Anda di halaman 1dari 22

ANTE NATAL CARE

(ANC)
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani program dokter interenship
Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran

Disusun oleh:
dr. Reza Pahlevi

Pembimbing:
dr. Lobiana Nadeak

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ABDUL


MANAN KISARAN
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun ucapakan kehadirat Allah SWT atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan refarat ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.
Tinjauan pustaka ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani program
dokter Internship di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr.lobiana Nadeak yang telah
memberikan bimbingan kepada penyusun sehingga tinjauan pustaka ini dapat
terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam tinjauan pustaka ini banyak
terdapat kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan tinjauan pustaka ini.

Kisaran 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1


I.1 Latar Belakang ..........................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2


II.1 Definisi .....................................................................................2
II.2 Tujuan Ante natal care...............................................................2
II.3 Jadwal pemeriksaan ..................................................................2
II.4 Etiologi .....................................................................................6
II.5 Patofisiologi ..............................................................................6
II.6 Gejala Klinis..............................................................................8
II.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................8

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN

1. Definisi Ante Natal Care (ANC)


Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering
disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan
oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter
umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama
masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal (Muchtar, 2008).
1.2. Tujuan Ante natal Care (ANC)
1.2.1. Tujuan Umum
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Menurut Depkes
RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil
dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada
post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

1.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu
dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai
dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
(Saifuddin, 2005).

1.4. Pemeriksaan Kehamilan


Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : 1 kali
2. Trismester II : 1 kali
3. Trismester III : 2 kali
1.5. Pelayanan Antenatal
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan
standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-
hari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan ulang.
2. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah


kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan
disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
1. Jadwal pemeriksaan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan
kunjungan antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan
laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan
normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko
tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
2. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).

2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Menurut Supriyanto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan
kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat
(Azwar, 2002).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan waktu, kapan
kita memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan
tersebut.
Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara
keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya aja
sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utama adalah karena
persoalan kesenjangan informasi. Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi
perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut
kesehatan saat ini, informasi tentang status kesehatan yang membaik, informasi
tentang jenis perawatan yang tersedia, serta tentang efektivitas pelayanan kesehatan
tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
permintaan dan penggunaan (utilisasi) terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Menurut Andersen (1968), ada delapan faktor yang memengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran,
kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan,
faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan status kesehatan) aksesibilitas terhadap
pelayanan kesehatan, produktifitas dan teknologi kesehatan.
Menurut Departement Of health aducation and welfare, USA (1997) dalam
Azwar (2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor
sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program
kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan
adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan lainnya, (2) faktor dari
konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi (umur,
jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga) faktor sosial psikologis
(sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari
pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya),
faktor status sosial ekonomi (meliputi: pendidikan, pekerjaan,
pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak
antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut
kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan
lain sebagainya).

2.1. Elemen Pokok Pelayanan Kesehatan


Menurut Muniati (1996), mengemukakan bahwa dalam pelayanan kesehatan
yang baik terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu aksesibilitas, kualitas,
kesinambungan dan efisiensi dari pelayanan.
1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu
yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai
jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan
tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik.
Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional dan provider.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang
baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan
harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui kontak yang
terus menerus antara individu dengan provider.
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang
menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi
pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.

2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal


Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan kesehatan cukup banyak
model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan seperti model
kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model. Anderson
(1974) mengembangkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan
kesehatan (health belief model) yang didasarkan teori lapangan (field theory) dari
Kogan (1994). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam
pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbeda-
beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga dan lain-lain)
b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)
c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)
2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan
individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,
keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
sebagainya).
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan
stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila
faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan
dapat dikategorikan menjadi :
a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit,
ketidakmampuan bekerja)
b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan
oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit
menurut diagnosis klinis dari dokter)

2.3. Model Pemanfaatan Antenatal Care di Indonesia


Anderson (1968) mengembangkan bahwa konsep model pemanfaatan
pelayanan antenatal care di Indonesia, yang bersifat menyeluruh meneliti faktor-
faktor pada ibu hamil.
PREDISPOSING ENABLING/PEMUNGKIN NEED
- Paritas - Dukungan Suami - Riwayat/kehamilan masa lalu
- Interval Kelahiran - Ekonomi Keluarga - Keluhan/penyakit yang diderita
- Pendidikan - Pembayaran - Persepsi Sehat
- Pengetahuan - Ongkos - Kondisi Ibu
- Sikap - Waktu - Rencana Pengobatan
- Ketersediaan Pelayanan - HB
- Jarak

2.4. Faktor Predisposisi dan Kebutuhan dalam Pemanfaatan Antenatal Care


Faktor predisposisi dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan
adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmojo,
2003).
Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007),
pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong
kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan
individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan
intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai
hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan.
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap
perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penanganannya
diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan
masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan
edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.
Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Ketidakmengertian ibu
dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil
tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
2. Pekerjaan
Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka
yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak.
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah
(Hardywinoto, 2007). Ibu hamil yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk
memeriksakan kehamilannya karena sibuk dengan pekerjaannya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagiaan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Natoadmodjo, 2003). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfatan Antenatal
Care (ANC) dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang menyatakan bahwa
pemanfatan Antenatal Care (ANC) perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu
saat kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain
ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku
sesuai dengan apa yang ia ketahui (Cholil, 2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu
tentang pelayanan Antenatal Care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan
berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan
(Depkes RI, 2008).
4. Paritas Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Ibu yang pernah
melahirkan mempunyai pengalaman tentang Antenatal Care (ANC), sehingga dari
pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan
kehamilannya (Depkes RI, 2008).
5. Interval Kehamilan Interval kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang
risiko bagi para wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam
waktu setahun setelah melahirkan berisiko menyebabkan autisme pada calon anak
mereka kelak. Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa kepayahan. Para ilmuwan
dari New York AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan.
Selain itu, kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan
anak-anak yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ini perlu
memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat
mengundang risiko bagi para wanita, Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan
interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya.
Faktor kebutuhan dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit yang diderita Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Penyakit yang diderita ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan,
seperti : penyakit paru, penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi,
penyakit kelenjar endokrin (gondok, diabetes mellitus dan penyakit hati), penyakit
infeksi (virus dan bakteri parasit), kelainan darah ibu-janin ataupun keracunan obat
dan bahan-bahan toksis, juga merupakan penyabab yang mengakibatkan terjadinya
gangguan dan penyulit pada kehamilan. Disamping itu, kehamilan sendiri dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pada ibu hamil. Penyakit yang tergolong dalam
kelompok ini antara lain : toksemia gravidarum (keracunan hamil), perdarahan hamil
tua yang disebabkan karena plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) dan
solusio plasenta (plasenta terlepas sebelum anak lahir). Penyebab kematian ibu
bersalin di Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia
gravidarum. Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam
perjalanan kehamilan dan persalinannya.
2. Kehamilan Masa Lalu Riwayat kehamilan masa lalu yang pernah diderita seperti
normal dan tidak normal akan memengaruhi kehamilan berikutnya atau menjadi
faktor risiko yang mungkin ada pada ibu. Ibu yang mengalami masalah pada
kehamilan sebelumnya akan lebih memeriksakan kehamilan. Pemeriksaan antenatal
care memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya.

2.5. Faktor Pemungkin (Dukungan Keluarga/Sosial)


2.5.1. Pengertian Dukungan
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan.
Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong
sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Menurut Cholil (1998),
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Menurut Cholil (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari
dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan
penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

3.5.2. Fungsi Dukungan Keluarga/Sosial


Menurut Cholil (1998), dukungan keluarga menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:
kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan
dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Cholil, 1998).

2.5.3. Sumber-Sumber Dukungan Keluarga/Sosial


Sumber-sumber dukungan sosial yaitu menurut Saifudin (2005) :
1. Suami
Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang
sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan
menyelesaikan permasalahan bersama. Dukungan sosial suami yang sangat
diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan
istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan
(Harymawan, 2007). Dalam hal ini untuk kesehatan kehamilan istri dibutuhkan
dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk melalukan pemeriksaan
antenatal care, maka ibu hamil akan lebih sering untuk memanfaatan kunjungan
Antenatal Care (ANC)
2. Keluarga
Menurut Cholil (1998) keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena
dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu
sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan,
tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan
bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
3. Teman/sahabat
Menurut Kail dan Neilsen (Supriyanto, 2005) teman dekat merupakan sumber
dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama
mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa
persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara,
pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur
eksploitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Adri, 2008, Faktor-faktor yang Memengaruhi Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (K1


dan K4) Di Puskesmas Runding Kota Subussalam Propinsi NAD, Tesis,
Program Study Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Program
Pascasarjana USU, Medan.
Agnes, 2005, Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Pelayanan
Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Semayang Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2005, Skripsi FKM USU, Medan.
Ahmadi, 1991, Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Kehamilan, Jakarta
Akhmadi, 2006, Penilaian Manfaat Ekonomi dan Pengelolaan Teradap Penerapam
Siklus PDCA Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Oleh Tim, Jakarta
AndersonJ., 1968, Ectopic Pregnancy In : Lambrou NC, Morse AN, Wallach. EE,
eds.
Arikunto, 2005, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Penerbit
Rineka Cipta.
Azrul Aswar, 1994, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.
Azwar, 2002, Sikap Manusia dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Cholil, 2004, Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal,
Jakarta.
Depkes RI, 2002, Penilaian K I dan K IV, Jakarta.
Hardywinoto Setiabudhi, 2007, Panduan Gerontologi, Jakarta, Pustaka Umum.
Hermiyanti Sri, 2007, Tantangan Akselerasi Penurunan AKI, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kogan, 1998, Pemeriksaan Kehamilan, Jakarta.
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi/Rustam Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2 Jakarta :
EGC,
Murniati, 2007, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara, Tesis Pasca Sarjana
USU.
Nurachmah, 2004, Kematian Ibu di kalangan Masyarakat Pedesaan: Studi Kasus di
Kabupaten Bangkalan dan Gresik, UGM Press, Yogyakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2003, Promosi Kesehatan Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta.
Riwidikdo, Handoko, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.
Saifudin, 2005, Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Supriyarto, 1998, Pemanfaatan ANC, Jakarta.
Ulina. 2004. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal K4 Di Kelurahan Tanjung Jati Wilayah Kerja Puskesmas Sambi
Tanjung Rejo Tahun 2004. Skripsi FKM USU. Medan
Wiknjosastro Prawirohardjo, 2005, Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
STATUS PASIEN OBGYN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Indah Rahmah
Umur : 28 tahun
Alamat : Mutiara
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Kontrol Kehamilan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang mengaku hamil 8 bulan. ANC teratur di puskesmas dengan
bidan. Riwayat plano test (+). HPHT 01/11/2015, TTP 08/08/2016. Gerakan (+), aktif
Riwayat perdarahan (-), riwayat keluar air-air (-), riwayat perut mules (-), riwayat
keputihan (+). Mual-muntah (-). Riwayat USG (-) .
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi disangkal, DM disangkal, Asma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan : vitamin
Riwayat kebiasaan social: merokok (-), minum alcohol (-)
Riwayat obstetric dan ginekologik:
- Usia menarche : 12 tahun
- Lama haid : 7 hari, teratur tiap bulan
- Banyak perdarahan : 3-4 x/hari ganti pembalut
- Dismenore : disangkal
- Nafsu makan : baik
- Tidur : baik
- Miksi & defekasi : baik
Riwayat persalinan :
1. Laki-laki, 3 tahun, BBL 3400 gram, persalinan normal di bantu bidan
2. Hamil sekarang
III. VITAL SIGN
- TekananDarah : 120/70 mmHg
- Nadi : 90 x / menit
- Pernafasan : 21 x / menit
- Suhu : 36,50 C
IV. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
- BB : 53 Kg
- HPHT : 01-3-2015
- TTP : 08-012-2015
- TFU : 36 cm
- DJJ : 148 x/i

V. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Pucat (-/-), Ikterik (-/-), Hiperemis (-/-)
T/H/M : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2H2O, Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris, stem fremitus kanan = stem fremitus kiri, sonor (-/-),
Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Whezing (-/-), HR 90x/i, reguler,
BJI>BJII, Bising (-)
Abdomen : TFU 28 cm, DJJ 148x/i
Ekstremitas : Udem (-/-), Pucat (-/-), CRT < 3
Pemeriksaan obstetric :
Leopold I: TFU 28cm, bagian bokong janin
Leopold II: Punggung kanan
Leopold III: kepala janin
Leopold IV : kepala belum masuk PAP

VI. DIAGNOSIS
G2P1A0 Hamil 36 mingggu janin persentasi kepala tunggal hidup

VII. PENATALAKSANAAN
Pemberian Tablet Besi 1x1

Anda mungkin juga menyukai