Anda di halaman 1dari 33

DIAGNOSIS KOMUNITAS PADA TUKANG BECAK

Oleh:

Lina Wahyuni Hrp, S.Ked

Try Febriani Siregar, S.Ked

Birgitta Fajarai, S.Ked

Garina Rioska Savella, S.Ked

Alifvia Nabdakh, S.Ked

Janeva Septiana Sihombing, S.Ked

Pembimbing:

dr. Mariatul Fadillah, MARS

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran


Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul Diagnosis
Komunitas pada tukang Becak untuk memenuhi tugas laporan kasus yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas FK Universitas
Sriwijaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dr. Mariatul Fadillah selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan telaah
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberi
manfaat dan pelajaran bagi kita semua.

Palembang, November 2016

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Judul

DIAGNOSIS KOMUNITAS PADA TUKANG BECAK

Oleh:

Lina Wahyuni Hrp, S.Ked


Try Febriani Siregar, S.Ked
Birgitta Fajarai, S.Ked
Garina Rioska Savella, S.Ked
Alifvia Nabdakh, S.Ked
Janeva Septiana Sihombing, S.Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti


ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya periode17 Oktober 26 Desember 2016.

Palembang, November 2016

Dr. Mariatul Fadillah, MARS


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................2
2.1 Cerebral Palsy.............................................................................................
2.1.1 Definisi...........................................................................................
2.1.2 Epidemiology ................................................................................
2.1.3 Etiology..........................................................................................
2.1.4 Patofisiologi...................................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis dan Klasifikasi ................................................
2.1.6 Diagnosis......................................................................................12
2.1.7 Diagnosis Banding.......................................................................17
2.1.8 Penatalaksanaan...........................................................................17
2.1.9 Edukasi.........................................................................................20
BAB III ANALISIS SITUASI................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa


Setiap warga negara berhak atas pekerjaan atau penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian
bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan
memungkinkan sesorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi
yang sehat, sedangkan penghidupan yang layak merupakaan harapan setiap tenaga
kerja untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan
martabat sebagai manusia. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi aspek
yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Tenaga harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada
dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan
pekerjaannya.1,2
Becak merupakan salah satu dari angkutan umum tak bermotor. Dan
keberadaan angkutan becak ini sebagai sarana angkutan penumpang juga barang
tergolong dalam kategori tradisional, karena sumber tenaga dari angkutan ini
mengandalkan tenaga manusia berupa kayuhan kaki seperti layaknya
mengoperasikan sepeda.3
Kondisi fisik yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap pekerja, dengan begitu
pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Salah satu pekerjaan yang
membutuhkan kondisi yang baik adalah tukang becak. Becak merupakan alat
transportasi tradisional yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggerak.
Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya cedera pada
anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka, selain itu aktivitas ini
memerlukan energi yang cukup besar. Desain becak yang kurang baik membuat
kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga akan memberikan beban
kerja statis pada anggota tubuh.3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Becak
Munculnya kendaraan yang ditarik dengan tenaga manusia itu, untuk
pertama kalinya ditemukan tahun 1869, seorang pria Amerika yang menjabat
pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang, berjalan-jalan menikmati
pemandangan kota Yokohama. Ia berpikir bagaimana cara istrinya yang kakinya
cacat bisa ikut berjalan-jalan? Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu,
tidak ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai
menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas.3

Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia


itu, menamakannya "Jinrikisha". Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap
minggu. Pada tahun 1800-an, jinrikisha akhirnya sampai ke telinga masyarakat di
Cina. Dalam waktu singkat, jinrikisha dikenal sebagai kendaraan pribadi kaum
bangsawan dan kendaraan umum. Kendaraan ini diberi nama rickshaw dan
pengendaranya disebut hiki. Namun, lama kelamaan para pemerhati kemanusiaan
di Cina iba melihat para hiki yang kerja bagaikan kuda itu. Jadi mulai 1870,
rickshaw dilarang beroperasi di seluruh jalan-jalan di negeri Cina.3

Sementara jinrikisha di Jepang, sebelumnya sudah lama dilarang. Berawal


dari jinrikisha dan rickshaw, tiba-tiba sekitar tahun 1941 untuk pertama kalinya di
kota-kota besar di Indonesia muncul becak. Berbeda dengan jinrikisha dan
rickshaw yang beroda dua dengan ban mati, becak di Indonesia sudah lebih
modern. Rodanya tiga dan menggunakan ban angin, mengemudikannya dikayuh
dengan kedua kaki.3

Becak secara etimologi berasal dari bahasa Hokkien: be chia kereta


kuda yang artinya suatu transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di
Indonesia dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang
penumpang dan seorang pengemudi.3

Di Indonesia ada dua jenis becak yang lazim digunakan:


Becak dengan pengemudi di belakang. Jenis ini biasanya ada di Jawa.
Becak dengan pengemudi di samping. Jenis ini biasanya ditemukan di
Sumatra.

Jenis ini dapat dibagi lagi ke dalam dua sub-jenis, yaitu:

1. Becak kayuh Becak yang menggunakan sepeda sebagai penggerak.

2. Becak bermotor/Becak mesin Becak yang menggunakan sepeda motor


sebagai penggerak.

Satu-satunya kota di Indonesia yang secara resmi melarang keberadaan


becak adalah Jakarta. Becak dilarang di Jakarta sekitar akhir 1980-an. Alasan
resminya antara lain kala itu ialah bahwa becak adalah eksploitasi manusia atas
manusia. Penggantinya adalah, ojek, bajaj dan taksi.3 Selain di Indonesia, becak
juga masih dapat ditemukan di negara lainnya seperti Malaysia, Singapura,
Vietnam dan Kuba. Di Singapura, becak kini hanyalah sebuah alat transportasi
wisata saja.3

Untuk meningkatkan kemampuan becak dan mendorong penggunaan


kendaraan tidak bermotor dibeberapa negara maju dikembangkan becak yang
menggunaan gigi percepatan/transmisi seperti yang digunakan dalam sepeda
modern sehingga bisa melewati tanjakan dengan lebih mudah, desain dibuat
aerodinamis serta pengemudinya berada didepan ruang penumpang.3,5

2.2 Kesehatan Kerja

Menurut Sumamur (1976) kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu


kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja
serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin
banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sector industry saja melainkan
juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan
pekerjaanya (total health of all at work). 1,2
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja
lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada peningkatan kualitas hidup tenaga
kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :1
Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja
Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan
akibat lingkungan kerja atau pekerjaanya.
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan
pendidikan atau ketrampilannya
Meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja.

2.3 Penyakit Akibat Kerja pada Tukang Becak

Kondisi fisik yang baik sangat penting untuk setiap pekerja, dengan begitu
pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Salah satu pekerjaan yang
membutuhkan kondisi yang baik adalah tukang becak. Becak adalah alat
transportasi tradisional yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggerak.
Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya cedera pada
anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka, selain itu aktivitas ini
memerlukan energi yang cukup besar. Desain becak yang kurang baik membuat
kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga akan memberikan beban
kerja statis pada anggota tubuh.4.6
Menurut Kusumo (2008), desain becak yang digunakan menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, sehingga pengayuh becak pada
umumnya mengeluhkan sakit pada leher bagian atas, leher bagian bawah,
punggung, lengan atas kanan, pinggang, bokong, pantat, lengan bawah kiri,
lengan bawah kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kanan,
betis kiri, betis kanan, kaki kiri dan kaki kanan.5,7

2.3.1 Kelelahan Kerja


Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda untuk setiap individu, tetapi
semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis,
yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan
tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan
umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, mental, status kesehatan dan keadaan gizi.3,6
Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan, bahwa faktor
penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi. Hal ini dapat diantisipasi
dengan melakukan proses penyegaran di luar tekanan untuk memelihara
atau mempertahankan kesehatan. Penyegaran terjadi terutama selama
waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu berhenti kerja juga
dapat memberikan penyegaran. Kelelahan yang disebabkan oleh kerja
statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan
pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja
selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga, 20% kerja fisik dapat
berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-
20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri, jika pembebanan
berlangsung setiap hari.3,5
Menurut Sutalaksana (2006), faktor yang menyebabkan kelelahan
ada dua hal, yaitu kelelahan fisiologis (fisik atau kimia) adalah kelelahan
yang timbul karena adanya perubahan fisiologis (fisik atau kimia) dalam
tubuh, dan kelelahan psikologis (kejiwaan) adalah kelelahan palsu yang
timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan
tingkah lakunya atau pendapatnya yang tidak konsekwen lagi serta
jiwanya yang labil. Dari segi fisiologis (fisik atau kimia), tubuh manusia
dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar, dan
memberikan output berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan
aktivitas. Pada prinsipnya, ada lima macam mekanisme yang dilakukan
tubuh, yaitu sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem otot, sistem
syaraf dan sistem pernafasan. Kerja fisik yang terus menerus berpengaruh
terhadap mekanisme di atas, baik secara terpisah maupun sekaligus.
Kelelahan psikologis (kejiwaan) menyangkut perubahan yang
bersangkutan dengan moril seseorang. Kelelahan ini bisa disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya kurang minat pada pekerjaan, pekerjaan yang
monoton, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat dan
merasa tidak cocok. Sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran
dan konflik. Pengaruh ini berkumpul dalam benak dan menimbulkan rasa
lelah (Sutalaksana, 2006).4,7
Waters dan Bhattacharya (1996) dalam Tarwaka (2004) berpendapat
agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat
menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada
waktu ketahanan otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada
jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase
tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat
kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi
yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh
sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.4,7
Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap
kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis.
Hal ini dapat diakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi
sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah
dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh (Tarwaka,
2004).5,7
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, yaitu dengan
menyediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh, bekerja
dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan
dengan memakai prinsip ekonomi gerakan., memperhatikan kemampuan
tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan
memperhatikan batasannya, memperhatikan waktu kerja yang teratur
dengan melakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan
sarananya, masa libur dan rekreasi dan lainnya, serta berusaha mengurangi
monotoni dan ketegangan akibat kerja.5,7

2.3.2 Keluhan Otot Rangka


Keluhan otot rangka adalah keluhan pada bagian otot rangka yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu keluhan sementara, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima. beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan, dan keluhan menetap, yaitu
keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan telah
dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut. Bagian otot yang
sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu,
lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Diantara keluhan otot rangka tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja
adalah otot bagian pinggang. Keluhan otot rangka pada umumnya terjadi
karena konstraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang
terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.3,6
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot
rangka, yaitu peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap
kerja tidak alamiah, penyebab sekunder, dan faktor penyebab kombinasi.
Peregangan otot yang berlebihan, terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot, seperti aktivitas mengangkat,
mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Apabila sering
dilakukan maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya cedera otot rangka. Aktivitas berulang yaitu
pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan
mencangkul, menyapu, membelah kayu besar, angkat-angkut, dan
sebagainya. Keluhan terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban
kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Sikap kerja tidak alamiah, pada umumnya terjadi karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan pekerja. Sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, seperti pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat ataupun terlalu
menunduk, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot
rangka. Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah lebih banyak disebabkan
oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan
ukuran tubuh pekerja. Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama,
maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot. Penyebab sekunder berupa tekanan,
getaran dan mikroklimat. Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot
yang lunak, seperti saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot
tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat,
yang bila sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar dan nyeri otot.
Paparan suhu dingin yang berlebihan juga dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja yang disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Faktor penyebab kombinasi, faktor individu seperti umur, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran
tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot rangka.3,6

2.3.3 Kelainan Tulang Karena Kebiasaan Sikap Duduk Yang Salah


Banyak manusia karena ketidaknyamanan dalam duduk menderita
penyakit pada tulang belakang terutama pada area punggung bagian bawah
dan area leher, hal ini menjadi perhatian para ahli psiologi dan orthopedi.
Cedera tulang belakang disebabkan karena tekanan pada tulang belakang
yang sangat besar. Tekanan seperti ini menyebabkan adanya cedera, baik itu
sementara atau tetap. Kerusakan yang terjadi lama kelamaan akan semakin
menyebar, khususnya pada saraf tulang belakang.3,5
Kebiasaan sikap duduk yang salah dapat menimbulkan gangguan pada
bentuk lengkung tulang belakang. Kelainan pada lengkung tulang belakang
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu lengkung tulang pinggang yang
berlebihan, lengkung tulang punggung yang berlebihan atau terlalu bengkok
ke belakang sehingga bongkok. Bongkok diakibatkan karena kurang luasnya
dada, sering bersamaan dengan penyakit dada, kepala yang terlalu
menunduk ke depan dan dada yang ceper, dan tulang punggung yang
bengkok ke samping kiri atau kanan.3,5

2.4 Perilaku Kesehatan

2.4.1 Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk


hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai
bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
juga dapat dirumuskan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku
dipengaruhi baik oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan
merupakan konsep dasar atau model untuk perkembangan perilaku makhluk
hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan
untuk perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme pertemuan antara kedua
faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar. 8
2.4.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga hal penting menurut


Becker (1979). Klasifikasi perilaku kesehatan tersebut, yaitu: 8
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (sick behavior), yaitu segala tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk juga
kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi
penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit
tersebut.
3. Perilaku peran sakit (the sick behavior), yakni segala
tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh
terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap
orang lain.
Menurut Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan
pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom.
Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni
pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan
(health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). 8

Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku


kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker
mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi, yaitu:8

1. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh


seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-
faktor yang terkait atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk
menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan,
seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap
untuk menghindari kecelakaan.
3. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Menurut Ladonde dan H. Bloom, perilaku merupakan salah satu


aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat. Faktor-faktor
yang menentukan derajat kesehatan menurut Bloom, yaitu: 1
1. Perilaku (50%)
2. Lingkungan (20%)
3. Genetik (20%)
4. Pelayanan Kesehatan (10%)
Gambar 2.1 Faktor-faktor Derajat Kesehatan Menurut Bloom

2.4.3 Domain Pelaku

Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya


tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian
dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom
dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu: 8
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam tingkatan
yaitu: 8
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan,
dan mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus,
metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b. Sikap (attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasif atau reaksi perasaan, sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek
tersebut. Sikap sebagai efek positif atau efek negative terhadap objek
psikologis. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan
untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,
benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci,
dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku
tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi
bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung
dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup.
Allport (1954) dalam Soekijo (1993) dalam Notoadmojo (2012),
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: 8
a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu: 8


1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah
tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima
ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke
posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si
ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah:


1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti
lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu
pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-
pengetahuan yang dimiliki orang.

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni: 8


1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang
bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga
mudah pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak
kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan
terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada
pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut
usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara
spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi
terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud
pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap
perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu
yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu
yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang,
peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-
keinginan pada orang itu dan sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-
pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara
aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak
semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-
mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan
kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah
terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan
melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang
bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan
pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus
mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan
mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin
tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah
sikap-sikap tersebut.

c. Tindakan atau praktik (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt
Behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan beberapa faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan. 8

Tingkatan tindakan ada 4, yaitu :


1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
dengan tindakan yang diambil.
2. Respon terpimpin (guided respon), yaitu apabila seseorang dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesudah itu merupakan
kebiasaan.
4. Adaptasi (adaption), suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang
dengan baik dan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.

2.4.4 Faktor Penyebab Masalah Kesehatan

Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah


faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: 8
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang
terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi
demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan
keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung
yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah
berbagai macam sarana dan prasarana, misal dana, transportasi, fasilitas,
kebijakan pemerintah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap
dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.4.5 Teori Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik


internal maupun eksternal. Faktor determinan perilaku manusia cukup luas,
namun beberapa ahli mencoba merumuskan teori terbentuknya perilaku
manusia. Teori perilaku kesehatan cukup banyak, namun yang akan kita bahas
pada bab ini hanya mengenai teori Health Belief Model Rosenstock. 8,9

Teori Health Believe Model (Rosenstock, 1974)


Teori ini berkembang pada tahun 1950 oleh psikologis sosial di
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat untuk menjelaskan
kegagalan menyeluruh dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam program
pencegahan dan pendeteksian penyakit. Kemudian, teori ini berkembang
dalam fungisnya mempelajari respon masyarakat terhadap gejala-gejala dan
perilaku-perilaku mereka dalam merespon diagnosis penyakit.
Teori ini dekat dengan pendidikan kesehatan dengan konsep perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan
dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.

Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :


- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
- Menganggap serius masalah
- Yakin terhadap efektivitas pengobatan
- Tidak mahal
- Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

Kelemahan dari teori ini yaitu bersaing dengan kepercayaan dan


sikap-sikap lain, dan pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan
perilaku.
Teori HBM ini terdiri atas beberapa konsep primer yang memprediksi
alasan masyarakat bertindak dalam pencegahan, skrining, atau kontrol kondisi
penyakit, yaitu kerentanan, keseriusan, manfaat dan tantangan perilaku,
isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri.
- Perceived Susceptibility: Kerentanan yang dirasakan yang berarti
kemungkinan seseorang dapat terkena suatu penyakit.
- Perceived Seriousness: Keseriusan yang dirasakan yaitu orang
mengevaluasi keseriusan penyakit tersebut bila mereka membiarkan
masalah kesehatannya atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
- Perceived Benefits: Keyakinan akan keuntungan yang berarti
keyakinan seseorang akan keuntungan yang akan diperoleh apabila
dia melakukan apa yang di sarankan oleh petugas kesehatan.
- Perceived Barriers: Keyakinan tentang halangan yaitu opini seseorang
dari sisi ekonomi dan sisi psikologi yang memberikan kesan negatiF
terhadap apa yang akan dilakukan.
- Cues to action: Isyarat untuk bertindak, berasal dari informasi dari
luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan misalnya naiehat
orang lain, media massa, kampanye, pengalaman dari orang lain yang
pernah mengalami hal yang sama dan sebagainya.

Gambar 2.2 Komponen Teori HBM


BAB III
ANALISIS SITUASI

Identifikasi :
Nama : Tn. SHO
Umur : 35 tahun
Alamat : 7 Ulu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Bekerja sebagai tukang becak sejak 2004
Penghasilan : Rp. 30.000 80.000,- per hari
Jam Kerja : dari Pukul 06.00 19.00 WIB setiap hari
Keluhan kesehatan selama bekerja sebagai tukang becak?
- Pegal seluruh badan terutama pada betis, kaki, pinggang dan lengan.
- Pegal bertambah berat bila mengayuh becak saat hujan
- Sering sakit magh.
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut?
- Mengoleskan balsem
- Diurut
- Istirahat
Menurut bapak mengapa masalah tersebut bisa terjadi?
Karena harus mengayuh becak seharian.
Lain-lain
- Merokok sejak usia 15 tahun, sehari menghabiskan setengah bungkus
rokok.
- Makan satu kali sehari dan sering minum kopi sampai 5 gelas sehari.

Nama : Tn. IA
Umur : 32 tahun
Alamat : 37 Ulu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bekerja sebagai tukang becak sejak 2006
Penghasilan : Rp. 40.000 90.000,- per hari
Jam Kerja : dari Pukul 06.00 19.00 WIB setiap hari
Keluhan kesehatan selama bekerja sebagai tukang becak?
- Nyeri pinggang.
- Pegal-pegal pada punggung.
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut?
- Menempelkan koyo
- Dipijat
- Istirahat
Menurut bapak mengapa masalah tersebut bisa terjadi?
Keluhan timbul setiap selesai bekerja seharian.
Lain-lain
- Responden memiliki kebiasaan merokok sejak usia 13 tahun, setiap
harinya menghabiskan 2 bungkus rokok.
- Minum kopi sekitar 10 gelas sehari, dan makan 1 kali sehari.

Nama : Tn. CH
Umur : 27 tahun
Alamat : 37 Ulu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Bekerja sebagai tukang becak sejak 2006
Penghasilan : Rp. 30.000 70.000,- per hari
Jam Kerja : dari Pukul 06.00 19.00 WIB setiap hari
Keluhan kesehatan selama bekerja sebagai tukang becak?
- Nyeri pada sendi kaki kanan dan kiri.
- Pegal bertambah berat bila menarik becak saat hujan
- Sering sakit magh.
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut?
- Mengoleskan balsam
- Diurut
- Minum jamu
Menurut bapak mengapa masalah tersebut bisa terjadi?
Karena harus mengayuh becak seharian.
Lain-lain
- Responden memiliki kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun, setiap
harinya menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok.

Nama : Herman
Umur : 55 tahun
Alamat : 8 ilir (Sekip)
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Tukang becak sejak umur 15 tahun (selama 40 tahun)
Penghasilan : Rp. 40.000-55.000 per hari
Jam Kerja : pukul 07.00-18.00 WIB
Pertanyaan
Keluhan kesehatan selama bekerja sebagai tukang becak ?
- Nyeri dan Kram kaki kanan sejak 3 tahun yang lalu
- Badan pegal-pegal terutama setelah menarik becak
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut ?
- Istirahat
- Urut
Menurut bapak mengapa masalah tersebut bisa terjadi ?
Menurut saya karena saya kelelahan menarik becak, soalnya setiap selesai
ngebecak pasti sering nyeri, kram dan pegal.
Lain-lain
- Responden memiliki kebiasaan merokok sejak usia 13 tahun, setiap
harinya menghabiskan 1 bungkus rokok.

Nama : Darmin
Umur : 45 tahun
Alamat : Sekip ujung
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Tukang becak sejak umur 16 tahun (selama 29 tahun)
Penghasilan : Rp. 30.000-50.000 per hari
Jam Kerja : pukul 07.00-16.00 WIB
Pertanyaan
Keluhan kesehatan selama bekerja sebagai tukang becak ?
- Nyeri dileher dan panggul
- Kram di betis
Apa yang dilakukan untuk mengurangi keluhan tersebut ?
- Istirahat
- Dioles balsem sekalian diurut
- Minum jamu
Menurut bapak mengapa masalah tersebut bisa terjadi ?
Menurut saya karena saya kelelahan menarik becak
Lain-lain
- Responden memiliki kebiasaan merokok sejak usia 16 tahun, setiap
harinya menghabiskan satu setengah bungkus rokok.

Area Masalah:
Dari berbagai permasalahan, beberapa kemungkinan yang menjadi permasalahan
kesehatan yang terdapat pada tukang becak di sekitar Madang.
1. Keluhan muskuloskeletal yang banyak dialami komunitas tukang becak
2. Bentuk becak yang tidak ergonomis
3. Kebiasaan merokok oleh hampir seluruh anggota komunitas tukang becak.
4. Pendidikan rata-rata responden komunitas tukang becak yang tamat SD
atau SMP
5. Masalah ekonomi berupa pendapatan yang tidak menentu dengan rata-rata
pendapatan bersih kisaran Rp. 20.000 Rp. 90.000 per hari
6. Masalah gizi, rata-rata responden tukang becak, makan 1 kali sehari dan
banyak minum kopi

Prioritas Masalah:
Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok digunakan metode USG.
Metode ini merupakan salah cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
teknik skoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen, yaitu
Urgency, Seriousness, dan Growth.

U (urgency) S (seriousness) G (growth) UxSxG


Muskuloskletal 3 4 3 36
Ekonomi rendah 3 3 3 27
Pendidikan rendah 1 1 1 1
Kebiasaan merokok 3 3 3 27
dan makan teratur

Dari beberapa masalah yang ada pada komunitas tukang becak tersebut,
disepakati untuk mengangkat permasalahan penyakit muskuloskeletal pada tukang
becak di area madang.
Kerangka akar faktor risiko masalah muskuloskeletal pada tukang becak di
area madang berdasarkan konsep teori Bloom
Kriteria Yang ditemukan pada Intervensi
komunitas tukang becak
Genetik (-) (-)
Perilaku - Pekerjaan tukang - Beristirahat cukup di
becak sela-sela pekerjaan
- Kebiasaan yang jarang - Melakukan pemanasan
berolahraga dan tidak sebelum mengayuh
peregangan sebelum sepeda
bekerja
- Bekerja dengan posisi
statis dalam durasi
yang lama
Lingkungan - Pendidikan rata-rata - Memberi pengetahuan
tamat SD SMP tentang kesehatan kerja
- Ekonomi yang rendah dan PHBS melalui
penyuluhan
Yankes - Kurang informasi - Penyuluhan mengenai
mengenai pelayanan pelayanan kesehatan
kesehatan
- Motivasi untuk berobat
ke pelayanan kesehatan
rendah

Kerangka akar faktor risiko masalah muskuloskeletal pada tukang becak di


area madang berdasarkan konsep teori Health belief model
1. Perceived Susceptibility
Komunitas tukang becak menyadari bahwa pekerjaannya rentan terhadap
penyakit / keluhan muskuloskeletal.
2. Perceived Seriousness
Komunitas tukang becak menganggap keluhan muskuloskeletal tersebut
dapat bertambah berat dan mengakibatkan penurunan produktivitas kerja.
Serta dapat menurunkan kualitas hidup.
3. Perceived Benefits
Komunitas tukang becak mengetahui bahwa melakukan pemanasan dan
stretching dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal.
4. Perceived Barriers
Komunitas tukang becak belum mengetahui cara stretching yang baik,
dibutuhkan pelatihan khusus untuk dapat melakukan stretc
5. Cue to action
Komunitas tukang becak melakukan pemanasan dan stretching di sela-sela
bekerja.

Intervensi yang Terpilih


Dari masalah penyakit muskuloskeletal akibat kerja didapatkan akar penyebab
masalah berupa kondisi yang kerja yang tidak ergonomis serta kurangnya
pengetahuan mengenai pentingnya melakukan pemanasan dan stretching pada
komunitas tukang becak. Sehingga kami memilih intervensi berupa:
1. Penyuluhan mengenai ergonomi kerja dan gaya hidup sehat
2. Menyebarkan stiker dan leaflet yang menarik mengenai cara stretching
dan pemanasan
3. Mengadakan pelatihan mengenai keterampilan dibidang tertentu, agar
dapat dijadikan alternatif mata pencaharian tambahan bagi tukang becak.
4. Lomba desain becak ergonomis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Area masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan komunitas
tukang becak di area madang maka dilakukanlah diskusi kelompok dan
merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Banyaknya keluhan
muskuloskeletal pada komunitas tukang becak di area madang

Akar Penyebab Masalah


1. Bentuk becak yang tidak ergonomis
2. Keluhan muskuloskeletal yang banyak dialami komunitas tukang becak
3. Pendidikan rata-rata responden komunitas tukang becak yang tamat SD
atau SMP
4. Masalah ekonomi berupa pendapatan yang rendah dan tidak menentu
5. Masalah gizi, rata-rata responden tukang becak, makan 1 kali sehari dan
banyak minum kopi
6. Kebiasaan merokok oleh hampir seluruh anggota komunitas tukang becak.

Intervensi yang dilakukan


Intervensi yang dipilih berupa:
1. Penyuluhan mengenai ergonomi kerja dan gaya hidup sehat
2. Menyebarkan stiker dan leaflet yang menarik mengenai cara stretching
dan pemanasan
3. Mengadakan pelatihan mengenai keterampilan dibidang tertentu, agar
dapat dijadikan alternatif mata pencaharian lain.
4. Lomba desain becak ergonomis.
2. SARAN
a) Menyarankan kepada komunitas tukang becak untuk menerapkan
pengetahuan tentang cara stretching dan pemanasan sebelum bekerja
b) Menghimbau keterlibatan anggota keluarga dari komunitas tukang becak
untuk turut serta dalam mengkondisikan gaya hidup sehat.
c) Menyarankan kepada kepada pihak pelayanan kesehatan untuk dapat
berkoordinasi mengadakan kegiatan lomba desain becak ergonomis.
DAFTAR PUSTAKA

1. K3.Dir.Sarana Prasarana ITB. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Cited


( 2 November 2016 Available at : file:///D:/ikm/ kesehatan dan
keselamatankerja.com
2. Mastreropk. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Cited ( 01 Juli 2013 ) Online 01 Juli 2013. Available at : file://
masteropik.com201012pengertian-dan-ruang-lingkup.htm
3. Kusumo, Ratno Tri. Analisis Keluhan Pengayuh Becak Menggunakan
Kuesioner Nordic. Universitas Gunadarma. Tangerang, 2008
4. Nurmianto, Eko. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna
Widya. Surabaya. 1996.
5. Pearce, Evelyn. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 2002.
6. Saputro, Tri Hadi. Analisis Perbaikan Bentuk Fisik Becak. Universitas
Gunadarma. Depok, 2008.
7. Tarwaka, Solichul H. A dan Lilik S.Bakri.Ergonomi untuk keselamatan,
kesehatan kerja dan produktivitas. Uniba Pres, Universitas Islam Batik.
Solo. 2004.
8. Notoadmojo S. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka
Cipta. 2012. Hal 135-67.
9. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education:
Theory, Research, and Practice. 4th Ed. United States of America: Jossey-
Bass A Wiley Imprint. 2008. Hal 46-49.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Hernia
    Referat Hernia
    Dokumen34 halaman
    Referat Hernia
    tyrialtyran
    85% (13)
  • S58156-Rinchi Andika Marry PDF
    S58156-Rinchi Andika Marry PDF
    Dokumen22 halaman
    S58156-Rinchi Andika Marry PDF
    faisal h
    Belum ada peringkat
  • Penulisan Resep
    Penulisan Resep
    Dokumen67 halaman
    Penulisan Resep
    UnhyAwalyaMustamin
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen23 halaman
    Hernia
    Elsie Stephanie Sitorus
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis
    Bronkitis
    Dokumen8 halaman
    Bronkitis
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    albertyap1993
    Belum ada peringkat
  • Jenis Jenis Luka
    Jenis Jenis Luka
    Dokumen2 halaman
    Jenis Jenis Luka
    Muhammad Adam Mudzakir
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut
    Diare Akut
    Dokumen15 halaman
    Diare Akut
    rudy otniel
    100% (2)
  • 5449 14282 1 PB
    5449 14282 1 PB
    Dokumen7 halaman
    5449 14282 1 PB
    Moch Khamim S
    Belum ada peringkat
  • Embriologi Sistem Saraf Pusat
    Embriologi Sistem Saraf Pusat
    Dokumen29 halaman
    Embriologi Sistem Saraf Pusat
    Renard Christian
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen23 halaman
    Hernia
    Elsie Stephanie Sitorus
    Belum ada peringkat
  • KUISIONER
    KUISIONER
    Dokumen2 halaman
    KUISIONER
    Almira Zada Neysan Susanto
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Otak
    Anatomi Otak
    Dokumen25 halaman
    Anatomi Otak
    Noval Farlan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    albertyap1993
    Belum ada peringkat
  • Wound Toilet Baru
    Wound Toilet Baru
    Dokumen20 halaman
    Wound Toilet Baru
    Fahri Trisnaryan Pratama
    100% (2)
  • Short Case Corpal Konjungtiva
    Short Case Corpal Konjungtiva
    Dokumen9 halaman
    Short Case Corpal Konjungtiva
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • OSIS Asik
    OSIS Asik
    Dokumen3 halaman
    OSIS Asik
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • 20 Januari 2016 Ngga Tau
    20 Januari 2016 Ngga Tau
    Dokumen7 halaman
    20 Januari 2016 Ngga Tau
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • KUISIONER
    KUISIONER
    Dokumen2 halaman
    KUISIONER
    Almira Zada Neysan Susanto
    Belum ada peringkat
  • Agama Rukun Khutbah
    Agama Rukun Khutbah
    Dokumen1 halaman
    Agama Rukun Khutbah
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Asesmen Terhadap Performance
    Asesmen Terhadap Performance
    Dokumen9 halaman
    Asesmen Terhadap Performance
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Keputusan Pemerintah
    Keputusan Pemerintah
    Dokumen5 halaman
    Keputusan Pemerintah
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Keputusan Pemerintah
    Keputusan Pemerintah
    Dokumen5 halaman
    Keputusan Pemerintah
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen1 halaman
    Bab 4
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • BAB I Case 2
    BAB I Case 2
    Dokumen5 halaman
    BAB I Case 2
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat
  • Keputusan Pemerintah
    Keputusan Pemerintah
    Dokumen5 halaman
    Keputusan Pemerintah
    Rizqi Khairun Nisa
    Belum ada peringkat