Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya.Sekarang kosmetik dibuat manusia

tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud

meningkatkan kecantikan.

Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetika semakin praktis

dan mudah digunakan. Masyarakat menganggap bahwa kosmetika tidak akan

menimbulkan hal-hal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian

luar kulit saja. Pendapat ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu

menyerap bahan yang melekat pada kulit. Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi

karena kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat

yang melekat di atasnya. Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetika

yang dapat berlanjut menjadi efek toksik kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

Merkuri pada kosmetika yang sudah umum digunakan ialah merkuri

klorida, dan merkuri amido klorida (Ralph, 1982). Mekanisme kerja senyawa

merkuri dalam memutihkan kulit berbeda-beda tergantung dari jenis senyawanya.

Merkuri klorida di dalam kulit akan melepaskan asam klorida yang menyebabkan

terjadinya pengelupasan kulit lapisan epidermis, sedangkan senyawa merkuri

amido klorida memiliki aktivitas menghambat kerja enzim tirosinase yang


berperan dalam proses pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen coklat tua

yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis kulit

(Andrew & Domonkos, 1983) yang mempunyai fungsi sebagai pelindung

epidermis dan dermis dari bahaya radiasi ultraviolet (Harahap, 2000).

Senyawa merkuri bersifat korosif sehingga dapat menyebabkan dermatitis,

dan dapat terakumulasi dalam darah sehingga menyebabkan keracunan sistemik.

Pemakaian krim pemutih mengandung merkuri secara terus menerus dalam

jangka panjang mengakibatkan kerusakan ginjal, kanker kulit, dan otak (Palar,

2004). Bahan-bahan ini telah dilarang penggunaannya pada PerMenKes RI

No.376 /MenKes / Per / VIII /1990 dan PerMenKes RI

No.445/MenKes/PER/V/1998 (Anonim 1998).

2.3 LOGAM BERAT

Logam berat termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama

dengan logam yang lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila

logam berat ini berikatan dan atau masuk kedalam tubuh organisme hidup.
Karakteristik dari kelompok logam berat ini adalah sebagai berikut :

a) Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (lebih dari4).


b) Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan

aktinida.
c) Mempunyai respon kimia khas (spesifik) pada organisme hidup.
Niebor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk menggantikan

penglompokkan ion-ion logam kedalam 3 kelompok biologi-kimia (bio-kimia).

Pengelompokkan tersebut adalah sebagi berikut :


a) Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu

dengan unsur oksigen atau disebut juga dengan oxygen-seekyng metal.


b) Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu

dengan unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut juga

nitrogen/sulfur- seekyng metal.


c) Logan antara atau logam transisi yang memiliki sifat khussus (spesifik)

sebagai logam pengganti ( ion pengganti) untuk logam dari kelas A dan

dari logam kelas B.

Anda mungkin juga menyukai