Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).

Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh

manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,

mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya

fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan

kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi

adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat

yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta

menghasilkan energi.

2. Kebutuhan Nutrisi

2.1 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

8
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit

kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan

dasar dari tunjangan nutrisi yaitu:

a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas

yaitu starvation dan infrastruktur.

b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis

hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan

nutrisi dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan

yang berulangulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di

ruang Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak

dirawat. Disamping itu disfungsi/gagal organ multipel dapat terjadi

sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang berhubungan dengan

hipermetabolisme yang berlangsung lama

(Setiati,2000).

2.2 Beberapa cara mengukur kebutuhan nutrisi :

a. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting Energy

Expenditur (REE).

[(konsentrasi O2)(0,39) + (produksi CO2)(1,11)] x 1440.

Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO 2

lebih dari 40%.

b. Persamaan Harris Benedict( untuk dewasa).

Basal Energy Expenditure (BEE):

9
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) (6,76 x Umur)

Wanita: 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) (4,67 xUmur)

Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/ kgbb /hari.

BB=berat badan, TB=tinggi badan

Untuk menghitung BEE harus disesuaikan dengan

factorfaktor metabolik, seperti: demam, operasi, sepsis, luka

bakar dan lain-lain.

c. 25-30 kkal/kgbb ideal/hari (untuk dewasa)

120-135 kkal/kgbb/hari (untuk premature)

120-140 kkal/kgbb/hari (untuk infant) (Setiati, 2000)

d. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea


urine

24 jam dan dalam hubungannya dengan urea darah dan

Albumin. Tiap gram nitrogen yang dihasilkan menggunakan

energy sebesar 100-150 kkal (At Tock, 2007). Kebutuhan

energi pada pasien kritis: Rule of Thumb dalam menghitung

kebutuhan kalori, yaitu 25-30 kkal/kgbb/hari. Selain itu

penetapan Resting Energy Expenditure (REE) harus

dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah

pengukuran jumlah energy yang dikeluarkan untuk

mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 1218

jam setelah makan. REE sering juga disebut Basal Metabolic

Rate (BMR), Basal Energy Requirement

10
(BER), atau Basal Energy Expenditure (BEE). Perkiraan

REE yang akurat dapat membantu mengurangi komplikasi

akibat kelebihan pemberian nutrisi (overviding) seperti

infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise

(Wiryana, 2007).

2.3 Bentuk pemberian kalori yaitu :

a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang penting. Setiap

gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Asupan

karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar

50%-60% dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000)

b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral

maupun parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian lemak dapat

mencapai 20% -40% dari total kebutuhan. Satu gram lemak

menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi antara lain sebagai

sumber energi, membantu absorbsi vitamin yang larut dalam lemak,

menyediakan asam lemak esensial, membantu dan melindungi organ-

organ internal, membantu regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan-

jaringan tubuh

(Setiati, 2000).

c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah 0,8gr/kgbb/hari atau

kurang lebih 10% dari total kebutuhan kalori. Namun selama sakit kritis

kebutuhan protein meningkat menjadi 1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada

11
beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus dikontrol, misalnya

kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar

0,5 gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat,

kebutuhan protein untuk BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi

2,53,0g/kgbb/hari, anak 1,5-2,5g/kgbb/hari.

Kebutuhan micro nutrient juga harus dipertimbangkan, biasanya

diberikan natrium, kalium 1 mmol/kgbb, dapat ditingkatkan jika

terdapat kehilangan yang berlebihan. Elektrolit lain seperti

magnesium, besi, tembaga, seng dan selenium, juga dibutuhkan

dalam jumlah yang lebih sedikit. Pasien dengan suplementasi nutrisi

yang lama membutuhkan pengecekan kadar elektrolit-elektrolit ini

secara periodik. Elektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat,

kelemahan otot yang berhubungan dengan penggunaan ventilator

yang lama dan kegagalan lepas dari ventilator, dapat disebabkan oleh

hipofosfatemia (Wiryana,2007).

Pasien kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3

(niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat

yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya

(Wiryana,2007).

3. Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral,

formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric

12
tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual

maupun dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut

Wiryana (2007), Nutrisi enteral adalah faktor resiko independent

pnemoni nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik.

Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan

menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang

diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan,

mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster,

kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk

dapat

mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada

pasien di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral,

penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi

clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat

penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering berupa

abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).

4. Nutrisi Prenteral

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang

diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran

pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila

usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital

intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.

13
Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi

tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan

pertumbuhan ( Setiati, 2000).

Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak

dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk

memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat

dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada

setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi

enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari

diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring

terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal

yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN)

melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)

Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas: nutrisi

parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer (Wiryana, 2007)

Indikasi Nutrisi Parenteral :

a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus,

atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.

b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis

berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina

intestinal, diare berulang.

c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan

14
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan
hemodinamik,

hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).

5. Status Nutrisi Pasien

Status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang memerlukan

beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikatorindikator yang

berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energy,

seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, prealbumin,

hemoglobin, magnesium dan fosfor (Wiryana, 2007).

5.1 Penilaian status nutrisi

a. Klinis: Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti: kulit, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

b. Biofisik: Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan

melihat perubahan struktur dari jaringan.Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

15
c. Biokimiawi: Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine,

tinja dll.

d. Antropometri:

Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan

metros. Anthropos artinya tubuh dan methros artinya ukuran.

Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa

anthropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran

tubuh antara lain: berat badan tinggi badan, lingkar lengan

atas dan tebal lemak dibawah kulit.

5.2 Antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal

dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,

dan tebal lemak dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan

parameter sebagai berikut:

a. Umur

16
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi

status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan

berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat.

Menurut Puslitbang gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan

adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan anak umur 0-2

tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Mounth)

Contoh: Tahun usia penuh (Completed Year)

Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun

6 tahun 11 bulan, dihitung 6 bulan

Contoh: Bulan usia penuh (Completed Mounth)

Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan

3bulan 27 hari, dihitung 3 bulan

b. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting

dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).

Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau

BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500

gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan

dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti

17
dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Disamping itu pula

berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis

obat dan makanan.

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan

mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung

meningkat dan protein otot menurun. Pada orang edema dan

asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor

dapar menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi

pada orang kekurangan gizi.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai

pertimbangan, antara lain :

1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu

singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan

luas di Indonesia sehingga sehingga tidak merupakan hal baru yang

memerlukan penjelasan secara meluas.

4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi ketrampilan pengukur.

5) Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat

badan sebagai dasar pengisiannya.

18
c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui

dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran

kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan

terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.

Pengukuran tinggi badan untuk bayi dan anak yang belum bisa

berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi.

Cara mengukur:

1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang


datar

2) Bayi ditidurkan lurus didalam alat pengukur, kepala

diletakkan hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat

pengukur

3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga

tepat menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi

alat pengukur dapat dibaca.

d. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu

pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah dilakukan dan

tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga

yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu

19
mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan

tunggal untuk indeks status gizi.

1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum

mendapat pengujian yang memadahi untuk digunakan di

Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang

umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP

yang cukup berarti antar penggunaan LLA disatu pihak

dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut

tinggi badan maupun indeks-indeks lain dipihak lain,

sekalipun terdapat korelasi statistik yang berarti antara

indeks-indeks tersebut dengan LLA

2. Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat

ketrampilan pengukur) relative lebih besa dibandingkan

dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan

gizi kurang, lebih sempit pada LLAdari pada tinggi badan. Ini

berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada

LLA dibandingkan dengan tinggi badan.

3. Lingkar lengan atas sensitive untuk suatu golongan tertentu

(prasekolah), tetapi kurang sensitive pada golongan lain

terutamaorang dewasa.

Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang

terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis


plastik.

20
Cara mengukur:

a) Yang diukur ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini

dihitung jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua.

b) Lengan dalam keadaan bergantung bebas tidak tertutup kain/pakaian

c) Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur

keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu

longgar.

e. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran

anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan

pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.

Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus)

dan kepala kecil (Mikrosepalus).

Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan

tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama

tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak

menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga

ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat

bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.

Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada

cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala

21
dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam

pengukuran umur.

Alat dan tehnik pengukuran:

Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass)

dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah.

Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Caranya

dengan melingkarkan pita pada kepala.

Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai Standard of

Reference. Tulang tengkorak atau lingkar kepala sedikit banyak

dipengaruhi oleh suku bangsa dan genetic. Juga dipengaruhi oleh

kebudayaan seperti orang Amerika Utara, dimana kepala anak

agak besar karena menderita penyakit tulang.

f. Lingkar Dada

Bisanya dilakukan pada anak berumur 2 sampai 3 tahun, karena

rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.

Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan

pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun,

rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini

dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan,

atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat

digunakan sebagai indicator dalam menentukan KEP pada anak

balita.

22
Alat dan tehnik pengukuran

Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah

biasanya terbuat dari serat kaca (fiberglass). Pengukuran

dilakukan pada garis putting susu. Masalah yang sering dijumpai

adalah mengenai akurasi pengukuran (pembacaan), karena

pernapasan anak yang tidak teratur. Pengukuran sebaiknya dibuat

mendekati 1 desimal.

5.3 Indeks Antropometri

Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri

(Sumber Puslitbang Gizi, 1980. Pedoman Ringkas Cara

Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi, Bogor)

Tabel 2.1. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan

indeks
Status Gizi BB/ U TB/ U BB/ TB LLA/ U LLA/ TB

Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%

Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

Gizi Buruk 60% 70% 80% 70% 75%

Tabel 2.2. Klasifikasi KEP: Antropometri


BB/ U BB/ TB

Ringan 70-80% 80-90%

Sedang 60-70% 70-80%

23
Berat <60% <70%

Tabel 2.3. Hasil diskusi temu Antropometri (Bandung, Mei 2000)


BB/U < -3SD Berat Badan Sangat Rendah (BBSR= severe

underweight)

Selama ini dikenal sebagai GIZI SANGAT

KURANG

-3,0SD s/d<-2,0SD Berat Badan Rendah (BBR= underweigh)

Selama ini disebut GIZI KURANG

>-2,0SD s/d 2,0SD Berat Badan Normal (BBN)

Selama ini disebut GIZI BAIK

>2,0SD Berat Badan Lebih (BBL= overweigh)

Selama ini disebut GIZI LEBIH

TB/U <-3,0SD Pendek sekali (severe stunted)

-3,0SD s/d <- Pendek (stunted)

2,0SD

-2,0SD Normal

BB/TB <-3,0SD Kurus sekali (severe)

-3,0SD s/d <- Kurus (wasted)

2,0SD

-2.0SD s/d 2,0SD Normal

>2,0SD Overweight

5.4 Cara Menghitung Status Gizi Dengan Cara Z-SCORE:

a. Bila NILAI RIEL Hasil Pengukuran NILAI MEDIAN BB/TB,

maka Rumusnya:

24
Z-score=

b. Bila NILAI RIEL Hasil Pengukuran < NILAI

PENGUKURAN BB/U, TB/U, atau BB/TB, maka Rumusnya:

Z-score=

B. Pengetahuan Perawat

1. Pengertian Pengetahuan

Secara konseptual pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia terutama

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa-raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, S. 1997).

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa

hal misalnya usia, pendidikan yang diperolehnya dan pengalaman

dari seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi

akan lebih mudah dalam mengetahui, mengerti dan memahami.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

25
terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang cukup dalam

domain kognitif pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

kesehatan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah

mengingat kembali (reccal) terhadap suatu obyek yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkatan pengetahuan

paling rendah.

Contoh: Perawat dikatakan tahu tentang tindakan pemberian nutrisi

enteral bila mampu menyebutkan, mengestimasi, memberikan

nutrisi sesuai dengan prosedur yang benar

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Seseorang

dikatakan telah paham terhadap obyek atau materi apabila dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya

c. Aplikasi (Application)

26
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Apabila

disini dapat diartikan penggunaan hokum, rumus, metode prinsip

dan sebagainya dalam kontek atau situasi lain. Misalnya: perawat

mampu melakukan prinsip tindakan pemberian nutrisi enteral .

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek dalam komponen-komponen, tetapi masalah di dalam suatu

struktur organisasi masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian itu berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, S.

1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah

sebagai berikut: pendidikan, meskipun tidak mutlak namun semakin

27
tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat pengetahuannya;

sosial ekonomi, seseorang yang mempunyai tingkat social ekonomi baik,

kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan yang baik pula.

Lingkungan, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan; budaya, berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang

(Notoatmodjo, 1997).

28
C. Kerangka Teori

Nutrisi Penilaian status nutrisi:

1. Cara mengukur/menghitung 1. Antropometri

kebutuhan nutrisi berat badan, panjang

2. Nutrisi enteral dan parenteral badan, ditentukan berat

3. Kebutuhan nutrisi pasien kritis badan menurut umur,

Karbohidrat, protein, lemak, panjang badan menurut

vitamin, mineral dan trase umur, dan berat badan

elemen menurut panjang badan.

2. Klinis: kulit, rambut,


Pengetahuan perawat
mukosa mulut
1. pendidikan
3. Biofisik: tes adaptasi
2. sosial ekonomi
gelap
3. lingkungan
4. Biokimia
4. budaya
a. Zat besi

b. Serum protein

c. Mineral

(Supariasa, 2001)

(Notoatmojo, 2002)

29
D. Kerangka Konsep

Independen Dependen

Perawat:
Antropometri :
1. umur
2. tingkat 1. Berat badan menurut umur
pendidikan
3. masa kerja 2. Panjang badan menurut
umur
4. tingkat
pengetahuan
3. Berat badan menurut
panjang badan
Pasien :
1. usia
2. nutrisi
enteral dan
parenteral
Variabel Perancu

1. Pasian dengan gangguan nutrisi sebelumnya

2. Pasien dengan komplikasai berat (Sepsis)

3. Penyakit lain yang menyertai

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam proposal penelitian ini adalah ada hubungan

antara pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara

antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit

Dr Kariadi Semarang.

30
31

Anda mungkin juga menyukai