TINJAUAN PUSTAKA
Sumber daya manusia merupakan aset RS yang penting dan merupakan sumber
daya memiiki peran besar dalam pelayanan RS (Subarguna & Sumarni 2004). SDM
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya, atau potensi yang merupakan aset dan
berfungsi sebagai modal non material dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
tentang tenaga kesehatan yang dimaksud SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia
Kesehatan) terdiri tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
perlu dikembangkan kondisi pekerjaan mulai alat hingga aturan agar saling
8
9
KEMAMPUAN KONDISI
PETUGAS KERJA
PELAYANAN
BERMUTU
KEPERCAYAAN
manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga manajemen ketenagaan di
RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan tenaga, penarikan,
Dimasa depan, manajemen SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk
mempertimbangkan standar pelayanan, beban kerja, dan jenis profesi (Sarbaguna &
Sumarni, 2004).
adalah kebijakan dan praktik menentukan sumber daya manusia dalam posisi
penilaian. Menurut Hasibuan (2012) MSDM sebagai ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam penggunaan
serta akhirnya pengehentian kerja di RS (Aditama, 2004). Dari beberapa teori diatas
dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia kesehatan adalah segala
usaha yang dilakukan untuk menambah nilai dari sumber daya manusia kesehatan
Pemanfaatan sumber daya manusia akan lebih efsien dan optimal setelah ada
11
untuk menentukan jumlah dan jenis SDM yang diperlukan oleh suatu organisasi
untuk masa yang akan datang (Sunyoto, 2012). Perencanaan sumber daya manusia
adalah proses penetuan kebutuhan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
memiliki jumlah serta kualifikasi orang yang tepat (Hajar & Heru, 2010). Dari
beberapa pengertian tadi, maka perencanaan SDM adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan strategis yang berkaitan dengan
peramalan kebutuhan tenaga kerja dimasa yang akan datang dalam suatu organisasi
Griffith dalam buku The Well Managed Community Hospital (1987, dalam
dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk recruitment, retraining
dan pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang akan
diberikan. Dengan terpenuhinya jumlah SDM yang sesuai dengan uraian pekerjaan
di tiap-tiap unit kerja, maka pelayanan akan menjadi lebih maksimal. Oleh karena
sesuai uraian pekerjaan yang ada agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan
secara maksimal.
diantaranya :
tugas.
pemberhentian karyawan.
persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang kosong kapan pun dan apapun
posisi tersebut.
ulang SDM yang dimiliki. Hal ini yang dapat memberikan konstibusi
tujuan organisasi.
seleksi.
13
sistem informasi SDM agar lebih akurat dan dapat digunakan untuk kegiatan
Perencanaan SDM dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari
dalam organisasi atau internal, luar organisasi atau eksternal. Faktor-faktor yang
1. Faktor Internal
organisasi dan juga segala kendala permasalahan yang ada dalam organisasi. Adapun
penjualan, usaha atau kegiatan baru dan rancangan organisasi serat tugas pegawai.
(Maimun, 2008)
2.Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi yang
organisasi. Faktor eksternal menurut Siagian (2011) adalah situasi ekonomi, sosial,
mengelola dan mendistribusikan kepada pasien bertaggung jawab atas semua barang
14
farmasi yang beredar di RS dan berperan dalam proses pengadaan dan menyajikan
informasi obat yang siap pakai bagi semua unit RS baik petugas maupun pasien
atau unit atau bagian di suatu RS di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan,
perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik umum dan
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan (Permenkes, 2014). Tugas IFRS,
meliputi:
kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
kefarmasian.
formularium RS.
1. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berlaku.
2. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
3. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
4. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
10. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
11. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
pelayanan yang cepat, ramah, dan jaminan obat tersedia dalam kualitas baik, harga
yang kompetitif, adanya kerjasama dengan unsur lain di RS, seperti dokter dan
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di RS, instalasi farmasi sebagai satu-
7. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
2.5 Definisi, Peran dan Fungsi Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian bagian
yang profesional. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
1. Care-Giver
2. Decision-Maker
keefekifan dan keefiesienan penggunaan sumber daya manusia, obat, bahan kimia,
diperlukan.
3. Communicatory
cukup baik. Meliputi komunikasi verbal dan non verbal, mendengar, serta
4. Leader
5. Manager
ada. Didalam tim kesehatan seorang apoteker harus bisa bekerjasama dimana dapat
7. Teacher
sesuai dengan ketentuan dan sarana yang dimiliki. Kedua, melakukan penyimpanan
obat dan perbekalan kesehatan dengan baik sesuai dengan sifat bahan.
persyaratan kefarmasian.
kegiatan.
20
kesehatan.
melaporkan kegiatan.
karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas
pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan
masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker
farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
21
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
c. Rekonsiliasi Obat
obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan
dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) dapat terjadi pada
pemindahan pasien dari satu RS ke RS lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar RS.
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
6. Visite
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
22
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional,
dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan
lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar RS baik atas
permintaan pasien maupun sesuai dengan program RS yang biasa disebut dengan
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping
obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
23
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya
ijasah dan mendapat surat ijin kerja yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan
obat dan perbekalan kesehatan yang ditulis dokter dalam resepnya (Permenkes,
2014).
dua fungsi yaitu tugas fungsional dan tugas administrasi yang dikerjakan di bawah
1. Tugas fungsional
a. Memberikan pelayanan resep baik rawat jalan dan rawat inap meliputi
pemakaian obat.
2. Tugas administrasi
perpindahan kerja.
b. Pencatatan stok obat dan bahan habis pakai didalam buku permintaan
barang gudang.
Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian
sedang dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
(2012) metode yang dapat digunakan untuk penyusunan kebutuhan SDM antara lain :
berdasarkan penghitungan jumlah dan jenis tenaga judgment dari pakar yang
data epidemilogi penyakit diantaranya data tentang prevalensi dan jenis penyakit,
standar pelayanan kesehatan, jenis tenaga kesehatan untuk setiap pelayanan di RS,
penghitungan beban waktu kerja untuk setiap jenis pelayanan kesehatan RS. Dengan
perkiraan jumlah pasien sehingga didapatkan jumlah beban kerja dalam menentukan
SDM kesehatan yang dibutuhkan (Ilyas, 2011). Menggunakan perhitungan ini ada
25
kebutuhan :
proporsi orang sakit yang berobat di RS. Kemudian ditentukan target, jenis, dan
jumlah pelayanan kesehatan yang harus disediakan RS. Berapa perkiraan pasien
diterjemahkan dengan jenis dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Contohnya
terlebih dahulu jumlah penduduk, tempat tidur RS, puskesmas dll. Perkiraan
kebutuhan jumlah dan jenis tenaga kesehatan diperoleh dari membagi nilai yang di
denominator SDM kesehatan yang diperlukan. Metode ini mudah dan sederhana.
Hasil yang didapatkan jumlah personal secara total, tetapi tidak dapat mengetahui
produktivitas SDM, situasi demand dan supplay SDM RS dan kapan tenaga kerja
pemantauan terapi obat, pemberian informasi obat, konseling, edukasi dan visite,
jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik
(PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga apotek dengan rasio satu apoteker
inap dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing satu orang apoteker untuk
kegiatan pelayanan kefarmasian di ruang tertentu, yaitu: unit gawat darurat, Intensive
Care Unit (ICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Neonatus Intensive Care
Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), pelayanan informasi obat
(Permenkes, 2014).
27
Selain metode di atas ada metode WISN yang dapat digunakan untuk
besar beban kerja dan jumlah tenaga yang dibutuhkan pada Unit Farmasi Rawat
Jalan Krakatau Medika Hospital Cilegon dengan teknik work sampling yang
WISN serta menentukan bagaimana pola pengaturan jadwal tenaga tenaga teknis
kefarmasian bagian saat peak hours. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
bagian untuk aktifitas produktif rata-rata 68,41%, hampir mendekati nilai optimal
80%. Apabila waktu yang dipertimbangkan untuk pelayanan utama pada pagi dan
siang, waktu untuk aktifitas produktif 80,17% sudah melebihi nilai optimal.
dengan judul Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenaga Di IFRS Jiwa Provinsi
Lampung Tahun 2012. Tujuan penelitan ini adalah menganalisis beban kerja dengan
metode work sampling dan mengukur kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja
bahwa tenaga farmasi yang menggunakan waktu kerjanya 90,3% dengan produktif.
Dari kegiatan produktif sebanyak 42,6% waktu produktif langsung, dan sisanya
28
tidak langsung yaitu kegiatan administratif. Dari penelitian ini didapatkan kegiatan
non produktif dan kegiatan pribadi sebanyak 9,7%. Berdasarkan hasil work sampling
dengan WISN ternyata jumlah tenaga yang ada saat ini lebih kecil dibandingkan
kebutuhan tenaga untuk menyelesaikan tugas dan fungsi di IFRS Jiwa Provinsi
Lampung.
Penelitian dari Astiena dan Darwin (2011) yang menggunakan metode WISN
yaitu dengan judul Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Di IFRS
Umum Daerah Pasaman Barat Tahun 2011. Tujuan penelitian ini mengetahui jumlah
optimal kebutuhan tenaga di IFRS Umum Daerah Pasaman Barat tahun 2011.
untuk mengetahui pola penggunaan waktu kerja dan WISN untuk penghitungan
untuk kegiatan produktif dalam satu hari kerja sebesar 77,315% sudah mendekati
nilai optimal 80%, sedangkan penggunaan waktu kerja tenaga teknis kefarmasian
bagian untuk kegiatan produktif dalam satu hari kerja sebesar 33,09%, masih sangat
rendah dibanding nilai optimal 80%. Hasil perhitungan kebutuhan tenaga dengan
WISN didapatkan kebutuhan apoteker sebanyak empat orang dan tenaga teknis
kefarmasian sebanyak sembilan orang, sehingga tenaga apoteker yang ada sekarang
sudah sesuai dengan kebutuhan dan terdapat kelebihan tenaga teknis kefarmasian.
setiap pola aktivitas apoteker menggunakan metode time and motion study. Sampel
29
penelitian adalah seluruh apoteker di bagian Farmasi Klinik yang berjumlah tiga
orang. Analisis kebutuhan apoteker menggunakan metode WISN. Hasil penelitian ini
adalah total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan produktif lebih
dari 80% yaitu sebesar 91,15% (termasuk tinggi), kegiatan tidak produktif sebesar
4,48% dan kegiatan pribadi adalah sebesar 4,37%. Hasil yang diperoleh berdasarkan
sebanyak 18 orang.
yang dikumpulkan dari laporan kegiatan setiap unit. Mudah dalam penggunaan,
membuat perencanaan tenaga kerja, hasil perhitungan cepat dan dapat segera
diketahui, metode ini dapat digunakan di semua instansi tidak hanya instansi
metode WISN untuk menghitung beban kerja diantaranya input data yang diperlukan
bagi prosedur perhitungan berasal dari hasil rekapitulasi kegiatan rutin satuan kerja
atau unit dimana tenaga itu bekerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapian
Berikut metode WISN yang dikutip dari WHO (2010) dalam melakukan
Perhitungan dengan metode WISN yang pertama harus ditentukan unit kerja
dan kategori SDM perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat permasalahan sehingga
dapat di tentukan pada unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab
Waktu kerja tersedia atau dapat disingkat AWT (Available Working Time)
kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun yang disuatu unit atau
instansi. Dalam menentukkan AWT data yang diperlukan antara adalah sebagai
berikut :
Hari kerja adalah hari kerja sesuai ketentuan yang berlaku di institusi/organisasi
Keputusan bersama menteri agama, menteri tenaga kerja dan transmigrasi, dan
d. Sakit (D)
Tenaga kerja tidak dapat hadir untuk bekerja karena alasan sakit selama kurun
ketidakhadiran kerja, seperti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan, ijin, maupun
Waktu kerja yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS atau
peraturan daerah. Umumnya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 jam. Setelah data-
= *A (B + C + D + E)+ X F
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja
Komponen beban kerja adalah kuantitas beban kerja pegawai selama 1 tahun.
semua anggota kategori tenaga kerja tersebut. Ada catatan data sekunder
kategori tenaga kerja namun tidak ada catatan data sekunder untuk aktivitas
ini.
c. Aktivitas tambahan lain adalah aktivitas yang tidak dilakukan oleh anggota
dalam kategori tenaga kerja tersebut dan tidak ada catatan statistik untuk
aktivitas ini.
tenaga kerja yang terlatih, terampil dan memiliki motivasi dalam bekerja sesuai
standar profesional pada kondisi tempat kerja. Standar kegiatan terdiri dari dua jenis
32
merupakan standar kegiatan yang di catat dalam statistik tahunan. Standar pelayanan
adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menyelesaikan
pencatatan statistik tahunan secara teratur. Standar kelonggaran terdiri dari dua jenis
yaitu aktifitas yang dilakukan semua staff dalam suatu kategori atau Category
Allowance Standar (CAS) dinyatakan dalam persentase waktu kerja dan Individu
Allowance Standar (IAS) dimana dinyatakan dalam waktu kerja aktual standar
kelonggaran individu untuk aktifitas yang tidak dilakukan semua tenaga kerja. Untuk
unit kategori tenaga kerja. Wawancara dapat dilakukan tentang kegiatan yang tidak
terkait langsung dengan pelayanan pada pasien, frekuensi kegiatan dalam satu
Standar beban kerja (SW) adalah banyaknya pekerjaan dalam satu kegiatan
pelayanan utama yang diselesaikan oleh seorang tenaga kesehatan dalam setahun.
Rumus untuk menghitung standar beban kerja suatu kegiatan pelayanan berdasarkan
waktu bagi standar pelayanan dinyatakan sebagai unit waktu atau kecepatan kerja.
unit waktu :
SW=
unit waktu untuk kegiatan tertentu
meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan
yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya jumlah kegiatan
kategori atau individu. Faktor-faktor ini akan digunakan untuk menghitung jumlah
metodologi WISN.
semua tenaga kesehatan dalam kategori tenaga kerja WISN yang sedang diukur
merupakan kegiatan tambahan yang hanya dikerjakan oleh beberapa anggota dalam
kategori tenaga kerja ini. Faktor-faktor kelonggaran harus dihitung tersendiri bagi
Kategori atau Category Allowance Factor disingkat CAF. Pada kelompok kedua
disingkat IAF. Cara perhitungan kedua faktor kelonggaran, berbeda dan manfaatnya
dalam kategori tenaga kerja WISN untuk kegiatan tambahan. Individual Allowance
kegiatan dengan waktu yang sama (whole time equivalent, WTE). Individual
kegiatan tersebut.
sesuai perhitungan WISN. Akan diketahui jumlah kebutuhan apoteker dan tenaga
a. Kegiatan Pelayanan Utama (A): adalah beban kerja setahun dari setiap
bagi setiap kegiatan. Hasil adalah jumlah total kebutuhan tenaga apoteker dan
kebutuhan tenaga kerja bagi kegiatan pelayanan utama dengan CAF. Hasil
35
yang yaitu jumlah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang dibutuhkan
a. 1.1 dibulatkan kebawah menjadi 1 dan >1.1 1.9 dibulatkan keatas menjadi
b. 2.0 2.2 dibulatkan kebawah menjadi 2 dan >2.2 2.9 dibulatkan keatas
menjadi 3
c. 3.0 3.3 dibulatkan kebawah menjadi 3 dan >3.3 3.9 dibulatkan ke atas
menjadi 4
d. 4.0 4.4 dibulatkan kebawah menjadi 4 dan >4.4 4.9 dibulatkan ke atas
menjadi 5
e. 5.0 5.5 dibulatkan kebawah menjadi 5 dan >5.5 5.9 dibulatkan ke atas
menjadi 6
Dalam buku User Manual WISN (WHO, 2010) langkah terakhir dalam
hasilnya dibandingkan dengan jumlah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian saat
ini di Instalasi farmasi. Hasilnya akan diketahui rasio beban kerja yang ada di suatu
unit kerja. Rumus untuk mengetahui perbedaan jumlah dan rasio beban kerja sebagai
berikut :
Keterangan :
Rasio antara perbandingan antara kenyataan dan kebutuhan, ratio inilah yang disebut
Menunjukkan bahwa jumlah tenaga dan beban apoteker dan tenaga teknis
Menunjukkan semakin kecil rasio WISN, semakin besar tekanan beban kerja.
Rasio WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah apoteker dan tenaga teknis
Rasio WISN yang besar membuktikan adanya kelebihan tenaga kerja apabila