Anda di halaman 1dari 4

RIWAYAT NASIB

KERINGAT PARA
PENGAYUH BECAK
Penulis
merna

Tambal sulam, tampaknya peribahasa ini sangat mencerminkan nasib para


pengayuh becak alias tukang becak. Mereka menghidupi dirinya dan
keluarganya dengan mencari nafkah hanya untuk makan hari ini dan untuk
makan besok, mereka mencarinya esok hari. Dulu becak pernah mengalami
masa jayanya, yakni sebelum kendaran bermotor datang dan merajai jalan
raya.

Sebut saja sewaktu zaman penjajahan, di mana becak menjadi kendaraan


berkelas yang hanya bisa dinaiki oleh warga berdarah biru. Tapi kini? Becak
hanya menghiasi gang-gang kecil di sudut terpencil ibukota. Becak seperti
kaum yang termarginalkan, kadang diusir atau dikejar kantip karena tidak
boleh beroperasi.

Tampaknya kemajuan teknologi telah membawa perubahan drastis dalam


tata kehidupan manusia. Akses informasi saat ini mudah didapat dan
komunikasi mudah dilakukan. Kemajuan teknologi dan trend di masyarakat
telah menciptakan gaya hidup yang serba canggih. Berbagai inovasi
teknologi yang berkembang pesat pada saat ini, secara perlahan membawa
dampak bagi para pengayuh becak. Pendapatan pengayuh becak berangsur-
angsur surut lantaran minimnya masyarakat yang mempergunakan jasa para
pengayuh becak. Masyarakat lebih memilih menggunakan ojek ketimbang
becak, mungkin karena lebih cepat sampai di tempat tujuan.

Becak yang kini sudah mengalami pergeseran makna, yakni dari kendaraan
berkelas menjadi kendaraan rakyat. Dulunya becak digunakan untuk kaum
bangsawan untuk bepergian dalam jarak dekat. Tapi keadaan sekarang
tentunya sangat berbeda, becak yang tadinya hanya mengangkut 1-2 orang,
kini mengangkut semuanya termasuk pindahan barang.

Jika ada orang yang menggunakan jasa pengayuh becak, pastilah dari
kalangan menengah ke bawah. Mereka bisanya menggunakan jasa becak
untuk mengangkut barang-barang dalam jumlah besar, seperti pindahan,
barang belanjaan dari pasar, malah kadang jasa becak ini digunakan untuk
mengangkut lebih dari tiga orang. Ibaratnya jika dipakai jasanya, tentu
becak digunakan untuk pekerjaan berat. Terlintas dalam pikiran kita
pengayuh becak yang usianya sudah renta harus mengayuh beban yang
lumayan berat di tengah teriknya matahari.

Meski hidup dalam penghasilan yang tidak pasti, para tukang becak tetap
memilih bertahan dengan profesinya sekarang. Pasalnya untuk menggeluti
bidang pekerjaan lain situasinya tidak memungkinkan. Para tukang becak
sedang dalam kondisi yang serba sulit. Lapangan kerja sulit didapat
sementara kebutuhan hidup keluarga setiap harinya harus tetap terjaga.
Namun, susahnya hidup sebagai pengayuh becak tidak lantas menjadi
penyesalan yang berkepanjangan.

Pernahkah kalian melihat ada tukang becak yang masih muda dan sehat
bugar? Rata-rata pengayuh becak itu sudah lanjut usianya, mereka sudah
mengayuh becak sejak mereka masih muda hingga sekarang. Apa daya,
mereka yang hanya berpendidikan terbatas hanya mampu mengais rezeki
lewat mengayuh becak. Mereka yang sewaktu muda menjadi pengayuh
becak, sampai saat ini kebanyakan masih menjadi pengayuh becak, bahkan
ada anak mereka yang meneruskan profesi orangtuanya sebagai pengayuh
becak. Lagi-lagi semua karena faktor ekonomi yang membuat anak tersebut
tidak bisa melanjutkan sekolah dan berakhir sebagai pengayuh becak.

Sampai kapan keadaan ini akan berlangsung? Lama-lama becak yang


dulunya menghiasi ibukota akan punah alias tidak akan kita temukan di kota
besar. Sekarang saja kita hanya bisa menemukan becak di daerah-daerah
seperti Jawa. Hal ini tentunya bisa menjadi perhatian bagi pemerintah
ibukota.

Anda mungkin juga menyukai