I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba
tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak arteri koroner oleh
gumpalan darah karena pecahnya plak. ( Kabo, 2008 )
IMA adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. ( Corwin, 2009 )
Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut
pembuluh darah koroner. ( Suryono, Bambang dkk. 2005 : 120 )
Menurut Smeltzer dan Bare ( 2008 : 788 ) Infark Miokard Akut mengacu pada
proses masuknya proses rusak jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai
darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis
atau penyumbatan total arteri oleh emboli atai trombus.
B. Etiologi
Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium
yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark
miokardium. Infark miokardium juga dapat terjadi apabila lesi trombotik yang
melekat ke suatu arte yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara
total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami
hipertfrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. ( corwin,
2000 ).
Infark miokard dapat disebabkan oleh :
a. Penyempitan kritis arteri koroner,
b. Oklusi arteri komplit,
c. Syok hemoragik,
d. Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,
e. Stenosis aorta/aorta inufisiensi,
f. Hipertensi,
g. Lesi trombolik,
h. Hipertrofi ruang jantung.
( Suryono, bambang dkk. 2005 : 119 )
C. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002 : 7776-777) Aterosklerosis dimulai
ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini
dinamakan ateroma atau plaqul yang akan mengganggu absorpsi nutrien oleh
sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan
cenderung terjadi pembentukan bekuan darah terjadi koagulasi intravaskuler.
Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan
gejala perasaan tertekan dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya
oksigen untuk miokard agar dapat bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu
penyempitan yang disebabkan aterosklerosis, perubahan ini masih reversible dan
fungsi sel-sel kembali normal bila oksigenasinya kembali mencukupi
(Tambayong, 2000:90).
Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot
yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia
disekitarnya juga mengalami daya kontraksi.Secara fungsional infark
miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia
:daya kontraksi menurun,gerakan dinding abnormal,perubahan daya kembang
dinding ventrikel,pengurangan volume sekuncup,pengurangan fraksi
injeksi,peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri.(Price & Wilson
Patofisiologi Ed:6,2005.
Pathway
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.
d. Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuenasi, irama, konduksilektrikal.
e. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan ferfusi organ.
Nitrat berguna
Kolaborasi : untuk kontrol nyeri
Berikan obat sesuai dengan efek
dengan indikasi : vasodilatasi
Antiangina koroner.
( nitroglyserin,)
Penyekat 8 ( contoh,
atenolol ,Tonormin,
pindolol, ( Visken )
propanolol ( inderal ) Agen ke 2 untuk
pengontrol nyeri
Analgesik, contoh melalui efek
morphin meperidin hambatan
( demerol rangsanggsimpatis
sehingga
Penyekat saluran menurunkan TD.
kalsium contoh, ( sistolik ) Fibrilasi
verafamil, ( calan ) jantung,dan
diltiazem ( prokardia ) kebutuhan oksigen
miokard .
Menurunkan nyeri
hebat, memberikan
sedasi, dan
mengurangi kerja
miokard.
Efek vasodilatasi
dapat
meningkatkan
aliran darah
koroner, sirkulasi
kolateral dan
menurunkan
preload.
Intoleransi Tujuan : Catat frekuensi jantung, Respon pasien
aktivitas b/d Meningkatkan irama dan perubahan terhadap aktivitas
ketidakseimbanm toleransi aktiviitas TD., selama dan dapat
gan antara suplai Kriteria ; sesudah aktivitas mengindikasikan
oksigen miokard Frekuensi jantung, penurunan oksigen
dan kebutuhan irama dan tekanan Tingkatkan istirahat, miokard.
darah dalam batas batasi aktivitas , dan Menurunkan kerja
normal berikan aktivitas miokard/konsumsi
Kulit hangat, merah senggang yang tidak oksigen
muda dan kering. berat.
Dengan mengejan
Anjurkan menghindari dapat
peningkatan tekanan mengakibatkan
abdomen misal, bradikardi,
mengejan saat defekasi menurunkan curah
jantung, dan
takhicardia serta
peningkatan TD
Jelaskan pola Aktivitas yang
peningkatan bertahap maju memberikan
dari tingkat aktivitas , kontrol jantung,
contoh bangun dari meningkatkan
kursi, bila tak ada nyeri, regangan dan
ambulasi, dan istirahat mencegah
selama 1 jam setelah aktovitas
makan. berlebihan.
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung..
Ansietas b/d Tujuan Bantu klien Cemas
ancaman atau Ansietas hilang mengekspresikan berkelanjutan
perubahan /berkurang perasaan marah, memberikan
kesehatan. Kriteria : kehilangan dan takut. dampak serangan
Mengenal Kaji tanda verbal dan jantung
perasaannya non verbal kecemasan, selanjutnya.
Dapat dampingi klien dan Reaksi verbal/non
mengidentifikasi lakukan tindakan bila verbal dapat
penyebab atau faktor menunjukan perilaku menunjukan rasa
yang mempengaruhi merusak. agitasi, marah dan
nya. gelisah
Menyatakan ansietas Hindari konfrantasi Konfrontasi dapat
berkurang /hilang. meningkatkan rasa
marah,
menurunkan kerja
sama dan mungkin
memperlambat
penyembuhan
Orientasikan klien Orientasi dapat
terhadap prosedur rutin menurunkan
dan aktifitas yang kecemasan.
diharapkan. Dapat
Beri kesempatan kepadamenghilangkan
klien untuk ketegangan
mengungkapkan terhadap
ansietasnya. kehawatiran yang
Berikan privasi untuk tidak diekspresikan
klien dan orang Memberi waktu
terdekat. untuk
mengekspresikan
Kolaborasi : berikan perasaan,
anti cemas / hipnotik menghilangkan
sesuai indikasi cemas dan perilaku
contohnya diazepam adaptasi.
Meningkatkan
relaksasi dan
menurunkan
kecemasan
Resiko tinggi Tujuan : Auskultasi TD. Hipotensi dapat
terhadap Penurunan curah Bandingkan kedua terjadi s/d
penurunan curah jantung tidak terjadi. lengan, ukur dalam disfungsi ventrikel,
jantung b/d Kriteria : keadaan berbaring, hipertensi juga
perubahan Stabilitas duduk, atau berdiri bila fenomena umum
frekuensi, irama hemodinamik baik memungkinkan. b/d nyeri cemas
dan konduksi (tekanan darah dbn., pengeluaran
elektrikel. curah jantung katekolamin
drn.intake dan output Evaluasi kualitas dan Penurunan curah
sesuai, tidak kesamaan nadi. jantung
menunjukan tanda mengakibatkan
tanda disritmia) menurunnya
Catat terjadinya S3/S4. kekuatan nadi.
S3 b/d gjk atau
gagal mitral yang
disertai infark
berat.
S4 b/d iskemia,
Catat Murmur kekakuan ventrikel
atau hypertensi
pulmonal.
Menunjukan
gangguan aliran
darah dalam
Pantau frekuensi jantung,(kelainan
jantung dan irama katup, kerusakan
septum, atau
vibrasi otot papilar
Berikan makanan kecil / Perubahan
mudah dikunyah, batasi frekuensi dan
asupan kafein. irama jantung
menunjukan
Kolaborasi komplikasi
Berikan O tambahan disritmia.
sesuai indikasi Makanan besar
Pertahankan cara masuk dapat
heparin (IV) sesuai meningkatkan
indikasi kerja miokard.
Pantau data Kafein dapat
laboratorium enzim merangsang
jantung, GDA. Dan langsung ke
elektrolit. jantung sehingga
Berikan obat meningkatkan
antidisritmia s/d frekuensi jantung.
indikasi. Meningkatkan
kebutuhan miokard
Enzim memantau
perluasan infark,
elektrolit
berpengaruh
terhadap irama
jantung.
Resiko tinggi Tujuan Auskultasi bunyi nafas ( Indikasi edema
terhadap Kelebihan volume krekels ) paru, sekunder
kelebihan volume cairan tidak terjadi akibat
cairan b/d Kriteria : Kaji adanya edema dekompensasi
penurunan ferfusi TD. Dbn. jantung.
organ Tidak ada edema, Curiga gagal
tidak ada distensi Ukur intake dan output kongestif/kelebiha
vena, paru bersih n volume cairan
berat badan stabil. Penurunan curah
jantung,
mengakibatkan
Timbang berat badan gangguan ferfusi
ginjal, retensi
natrium/air, dan
penurunan
haluaran urine.
Pertahankan pemasukan Perubahan tiba-
total cairan 2000ml/24 tiba dari berat
jam dalam toleransi badan menunjukan
kardiovaskuler. gangguan
keseimbangan
cairan
Memenuhi
Kolaborasi kebutuhan cairan
Berikan diet natrium tubuh orang
rendah dewasa, tepai
memerlukan
Berikan diuretik, contoh pembatasan
: Lasix atau hidralazin, dengan adanya
sprinolakton,hidronolakt dekompensasi
on jantung
Pantau Kalium sesuai Natrium
dengan indikasi meningkatkan
retensi cairan dan
harus dibatasai.
Memperbaiki
kelebihan cairan.
Hipokalemia dapat
membatasi
keefeftifan terapi.
4. Evaluasi
Setelah tindakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menentukan intervensi,
serta melakukan tindakan maka langkah selanjutnya tahap evaluasi dilakukan. Tahap
evaluasi dilakukan agar setiap tindakan yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana
tingkat keberhasilannya. Tahap ini juga dilakukan guna mengetahui tingkat kompetensi
yang telah dicapai selama proses tindakan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri tidak ada atau hilang.
b. Aktivitas mobilisasi meningkat.
c. Perasaan cemas berkurang atau hilang.
d. Peningkatan curah jantung.
e. Resiko kelebihan volume cairan terhindari.
I. BIODATA
Nama Klien : Tn K
Alamat :
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Keterangan :
Perempuan
Laki-
laki
Meninggal
Pasien
Serumah
Bercerai
4) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien menyatakan bahwa dirinya tinggal di lingkungan dengan kondisi yang baik.
5) Riwayat Psikososial
Pasien tidak mengalami gangguan dalam hubungan keluarga. Pasien berinteraksi
terhadap lingkungan dengan baik.
4) Pola Eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi pasien.
BAK
Warna : Kuning, Bau : Amoniak, Frekuensi : 3 Kali / hari.
BAB
Warna :Kuning, Konsistensi : Lunak, Frekuensi : 1 kali / hari.
5) Pola Tidur Istirahat
Pasien tidur 6 8 jam / hari sebelum MRS. Sesudah MRS pasien hanya tidur 3 4 jam
per hari.
6) Pola Persepsi Perseptual
Pasien tidak mengalami gangguan citra diri maupun sistem indera. Pasien merespon
secara kooperatif.
5) Pemeriksaan Dada
Bentuk dada simetris. Pola nafas normal setelah 2 hari MRS. Sebelum MRS pasien
mengaku sesak nafas. ( Normal frekuensi nafas : 16 20 kali/menit ).
Bunyi jantung I : Lup
Bunyi jantung II : Dup
6) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk dan ukuran perut normal. Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bising usus. Tidak
ada asites.
2) Pemeriksaan Diagnostik
EKG dan Foto Thorax.
f. Terapi
Oksigen 4 Liter/Menit, Vaclo Tablet 1 x 1, Lipnoav 2 x 1,
Infus NaCl 500cc/24 Jam, Aspirel Tablet 1 x 1, Sucralfat 3 x 1 SM,
Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul, Suenalfar 3 x 1 SM, Codipron k/p
Simvastatin 20mg 1 x 1, I S D N 3 x 1.
Brilian Samuel
Dehes
NIM. PO. 62. 20. 1. 11.
006
B. Analisis Masalah
- Nyeri dada
- Skala nyeri 4 ( 1 10 )
Data Subyektif :
Pasien menyatakan nyeri
pada bagian dada kanan dan
kiri.
Pasien menyatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk.
Gangguan Pertukaran
Bersihan Jalan Nafas
Gas
Tidak Efektif
Data Obyektif :
Sesak nafas ( dispnea )
Oksigen 4 Liter/menit
Posisi semifowler
RR : 26 kali / menit
Data Subyektif :
Pasien menyatakan sesak
nafas saat melakukan
aktivitas yang berat.
C. Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasionalisasi Nama
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan dan
Paraf
1. Diagnosa I Setelah Mandiri : Mandiri :
dilakukan 1. Kaji TTV 1. Mengontrol
tindakan pasien perkembangan
2. Observasi
keperawatan kesehatan
skala nyeri.
selama 1 x 8 pasien.
3. Observasi jenis
2. Menentukan
jam diharapkan
nyeri.
skala nyeri.
nyeri berkurang4. Kaji keluhan
3.
/ hilang dengan pasien terhadap
Mengobservasi
Kriteria Hasil : lokasi nyeri.
jenis nyeri.
5. Berikan posisi
1. Tidak ada 4. Mengkaji
semifowler.
nyeri dada penyebaran
2. Pasien tidak
lanjutan nyeri.
gelisah 5. Memberikan
rasa aman dan
Penkes : nyaman.
2. Diagnosa II
1. Ajarkan teknik
relaksasi Penkes :
1. Mengalihkan
rasa nyeri.
Mandiri :
1. Hitung RR per
Setelah menit pasien. Mandiri :
2.
Kaji pola nafas
dilakukan 1. Menentukan
3.
Berikan posisi
tindakan perbandingan
semifowler
keperawatan 4. Observasi dengan kondisi
selama 1 x 8 kemampuan abnormal.
2. Mengkaji pola
jam diharapkan ekspirasi
pernafasan.
sesak nafas maksimal.
3. Memberikan
berkurang /
rasa aman dan
hilang dengan
nyaman.
kriteria hasil : 4.
1. Tidak ada Kolaborasi : Mengobservasi
sesak nafas 1. Berikan terapi kemampuan
2. Respirasi 16
oksigen 4 ekspirasi
20 x / menit
Liter/menit. maksimal paru-
paru.
Penkes :
1. Ajarkan nafas
Kolaborasi :
dalam dan batuk
1. Membantu
efektif.
memenuhi
kebutuhan
oksigen tubuh.
Penkes :
1. Mengurangi
sesak nafas dan
mengeluarkan
sekret.
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi
No. Diagnosa Tanggal Pelaksanaan Evaluasi Tindakan / Nama
Keperawatan
dan Respon Pasien dan
Jam Paraf
Diagnosa I 05 Februari
1. Menghitung TTV 1. TD : 104/64
2. Memberikan posisi
2013 mmHg, N : 70
09.30 WIB semifowler
x/menit,
3. Memberikan
S : 36,2 C, RR :
pendidikan kesehatan
26x/menit.
tentang mobilisasi 2. Pasien merasa
dan hidup sehat. nyaman.
4. Mengobservasi 3. Pasien
Diagnosa II
keadaan lokasi nyeri. menyatakan
05 Februari
5. Mengkaji pola
mengetahui pola
2013 penanganan pasien
hidup sehat.
10.30 WIB
terhadap nyeri. 4. Nyeri pada
bagian dada kanan
dan kiri.
5. Pasien
menyatakan
1. Menghitung RR
mengalihkan nyeri
per menit pasien
2. Mengkaji pola dada dengan cara
nafas pasien duduk di kursi.
3. Mengajarkan
pasien latihan nafas
dalam.
1. RR : 26 x/menit.
4. Memberikan
2. Pasien bernafas
pendidikan kesehatan
dengan perut.
mengenai 3. Melatih pasien
penanganan sesak mengatasi sesak
nafas. nafas.
5. Melatih pasien 4. Pasein
mobilisasi ringan. menyatakan akan
menerapkan posisi
duduk saat sesak
nafas.
5. Pasien mampu
berjalan keliling
lingkungan sekitar.
F. Evaluasi
Nomor Tanggal dan Catatan Perkembangan Nama
Diagnosa Jam ( SOAP / SOAPIER ) dan
Paraf
Diagnosa I 05 02 S. Klien menyatakan nyeri pada dada bagian kanan
2013 dan kiri
09.30 WIB
O. Pasien tampak lemah, tidak mampu tidur
terlentang.
TD : 104/64 mmHG
S : 36, 2 C
N : 70 x/menit
RR :26 x/menit
P. Lanjutkan intervensi
P. Lanjutkan intervensi
Diagnosa I 06 02 S. Klien menyatakan nyeri telah berkurang
2013
09.00 WIB O. TD : 110/70 mmHg
N : 62 x/menit
S : 36 C
RR : 22 x/menit
Pasien tampak tenang.
A. Masalah teratasi
Diagnosa
O. RR : 22 x/menit
II 06 02
Pasien tampak tenang, tidak tampak sesak nafas.
2013
09.00 WIB
A. Masalah teratasi
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengobservasi dan mengkaji data-data yang aktual
terhadap pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat analisis ( individu,
keluarga, dan komunitas ), terdiri dari data subjektif dari seorang atau kelompok dan
data obyektif yang diperoleh dari hasil tes diagnostik dan sumber-sumber lain.
Pengkajian individu terdiri dari riwayat kesehatan ( data subjektif ) dan pengkajian fisik
( data objektif ) ( Weber dan Kelly, 2007 ). Pengkajian keluarga terdiri dari kelengkapan
informasi spesifik dari keluarga ( data subyektif ) dan hasil observasi interaksi keluarga
( data objektif ) ( Weber dan Leahey, 2005 ).
Sedangkan pengkajian komunitas terdiri dari kelengkapan informasi dari
pemberi informasi kunci di dalam komunitas ( data subyektif ) dan data statistik ( data
objektif ) ( Anderson dan McFarland, 2006 ). Kerangka pengkajian keperawatan yang
telah secara luas digunakan untuk menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat
adalah kerangka pola kesehatan fungsional ( Gordon, 2007 ). Kerangka ini mencakup 11
pola individu, keluarga dan komunitas.
Dalam pengkajian pada kasus Tn. D, penulis melakukan pengkajian dengan
metoda observasi, wawancara dan diagnostik. Penulis menggunakan konsep aktual,
yaitu menggunakan data-data terbaru pasien yang kemudian dikoordinasikan dengan
tahap keperawatan lainnya. Kesulitan yang didapatkan dalam proses pengkajian ini
adalah minimnya bahan berupa data ataupun buku mengenai Infark Miokard Akut yang
dinilai masih belum memenuhi kebutuhan penulis. Kemudahan dalam pengkajian ini
adalah terjalinnya kerjasama yang baik antara perawat dan pasien dalam hal pengkajian
sehingga sedikit banyak telah membantu dalam melengkapi proses pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada respon manusia, ada hal yang sangat bertumpang tindih untuk
mendiagnosis dan banyak faktor penting, misalnya budaya yang dapat mengubah
perspektif tentang diagnosis telah memverifikasi banyak penelitian bahwa interpretasi
terhadap kasus klinis memiliki potensi kurang akurat dari yang diindikasikan oleh data (
Lunney, 2008 ). Diagnosa keperawatan adalah suatu proses dimana semua data yang ada
dari tahap pengkajian dipilah kedalam analisis data kemudian ditentukan prioritas
masalah yang ada, selanjutnya dari prioritas yang ada dirumuskanlah diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas ( Problem, Etiologi, Syntom ). ( NANDA, 2010 )
Dalam kasus Tn. D penulis memilah antara diagnosa proritas dan non prioritas.
Penulis mengangkat Nyeri dan Gangguan Pertukaran Gas sebagai prioritas yang
ditemukan pada pasien dana diangkat dalam asuhan keperawatan. Kesulitan dalam
perumusan diagnosa adalah terbatasnya sumber daya ilmu pengetahuan mengenai Infark
Miokard Akut. Kemudahan yang ditemukan adalah adanya kerjasama dari Pembimbing
RS Doris Sylvanus dalam membantu membimbing penulis menentukan diagnosa yang
akan diangkat kedalam asuhan keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang valid dan akurat menentukan sensitivitas perawat
tentang hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan tersebut menjadi petunjuk dalam
menyeleksi intervensi yang mungkin menghasilkan efek pengobatan yang diharapkan.
Intervensi keperawatan merupakan tahap dimana perawat akan secara kritis menentukan
rencana tindakan keperawatan secara prioritas terhadap pasien, yang kemudian mejadi
tolak ukur suatu asuhan keperawatan. Secara garis besar intervensi adalah tahap kritis
dimana perawat diminta untuk menentukan rencana apa yang akan diberikan, kemudian
dari semua rencana itu haruslah bekejasama terhadap tenaga kesehatan lain guna
mendapatkan hasil yang maksimal ( Johnson et al, 2006 ).
Dalam tahap perencanaan pada kasus Infark Miokar Akut pada Tn. D , penulis
menggunakan perencanaan yang bersifat prioritas yang digunakan untuk
mengurangi/menghilangkan keluhan utama pada pasien. Kesulitan pada tahap ini adalah
terbatasnya sarana dan prasarana yang ada guna menunjang tindakan intervensi
keperawatan ini. Kemudahan yang ditemukan adalah adanya kolaborasi yang baik
antara penulis dan Perawat Senior di Ruang ICCU dalam menuntun penulis guna
menetapkan perencanaan yang dinilai sesuai.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap final dari sebuah asuhan keperawatan
sebelum evaluasi. Pada tahap ini semua rencana tindakan yang prioritas dan non
prioritas akan diterapkan dan dilaksanakan terhadap pasien. Sekali lagi dalam tahap ini
dituntut sikap kompeten dari tenaga kesehatan guna mendapatkan hasil memuaskan dan
maksimal dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa hingga intervensi yang sudah
ditetapkan ( Crosseti dan Saurin, 2006 ).
Dalam tahap ini kesulitan yang ada adalah ada beberapa rencana tindakan non
prioritas yang belum terlaksana atau belum mendapatkan hasil yang memuaskan
dikarenakan keterbatasan waktu keperawatan. Kemudahan yang didapatkan pada tahap
ini adalah adanya kerjasama dari CI dalam melakukan tindakan yang dinilai perlu dan
prioritas.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dimana tindakan mulai dari pengkajian hingga
pelaksanaan akan dilakukan penilaian pencapaian tingkat keberhasilannya. Pada tahap
semua tindakan akan dikembangkan guna mengetahui letak kekurangan dan kelebihan
pada asuhan keperawatan. Tingkat keberhasilan yang tinggi serta kemajuan dalam pola
perubahan kesehatan merupakan hasil yang paling diharapkan oleh tenaga kesehatan
( Minthorn, 2006 ).
Pada tahap ini penulis telah melakukan penilaian atas kinerja yang dicapai dan
masuk dalam kategori memuaskan. Tahap pengkajian hingga pelaksanaan telah sedikit
banyak membantu pasien dalam meningkatkan pola kesehatannya.
Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan. Kemudahan yang didapatkan adalah
adanya bantuan oleh perawat Ruang ICCU dalam hal evaluasi hasil kinerja yang telah
dicapai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
IMA (infark miokard akut) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan
karena berkurangnya suplai oksigen kejaringan .sehingga kematian sel-sel mikardium
yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu ,serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung
.dimana arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan
arteri kiri serta arteri kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri sedikit bagian
posterior septum dan vetrikel serta antrium kanan .
Akan tetapi , IMA (infark miokard akut) bisa diatasi .apabila ,perawat atupun
tim medis segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap
gejala-gejala yang ditimbulkan dalam IMA ini .
B. Saran
Sebaiknya , untuk menghindari penyakit IMA ini .maka hindarilah hal-hal yang
dapat menyebabkan fungsi otot jantung terganggu ,dengan melakukan pola nafas efektif
dengan baik karena penyakit ini cukup membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari .
Daftar Pustaka