Anda di halaman 1dari 3

Differential diagnosis

Dx Candidosis Erythematous Akut


A Pengertian/definisi Infeksi akut dari jamur Candida yang menyebabkan terjadinya erythema
. dan rasa sakit pada oral (Scully dkk., 2010)
Synonim Atropic Candidosis (Scully dkk., 2010)
Klasifikasi lesi Lesi merah (Regezi dkk., 2012)
Nomenklatur ICD-10 B37
B. Epidemiologi (insidensi/ Insidensi jarang terjadi (Scully, 2008)
prevalensi/demografi) Prevalensi tidak diketahui. Dapat terjadi pada semua usia, sering terjadi
pada usia dewasa. Perbandingan laki-laki dan perempuan sama (Scully
dkk., 2010)
Demografi belum diketahui (Scully, 2008)
C. Etiologi Adanya faktor yang mempengaruhi imunitas oral:
1. xerostomia
2. merokok
3. antimikroba spektrum luas
4. kortikosteroid
5. dental appliances
6. radiasi pada area mulut atau glandula saliva
7. gangguan imun sistemik, misalnya disebabkan oleh usia yang ekstrim,
malnutrisi, kemoterapi sitotoksik, kerusakan immune sel T misalnya pada
infeksi HIV, leukimia, limphoma dan kanker, kerusakan PMNL misalnya
pada diabetes dan obat imunosupresan, anemia (Scully, 2008)
D Etiopatogenesis Acute erythematous atau atrophic candidosis dapat mempersulit terapi
. kortikosteroid atau antimikroba spektrum luas, infeksi HIV atau status
immunocompromised kemudian sering disertai lesi pada saluran
pernafasan dan esofagus. Candida albicans merupakan patogen utama
dari Candida spp. Infeksi dapat meningkat tajam pada orang dengan
immunocomromised di antaranya dengan HIV/AIDS, ketika Candida
albicans bisa disertai oleh spesies lain, misalnya C. krusei. Spesies
Candida lainnya yang sering dijumpai yaitu tropicalis, glabrata,
parapsilosis, dan spesies baru seperti dubliniensis, africanus dan
inconspicua. Resistensi antijamur juga merupakan tantangan klinis.
(Scully dkk., 2010).
E. Perangai klinis (sign and Penampakan klinis berupa makula dan/atau patches irregular
symptom, site erythematous yang sering dijumpai pada dorsum lidah, palatal atau
predilection) mukosa bukal. Lesi sering terlihat pada tengah palatum dan terkadang
disebut thumbprint lesions. Lesi pada dorsum lidah memberikan
gambaran glossitis atau area depapilasi. Hal tersebut dapat berkaitan
dengan angular stomatitis (Scully, 2008). Terdapat sensasi terbakar akibat
kehilangan papilla filliformis pada dorsum lidah (Neville dkk., 2002).
Variasi gambaran klinis lesi :

Candidal glossitis
1
Candidal infection in
the
palate.

F. Histopatologi lesi : Adanya penampakan blastospora dan pseudohifa pada stained smear dari
Routine staining/ lesi. Kultur pada Sabourauds atau dextrose Sabour- auds medium.
immunofluorescence/ etc Pewarnaan histologi menggunakan periodic acid Schiff (PAS). Kuantitas
Candida dipengaruhi oleh waktu pengambilan dan cara penanganan
spesimen (Scully, 2008).
Pada candidiasis akut, hifa jamur tampak mempenetrasi lapisan atas
epithel. Selain itu juga tampak infiltrasi neutrofilik pada epithel dengan
bentukan microabscess superfisial. Bentukan pertumbuhan jamur
terbanyak pada penyakit ini berupa pseudohifa (Regezi dkk., 2008)

A, Psoriasiform pattern. B, High magnification of fungal hyphae in


keratin layer (Regezi dkk., 2008)
G Diagnosis banding reaksi obat, erosive lichen planus dan DLE. (Regezi dkk., 2012)
.
H Gold standar Penegakan diagnosis diperoleh dari pemeriksaan klinis dan dapat
. pemeriksaan/ dilakukan pemeriksaan penunjang berupa smear atau kultur (Scully dkk.,
pemeriksaan penunjang 2010).
I. Konsep dasar perawatan 1. Hilangkan faktor penyebab: berhenti atau mengurangi rokok,
hilangkan faktor predisposisi lokal seperti xerostomia, perbaiki oral
hygiene; chlorhexidine mempunyai efek anti Candida.
2. Medikasi antijamur (Scully, 2008)
J. Medikasi. Antijamur topikal paling banyak digunakan untuk lesi pada oral atau
dapat juga berupa suspensi, tablet dan krim. Oral suspension berguna
untuk pasien dengan dry mouth yang kesulitan untuk mengonsumsi obat
dalam bentuk tablet. Obat yang tersedia di antaranya nystatin oral
suspension atau pastilles, amphotericin lozenges, miconazole gel atau
2
tablets, fluconazole tablets atau suspension. Penggunaan antijamur
sistemik mengalami peningkatan fluconazole, namun dapat berinteraksi
dengan anti-HIV dan medikasi lain (Scully, 2008).
K Follow up ___________________________________________________________
. ___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
_________________
L. Deterrence/Prevention Pencegahan dilakukan dengan menghindari faktor-faktor penyebab yang
dapat mengganggu imunitas oral (Scully, 2008).
M Complications ___________________________________________________________
. ___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
N Prognosis Prognosis baik (Regezi dkk., 2012)
.
Referensi 1. Scully, Crispian. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine, 2nd edition.
Churchill Livingstone. UK.
2. Scully C., de Almeida O.P., Bagan J., Dios P.D., Taylor A.M. 2010.
Oral Medicine and Pathology at a Glance. Blackwell Publishing. UK.
3. Regezi J.A., Sciubba J.J., Jordan R.C.K., 2012. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations, 6th Edition. Elsevier Saunders.
Missouri.
4. Regezi J.A., Sciubba J.J., Jordan R.C.K., 2008. Oral Pathology:
Clinical Pathologic Correlations, 5th Edition. Elsevier Saunders.
Missouri.
5. Neville B.W., Damm D.D., Allen C.M., Bouquot J.E., 2002. Oral &
Maxillofacial Pathology, 2nd edition. W.B. Saunders Company.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai