Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok Imam Ghazali

Anggota

1.Sobi Lul Hoir

2.M.Kurniawan Prastio Putra

3.M.Said Nur Yahya

4.M.Jevon Kusuma Ramadhan

Golongan Murjiah ini mula-mula timbul di Damaskus, pada akhir abad pertama hijriah.[1]
Nama Murjiah berasal dari kata irja atau arjaa yang berarti penundaan, penangguhan, dan pengharapan.
Kata arjaa bermakna juga memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk
memperoleh pengampunan dan Rahmat Allah. Selain itu, arjaa juga berarti meletakkan di belakang atau
mengemudikan, yaitu orang yang mengutamakan iman dari pada amal. Oleh karena itu, Murjiah artinya
orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa (yakni Ali dan Muawiyah serta
pengikut masing-masing) kelak di hari kiamat.[2]

Ada beberapa teori yang berkembang mengenai . Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja atau
arjaa dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam
ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari sektarianisme. Murjiah sebagai kelompok politik
maupun Teologis, diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syiah dan Khawarij. Yang mana
kelompok Murjiah merupakan musuh berat Khawarij.[3]

Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang
diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Tholib yaitu Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah sekitar tahun
695 M. Dengan gerakan politik tersebut Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah mencoba
menanggulangi perpecahan umat Islam. Ia mengelak berdampingan dengan kelompok Syiah yang
terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari Khawarij yang menolak
mengakui ke khalifahan Muawiyah.[4]

Teori lain mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah, dilakukan Arbitrase
(Tahkim) atas usulan Amr bin Ash (kaki tangan Muawiyah). Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu,
yang pro dan kontra. Kelompok kontra yang akhirnya menyatakan keluar dari Ali disebut Khawarij.
Khawarij berpendapat bahwa Tahkim bertentangan dengan Al-Quran atau dalam pengertian, tidak
bertahkim berdasarkan hukum Allah dikatakan dosa besar dan pelakunya dihukumi dengan kafir sama
dengan perbuatan dosa besar lainnya, seperti: berzina, riba, membunuh tanpa alasan, durhaka kepada
orang tua, dan menfitnah wanita baik-baik. Pendapat tersebut ditentang sekelompok sahabat yang
kemudian disebut Murjiah. Murjiah mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir
sementara dosanya diserahkan kepada Allah, apakah dia akan diampuni atau tidak.[5]

Adapun secara istilah, murjiah adalah kelompok yang mengesampingkan atau memisahkan amal dari
keimanan, sehingga menurut mereka suatu kemaksiatan itu tidak mengurangi keimanan seseorang.[6]
Tokoh utama aliran Murji'ah ialah Hasan bin Bilal Al-Muzni, Abu Salat As-Samman, dan Tsauban Dliror
bin 'Umar. Penyair Murjiah yang terkenal pada pemerintahan Bani Umayah ialah Tsabit bin Quthanah,
mengarang syair kepercayaan-kepercayaan kaum Murjiah.[7]

AJARAN POKOK ALIRAN MURJIAH

Iman
adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan rasul-Nya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasan hal ini seseorang tetep dianggap
mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan melekukan dosa besar.
Amin menerangkan:[8]

kebanyakan aliran Murjiah berpendapat bahwa iman ialah hanya membenarkan dengan hati saja, atau
dengan kata lain iman ialah makrifat kepada Allah SWT. Dengan hati, bukan pengertian lahir. Apabila
seseorang beriman dengan hatinya, maka dia adalah Mukmin dan Muslim, sekalipun lahirnya dia
menyerupai orang Yahudi atau Nasrani dan meskipun lisannya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat.
Mengikrarkan dengan lisan dan amal perbuatan seperti shalat, puasa, dan sebagainya, itu bukan bagian
dari pada iman.

Dasar keselamatan
adalah iman semata-mata, selama masih ada iman dihati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan
madarat atau gangguan atas seseorang. Untuk mendatangkan pengampunan, manusia cukup hanya
dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.[9]
Dengan kata lain, kelompok murjiah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman,
Yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa, hanyalah imanlah yang penting dan yang menentukan
mukmin atau tidak mukminnya seseorang, perbuatan-perbuatan tidak memiliki pengaruh dalam hal ini.
Iman letaknya dalam hati seseorang dan tidak diketahui manusia lain, selanjutnya perbuatan-perbuatan
manusia tidak menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman. Yang penting
ialah iman yang ada dalam hati. Dengan demikian ucapan dan perbuatan- perbuatan tidak merusak iman
seseorang. Walaupun perbuatan-perbuatan yang dilakukan melanggar syariat Islam, tetapi kalau hatinya
iman, aliran tersebut masih mengatakan orang itu mukmin.
Adapun mengenai orang yang lalai dalam menunaikan kewajiban-kewajiban, atau dia melakukan dosa-
dosa besar, maka sebagian dari berpendapat: tiadalah mungkin menentukan hokum bagi orang itu di
dunia ini. Hal itu haruslah ditangguhkan (diserahkan saja) kepada Tuhan untuk menentukannya di hari
kiamat. Dari sini timbulnya istilah Murjiah, yaitu berasal dari kata irja yang berarti
menangguhkan.[10]

Itiqad murjiah
1. Sudah mengetahui dalam hati atas wujudnya tuhan dan sudah percaya dalam hati kepada
Rasul-rasulNya maka menjadi otomatis mukmin, walaupun mengucapkan dengan lidah hal-hal
yang mengkafirkan, seperti menghina nabi, menghina al-quran dan lain sebagainya.
1. Golongan murjiah juga mengatakan, bahwa orang mukmin yang percaya dalam hati
adanya Tuhan dan percaya pada rasul-rasul maka ia adalah mukmin walaupun dia mengerjakan
segala macam dosa besar ataupun dosa kecil. Dosa bagi kaum murjiah tidak apa-apa kalau sudah
ada iman dalam hati, sebagai keadaannya perbuatan baik tak ada gunanya kalau sudah ada
kekafiran didalam hati.
1. Orang yang telah beriman dalam hatinya, tetapi ia kelihatan menyembah berhala atau
membuat dosa-dosa besar yang lain, bagi murjiah orang ini masih mukmin.
1. Itiqad menangguhkan dari kaum murjiah, yaitu menangguhkan orang yang bersalah
sampai kemuka tuhan sampai hari kiamat, hal ini ditentang oleh kaum ahlussunnah wal jamaah
karena setiap orang yang salah harus dihukum didunia ini.
1. Kalau kita ikuti faham golongan murjiah ini maka ayat-ayat hukum seperti menghukum
pencuri dengan memotong tangan, menghukum rajam orang yang berzina, menghukum bayar
kafart dan lain-lain yang banyak tersebut dalam Quran tidak ada gunanya lagi karena sekalian
kesalahan akan ditangguhkan sampai ke muka Tuhan saja.

SEKTE-SEKTE ALIRAN MURJIAH

Kemunculan sekte-sekte aliran Murjiah tampaknya dipicu oleh perbedaan pendapat di kalangan para
pendukung Murjiah sendiri. Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat
mengklasifikasikan sekte-sekte Murjiah. Kesulitannya- antara lain- adalah ada beberapa tokoh aliran
pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut Murjiah, tetapi tidak diklaim
oleh pengamat lain. Tokoh yang dimaksud adalah washil bin Atha dari Mutazilah dan Abu Hanifah dari
Ahlus Sunnah.[11] Oleh karena itulah, Ash-Syahrastani, menyebutkan sekte-sekte Murjiah sebagai
berikut:[12]

1. Murjiah Khawarij, mereka adalah Syabibiyyah (pengikut Muhammad bin Syabib) dan
sebagian kelompok Shafariyyah yang tidak mempermasalahkan pelaku dosa besar.
1. Murjiah Qadariyah, mereka adalah orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad Damsyiki
sebutan mereka Al Ghilaniah
1. Murjiah Jabariyah, mereka adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan),
Mereka hanya mencukupkan diri dengan keyakinan dalam hati saja. Dan menurut mereka maksiat
itu tidak berpengaruh pada iman dan bahwasanya ikrar dengan lisan dan amal bukan dari iman.
1. Murjiah Murni, mereka adalah kelompok yang oleh para ulama diperselisihkan
jumlahnya.
1. Murjiah Sunni, mereka adalah para pengikut Hanafi, termasuk di dalamnya adalah Abu
Hanifah dan gurunya Hammad bin Abi Sulaiman juga orang-orang yang mengikuti mereka dari
golongan Murjiah Kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan
amal dari hakekat iman.
Sementara itu, Muhammad Imarah menyebutkan 12 sekte Murjiah, yaitu:[13]

a. Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shufwan


b. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalihi
c. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus as-Samary
d. As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus
e. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban
f. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan al-Ghailan bin Marwan ad-Dimsaqy
g. An-Najariyah, pengikut al-Husain bin Muhammad an-Najr
h. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Hanifah an-Numan
i. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib
j. Al-Muaziyah, pengikut Muadz ath-Thaumi
k. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy
l. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam as-Sijistany

Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murjiah menjadi dua sekte, yaitu
golongan moderat dan golongan ekstrim. Murjiah moderat berpendapat bahwa iman itu terdiri dari
tasdiqun bil qolbi dan iqrorun bil lisan. Pembenaran hati saja tidak cukup ataupun dengan pengakuan
lidah saja, maka tidak dapat dikatakan iman. Kedua unsur iman tidak dapat dipisahkan. Iman adalah
kepercayaan dalam hati yang dinyatakan dengan lisan. jadi pendosa besar menurut mereka tetap mukmin,
tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya, dan bila diampuni oleh
Allah maka tidak masuk neraka sama sekali. Iman ini tidak bertambah dan tidak berkurang. Tak ada
perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin
Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadist.[14]
Murjiah ekstrim mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau pembenaran dalam hati (tasdiqun bil
qolbi faqoth) bahwa orang islam yang menyatakan iman kepada Tuhan kemudian berkata kufur secara
lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalam hati bukan yang lain. Kemudian
shalat, zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan, bukan ibadah, karena yang disebut
ibadah ialah iman.[15]

Adapun yang termasuk kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-
Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-tiap kelompok itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Al-jahmiyah, pengikut jahm ibnu sofwan. Menurut golongan ini orang islam yang
percaya pada tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena
iman dan kufur tempatnya hanya dalam hati bukan dalam bagian lain dari tubuh manusia,tetapi
dalam hati sanubari.
1. Al-shalihiyah, pengikut abu al-hasan al-shalihi, berpendapat bahwa iman adalah
mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu pada Tuhan. Dalam pengertian bahwa mereka shalat
bukan merupakan ibadah kepada Allah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan. Karena
yang disebut ibadah adalah iman kepadanya dalam arti mengetahui Tuhan.
1. Al-Yunusiah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau
perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-
perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugian orang yang bersangkutan. Dalam hal ini,
Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman
seseorang sebagai musyrik.
1. Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, saya tahu Tuhan melarang
makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini, maka
orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke kabah, tetapi saya tidak tahu apakah kabah di India atau tempat lain.

PENGARUH ALIRAN MURJIAH

Pengaru negatif dari aliran ini adalah:


1. Aliran Murjiah meyakini bahwa suatu perbuatan (amal) tidak mempengaruhi keimanan seseorang,
sehingga banyak orang menyatakan yang penting hatinya, dan perbuatan maksiat yang dilakukannya
tersebut seakan-akan tidak mempengaruhi keimanan di hatinya.
2. Aliran Murjiah menyamakan antara orang yang shalih dengan yang tidak, dan orang yang istiqamah di
atas agama Allah dengan orang yang fasik. Sebab menurut mereka, amal shalih tidak mempengaruhi
keimanan seseorang, sebagaimana juga perbuatan maksiat tidak mempengaruhi keimanan.
3. Menghilangkan unsur jihad fi sabilillh dan amar ma`ruf nahi mungkar.
4. Munculnya pemikiran Murjiah ini telah menyebabkan banyak hukum-hukum Islam menjadi hilang,
sehingga menjadi penyebab hilangnya syariat. Pemikiran mereka juga telah merusak keindahan Islam,
sehingga menjadi penyebab manusia berpaling dan tidak mengagungkan syariat Allah.
5. Pemikiran Murjiah membuka pintu bagi orang-orang yang rusak membuat kerusakan dalam agama,
dan merasa tidak terikat dengan perintah dan larangan syariat. Sehingga akan memperbesar kerusakan
dan kemaksiatan di tengah kaum Muslimin. Bahkan akhirnya sangat mungkin mereka membuat
melakukan perbuatan kekufuran dan kesyirikan, dengan alasan bahwa hal itu merupakan amalan, dan
tidak merasa bisa menyebabkan imannya menjadi berkurang atau hilang. Naudzubillhi min-zhalik.
Pengaruh positif aliran ini salah satunya yaitu golongan ini memberi harapan kepada pelaku dosa besar
untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT.
Demikian pengaruh-pengaruh aliran Murji`ah. Mudah-mudahan penjelasan ringkas ini bermanfaat bagi
kita semua.

KESIMPULAN

Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan bahwa aliran Murjiah yang terpenting dalam
kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi
atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan
dosa besar, sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Menurut mereka suatu kemaksiatan itu
tidak mengurangi keimanan seseorang. Jika seseorang masih beriman, berarti dia tetap mukmin, bukan
kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman
seseorang. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak.

Kami menghimbau kepada teman-teman seperjuangan untuk mencari lebih luas tentang aliran Murjiah
yang belum bisa kami bahas pada makalah kami ini. Demikian sajian makalah ini mudah-mudahan apa
yang kami uraikan pada makalah ini bisa memberi manfaat bagi kami dan yang mengkaji makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini pasti masih banyak kekurangan, Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada penulisan karya ilmiah mendatang.

1. Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta:


2010.hlm.162.
1. Cyril Glasse. The Concise Encyclopedia Of Islam. Staccny International, London,
1989.hlm,288-9:Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam,1990.hlm.633-6:Ahmad Amin, Fajrul
Islam. Jilid I. Islam. Ej Srill,Leiden, 1961,hlm.412.
1. Lihat W.Montgomery Watt. Islamic Philosophy and Theology:An Extended Survey.At
Univ,Press, Eidenburgh, 1987.hlm 23.Departemen Agama RI.op.cit. hlm 633.
1. Gibb and J.H. Krammers.loc.cit.
1. Watt.op.cit.hlm.21.
1. Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bamdung: Pustaka Setia, 2001)hlm. 56.
1. Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta:
2010.hlm.152.
1. Amin,Dluha,Juz III, hlm.316.
1. Dr.Abdul rozak, M.Ag, dan Dr Rosihon, M.Ag., ilmu kalam. Pastaka setia.
Bandung.2001.
1. Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta:
2010.hlm.154.
1. Watt,Early Islam, hlm.181.
1. Ibid,hlm.23.
1. Muhammad Imarah,Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy,dan Asy-Syuruq,Kairo-
Beirut,1991,hlm.33-4.
1. Nasution, Teologi.hlm.24.
1. Harun Nasution, Teologi Islam, JAKARTA, Universitas Indonesia, 1972, hal. 26-32

Tokoh-Tokoh Islam

. Ibnu Rusyd (520595 H) Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam Ibnu Rusyd Ibnu Rusyd merupakan
salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibnu
Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H.
Beliau menguasai ilmu fiqh, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, kedokteran, fisika astronomi, dan
filsafat. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid (kitab ini membahas tentang fiqh),
Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan pegangan bagi para mahasiswa kedokteran di
Eropa), Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa antara
filsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk

mempelajari ilmu Filsafat. 2. Al-Ghazali (450505 H) Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam Al-
Ghazali Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh besar pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu
Hamid al-Ghazali, lahir di Desa Gazalah, dekat Tus, Iran Utara pada tahun 450 H dan wafat di Tus juga
pada tahun 505 H. Beliau dididik dalam keluarga dan guru yang zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak
terhadap duniawi). Al-Ghazali belajar di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Setelah beliau menderita sakit,
beliau ber-khalwat (mengasingkan diri dari masyarakat ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri
kepada Allah Swt.) dan kemudian menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di Damaskus, Jerusalem,
Mekah, Madinah, dan Tus. Adapun jasa- jasa beliau terhadap umat Islam antara lain sebagai berikut.
Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan sekaligus sebagai guru besarnya. Mendirikan madrasah
untuk para calon ahli fiqh di Tus. Menulis berbagai macam buku yang mencapai 288 buah buku,
mengenai tasawwuf, teologi, filsafat, logika, dan fiqh. Di antara bukunya yang terkenal, yaitu Ihya 'Ulum
ad-Din, buku ini membahas masalah-masalah ilmu akidah, ibadah, akhlak, dan tasawwuf berdasarkan al-
Qur'an dan hadis. Dalam bidang filsafat, beliau menulis Tahafut al-Falasifah (tidak konsistennya para
filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh di dunia Islam sehingga mendapat gelar
Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam). 3. AI-Kindi (805 873 M) Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan
Islam AI-Kindi Al-Kindi merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya
Yakub bin Ishak AI-Kindi yang lahir di Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada tahun 873 M.
AI-Kindi termasuk cendekiawan muslim yang produktif. Hasil karya Al-Kindi di bidang-bidang filsafat,
logika, astronomi, kedokteran, politik, ilmu jiwa, musik, dan matematika. Beliau berpendapat, bahwa
filsafat tidak bertentangan dengan agama karena keduanya sama-sama membicarakan tentang kebenaran.
Al-Kindi juga merupakan satu-satunya filosof Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf al-Arab (filosof orang
Arab). 4. AI-Farabi (872950 M) Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam AI-Farabi Al-Farabi
merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad Ibnu
Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, beliau lahir di Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan wafat di
Damsyik pada tahun 950 M. Beliau keturunan Turki. Al-Farabi menekuni berbagai bidang ilmu
pengetahuan, antara lain: logika, musik, kemiliteran, metafisika, teologi, ilmu alam, dan astronomi. Di
antara karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar- Royu Ahlul al-Madinah wa aI-Fadilah (pemikiran
tentang penduduk negara utama). 5. Ibnu Sina (9801037 M) Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam
Ibnu Sina Ibnu Sina merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Ali
AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana di dekat Bukhara, beliau wafat dan
dimakamkan di Hamazan. Beliau belajar bahasa Arab, fisika, geometri, logika, ilmu hukum Islam, teologi
Islam, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati
Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau menulis lebih dari dua ratus buku dan di antara karyanya
yang terkenal berjudul Al-Qanun Fi At-Tibb, yang berisi ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-
Syifa, ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai