Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari


dari kehidupan sehari-hari kita. Kematian tidak pandang bulu,
anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat
mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan kematian akan
menjemput kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang
sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya
tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah
disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada
seseorang yang menghadapi sakaratul maut (Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga
kesehatan tentang bagaimana cara menangani pasien yang
menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan
perawatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang
lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan
ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 1


B. Pengertian
Serangkaian pelayanan yang memberikan asuhan pada
saat pasien menghadapi sakaratul maut hingga dinyatakan
meninggal sampai dua jam di ruang perawatan dan
dikembalikan ke rumah duka/keluarga.

C. Ruang Lingkup
Pelaksanaan asuhan kepada pasien terminal dilakukan
di IGD, Rawat Inap dan ICU

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 2


BAB II

TATALAKSANA

A. Anamnesa/Pengkajian

Tenaga medis/perawat/bidan melakukan pemeriksaan


fisik dan hasil penunjang diagnostik untuk meyakinkan pasien
terminal yang meliputi:

1. Pemeriksaan TTV
2. Pemeriksaan kesadaran
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic

B. Penegakan Diagnosa
1. Setelah selesai melakukan pengkajian pasien maka
tenaga medis menegakkan diagnose berdasarkan tanda
dan gejala dari hasil pemeriksaan yang ditulis dalam
rekam medis yang sudah disediakan
2. Diagnosa ulang ditulis dalam masing-masing kolom
rekam medis sesuai dengan profesi tim.

C. Perencanaan dalam asuhan

Perencanaan asuhanan ditulis dalam kolom


perencaanaan

1. Praktisi Memberikan informasi tentang kondisi pasien


terminal kepada keluarga

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 3


2. Praktisi fasilitasi keluarga pasien untuk melakukan
kegiatan rohani
3. Praktisi fasilitasi ketenangan ruangan
4. Praktisi waspadai bila keluarga pasien amuk
5. Setelah di nyatakan meninggal
a) petugas lepaskan semua peralatan yang
terpasang,
b) lepaskan pakaian yang terpasang pada pasien
c) bersihkan bagian tubuh yang terkontaminasi
oleh cairan tubuh pasien seperti darah dan feces
d) ikat di beberapa bagian tubuh pasien dengan
kassa yaitu di kepala bagian rahang jenazah,
kedua pergelangan tangan dan kaki
e) tutup lubang dihidung pasien dengan kapas
gulung
f) berikan kartu pengenal jenazah
g) tutup jenazah dengan kain penutup
6. Perawat/ bidan lakukan observasi selama 2 jam setelah
dinyatakan meninggal dengan cara mengobservasi ulang
TTV pasien setelah 2 jam meninggal.

D. Implementasi
Implementasi ditulis dalam kolom rekam medis masing-
masing profesi tentang pengisian implementasi, meliputi:
a) Melepaskan alat-alat kesehatan yang terpasang pada
pasien
b) Melepaskan pakaian yang terpasang pada pasien
c) Membersihkan bagian tubuh yang terkontaminasi
oleh cairan tubuh pasien seperti darah dan feces.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 4


d) Mengikat di beberapa bagian tubuh pasien dengan
kassa yaitu di kepala bagian rahang jenazah, kedua
pergelangan tangan dan kaki
e) menutup lubang dihidung pasien dengan kapas
gulung
f) memberikan kartu pengenal jenazah
g) menutup jenazah dengan kain penutup
h) Perawat/ bidan melakukan observasi selama 2 jam
setelah dinyatakan meninggal

E. Implementasi Pada Keluarga

Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari


Amerika, menjelaskan secara mendalam respons individu
dalam menghadapi kematian. Berdasarkan pandangannya,
Kubler-Ross menyatakan bahwa respons tersebut: Tidak
selamanya berurutan secara tetap, dapat tumpang tindih, lama
tiap tahap bervariasi, perlu perhatian tenaga kesehatan secara
penuh dan cermat. Ada pula fase ketidaktahuan dan
ketidakpastian yang dikemukakan oleh Sporken dan Michels
(P.J.M.Stevens, 1999). Akan tetapi, kali ini akan dibahas lima
fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross. Secara umum,
ia membedakan respons tersebut menjadi 5 fase (Tailor
dkk.,1989), yaitu:
1. Penyangkalan dan isolasi
a) Penyangkalan dan Isolasi. Karakteristiknya antara
lain :

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 5


1. Menunjukkan reaksi penyangkalan secara
verbal, Tidak, bukan saya. Itu tidak
mungkin.
2. Secara tidak langsung pasien ingin
mengatakan bahwa maut menimpa semua
orang kecuali dia.
3. Merepresi kenyataan.
4. Mengisolasi diri dari kenyataan.
5. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap
penolakannya.
6. Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta
yang dijelaskan padanya.
7. Mensupresi kenyataan.
8. Meminta penguatan dari orang lain untuk
penolakannya.
9. Gelisah dan cemas.

b) Tugas tenaga kesehatan pada tahap ini adalah :


1. Membina hubungan saling percaya.
2. Memberi kesempatan klien untuk
mengekspresikan diri dan menguasai
dirinya.
3. Melakukan dialog di saat klien siap, dan
menghentikannya ketika klien tidak
mampu menghadapi kenyataan.
4. Mendengarkan klien dengan penuh
perhatian dan memberinya kesempatan
untuk bermimpi tentang hal-hal yang
menyenangkan.
2. Marah
a) Marah. Karakteristiknya antara lain:

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 6


1. Mengekspresikan kemarahan dan
permusuhan.
2. Menunjukkan kemarahan, kebencian,
perasaan gusar, dan cemburu.
3. Emosi tidak terkendali.
4. Mengungkapkan kemarahan secara verbal
Mengapa harus aku? Dilihat dari sudut
pandang keluarga dan staf rumah sakit,
kondisi ini sangat sulit diatasi karena
kemarahan terjadi di segala ospek dan
diproyeksi pada saat yang takterduga.
5. Apaun yang dilihat atau dirasa akan
menimbulkan keluhan pada diri individu.
6. Menyalahkan takdir.
7. Kemungkinan akan mencela setiapa orang
dan segala hal yang berlaku.

3. Tugas tenaga kesehatan adalah :


1. Menerima kondisi klien.
2. Berhati-hati dalam memberikan penilaian
,mengenali kemarahan dan emosi yang
takterkendali.
3. Membiarkan klien mengungkapkan
kemarahannya.
4. Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif
dan melibatkan keluarga.
5. Berusaha menghormati dan memahami
klien,memberinya kesempatan memperlunak
suara dan mengurangi permintaan yang penuh
kemarahan.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 7


4. Tawar-menawar
a) Tawar-menawar. Karakteristiknya adalah :
1. Kemarahan mulai mereda.
2. Respons verbal Yah benar aku,tapi
3. Melakukan tawar- menawar
/barter,misalnya untuk menunda kematian.
4. Mempunyai harapan dan keinginan.
5. Terkesan sudah menerima kenyataan.
6. Berjanji pada Tuhan untuk menjadi
manusia yang lebih baik.
7. Cenderung membereskan segala urusan.

b) Tugas tenaga kesehatan adalah sedapat mungkin


berupaya agar keinginan klien terpenuhi.
5. Depresi
a) Depresi. Karakteristiknya antara lain :
1. Mengalami proses berkabung karena
dulu ditinggalkan dan sekarang akan
kehilangan nyawa sendiri.
2. Cenderung tidak banyak bicara, sering
menangis.
3. Klien berada pada proses kehilangan segala
hal yang ia cintai.
b) Tugas tenaga kesehatan adalah :
1. Duduk tenang disamping klien.
2. Memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan kedudukannya.
3. Tidak terus-menerus memaksa klien untuk
melihat sisi terang suatu keadaan.
4. Memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 8


5. Memberi dukungan dan perhatian pada
klien ( misal : sentuhan tangan, usapan
pada rambut ,dll ).
6. Penerimaan
a) Penerimaan. Karakteristiknya antara lain :
1. Mampu menerima kenyataan.
2. Merasakan kedamaian dan ketenangan.
3. Respons verbal, Biarlah maut cepat
mengambilku, karena aku sudah siap.
4. Merenungkan saat-saat akhir dengan
pengharapan tertentu.
5. Sering merasa lelah dan memerlukan tidur
lebih banyak.
6. Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,
namun lebih mirip perasaan yang hampa.
b) Tugas tenaga kesehatan adalah :
1. Mendampingi klien.
2. Menenangkan klien dan meyakinkannya
bahwa Anda akan mendampinginya sampai
akhir.
3. Membiarkan klien mengetahui perihal yang
terjadi pada dirinya.

7. Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien, dapat berdampak
khusus pada klien maupun keluarga. Secara umum,
dampak sakit pada klien dan keluarga dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Dampak sakit pada diri klien dan keluarga

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 9


KLIEN KELUARGA
Menderita sampai saat Berpartisipasi aktif dalam
kematian tiba; memerlukan perawatan untuk penyembuhan klien.
bantuan dan dukungan Memperoleh dukungan dan
dalam melewati masa-masa perhatian selama proses berduka.
tersebut.
Memutuskan perawatan
yang akan dijalani.
Mendapat dukungan
untuk setiap keputusan yang
diambilnya. Dengan kata
lain ada kecenderungan
keluarga untuk memenuhi
semua keinginannya.

Upaya yang dapat tenaga kesehatan lakukan ketika klien


melalui kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien
dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan
dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan
member klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan
emosinya secara bebas , selalu siap membantu klien, dan
menghormati perilaku klien (Taylor dkk.,1989).

2. Kematian ( death )
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 10
A. Definisi
Secara etimologi death berasal dari
kata death atau deth yang berarti keadaan mati atau
kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen.
Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi
kematian, yakni:
1) Kematian
a) kematian otak,yakni kerusakan otak yang
tidak dapat pulih
b) kematian klinik, yakni kematian orang
tersebut ( Rapor,2002 ).

2) Pandangan tentang kematian


Seiring waktu pandangan masyarakat
tentang kematian mengalami perubahan. Dahulu
kematian cenderung dianggap sebagai hal yang
menakutkan dan tabu. Kini kematian telah
dipandang sebagai hal yang wajar dan merupakan
proses normal kehidupan.
3) Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi kedalam
tiga tahap, yakni menjelang kematian, saat
kematian, dan setelah kematian.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 11


a) Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik
menjelang kematian meliputi :
1) Penurunan tonus otot
a. Gerakan ekstremitas
berangsur-angsur menghilang,
khususnya pada kaki dan
ujung kaki.
b. Sulit berbicara
c. Tubuh semakin lemah
d. Aktivitas saluran pencernaan
menurun sehingga perut
membuncit
e. Otot rahang dan muka
mengendur
f. Rahang bawah cenderung
menurun
g. Sulit menelan, reflex gerakan
menurun
h. Mata sedikit terbuka
b) Sirkulasi melemah
1. Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki,
tangan, dan ujung hidung pasien terasa
dingin dan lembap
2. Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak
kebiruan, kelabu atau pucat
3. Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
4. Tekanan darah menurun
5. Peredaran darah perifer terhenti
c) Kegagalan fungsi sensorik
1. Sensari nyeri menurun atau hilang
2. Pandangan mata kabur/berkabut

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 12


3. Kemampuan indera berangsur-angsur
menurun
4. Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam
menurun
d) Penurunan / kegagalan fungsi pernapasan
1. Mengorok (death rattle) / bunyi napas
terdengar kasar
2. Pernapasan tidak teratur dan berlangsung
melalui mulut
3. Pernapasan Cheyne stokes
4. Saat kematian.
Fase ini ditandai dengan :
a. Terhentinya pernapasan, nadi,
tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru,jantung dan
otak ).
b. Hilangnya respons terhadap stimulus
eksternal.
c. Hilangnya control atas sfingter
kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredara yang
terhambat; kaki dan ujung hidung
menjadi dingin.
d. Hilangnya kemampuan pancaindera;
hanya indera pendengaran yang
paling lama dapat berfungsi
(Stevens,dkk.,2000).
e. Adanya garis daftar pada mesin
elektroensefalografi menunjukkan

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 13


terhentinya aktivitas listrik otak
untuk penilaian pasti suatu kematian.

Setelah kematian. Fae ini ditandai dengan :


1. Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam
setelah kematian.
2. Algor mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan turun.
3. Livor mortis (post-mortem decomposition). Perubahan
warna kulit pada daerah yang tertekan; jaringan
melunak dan bakteri sangat banyak
Setelah klien meninggal, tenaga kesehatan bertugas melakukan
perawatan pada jenazahnya. Disamping itu, tenaga kesehatan juga
bertugas memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
orang terdekat klien.

F. Evaluasi
1. Setelah 2 jam pasien dinyatakan meninggal, pasien
diserahkan ke kamar jenazah.
2. Melakukan audit kematian pasien.

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 14

Anda mungkin juga menyukai