Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk : Memenuhi hak remaja Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender. Menjamin privasi dan kerahasiaan. Mempromosikan kemandirian remaja Menjamin biaya yang terjangkau / gratis. 2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya. Waktu tunggu yang pendek Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian. 3. Petugas khusus yang peduli remaja Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling). Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria: Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling. Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja. Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan. Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan. Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan. Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang. Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan. Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya. 4. Petugas pendukung yang peduli remaja Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan. Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya. Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja. 5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali. Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai. Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan. Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti memiliki masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA. 6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya. Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan. 7. Keterlibatan masyarakat Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat : Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya. Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya. 8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya. Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor ) 9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social. Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social. Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya. Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting. 10. Pelayanan yang efektif Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan. Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya. 11. Pelayanan yang efisien Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai system agar informasi itu dapat dimanfaatkan. V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR 1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja. Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh masyarakat. 2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap. 3. Penyertaan remaja secara aktif Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas. 4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis. 5. Dilaksanakannya kegiatan minimal. Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan. 6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK remaja dan sebagainya. 7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas. 8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR. VI. LANGKAH LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR 1. Identifikasi masalah a. Gambaran remaja di wilayah kerja Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA. b. Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki. c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku buku pedoman. Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama, dll ). 2. Advokasi kebijakan public Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat dukungan sehingga dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR. Contoh : Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan lain lain. Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa : Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah. Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan. 3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas Sosialisasi internal Penunjukan petugas Pembentukan tim Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan, petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan. Pelatihan formal petugas PKPR Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan kegiatan seperti : Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan Pemenuhan sarana dan prasarana Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan. Penentuan prosedur pelayanan Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan. 4. Sosialisasi eksternal Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi, ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers dapat mempercepat sosialosasi. 5. Pelaksanaan PKPR Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum lengkap. VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung konseling. anamnesa Identitas Apa yang sudah diketahui Tentang KRR Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya. Tentang prilaku hidup sehat pada remaja Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal hal yang perlu dihindari ( napza, seks bebas ), pergaulan sehat antara laki laki dan perempuan. Tentang persiapan berkeluarga Kehamilan, KB, HIV / AIDS Pemeriksaan fisik Tanda tanda anemi, KEK Tanda tanda kekerasan terhadap perempuan. Pelayanan konseling Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu. Bila perlu pelayanan medis: Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi Kehamilan, perkosaan Pasca keguguran, kontrasepsi konseling lanjutan bila perlu VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR 1. Pemberian informasi dan edukasi Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik. Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti. 2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan 3. Konseling a. Pengertian Konseling adalah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien (dalam situasi saling tatap muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri untuk; - Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya - Lebih dapat mengerti dirinya - Lebih dapat menyesuaikan dirinya Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan didasari saling menghormati dan saling menghargai. b. Ciri ciri konseling Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan kebutuhan klien Bersifat pribadi namun profesional c. Tujuan konseling Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien d. Proses konseling Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih / menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri e. 6 langkah kunci konseling 1. Great ( berikan salam ) 2. Ask ( tanyakan ) 3. Tell ( berikan informasi ) 4. Help ( bantu ) 5. Explaining ( jelaskan ) 6. Return ( kunjungan ) f. Sifat sifat yang diperlukan dari konselor 1. Menerima 2. Terbuka 3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain 4. Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik 5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain 6. Memiliki keberanian menghadapi masalah 7. Memahami batas batas lkemampuan yang ada pada dirinya 8. Mampu mengenal dan memahami klien 4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS ) PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari hari secara efektif. PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah singgah, sanggar, dll. Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu : a. Pengambilan keputusan b. Pemecahan masalah c. Berfikir kreatif d. Berfikir kritis e. Komunikasi efektif f. Hubungan interpersonal g. Kesadaran diri h. Empati i. Mengendalikan emosi j. Mengatasi stress PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll. 5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu pendidik sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja. 6. Pelayanan rujukan Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta hukum. IX. MONITORING DAN EVALUASI Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi yang akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah : 1) Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan 2) Mengumpulkan data dan menganalisanya 3) Memberikan umpan balik hasil monitoring. Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses PKPR: 1) Kualitas Kompetensi petugas Sarana institusi Kepuasan klien Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan 2) Akses Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien, didalam gedung dan di luar gedung. Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja. Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas Jumlah rujukan masuk dari masyarakat DAFTAR PUSTAKA Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007,Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa barat. Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan pemecahan masalah, 1995 Depkes RI, direktorat kesga, materi pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003 Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam pemberdayaan keluarga Panduaan pelatihan konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001 Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM, Konseling Kesehatan remaja, 2004