Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B,

suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut

atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.31

Infeksi virus hepatitis B suatu infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan

dan nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinik,

biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik.7

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati

2.2.1. Anatomi Hati

Hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di

bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % berat orang badan orang dewasa

normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.

Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen

falsiformis. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian

utama yaitu : lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus.14,15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Anatomi Hati

Gambar 2.2. Hati yang terkena hepatitis B

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 16

a. Vena porta hepatika yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien

seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.

b. Arteri hepatika, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Universitas Sumatera Utara


Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika

mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat

racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan

nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan

ke peredaran darah tubuh.

2.2.2. Fungsi Hati

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan

penting untuk mempertahankan hidup. Ada 4 (empat) macam fungsi hati yaitu :5

a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu.

Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu interlobular yang

terdapat di dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk

disimpan. Dalam sehari sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Bilirubin atau

pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan

tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu.

b. Fungsi Pertahanan Tubuh

Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun

fungsi perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan

oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun

yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan

diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.

Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer yang berada pada dinding

sinusoid hati. Dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat membersihkan sebagian

Universitas Sumatera Utara


besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar

keseluruh tubuh.

c. Fungsi Metabolik

Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting

pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

d. Fungsi Vaskuler

Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200-

1.500 cc per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan dari

arteri hepatica sekitar 300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam

memompa darah, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena

hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Akibatnya terjadi

pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar.

2.3. Sejarah Hepatitis B

Hepatitis B pertama kali dikenal dengan istilah Penyakit kuning dan sudah

dikenal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak abad 5 SM di Babilonia. Kemudian

Hipocrates seorang tabib Yunani Kuno (460-375 SM), yang menemukan bahwa

penyakit kuning ini menular sehingga ia menamakan penyakit tersebut sebagai

icterus infectiosa.17

Sifat menular dari penyakit ini telah diketahui pada abad 8 M, ketika Paus

Zacharias menganjurkan suatu tindakan untuk mencegah penularan lebih lanjut yaitu

dengan melakukan isolasi terhadap penderita.17

Universitas Sumatera Utara


Penyakit kuning yaitu hepatitis virus yang dikenal sebagai Water Viral

Hepatitis tercatat sebagai wabah untuk pertama kali pada tahun 1895 di Inggris,

kemudian timbul di Skandinavia pada tahun 1916 dan tahun 1944, lalu di New Delhi

tahun 1955.17

Pada tahun 1963 jenis hepatitis ini dikenal dengan Hepatitis Serum yaitu

hepatitis yang penularannya melalui darah dengan masa tunas 2-6 bulan. Pada tahun

1965 virus hepatitis B (VHB) ditemukan pertama kali oleh Dr. Baruch S. Blumberg

dan asistennya Dr. Barbara Werner. Mereka mendeteksi adanya suatu antigen dalam

darah seorang warga Suku Aborigin Australia penderita hemophilia. Antigen ini

kemudian dinamakan australian antigen. Sekarang lebih dikenal nama antigen

permukaan VHB (HBsAg) karena terdapat dipermukaan VHB. Atas jasanya tersebut

beliau mendapat hadiah nobel untuk bidang kedokteran pada tahun 1976. 5

2.4. Gejala Klinis

2.4.1. Hepatitis B Akut

Perjalanan hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul sebagai

akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :7

1. Masa Inkubasi

Masa inkubasi yang merupakan waktu antara saat penularan infeksi dan saat

timbulnya gejala/ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, biasanya 60-75 hari. Panjangnya

masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan,

makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek masa inkubasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Fase Prodromal

Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan

timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan yang sering terjadi seperti : malaise, rasa

lemas, lelah, anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan

penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak

enak/nyeri di abdomen, dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat

antara 1-5 hari sebelum timbul ikterus, fase prodromal ini berlangsung antara 3-14

hari.

3. Fase Ikterus

Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan

berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri

abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera

mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.

4. Fase Penyembuhan

Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-

keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat lelah kadang masih terus dirasakan,

hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase penyembuhan lamanya berkisar

antara 2-21 minggu.

2.4.2. Hepatitis B Kronis

Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih

dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.7 Perjalanan hepatitis B

kronik dibagi menjadi tiga (3) fase penting yaitu :8

Universitas Sumatera Utara


1. Fase Imunotoleransi

Pada masa anak-anak atau pada dewasa muda, sistem imun tubuh toleren

terhadap VHB sehingga konsentrasi virus dalam darah tinggi, tetapi tidak terjadi

peradangan hati yang berarti. Pada fase ini, VHB ada dalam fase replikatif dengan

titer HBsAg yang sangat tinggi.

2. Fase Imunoaktif (Fase clearance)

Pada sekitar 30% individu dengan persisten dengan VHB akibat terjadinya

replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi yang tampak dari

kenaikan konsentrasi Alanine Amino Transferase (ALT). Pada keadaan ini pasien

sudah mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB.

3. Fase Residual

Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan

pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Sekitar 70% dari individu tersebut

akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada kerusakan sel

hati yang berarti. Pada keadaan ini titer HBsAg rendah dengan HBeAg yang menjadi

negatif dan anti HBe yang menjadi positif, serta konsentrasi ALT normal.

Penderita infeksi VHB kronis dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok

yaitu :18

1. Pengidap HBsAg positif dengan HBeAg positif

Pada penderita ini sering terjadi kenaikan ALT (eksaserbasi) dan kemudian

penurunan ALT kembali (resolusi). Siklus ini terjadi berulang-ulang sampai

terbentuknya anti HBe. Sekitar 80% kasus pengidap ini berhasil serokonversi anti

Universitas Sumatera Utara


HBe positif, 10% gagal serokonversi namun ALT dapat normal dalam 1-2 tahun, dan

10% tetap berlanjut menjadi hepatitis B kronik aktif.

2. Pengidap HBsAg positif dengan anti HBe positif

Prognosis pada pengidap ini umumnya baik bila dapat dicapai keadaan VHB

DNA yang selalu normal. Pada penderita dengan VHB DNA yang dapat dideteksi

diperlukan perhatian khusus oleh karena mereka berisiko menderita kanker hati.

3. Pengidap hepatitis B yang belum terdiagnosa dengan jelas.

Kemajuan pemeriksaan yang sangat sensitif dapat mendeteksi adanya HBV

DNA pada penderita dengan HBsAg negatif, namun anti HBc positif.

2.4.3 Hepatitis B Carrier

Hepatitis B carrier adalah individu dengan HBsAg positif yang tidak

menunjukkan keluhan dan tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit hati dan pada

pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil tes fungsi hati yang normal. Karena

penyakit hati akibat infeksi VHB umumnya tidak banyak gejala dan tes fungsi hati

sering tidak dapat menunjukkan penyakit hati, maka penderita hepatitis B carrier

adalah individu yang sebenarnya menderita VHB yang tidak terdeteksi secara fisik

maupun laboratorik.27

2.5. Epidemiologi VHB

2.5.1. Distribusi Frekuensi.

a. Menurut Orang

Penyakit hepatitis B dapat terjadi pada semua umur dan jenis kelamin. Data

menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia satu tahun mempunyai

Universitas Sumatera Utara


risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi VHB terjadi pada usia antara 2-

5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, bahkan bila terjadi infeksi pada anak

berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10% untuk terjadi kronisitas.10

Penelitian Sofianto, W (2002) di Rumah Sakit Dr. M Djamil Padang dari 212

penderita infeksi VHB sebanyak 89 orang (55,3%) berumur 20-34 tahun.19

Penelitian Handri (2003), di Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu dari 114 penderita

infeksi VHB sebanyak 71 orang (62,2%) berumur 12-40 tahun.12

Berdasarkan jenis kelamin ternyata pria cenderung lebih banyak dari pada

wanita. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM) sejak Juli 1992-April 2000, dari 28 penderita hepatitis B kronis yang

dirawat, diperoleh 19 orang HBsAg positif adalah pria (67,86%).10 Penelitian Sujono

Hadi (1996) di beberapa kota di Indonesia seperti : Jakarta, dari 9.498 orang yang

diperiksa, diperoleh 2.447 orang HBsAg positif, 1.783 orang adalah pria (72,86%),

sedangkan wanita sebanyak 664 orang (27,14%). Di Surabaya, dari 7.759 orang yang

diperiksa, diperoleh 1.805 orang dengan HBsAg positif, 1.176 orang adalah pria

(65,15%), sedangkan wanita sebanyak 629 orang (34,85%), kemudian di Bandung

dari 7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif,

didapati 673 pria (62,31%), sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang (37,69%). Di

Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang dengan HBsAg

positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu 168 orang (77,42%),

sedangkan pada wanita 49 orang (22,58%). Selanjutnya di Manado dari 603 orang

yang diperiksa, ditemukan 60 orang yang dinyatakan HBsAg positif, ditemukan pria

Universitas Sumatera Utara


dengan jumlah 46 orang (76,66%), sedangkan pada wanita sebanyak 14 orang

(23,34%).9

b. Menurut Tempat

Menurut tingginya prevalensi infeksi VHB, WHO menggolongkan 3 (tiga)

macam daerah yaitu daerah dengan endemisitas tinggi 10-15%, daerah dengan

endemiditas sedang yaitu 2-10%, daerah dengan endemisitas rendah kurang dari

2%.20

Negara endemisitasnya tinggi terutama Asia yaitu Cina, Vietnam, Korea.

Prevalensi VHB berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Prevalensi

terendah didapatkan di Amerika Utara dan di Eropa Barat dimana infeksi tersebut

didapatkan pada 0,1-0,5%. Penduduk di Asia Tenggara dan Afrika Sahara 5-20%

penduduk mengidap infeksi ini. Prevalensi infeksi VHB tertinggi didapat di Pulau

Rapa di Samudera Atlantik dimana 50% dari penduduk jadi pengidap. Data

prevalensi HBsAg sangat bervariasi di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa prevalensi HBsAg ditemukan lebih tinggi dari 10% di luar Pulau Jawa yaitu :

Bali, Lombok, Sumbar, Irian Jaya. Hal ini dapat dimengerti karena Indonesia

memiliki daerah yang sangat luas, dengan perilaku dan budaya yang beraneka-

ragam.20

b. Menurut Waktu

Terjadinya infeksi VHB sangat tergantung dengan cara transmisi, banyak

jumlah virus, daya tahan tubuh, dan lamanya individu terpapar. Dari penelitian di

beberapa kota di Indonesia dapat dilihat kondisi yang tidak berbeda dari tahun ke

tahun.22

Universitas Sumatera Utara


Menurut penelitian Handri di Bengkulu (1992) ditemukan pengidap Hepatitis

B sebanyak 84 orang, selanjutnya tahun 1993 sebanyak 277 orang, tahun 1994

sebanyak 150 orang, tahun 1995 sebanyak 203 orang dan tahun 1996 sebanyak 275

orang.12 Hal ini menunjukkan bahwa infeksi hepatitis B tidak mengenal waktu.

2.5.2. Determinan

Faktor determinan atau faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi untuk terjadinya penyakit infeksi VHB, adapun faktor determinan

tersebut antara lain :

a. Host

a.1. Umur

Penularan secara horizontal sering terjadi pada anak-anak, melalui teman

sepermainannya. Penelitian terhadap anak pengungsi Asia Tenggara yang dilahirkan

di Amerika Serikat didapatkan bahwa 15 dari 226 (6,6%) anak yang ibunya tidak

terinfeksi VHB, ternyata mengalami infeksi VHB. Hal ini menunjukkan bahwa

transmisi karena kontak erat dalam keluarga merupakan transmisi yang sangat

penting.10

a.2. Jenis Kelamin

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria banyak menderita infeksi

VHB dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan perbedaan perilaku dan gaya

hidup antara pria dan wanita. Sebagai contoh penularan tattoo, homoseksual, pemakai

narkoba cenderung lebih banyak terjadi pada pria, apabila memakai tattoo kelihatan

lebih hebat dan infeksi menular seksual lebih sering terjadi pada homoseksual

daripada heteroseksual karena melakukan hubungan melalui anal, hal ini

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan anal yang sempit mudah berdarah. Disamping itu kesadaran berobat

pria lebih rendah dibandingkan dengan wanita.17

a.3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang paling berisiko tertular infeksi HVB adalah pekerjaan

yang dialami mereka yang sering kontak dengan produk darah. Hal ini disebabkan

karena VHB dapat stabil dan bertahan lama didalam darah yang merupakan sumber

penularan utama. Pekerjaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah : perawat,

petugas laboratorium, pelaksana diruang operasi, dan dokter gigi.10 Pada tahun 1984

hepatitis virus pertama kali ditemukan oleh New York State Workmens

Compensator Bureua diakui sebagai penyakit jabatan yang terutama menyerang

kelompok tenaga kesehatan.17

a.4. Imunitas

Pada reaksi virus hepatitis B akut reaksi imunologik yang timbul di dalam

tubuh individu dapat bersifat humoral maupun seluler. Reaksi humoral dilihat dengan

timbulnya anti HBs, anti HBc, maupun anti HBe, reaksi imunologik seluler ditandai

dengan aktifasi sel sitotoksik yang dapat menghancurkan HBcAg atau HBsAg yang

terdapat pada dinding sel hati. Pada seseorang individu yang terkena infeksi VHB

tergantung pada aktivitas terpadu. Sistem pertahanan tubuh individu yang terdiri dari

interferon dan respon imun. Bila aktivitas sistem pertahanan ini baik, akan terjadi

infeksi VHB akut yang diikuti oleh proses penyembuhan, sebaliknya bila salah satu

sistem pertahanan ini terganggu akan terjadi proses infeksi virus hepatitis B kronis.17

Universitas Sumatera Utara


a.5. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit yang dialami manusia yang mempunyai risiko terinfeksi

HVB adalah penyakit yang diderita oleh individu dengan kelainan kekebalan seluler

seperti : penderita uremia dengan hemodialisis, penderita leukemia limfosit, yang

selalu memerlukan transfusi darah dan penderita yang mendapat terapi

imunosuperif.24

b. Agent

Penyebab hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus

hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yaitu HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. VHB

tergolong dalam famili Hepadnaviridae, hal ini disebut demikian karena virus ini

bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Virus hepatitis B

akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi alat yang tidak memadai,

selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan penyimpanan selama satu

minggu atau lebih. Virus hepatitis B yang utuh berukuran 42 nm dan berbentuk

seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung

bagian luar dan nukleokapsid dibagian dalam.10

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang

mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah

:26

Lingkungan dengan sanitasi jelek

Daerah dengan angka prevalensi VHB tinggi

Universitas Sumatera Utara


Daerah unit pembedahan : ginekologi, gigi, mata

Daerah unit laboratorium

Daerah unit bank darah

Daerah dialisa dan transplantasi

Daerah unit perawatan penyakit dalam

2.6. Etiologi VHB

Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan tergolong dalam

famili Hepadnaviridae. Nama famili Hepadnaviridae ini disebut demikian karena

virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk

dalam family ini adalah virus hepatitis Woodchuck (sejenis marmot dari Amerika

Utara) yang telah diobservasi dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis B

pada bebek Peking dan bajing tanah (ground squirrel).

Virus Hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi

alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan

penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus Hepatitis B yang utuh berukuran 42

nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis ganda

dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid dibagian dalam. Nukleokapsid ini

berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) VHB yang sebagian berantai ganda

dengan bentuk sirkular. Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang

terdapat dalam darah yaitu virus utuh (virion) yang disebut juga partikel Dane dan

Universitas Sumatera Utara


selubung virus (HBsAg). Ukuran kapsul virus berukuran 22 nm, dapat berbentuk

seperti bola atau filament.10

Gambar 2.3. Gambar virus hepatitis B

Gambar 2.4 Skema Penularan Virus Hepatitis B

Universitas Sumatera Utara


2.7. Cara Penularan

Ada 2 cara penularan infeksi virus hepatitis B yaitu penularan vertikal dan

penularan horizontal.11

2.7.1. Vertikal

Penularan infeksi HBV dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkannya. Dapat

terjadi pada masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan atau perinatal

dan setelah persalinan atau postnatal. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapat penularan pada masa perinatal yaitu

pada saat terjadi proses persalinan. Karena itu bayi yang mendapat penularan vertikal

sebagian besar mulai terdeteksi HBsAg pada usia 3-6 bulan yang sesuai dengan masa

tunas infeksi VHB yang paling sering didapatkan. Penularan yang terjadi pada masa

perinatal dapat terjadi melalui cara maternofetal micro infusion yang terjadi pada

waktu terjadi kontraksi uterus.

2.7.2 Horizontal

Cara penularan horizontal terjadi dari seorang pengidap hepatitis B kepada

individu yang masih rentan. Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau

melalui selaput lendir.

a. Melalui Kulit

Ada dua macam penularan melalui kulit yaitu penularan melalui kulit yang

disebabkan tusukan yang jelas (penularan parenteral), misalnya melalui suntikan,

transfusi darah, atau pemberian produk yang berasal dari darah dan tattoo. Kelompok

kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang jelas, misalnya masuknya

bahan infektif melalui goresan atau abrasi kulit dan radang kulit.

Universitas Sumatera Utara


b. Melalui Selaput Lendir

Selaput lendir yang diduga menjadi jalan masuk VHB ke dalam tubuh adalah

selaput lendir mulut, hidung, mata, dan selaput lendir kelamin. Melalui selaput lendir

mulut dapat terjadi pada mereka yang menderita sariawan atau selaput lendir mulut

yang terluka. Melalui selaput lendir kelamin dapat terjadi akibat hubungan seks

heteroseksual maupun homoseksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg

positif yang bersifat infeksius.17

2.8. Kelompok Risiko Tinggi

Ada beberapa kelompok yang mempunyai resiko tertular infeksi VHB baik

secara vertikal maupun horizontal, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :9

a. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif

b. Lingkungan penderita dengan HBsAg positif terutama anggota keluarga yang

selalu berhubungan langsung

c. Tenaga medis, paramedis, dan petugas laboratorium yang selalu kontak langsung

dengan para penderita hepatitis B. Dari kelompok ini yang terbanyak ditemukan

ialah petugas unit bedah, kebidanan, gigi, petugas hemodialisa.

d. Penderita bedah, gigi, penerima transfusi darah, pasien hemodialisa.

e. Mereka yang hidup di daerah endemis VHB dengan prevalensi tinggi, misalnya di

Indonesia : Lombok, Bali, Kalimantan Barat.

Universitas Sumatera Utara


2.9. Pencegahan

Untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian akibat infeksi VHB

perlu dilakukan pencegahan yang meliputi pencegahan primordial, primer, sekunder,

dan tersier.25

2.9.1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan,

gaya hidup, maupun kondisi lain yang merupakan faktor risiko untuk munculnya

suatu penyakit.26 Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah :29

a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan

dengan gizi seimbang.

b. Bagi ibu agar memberikan ASI pada bayinya karena ASI mengandung

antibodi yang penting untuk melawan penyakit.

c. Melakukan kegiatan fisik seperti olah raga dan cukup istirahat.

2.9.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan

kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi penyakit ketika seseorang

sudah terpapar faktor resiko32. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :

a. Program Promosi Kesehatan

Memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya bagi petugas kesehatan

dalam pemakaian alat-alat yang menggunakan produk darah agar dilakukan

sterilisasi.9 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umumnya agar

melaksanakan program imunisasi untuk mencegah penularan hepatSecara konservatif

Universitas Sumatera Utara


dilakukan pencegahan penularan secara parenteral dengan cara menghindari

pemakaian darah atau produk darah yang tercemar VHB, pemakaian alat-alat

kedokteran yang harus steril, menghindari pemakaian peralatan pribadi terutama

sikat, pisau cukur, dan peralatan lain yang dapat menyebabkan luka.25

b. Program Imunisasi

Pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilakukan baik secara pasif maupun

aktif. Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan hepatitis B Imunoglobulin

(HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Imunisasi aktif

dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang

lahir dari ibu penderita hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-

sama dengan vaksinasi hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap terhadap

VHB diberikan secara intra muskular selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan.

Vaksin hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk

mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin hepatitis B

diberikan segera setelah persalinan.5

Universitas Sumatera Utara


Secara rinci program imunisasi dasar yang dilaksanakan di Indonesia adalah

sebagai berikut :4

UMUR VAKSIN
Bayi yang lahir di rumah
0 bulan Hepatitis B1
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio1
3 bulan Hepatitis B3, DPT2, Polio2
4 bulan DPT3, Polio3
9 bulan Campak
Bayi yang lahir dirumah sakit
0 bulan Hepatitis B1
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, polio1
3 bulan Hepatitis B3, DPT2, polio2
UMUR VAKSIN
4 bulan DPT3, Polio3
9 bulan Campak

Pemberian vaksin hepatitis B juga dianjurkan kepada pasangan seksual yang

kontak langsung dengan penderita HBsAg positif, kelompok yang mempunyai

pasangan seksual berganti-ganti, terutama yang didiagnosa terinfeksi Penyakit

Menular Seksual (PMS), pasangan homoseksual, pasien yang mendapatkan tindakan

pengobatan dengan cuci darah, dan Petugas kesehatan yang sehari-hari kontak dengan

darah atau jaringan tubuh penderita HBsAg positif, seperti perawat dan petugas

laboratorium.9

2.9.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang

sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis

dini dan pengobatan yang tepat.26

Universitas Sumatera Utara


a. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut WHO (1994) untuk mendeteksi virus hepatitis digolongkan dengan

tiga (3) cara yaitu : Cara Radioimmunoassay (RIA), Enzim Linked Imunonusorbent

Assay (Elisa), imunofluorensi mempunyai sensitifitas yang tinggi. Untuk

meningkatkan spesifisitas digunakan antibodi monoklonal dan untuk mendeteksi

DNA dalam serum digunakan probe DNA dengan teknik hibridasi.27

Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah metode Elisa.

Metode Elisa digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati melalui

pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan

oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat

keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi

kerusakan sel dan peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar

ke ruangan ekstra sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui

kadar enzim tersebut dalam darah. Penderita hepatitis B juga mengalami peningkatan

kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat. Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan

untuk mengetahui kelainan hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT (Serum

Glutamic Pirivuc Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase).

Pemeriksaan SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena jumlah

SGPT dalam hati lebih banyak daripada SGOT.28

Kejadian hepatitis akut ditandai dengan peningkatan SGPT dan SGOT 10-20

kali dari normal, dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan SGOT normal

adalah < 42 U/L dan 41 U/L. Pada hepatitis kronis kadar SGPT meningkat 5-10 kali

dari normal.28

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah berbagai macam pertanda serologik infeksi VHB yaitu: 11

a.1. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)

Yaitu suatu protein yang merupakan selubung luar partikel VHB. HBsAg

yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang bersangkutan mengidap infeksi

VHB.

a.2. Anti-HBs

Antibodi terhadap HBsAg. Antibodi ini baru muncul setelah HBsAg

menghilang. Anti HBsAg yang positif menunjukkan bahwa individu yang

bersangkutan telah kebal terhadap infeksi VHB baik yang terjadi setelah suatu infeksi

VHB alami atau setelah dilakukan imunisasi hepatitis B.

a.3. Anti Hbc

Antibodi terhadap protein core. Antibodi ini pertama kali muncul pada semua

kasus dengan infeksi VHB pada saat ini (current infection) atau infeksi pada masa

yang lalu (past infection). Anti HBc dapat muncul dalam bentuk IgM anti HBc yang

sering muncul pada hepatitis B akut, karena itu positif IgM anti HBc pada kasus

hepatitis akut dapat memperkuat diagnosis hepatitis B akut. Namun karena IgM anti

HBc bisa kembali menjadi positif pada hepatitis kronik dengan reaktivasi, IgM anti

HBc tidak dapat dipakai untuk membedakan hepatitis akut dengan hepatitis kronik

secara mutlak.

a.4. HBeAg

Semua protein non-struktural dari VHB (bukan merupakan bagian dari VHB)

yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core.

Universitas Sumatera Utara


Positifnya HBeAg merupakan petunjuk adanya aktivasi replikasi VHB yang tinggi

dari seorang individu HBsAg positif.

a.5. Anti HBe

Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi VHB. Positifnya anti

HBe menunjukkan bahwa VHB ada dalam fase non-replikatif.

a.6. DNA VHB

Positifnya DNA VHB dalam serum menunjukkan adanya partikel VHB yang

utuh dalam tubuh penderita. DNA VHB adalah petanda jumlah virus yang paling

peka.

Apabila penderita sudah terbukti menderita VHB, maka setiap penderita

sebaiknya melaporkan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk dilakukan

penanganan khusus, karena mereka dapat menularkan penyakitnya. Diberi

pengawasan terhadap penderita agar sembuh sempurna ketika dirawat dirumah sakit.9

b. Pengobatan

Tujuan pengobatan VHB adalah untuk mencegah atau menghentikan radang

hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus atau menghilangkan injeksi.

Dalam pengobatan hepatitis B, titik akhir yang sering dipakai adalah hilangnya

pertanda replikasi virus yang aktif secara menetap.8

Obat-obat yang digunakan untuk menyembuhkan hepatitis antara lain obat

antivirus, dan imunomulator. Pengobatan antivirus harus diberikan sebelum virus

sempat berintegrasi ke dalam denom penderita. Jadi pemberiannya dilakukan sedini

mungkin sehingga kemungkinan terjadi sirosis dan hepatoma dapat dikurangi. Yang

termasuk obat antivirus adalah interferon (INF). Sedangkan obat imunomodulator

Universitas Sumatera Utara


yang menekan atau merangsang sistem imun misalnya transfer faktor,immune RNA,

dan imunosupresi.5

2.9.4. Pencegahan Tersier

Sebagian besar pencegahan penderita hepatitis B akut akan membaik atau

sembuh sempurna tanpa meninggalkan bekas. Tetapi sebagian kecil akan menetap

dan menjadi kronis, kemudian menjadi buruk atau mengalami kegagalan faal hati.

Biasanya penderita dengan gejala seperti ini akan berakhir dengan meninggal dunia.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diadakan

pemeriksaan berkala. Sebelum dilaksanakan pembedahan, pada waktu pembedahan,

dan pasca pembedahan.9

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai