dalam

program KB. Kerugian KB Kondom adalah angka kegagalan relatif tinggi, perlu

menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang

kondom, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap

senggama. Baik untuk pasangan yang ingin menunda kehamilan atau ingin

menjarangkan anak, jarang bersenggama, pasangan yang takut menularkan dan

tertular penyakit kelamin, dan wanita yang kemungkinan sudah hamil.

7. Metode Barier pada Wanita (Barier Intra Vagina)

Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus

genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.

Keuntungan metode ini, yaitu untuk mencegah kehamilan dan mengurangi insidens

penyakit akibat hubungan seks. Sedangkan kerugian metode ini adalah angka

kegagalan relatif tinggi, aktivitas dan spontanitas hubungan seks harus dihentikan

Universitas Sumatera Utara


sementara untuk memasang alatnya, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan

terus menerus pada setiap senggama.

8. Spermisid Vaginal

Adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam

vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Keuntungan

spermisid vaginal: aman, sebagai kontrasepsi pengganti bagi wanita dengan

kontraindikasi pemakaian KB Pil, KB IUD dan lalin-lain. Tidak memerlukan

supervisi medik. Kerugian metode adalah angka kegagalan relatif tinggi karena

pemakaian yang tidak konsisten, harus digunakan sebelum senggama, harus diberikan

berulang-kali untuk senggama yang berturut-turut dan dapat menimbulka iritasi.

2.2.7.2. Cara Kontrasepsi Modern/Metode Efektif

Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi hormonal (KB pil, KB suntik

dan KB implant), KB IUD dan kontrasepsi mantap. Berdasarkan lama efektivitasnya,

kontrasepsi dapat dibagi menjadi: 1) MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang),

yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis KB susuk/implant, IUD, MOP, dan

MOW; 2) Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk

dalam kategori ini adalah KB kondom, KB pil, KB suntik, dan metode-metode lain

selain metode yang termasuk dalam MKJP (Andrews, 2009):

1. KB Pil

Adalah tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik

disebut Pil Kombinasi dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut

Mini Pil atau Pil Progestin. Cara kerja KB pil: menekan ovulasi, mengubah motilitas

Universitas Sumatera Utara


tuba sehingga transportasi sperma terganggu, mengganggu pertumbuhan

endometrium sehingga menyulitkan proses implantasi dan memperkental lendir

serviks (mencegah penetrasi sperma). Efektivitas teoritis untuk KB pil sebesar 99,7 %

sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90-96 %. Artinya KB pil cukup efektif jika

tidak lupa meminum pil secara teratur.

Keuntungan KB pil adalah mudah penggunaannya dan mudah didapat,

mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid, mengurangi risiko

terjadinya kehamilan ektopik dan kista ovarium, mengurangi risiko terjadinya kanker

ovarium dan rahim, pemulihan kesuburan hampir 100%. Baik untuk wanita yang

masih ingin punya anak, punya jadwal harian yang rutin. KB pil harus diminum

setiap hari, membutuhkan motivasi yang tinggi maka ia cocok untuk mereka yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi misalnya masyarakat kota dan kurang sesuai

untuk masyarakat desa.

2. KB Suntik

Kontrasepsi suntik adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi

untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang

terdiri atas satu hormon (Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan

Noristerat), dan terdiri atas dua hormon (Cyclofem dan Mesygna). KB Suntikan

sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang

efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk sterilisasi. Depo provera disuntikkan

setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan. Wanita yang mendapat KB suntik

Universitas Sumatera Utara


tidak mengalami ovulasi. Efektivitas KB suntik: dalam teori 99,75%, dalam praktek

95-97%.

Keuntungannya: merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat,

dapat dipakai dalam waktu yang lama dan tidak memengaruhi produksi air susu ibu.

Baik untuk wanita yang calon Akseptor yang tinggal di daerah terpencil, lebih suka

disuntik daripada makan pil, menginginkan metode yang efektif dan bisa

dikembalikan lagi, mungkin tidak ingin punya anak lagi dan tidak khawatir untuk

tidak mendapat haid.

3. KB Implant (Subdermal)

Adalah 2 atau 6 kapsul kecil yang terbuat dari silikon berisi hormon

levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit, secara tetap melepaskan hormon tersebut

dalam dosis kecil ke dalam darah. Bekerja dengan cara mencegah ovulasi, merubah

lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat pergerakan

spermatozoa, dan mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi. Efektivitas dalam teori 99,7%, dalam praktek 97-99%.

Keuntungan KB implant yaitu sekali pasang untuk 5 tahun, tidak

memengaruhi produksi ASI, tidak memengaruhi tekanan darah, pemeriksaan panggul

tidak diperlukan sebelum pemakaian. Baik untuk wanita yang ingin metode praktis,

mungkin tidak ingin punya anak lagi, tinggal di daerah terpencil dan tidak khawatir

jika tidak dapat haid.

Universitas Sumatera Utara


4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra Uterine Devices (IUD)

adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang

ditempatkan di dalam rahim. AKDR mencegah kehamilan dengan cara: 1) mencegah

terjadinya implantasi yang merupakan cara kerja utamanya, 2) mengubah cairan

dalam uterus dan tuba falopii sehingga menghalangi pertemuan antara sperma dan

ovum serta mencegah terjadinya pembuahan, 3) menyebabkan reaksi tubuh terhadap

benda asing, dengan peningkatan kadar leukositosis dan fagositosis. Pemasangan

biasanya pada akhir periode haid, ketika sebagian serviks lebih dilatasi sehingga

mempermudah pemasangannya. AKDR juga dapat dipasang kapan pun hingga hari

ke-19 jika siklus haid 28 hari, yang terutama berguna untuk insersi pasca koitus.

Jenis IUD di masa lampau dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang

berbeda-beda. Dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe: 1) Inert,

dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring) mengandung

tembaga, termasuk di sini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan

Nova T; 2) Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung

progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel; 3) IUD sangat efektif,

tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200)

dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380 A dapat untuk 10 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8

kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Universitas Sumatera Utara


Copper T 380 A

IUD Copper T 380 A bentuknya mirip huruf T. Bentuk ini terbukti sangat

efektif, aman, dan mudah beradaptasi. Dua faktor yang memperbesar hasil guna

Copper T 380 A adalah: tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan

tembaga seperti IUD Copper T 380A (380 mm2), tembaga di kedua lengan IUD ini

menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian tertinggi fundus uteri. Cara kerja IUD

antara lain yaitu: untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

falopii, memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah

sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi, memungkinkan

untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan KB IUD adalah 1) aman dan segera dapat bekerja secara efektif,

dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus, tidak perlu kontrasepsi

tambahan, 2) tidak ada interaksi terhadap obat (tidak memengaruhi kualitas dan

volume ASI, 3) daya kerja lama (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu

diganti), 4) setelah dipasang, wanita tidak perlu mengingat apa pun sebagai bentuk

kontrasepsi, 5) tidak memengaruhi hubungan seksual, 6) dapat digunakan sampai

menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

Sedangkan kelemahan dari penggunaan KB IUD yaitu efek samping yang

umum terjadi, seperti: menoragi dan dismenore, sedikit meningkatkan risiko

terjadinya kehamilan ektopik, meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul,

Universitas Sumatera Utara


ekspulsi IUD, perforasi uterus, malposisi IUD, dan kehamilan yang diakibatkan oleh

ekspulsi, perforasi, atau malposisi IUD.

Pemasangan IUD tidak dianjurkan pada pasien yang dengan kontraindikasi

absolut seperti: kehamilan ektopik sebelumnya pada ibu nulipara, abnormalitas uterus

(uterus blkor-nuatum), infeksi panggul atau vagina: setelah diatasi IUD dapat

dipasang, kehamilan, perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis: jika

penyebab telah didiagnosis dan diatasi IUD dapat dipasang, alergi terhadap

komponen yang terkandung di dalam IUD, penggantian katup jantung karena

peningkatan risiko infeksi, dan penderita HIV/AIDS karena penurunan sistem

kekebalan tubuh dan peningkatan risiko infeksi akibat pemasangan IUD. Sedangkan

kontraindikasi relatif terjadi pada pasien dengan riwayat infeksi panggul, fibroid atau

endometriosis, ibu nulipara, diabetes, dismenore dan/atau menoragi, dan pengobatan

dengan menggunakan penisilamin dapat mengurangi keefektifan tembaga.

Baik untuk wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas

yang tinggi dan jangka panjang, tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan

anak, memberikan ASI, berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI,

berada dalam masa pasca aborsi, mempunyai resiko rendah terhadap penyakit

menular seksual (PMS), tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari,

lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak

boleh menggunakannya, yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat.

Waktu penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat setiap waktu dalam

siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. Hari pertama sampai ke-7 siklus

Universitas Sumatera Utara


haid, segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca

persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).

Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada

gejala infeksi. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. Waktu

kontrol IUD 1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6 bulan berikutnya,

bila terlambat haid 1 minggu, jika ada perdarahan banyak atau keluhan istimewa

lainnya.

Persyaratan pemakaian, adalah: usia reproduktif, telah mendapat persetujuan

dari suami, pernah melahirkan dan mempunyai anak, telah cukup jumlah anaknya dan

belum memutuskan untuk sterilisasi, tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun,

dianjurkan sebagai pengganti KB pil bagi Akseptor KB yang berumur diatas 30

tahun, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, ibu menyusui yang

menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui

bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah

dari Infeksi Menular Seksual (IMS), tidak menghendaki metode hormonal, tidak ada

kontraindikasi.

Yang tidak boleh menggunakan IUD, yaitu diketahui atau dicurigai adanya

kehamilan, infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, lecet (erosi) atau peradangan

di leher rahim, diketahui atau dicurigai adanya kanker rahim, perdarahan yang tidak

normal yang belum diketahui penyebabnya, perdarahan haid yang hebat, alergi

terhadap logam, kelainan rahim (misalnya rahim kecil, endometriosis,

Universitas Sumatera Utara


polipendometrium) dan kelainan jaringan perut yang menyulitkan pemasangan,

pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar kandungan.

Kontrasepsi IUD dapat dikeluarkan bila ibu menginginkannya, bila ibu ingin

hamil, bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya, pada

akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus dikeluarkan sesudah 10

tahun terpasang. Untuk mengeluarkan/mencabut AKDR ibu harus kembali ke klinik.

Kesuburan atau fertilitas normal segera kembali sesudah AKDR dicabut. Jika ibu

tidak ingin hamil, maka AKDR yang baru dapat segera dipasang.

5. Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (Tubektomi) atau

kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi) dengan efektivitas 99,9%. Keuntungan

kontrasepsi Kontap adalah paling efektif, mengakhiri kesuburan selamanya

(keberhasilan pembalikan tidak bisa dijamin). Rekanalisasi dengan microsurgery

sedang dikembangkan, tidak perlu perawatan khusus. Baik untuk pasangan yang

sudah yakin tidak ingin punya anak lagi, jika hamil akan membahayakan jiwanya dan

ingin metode yang tidak menggagu.

2.2.8. Perilaku Masyarakat dalam Ber KB

2.2.8.1. Definisi Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan

dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor.

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang

Universitas Sumatera Utara


timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut

reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat respons. Oleh karena

itu untuk membentuk perilaku seperti perilaku pemakaian alat kontrasepsi IUD perlu

adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku

(Hartanto, 2006).

2.2.8.2. Faktor yang Berkaitan dengan Perilaku Pemakaian IUD

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan

kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat

terhadap lingkungan dalamnya. Kebudayaan mengatur agar manusia harus bertindak

dan berlaku di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat

mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau

mereka berhubungan dengan orang lain (Soekanto, 2007).

Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD tidak

terlepas dari faktor perilaku yang dipengaruhi faktor budaya, dimiliki oleh masing-

masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat

dijelaskan dengan Teori Perilaku Health Beliefe Model, menyatakan bahwa perilaku

manusia akan ada manakala : 1) mereka merasa rentan terhadap suatu permasalahan

kesehatan; 2) mereka merasa berat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi; 3)

meyakini efektifitas dari tindakan yang dilakukan; 4) tidak mahal; dan 5) ada anjuran

petugas (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Green (dalam Ali, 2010), melalui teori Determinat perilaku mengatakan

bahwa perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) Predisposing

factors (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan sikap); 2) Enabling factors (sarana

prasarana); dan 3) Reinforcing factors (dukungan suami dan petugas kesehatan).

2.3. Landasan Teori

Kecocokan antara suatu metode kontrasepsi dan setiap konsumen bergantung

pada sejumlah faktor. Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat

kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku dan budaya yang dimiliki oleh

masing-masing individu. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang

memengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi IUD

(Hartanto, 2006).

Pendekatan teori yang dipakai untuk mengamati fenomena ini adalah teori

Green (1980) yang berhubungan dengan perilaku individu dalam mengambil

keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD (Notoatmodjo, 2007). Dalam

bertindak dan bersikap individu tidak terlepas dari fungsi kebudayaan.

Koentjaraningrat (1987) mengemukakan tujuh unsur pokok kebudayaan (sistim religi,

sistim organisasi kemasyarakatan, sistim pengetahuan, sistim mata pencaharian,

sistim teknologi dan peralatan, bahasa dan kesenian) (Sukidin, 2005).

Peneliti ingin mengetahui fenomena budaya Akseptor KB yang memengaruhi

penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Seperti yang telah di uraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat memengaruhi

Universitas Sumatera Utara


penggunaan kontrasepsi IUD, namun karena peneliti menduga ada beberapa faktor

yang dominan dan juga karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya

membatasi pada beberapa faktor saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti,

peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data dengan metode

kuesioner dan wawancara.

Berikut ini adalah kerangka teori acuan penelitian:

Teori Lawrence Green Koentjaraningrat

Faktor Predisposisi
Koentjaraningrat

- Pengetahuan
- Kepercayaan Faktor Budaya:
- Nilai
- Sikap - Sistim religi
- Sistim organisasi
kemasyarakatan:
Faktor Pendorong kekerabatan
Penggunaan - sistim
- Fasilitas Kontrasepsi pengetahuan
pelayanan IUD - Sistim mata
kesehatan pencaharian
hidup
- Sistim teknologi
dan peralatan
Faktor Penguat - Bahasa
- Kesenian
- Dukungan
Petugas
Kesehatan
- Dukungan
Keluarga

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan mengkaji

variabel pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan terhadap penggunaan

kontrasepsi IUD dapat di lihat pada skema kerangka konsep di bawah ini:

Variabel Independen/Bebas (X) Variabel Dependen/Terikat (Y)

Budaya Akseptor KB:

Penggunaan
- Pengetahuan Kontrasepsi IUD
- Kepercayaan
- Menggunakan
- Nilai KB IUD
- Kekerabatan - Tidak
Menggunakan
KB IUD

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai