Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada penelitian ini mayoritas jumlah


responden adalah perempuan karena mayoritas
mahasiswa di Universitas Jember adalah
perempuan. Berdasarkan data dari Biro
Administrasi Akademis Kemahasiswaan (BAAK)
Universitas Jember jumlah mahasiswa
perempuan 59% [11]. Lama studi responden
yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini
mulai dari semester 2, 4, 6, dan 8, karena
pengambilan sampel pada penelitian ini sudah
memasuki tahun ajaran semester genap. Selain
itu, alasan tidak digunakan sampel di atas
semester delapan disebabkan masa studi
normal yaitu selama empat tahun.

Melalui uji stastistik


skor didapatkan hasil bahwa pengetahuan mahasiswa kesehatan lebih
tinggi daripada mahasiswa non kesehatan dan
berbeda signifikan secara stastistik (p <0,001).
Hasil tersebut dapat disebabkan kurikulum
pendidikan di fakultas kesehatan sedikit banyak
mempelajari tentang golongan obat-obatan
sehingga mahasiswa kesehatan mempunyai
lebih banyak bekal di bidang pengobatan
dibandingkan mahasiswa non kesehatan [15].
Selain itu informasi juga dapat mempengaruhi
pengetahuan responden tentang obat generik
[16].

Sekitar 71%
(n=34) responden mahasiswa non kesehatan
yang menjawab tidak mengetahui tentang
perbedaan obat generik dan obat paten. Obat
generik kurang populer untuk diketahui karena
kurang dipromosikan oleh pemerintah. Semua
itu dilakukan agar mendapat biaya obat
terendah. Berbeda dengan obat paten yang
lebih banyak dipromosikan [12].

Hasil yang diperoleh sejalan dengan


penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat
tentang obat generik dan obat paten di
Kecamatan Sajoanging, Kabupaten Wajo,
Makassar. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa mayoritas responden (64%0 dalam
penelitiannya tidak mengerti tentang obat
generik. Kurangnya pengetahuan masyarakat
disebabkan oleh kurangnya informasi dan
edukasi [8].
Hal menunjukkan bahwa mahasiswa
kesehatan memiliki persepsi yang lebih baik
daripada mahasiswa non kesehatan. Hal ini
dapat berhubungan dengan pengetahuan
mahasiswa kesehatan yang lebih tinggi
dibandingkan mahasiswa non kesehatan.
Penelitian sebelumnya tentang
pengaruh tingkat pengetahuan terhadap
persepsi masyarakat tentang obat generik di
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. , Mei, 2016
Qodria, et al, Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Persepsi, dan Pengalaman Penggunaan
Obat .......
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengetahuan dengan persepsi responden dalam
pemilihan obat generik [17]. Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa pengetahuan obat generik
yang rendah akan mempengaruhi tentang
penilaian mengenai khasiat, kandungan zat aktif
dan kualitas obat generik [4].

Mahasiswa kesehatan lebih meyakini


tentang khasiat obat generik dibandingkan
mahasiswa non kesehatan. Banyak anggapan
bahwa obat generik memiliki khasiat yang lebih
rendah dari obat paten, sehingga menyebabkan
kurangnya keyakinan terhadap khasiat obat
generik [10].

Obat generik sebenarnya adalah obat


yang dapat diproduksi secara bebas setelah
masa paten suatu obat tersebut telah habis.
Dalam arti lain obat generik adalah obat yang
diproduksi dengan meniru obat paten atau obat
originator [13]. Obat generik dapat dikenali
dengan mudah secara kasat mata karena
biasanya nama obat generik yang tertera pada
kemasan sesuai dengan nama zat aktif yang
dikandungnya [14].

Saat ini obat generik dapat ditemukan


dengan mudah di sejumlah apotek karena
sebanyak 82% (n=42) responden kesehatan
menjawab di setiap apotek yang mereka
kunjungi selalu tersedia obat generik dan 51%
(n=26) responden non kesehatan. Perbedaan
cara mendapatkan obat generik dapat
berhubungan dengan pengetahuan responden
tentang kemasan dan kandungan zat aktif obat
generik. Hal ini dapat disebabkan karena
pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap
informasi obat merupakan rangkaian dari
perilaku kesehatan yang berhubungan satu
sama lain [10].

Penggunaan obat generik juga dapat


dipengaruhi oleh pemberian resep oleh dokter.
Tidak semua dokter dengan senang hati
memberikan resep obat generik kepada pasien.
Banyak alasan yang menjadi latar belakang hal
tersebut, salah satunya adalah pandangan
masyarakat yang menganggap remeh obat
generik sehingga akhirnya akan mengurangi
reputasi dokter [18]. Pada penelitian kuesioner
ini sudah ada peningkatan tentang cara
mendapatkan obat generik. Hal ini dapat
berhubungan dengan peraturan pemerintah
yang mewajibkan menggunakan obat generik di
sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah [1].

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara mahasiswa
kesehatan dan non kesehatan tentang
pengetahuan (p <0,001), persepsi (p <0,001)
dan pengalaman penggunaan (p =0,002) obat
generik.
Beberapa saran pada penelitian ini yaitu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat

Anda mungkin juga menyukai