Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; mengembang di
udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol
mendidih; mudah larut dalam gliserin.
Dosis : untuk dilatasi (pelebaran) pupil pada pengobatan radang akut: 1-2 tetes 0,5%-1%
(3x1).
Cara penggunaan : secara parenteral
Volume isotonik : 1gr Atropin sulfat dalam 14,3 ml
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup
Stabilitas Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam pada pH 6,8.
30
=218 mg
NaCl 76 mg 76 x 10
30
=15 mg
Dinatrii Edetas 5 mg 5x 10
30
=3 mg
Benzalkonium Chloridum 1 mg 1x 10
Perhitungan tonisitas
0,52( tb .C )
W=
0,576
O , 52( 0,08851)
W=
0,576
W = 0,7630 % (hipotonis) jika positif artinya hipotonis
Untuk membuat supaya larutan tersebut isotonis, maka ditambahkan NaCl sebanyak
b
0,7630 % ( v
F. Prosedur
No Pengolahan
1 Larutkan atropin sulfat dalam sebagian a.p.i
2 Larutkan NaCl dalam sebagian a.p.i
3 Kedua campuran tersebut dicampurkan
4 Larutan ditambahkan benzalkonium chloridum
5 Tambahkan larutan dinatrii edetas
6 Larutan ditambahkan a.p.i add mendekati volume akhir cek pH
7 Larutan ditambahkan a.p.i add beberapa ml
8 Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang
Tampung larutan atropin dengan menggunakan bakteri filter dan masukan kedalam 2 botol tetes
9
mata sebanyak 7,5 ml secara aseptik (sterilisasi akhir)
G. Hasil pengamatan
No Jenis Evaluasi Penilaian
1 Penampilan fisik wadah Seragam
2 Jumlah sediaan 2 botol
3 Kejernihan sediaan Larutan bening
4 Keseragaman volume Seragam
5 Brosur Dilampirkan
6 Kemasan Dilampirkan
7 Etiket Dilampirkan
H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah pembuatan sediaan steril tetes mata dengan
bahan aktif Atropin Sulfat. Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi
yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
dari bola mata. Tetes mata Atropin Sulfat yang dibuat dengan konsentrasi sebesar 1% ini
ditujukan untuk menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa mata, sehingga
menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi).
Midriasis mengakibatkan fotopobia, sedangkan siklopegia menyebabkan hilangnya daya
melihat jarak dekat. Atropin Sulfat memiliki bentuk fisik berupa hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur putih dengan kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin. Proses pembuatannya dimulai
dengan persiapan alat dan bahan, lalu dilakukan penimbangan semua bahan.
Bahan aktif Atropin Sulfat dilarutkan dengan API secukupnya kemudian dimasukkan ke
dalam beakerglass. Kemudian dilanjutkan dengan melarutkan NaCl (pengisotonis) dalam
sebagian API, kemudian larutan berisi NaCl dicampurkan dengan larutan berisi Atropin Sulfat.
Selanjutnya Na EDTA (pendapar) dilarutkan dalam sebagian API, dan benzalkonium klorida
(pengawet) juga dilarutkan dalam sebagian API dan dimasukkan kedalam beakerglass lalu
dihomogenkan dengan larutan berisi Atropin Sulfat dan NaCl.
Kemudian dilakukan pemeriksaan pH, pada praktikum yang dilakukan diperoleh pH 6. Nilai
pH ini menunjukkkan bahwa pH berada dalam rentang pH stabilitas bahan aktif (Atropin Sulfat)
yaitu 3,5 sampai 6 sehingga dengan keadaan demikian tidak perlu dilakukan adjust pH. Langkah
berikutnya adalah larutan diadkan sampai 25 ml menggunakan API. Kemudian disaring dengan
saringan khusus (mikrofilter) yang sudah disiapkan dan dibasahi dengan API, filtrate pertama
dibuang. Lalu larutan sebanyak 7 ml dimasukkan kedalam botol plastik yang sudah dikalibrasi,
setelah pengukuran selesai botol ditutup.
Proses sterilisasi dilakukan dengan cara aseptik dan menyaring larutan dengan mikrofilter
untuk menghilangkan bakteri. Selain itu proses penyaringan dengan mikrofilter bertujuan untuk
menghilangkan benda-benda halus yang mungkin mencemari larutan pada proses pembuatan
larutan. Lalu terakhir dilakukan evaluasi sediaan akhir. Langkah awal dievaluasi kelarutannya.
Yaitu larutan dilihat secara langsung, yaitu dapat dinyatakan larut karena pada larutan yang
terbentuk tidak terdapat partikel-partikel pada larutan dan larutan yang terbentuk adalah jernih.
Uji lain yang dilakukan adalah uji perubahan volume. Sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi
akhir.
Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah
tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang sekali, yang paling
penting dari itu dalah sterilitas yang telah menerima sifat/perhatian dan farmasis dan ahli mata.
Ini diinginkan bahwa larutan mata stabil, isotonis, dan sifat pH, dan tidak ada pernah telah
kehilangan mata karena larutan sebagian terurai atau mengiritasi. Penggunaan larutan tidak steril
ke dalam mata yang terluka, di lain hal sering menyebabkan kecelakaan.
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan
pertimbangan yang diberikan terhadap tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi.
Sterilisasi diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan masuknya cairan mata yang terkontaminasi dalam mata
yang trauma oleh kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
I. Kesimpulan
Tetes mata Atropin Sulfat yang dibuat dengan konsentrasi sebesar 3% ini masing-masing
dibuat dengan volume 7,5 mL. Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi
yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
dari bola mata
J. Daftar Pustaka
Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anief, Muhamad.1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM Press
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UI press
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI