DERMATITIS ATOPIK
Oleh:
Ida Bagus Putra Ambara
1070121013
Pembimbing:
dr. Romy W, M.sc, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis adalah suatu peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa polimorfik.
Pada anak dan bayi sangat rawan terjadi peradangan kulit, salah satunya yang sering terjadi pada
bayi adalah dermatitis atopic. Dermatiis atopic (DA) adalah peradangan kulit kornis residif
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.
Dermatitis Atopik infantil paling sering muncul pada tahun kehidupan, biasanya setelah usia 2
bulan. Lesi awal mulai di muka (dahi,pipi) berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena
gatal, pecah, eksudatif, dan akhirnya terbentuk krusta.
Banyak istilah lain dipakai sebagai sinonim DA yaitu eczema atopic, eczema konstitusional,
eczema fleksural, neurodermitis diseminata, prurigo besnier. Tetapi, yang paling sering
digunakan adalah dermatitis atopi. Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh coca (1923), yaitu
istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat
kepekaan dalam keluarganya. Misalnya asma bronkial, rhinitis alergi, dermatitis atopi, dan
konjungtivitis alergi.
Di Negara-negara maju seperti amerika serikat, eropa, jepang, Australia prevalensi dermatitis
atopic meningkat. Saat ini diperkirakan bahwa 10-20% anak-anak dan 1-3% orang dewasa di
Negara-negara maju yang terkena. Pada bayi dengan usia 6 bulan pertama ditemukan sekitar
45% kasus, 60% pada tahun pertama dan 85% sebelum usia 5 tahun. Anak-anak dengan
dermatitis atopic berisiko tinggi untuk mengalami Asma dan Rhinitis. Dermatitis Atopik
cenderung diturunkan. Lebih dari seperempat anak dari seorang ibu yang menderita atopi akan
mengalami dermatitis atopi pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang tua
menderita atopi, lebih separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun,
dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopi.
Mendiagnois dermatitis Atopi didasarkan kriteria yang disusun oleh hanifin dan rajka yang
diperbaiki oleh kelompok kerja dari inggris yang dikoordinasi oleh William adapun kriterianya
meliputi kriteria mayor dan minor. Untuk penatalaksanaan dengan farmakologi dan non
farmakologi
Dalam tinjauan pustaka ini, tujuan kami untuk mengklarifikasi dan meninjau penatalaksanaan
dermatitis atopic dari segi farmakologi dan non farmakologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis Atopik (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai rasa
gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang mudah kambuh dimulai pada tahun pertama
kehidupan, tetapi mempengaruhi pasien dari segala usia.
Dermatitis atopi sering juga disebut dengan eksim atopi. Anak dengan dermatitis atopi
dapat mempengaruhi kondisi secara keseluruhan dari fisik, emosional, gangguan tidur,
penurunan kinerja di sekolah dan socialnya.
2.2 Epidemiologi
Dermatitis alergi cenderung diturunkan. Bila seorang ibu menderita atopi maka lebih dari
seperempat anaknya akan menderita dermatitis pada 2 bulan pertama. Bila salah satu orang
tua menderita atopi maka lebih dari separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun
dan bila kedua orang tua menderita atopi, angka ini meningkat sampai 75%.
2.3.Etiopatogenesis
Pathogenesis dermatitis atopi tidak sepenuhnya diketahui namun penyakit ini dipengaruhi
oleh multifactorial, seperti faktor genetik, imunologi, lingkungan, sawar kulit dan
farmakologi. Konsep dasar terjadinya dermatitis atopi adalah melalui reaksi imunologi.
Anak dengan dermatitis atopi ditemukan gejala pruritus, tanpa pruritus diagnosis
dermatitis atopi tidak dapat ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki
reseptor di dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin ke saraf spinal
sensorik yang selanjutnya diteruskan ke thalamus kontralateral dan korteks untuk
diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah menyebabkan
rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan rasa nyeri.
Sebagian pathogenesis dermatitis atopi dapat dijelaskan secara imunologi dan non
imunologi.
a. Reaksi imunologi
Sebagian besar anak dengan dermatitis atopi mempunyai riwayat atopi dalam
keluarganya seperti asma bronkial, rhinitis alergi, atau dermatitis atopi. Sebagian
besar anak dengan dermatitis atopi terdapat peningkatan kadar IgE total dan
eosinophil di dalam darah. Anak dengan dermatitis atopi terutama yang moderat dan
berat akan berlanjut dengan asma dan rhinitis alergika di kemudian hari.
Keseimbangan sitokin yang berasal dari Th1 dan Th2 sangat berperan pada reaksi
inflamasi penderita dengan dermatitis atopi. Pada lesi yang akut ditandai dengan
kadar interleukin (IL-4, IL-5, dan IL-3) yang tinggi sedangkan pada yang kronis
ditandai dengan kadar interleukin (IL-4 dan IL-3) yang lebih rendah, tetapi kadar IL-
5, GM-CSF, IL-12 dan interferon lebih tinggi dibandingkan pada dermatitis atopi
akut.
Mediator mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berperan pada pruritus adalah
vasoaktif amin, seperti histamine, kinin, bradikinin, leukotriene, prostaglandin, dan
sebagainya, sehingga dapat dipahami bahwa penatalaksanaan dermatitis atopi,
walaupun antihistamin yang sering digunakan, namun hasilnya tidak terlalu bagus
dan sampai saat ini masih banyak pendapat tentang pemberian antihistamin pada
dermatitis atopi.
Trauma mekanik (garukan) akan melepaskan TNFa dan sitokin pro inflammatory
lainnya di epidermis, yang selanjutnya akan meningkatkan kronisitas dermatitis atopi
dan bertambah beratnya eksema.
Gejala utama dermatitis atopi adalah gatal (pruritus) dapat hilang timbul sepanjang hari,
tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Dermatitis atopi dapat dibagi menjadi tiga
fase, yaitu : dermatitis atopi infantil terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun, dermatitis
atopi pada anak usia 2 tahun sampai 10 tahun, dan dermatitis atopi pada remaja dan dewasa.
a. Secara klinis pada dermatitis atopi infantile berbentuk dermatitis akut eksudatif
dengan predileksi daerah kulit kepala, wajah, leher, pada permukaan ekstremitas
ekstensor dan badan.lesi yang paling menonjol adalah vesikel dan papula, serta krusta
dan terkadang infeksi sekunder
2.5 Diagnosis
Hanifin dan lobitz (1977) menyusun petunjuk yang sekarang diterima sebagai dasar untuk
menegakkan diagnosis Dermatitis Atopi mereka mengajukan berbagai macam kriteria yang
dibagi dalam kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria minimal untuk menegakkan
diagnose Dermatitis atopi meliputi pruritus dan kecenderungan dermatitis untuk menjadi
kronik atai kronik residif dengan gambaran morfologi dan distribusi yang khas. Dermatitis
atopi dikenal sebagai gatal yang meninmbulkan kelainan kuli, bukan kelainan kulit yang
menimbulkan gatal. Tetapi belum ada kesepakatan pendapat mengenai hal ini, karena pada
pengamatan, lesi di muka dan punggung bukan diakibatkan oleh garukan, selin itu
dermatitis juga terjadi pada bayi yang belum mempunyai mekanisme gatal dan garuk
Adapun kriteria mayor dan minor menurut hanifin dan lobitz sebagai berikut
Kriteria mayor :
- pruritus
- dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
- dermatitis di fleksura pada dewasa
- dermatitis kronis atau residif
- riwayat atopi pada penderita atau keluarga
Kriteria minor
- xerosis
- Infeksi kulit ( khususnya oleh streptococcus aureus dan virus herpes simpleks )
- Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
- Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis piliaris
- Pitiriasis alba
- Dermatitis di papilla mamae
- White dermographism dan delayed blanch response
- Keilitis
- Lipatan infra orbital dennie-morgan
- Konjungtivitis berulang
- Keratokonus
- Katarak subkapsular anterior
- Orbita menjadi gelap
- Muka pucat atau eritema
- Gatal bila berkeringat
- Intoleransi terhadap wol atau pelarut lemak
- Aksentuasi perifolikuler
- Hipersensitifitas terhadap makanan
- Perkalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
- Tes kulit alergi tipe dadakan positif
- Kadar IgE di dalam serum meningkat
- Awitan pada usia dini
Diagnosis dermatitis atopi harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor.
Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu:
Tiga kriteria mayor berupa :
- Riwayat atopi pada keluarga
- Dermatitis di muka atau ekstensor
- Pruritus
- Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
- Aksentuasi perifolikular
- Fisura belakang telinga
- Skuama di kulit kepala kronis
Selaim dari kriteria yang ditentukan oleh hanifin dan lobitz, terdapat juga kriteria
berdasarkan the NICE guidelines untuk mendiagnosis fitur khusus untuk anak-anak memiliki
keluhan kulit gatal ditambah 3 hal sebagai berikut :
- Dari pengelihatan ditemukan dermatitis pada lipatan ekstremitas fleksi (atau
dermatitis terlihat pada pipi dan atau daerah ekstensor di anak < 18 bulan)
- Memiliki riwayat kulit kering
- Memiliki riwayat kulit kering dalah 12 bulan terakhir
- Memiliki riwayat asma atau rhinitis alergi ( atau riwayat penyakit atopi pada
tingkat relatif pertama anak <4 tahun )
- Timbul tanda-tanda dan gejala di bawah usia 2 tahun
a. Scabies
b. impetigo
2.7 Penatalaksanaan
Dermatitis atopi umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi penyakit ini dapat dikontrol.
Sebagian besar penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia.
Pengobatan dermatitis atopi mencakup pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Tujuan
dari melakukan penatalaksanaan pada penyakit dermatitis atopi adalah untuk mencegah
kerusakan kulit dan terjadinya eksim yang kronis dengan cara mengurangi gejala minor
supaya tidak mengganggu keseharian dan tidak terjadi berlarut-larut. Pengobatan
farmakologis bisa melalui topikal maupun oral yang bertujuan untuk mengurangi kejadian
bangkitnya dermatitis atopi yang ditandai dengan gatal, kemerahan, papul, dan likenifikasi.
Pengobatan non farmakologis membantu untuk mengurangi terjadinya bangkitan ulangan
dari dermatitis atopi melalui edukasi, menghindari faktor risiko, terapi cahaya, imunoterapi
dan diet nutrisi.
1. Pengobatan Farmakologi
A. Pengobatan Topikal
a. Hidrasi Kulit
Kulit penderita Dermatitis Atopi kering dan fungsi sawarnya berkurang,
mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme pathogen,
bahan iritan dan allergen. Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab,
misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula ditambahkan hidrokortison 1%
di dalamnya. Setelah mandi kulit di lap, kemudian memakai emolien agar
kulit tetap lembab. Emolien dipakai beberapa kali sehari, karena lama
kerjanya maksimum 6 jam.
b. Kortikosteroid topikal
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal merupakan lini pertama terapi untuk
dermatitis atopik. Obat ini bertindak pada berbagai sel imun, termasuk
Limfosit T, monosit, makrofag, sel dendritik. Kortikosteroid bekerja menekan
pengeluaran sitokin inflamasi dan sangat efektif mengendalikan bangkitan
dermatitis atopi sebagai antiinflamasi, antiproliferatif, imunosupresif, dan
vasokontriksi.
Pada bayi digunakan salep steroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison
1%-2,5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi menengah,
misalnya triamsinolon, kecuali pada muka digunakan steroid berpotensi lebih
rendah.
Kortikosteroid digunakan dalam jangka panjang memiliki efek samping lokal
yaitu striae, petekie, telangiectasia, penipisan kulit, atrofi dan jerawat. Namun
ini jarang terjadi pada jenis kortikosteroid yang potensi rendah dan sedang.
Efek samping lainnya yang bersifat sistemik dengan kortikosteroid topikal
jarang terjadi, tetapi menurut penelitian dapat menghambat pertumbuhan
anak, kepadatan tulang berkurang, dan penekanan hipotalamus-
pituitaryadrenal.
Menurut hasil studi menunjukkan bahwa kortikosteroid topikal bermanfaat
untuk profilaksis dermatitis atopi, dan setelah dermatitis atopi stabil,
penambahan pemberian fluticasone (0,05% krim atau 0,005% salep) dua kali
seminggu dan ditambahkan dengan emolien memberikan hasil yang signifikan
dapat mengurangi risiko kekambuhan dermatitis atopi. Selain itu studi terbaru
menemukan bahwa methylprednisolone dua kali seminggu (0,1% krim)
ditambah emolien dapat mengurangi risiko kekambuhan dan meningkatkan
status pasien secara keseluruhan.
2.8 Prognosis
Sulit diramalkan prognosis dermatitis atopi pada seseorang, tetapi umumnya prognosis
pada sebagian besar anak-anak tumbuh sampai remaja dengan gejala yang ringan
prognosis baik. Namun pasien dengan gejala klinis yang berat, luas penyakit dan kondisi
atopi seperti asma dan rhinitis alergi, cenderung mengalami hasil yang buruk.
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis Atopik (DA) adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai rasa gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Penyakit ini
merupakan penyakit kronis yang mudah kambuh dimulai pada tahun pertama kehidupan, tetapi
mempengaruhi pasien dari segala usia. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak.
Dermatitis alergi cenderung diturunkan. Bila seorang ibu menderita atopi maka lebih dari
seperempat anaknya akan menderita dermatitis pada 2 bulan pertama. Bila salah satu orang tua
menderita atopi maka lebih dari separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila
kedua orang tua menderita atopi, angka ini meningkat sampai 75%. Gejala klinis yang sering
ditemukan adalah gatal, dapat hilang timbul sepanjang hari, selain itu adanya eritema, papulo
vesikel yang halus. Untuk mendiagnosis dengan menggunakan kriteria mayor dan minor.
Penatalaksanaan pasien dengan dermatitis atopi mencakup pengobatan farmakologi dan non
farmakologi. Prognosis Sulit diramalkan prognosis dermatitis atopi pada seseorang, tetapi
umumnya prognosis pada sebagian besar anak-anak tumbuh sampai remaja dengan gejala yang
ringan prognosis baik. Namun pasien dengan gejala klinis yang berat, luas penyakit dan kondisi
atopi seperti asma dan rhinitis alergi, cenderung mengalami hasil yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Leung, TNH, Chow CM, Luk DCK, et al. Clinical Guidelines on management of atopic
dermatitis in children, HK J Paediatr (new series) 2013;18:96-104
2. C Andrew, Krakowski, MD et.al. Topical Therapy in Pediatric Atopic Dermatitis.
Elsevier.2008 27:161-167
3. Watson, W and Kapur S. Atopic Dermatitis.allergy, Asthma & clinical immunology
2011,7(suppl 1): 54
4. Peter A. Lio. Non-Pharmacology Therapies for Atopic Dermatitis. Clinical dermatology
& Pediatrics, northwestern University Feinberg School of medicine. 2013