Anda di halaman 1dari 8

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SERANGAN


ASMA PADA PENDERITA ASMA DI KELURAHAN
MAHAKERET BARAT DAN MAHAKERET
TIMUR KOTA MANADO

Gisella Tesalonika Tumigolung


Lucky Kumaat
Franly Onibala

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : gisellatumigolung@yahoo.com

Abstract: Anxiety is a situation that feels unpleasant and feared by ones physical warned of
the danger. Asthma is a respiratory sistem impairment, which can cause hard breath. anxiety
can precipitate asthma attack for many people. The purpose of this research is to know the
relationship between anxiety level and asthma attack amonh asthma clients in Kelurahan
Mahakeret Barat and Mahakeret Timur Manado City with the number Sampel was 35
respondents. This research method is using cross sectional approach. The sampel selection
is done by sampling methods saturade. This research using statistical analysis chi square test
with = 0,05. The result obtained value of p = 0,04 where p < 0,05 then Ho is rejected.
Conclusions of this research hat there is a relationship between nxiety level and asthma
attack among asthma clients in Kelurahan Mahakeret Barat and Mahakeret Timur Manado
City.

Keywords : anxiety level, asthma attack

Abstrack: Kecemasan adalah situasi yang dirasa tidak menyenangkan dan ditakuti oleh fisik
yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Serangan asma merupakan
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan kesulitan bernapas. Kecemasan dapat
menjadi pencetus serangan asma pada beberapa individu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma di
Kelurahan Mahakeret Barat dan Mahakeret Timur Kota Manado dengan jumlah Sampel 35
responden. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan pemilihan
sampel dilakukan dengan metode sampling jenuh. Penelitian ini menggunakan analisis
statistik uji chi square dengan = 0,05. Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value 0,04
dimana p< 0,05 maka Ho ditolak. Simpulan penelitian ini yaitu adanya hubungan antara
tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita asma di Kelurahan Mahakeret Barat
dan Mahakeret Timur Kota Manado.

Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Serangan asma

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma pada
inflamasi kronis saluran pernapasan yang beberapa individu, selain itu juga bisa
dihubungkan dengan hiperresponsif, memperberat serangan asma yang sudah
keterbatasan keterbatasan aliran udara ada. Salah satu respon terhadap stres
yang reversible dan gejala asma (Prasetyo, adalah cemas. (Hostiadi, 2015)
2010).Data World Health Organization Kecemasan merupakan bagian
(WHO) pada tahun2011, 235 juta orang di kehidupan sehari-hari dan merupakan
seluruh dunia menderita asma dengan gejala yang normal pada manusia. Bagi
angka kematian lebih dari 8% di negara- orang dengan penyesuaian yang baik,
negara berkembang yang sebenarnya dapat kecemasan dapat segera diatasi dan
dicegah. National Center Fot Health ditanggulangi. Sedangkan bagi orang yang
Statistics (NCHS) pada tahun 2011, penyesuaiannya kurang baik, maka
mengatakan bahwa prevalensi asma kecemasan merupakan bagian terbesar
menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan dalam kehidupannya. Apabila
8,2% pada dewasa, sedangkan menurut penyesuaiannya tidak tepat, akan timbul
jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% dampaknya terhadap kesehatan jasmani
perempuan. dan psikis. Stres dapat mengantarkan pada
Hasil Riset Kesehatan Dasar seseorang pada tingkat kecemasan
(RISKESDAS) pada tahun 2013 sehingga memicu dilepaskannya histamin
mendapatkan hasil prevalensi nasional yang menyebabkan penyempitan saluran
untuk penyakit asma pada semua umur napas ditandai dengan sakit tenggorokan
adalah 4,5% (sekitar 46.335 jiwa) dari dan sesak napas, yang akhirnya memicu
93% (sekitar 1.027.763 jiwa) penduduk di terjadinya serangan asma (Haq, 2010).
Indonesia. Dengan prevalensi asma Cemas juga dapat menjadi beban berat
tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah yang menyebabkan kehidupan individu
7,8%, diikuti Nusa Tenggara Timur 7,3%, tersebut selalu dibawah bayang-bayang
DI Yogyakarta 6,9%, dan Sulawesi Selatan kecemasan yang berkepanjangan dan
6,7%. Prevalensi penyakit Asma di menganggap rasa cemas sebagai
Sulawei Utara yaitu 4,7% (sekitar 2.745 ketegangan mental yang disertai dengan
jiwa) . Data dari Survei Kesehatan Rumah gangguan tubuh yang menyebabkan rasa
Tangga (SKRT) pada tahun 2005 tidak waspada terhadap ancaman,
didapatkan 225.000 orang meninggal kecemasan berhubungan dengan stres
karena asma. Untuk daerah pedesaan fisiologis maupun psikologis. Artinya,
ditemui prevalensi asma sebesar 4,3% cemas terjadi ketika seseorang terancam
sedangkan di perkotaan 6,5%. Prevalensi baik secara fisik maupun psikologis
di perkotaan lebih tinggi dari di pedesaan (Asmadi, 2008).
disebabkan karena pola hidup di kota besar Berdasarkan penelitian yang telah
dapat meningkatkan faktor resiko dilakukan oleh Haq(2010), menunjukkan
terjadinya asma. responden yang mengalami kecemasan
Terjadinya peradangan Asma dapat ringan lebih banyak dibandingkan dengan
disebabkan oleh alergi terhadap sesuatu, responden yang mengalami kecemasan
seperti udara dingin atau panas, asap, sedang. Sedangkan yang paling sedikit
debu, bulu, atau karena gangguan psikis, adalah kecemasan sangat berat. Sedangkan
alergi ini biasanya bersifat menurun atau untuk masalah asma, responden terbanyak
faktor gen (Surtiretna, 2013).Penyebab mengalami serangan asma sedang, setelah
pencetus asma yaitu alergen, stres, itu diikuti responden penderita asma berat,
lingkungan kerja, perubahan cuaca, dan responden penderita asma ringan
infeksi saluran napas. Stres atau gangguan merupakan yang paling sedikit. Dan dari

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

hasil penelitian didapatkan HASIL dan PEMBAHASAN


adanyahubungan yang signifikan antara Tabel 1. Distribusi Frekuensi
tingkat kecemasan dengan serangan asma. Responden menurut jenis kelamin
Berdasarkan tempat tinggal peneliti di Jenis n %
Kelurahan Mahakeret Barat banyak Kelamin
ditemui penderita Asma yang berumur Laki-laki 12 34,3%
sekitar 15 tahun sampai 45 tahun dan Perempuan 23 65,7%
menurut survey awal dan wawancara awal Total 35 100%
pada 5 orang penderita asma tersebut, Sumber: Data Primer 2016
terdapat tanda dan gejala kecemasan
terhadap serangan asma yang dialami. Menurut jenis kelamin responden
Berdasarkan latar belakang di atas, terbanyak ialah perempuan dengan jumlah
peneliti merasa perlu dan tertarik untuk 23 responden (65,7Sejalan dengan
meneliti mengenai Hubungan Tingkat National Center Fot Health Staistics
Kecemasan Dengan Serangan Asma pada (NCHS) pada tahun 2011 mengatakan
penderita asma di Kelurahan Mahakeret bahwa prevalensi asma menurut jenis
Barat dan Mahakeret Timur Kota Manado. kelamin terbanyak yaitu perempuan
(9,7%) dibandingkan laki-laki (7,2%). Hal
METODE PENELITIAN ini dikarenakan jenis kelamin merupakan
Penelitian ini menggunakan metode faktor predisposisi asma. Perempuan lebih
penelitian dengan jenis penelitian survey rentan terhadap stres dan mengalami
analitik, dan menggunakan pendekatan masalah hormonal (menstruasi,
cross sectional dimana pengumpulan data, premenstruasi, kehamilan) yang menjadi
baik data variabel independen maupun faktor pencetus asma bronkial (Surjanto,
variabel dependen, dilakukan secara 2001). Kemudian pada penelitian yang
bersama-sama atau sekaligus dilakukan oleh Katerine (2014) juga lebih
(Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini mendominasi perempuan dengan jumlah
dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. 49 responden (75,4%).
Instrumen pengumpulan yaitu Kuesioner
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) Tabel 2.Distribusi frekuensi responden
dan Kuesioner ACT (Asthma Control menurut umur
Test). Umur n %
Populasi dalam penelitian ini adalah 14-20 8 22,8%
seluruh penderita asma yang ada 21-44 16 45,7%
dikelurahan Mahakeret Barat dan 45-75 11 31.5%
Mahakeret Timur Kota manado berjumlah Total 35 100%
35 responden. Teknik pengambilan sampel Sumber: Data Primer 2016
menggunakan sampling jenuh dengan
jumlah 35 sampel yang memenuhi kriteria Distribusi responden menurut umur di
inklusi dan ekslusi. Kriteri Inklusi: dapatkan paling banyak adalah responden
Penderita asma yang bersedia menjadi yang berumur 21-44 tahun sebanyak 16
responden, Penderita asma yang tidak responden (45,71%). Berdasarkan teori
terganggu jiwanya, Penderita asma yang Ikawati (2014) dikatakan bahwa pada
sedang berada ditempat saat penelitian dan dewasa asma dapat disebabkan oleh
penderita asma yang tidak sedang dalam sinusitis, polip hidung, sensitivitas
serangan asma. kriteria ekslusi: responden terhadap asoirin dan obat-obatan dan
yang sedang tidak berada ditempat saat picuan dari tempat kerja tertentu yang
penelitian. banyak terdapat agen-agen yang dapat
terhirup seperti bulu binatang, debu dan
lain-lain. Hasil Penelitian ini ditemukan

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

paling banyak hal yang menyebabkan Tabel 4. Distribusi Frekuensi


asma adalah sinusitis dan alergi terhadap Responden menurut Serangan Asma
sesuatu. Hasil penelitian ini hampir sama Serangan Asma n %
dengan penelitian yang dilakukan oleh Terkontrol Penuh 13 37,1%
Hostiadi (2015) dengan jumlah responden Terkontrol Sebagian 16 45,7%
terbanyak ada pada umur 21-43 tahun Tidak Terkontrol 6 17,2%
jumlah responden. Total 35 100%
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden
menurut tingkat kecemasan Distribusi responden menurut
Tingkat Kecemasan n % Serangan Asma, didapatkan sebanyak 22
Tidak Cemas 8 22,8% responden (62,9%) kategori mengalami
Cemas ringan 10 28,6% serangan asma tidak terkontrol.Berbagai
Cemas sedang 12 34,3% faktor berperan dalam menyebabkan
Cemas berat 5 14,3% keadaan asma yang tidak terkontrol,
Total 35 100% diantaranya adalah usia, jenis kelamin,
Sumber: Data Primer 2016 tingkat pendidikan, merokok, asma derajat
berat, penggunaan obat kortikosteroid
Distribusi responden menurut tingkat yang salah, genetik, penyakit komorbid,
kecemasan didapati paling banyak kepatuhan berobat yang buruk,
responden berada pada kategori cemas pengetahuan yang buruk mengenai asma,
sedang. Kecemasan adalah situasi yang dan berat badan yang berlebihan (Atmoko,
dirasa tidak menyenangkan dan ditakuti 2011). Pada penelitian ini responden
oleh fisik yang memperingatkan seseorang paling banyak mengalami serangan asma
akan bahaya yang mengancam (Feist, tidak terkontrol sejalan dengan penelitian
2010). Kecemasan mempengaruhi gejala yang dilakukan oleh Puspita (2014)
fisik, terutama pada fungsi saraf akan responden paling banyak mengalami
terlihat gejala-gejala yang ditimbulkan serangan asma tidak terkontrol yaitu 17
diantaranya tidak dapat tidur, jantung responden (45,9%).
berdebar-debar, keringat keluar berlebihan,
sering mual, gemetar, muka memerah dan Tabel 5. Analisis Hubungan Antara
sukar bernafas (Komalasari, 2010). Pada Tingkat Kecemasan dengan Serangan
penelitian ini, didapatkan gejala yang Asma
sering dialami oleh responden adalah tidak Serangan Asma
dapat tidur, jantung berdebar dan sulit Tidak Total p
Tingkat Terkontrol
terkontrol
bernapas. Penelitian ini sejalan dengan Kecemasan
n % n % n %
penelitian yang dilakukan oleh Ridawi Tidak Cemas 10 28,5 8 22,8 18 100
(2014) dengan jumlah responden 0,04
Cemas 3 8,6 14 40,0 17 100
terbanyak adalah cemas sedang. Penelitian Total 13 37,1 22 62,8 35 100
ini tidak sejalan dengan penelitian yang Sumber: Data Primer 2016
dilakukan oleh Haq (2010) dimana
responden terbanyak yaitu tingkat Hasil yang didapat pada pengolahan data
kecemasan ringan. variabel independen dengan 4 kategori
yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas
sedang dan cemas berat, serta variabel
dependen dengan 3 kategori yaitu
terkontrol penuh, terkontrol sebagian dan
tidak terkontrol. Analisis pada tabel 4x3
didapatkan expected count<5 sebanyak 11
sel (91,7%) menurut Hastono (2007), jika
4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

pada tabel lebih dari 2x2 dijumpai nilai menurut peneliti mengapa dikatakan ada
harapan <5 maka sel disederhanakan atau hubungan antara tingkat kecemasan
digabungkan sehingga menjadi tabel 2x2. dengan serangan asma karena kecemasan
Dalam hal ini sel tidak cemas dan sel merupakan salah satu penyebab dari
cemas ringan digabungkan menjadi kekambuhan asma. Ketika penderita
kategori tidak cemas, kemudian sel cemas mengalami kecemasan, akan memicu
sedang dan sel cemas berat digabungkan penderita asma untuk merasakan ketakutan
menjadi kategori cemas sedangkan sel dan stres berat yang memicu penderita
serangan asma terkontrol sebagian asma untuk berpikir lebih banyak dan
digabungkan dengan serangan asma tidak menyebabkan kekambuhan sesak napas.
terkontrol. Ada beberapa responden yang
Seperti yang dikatakan didalam jurnal Haq mengalami serangan asma tidak terkontrol
(2010), Stres dapat mengantarkan pada dan memiliki tingkat kecemasan yang
seseorang pada tingkat kecemasan normal (tidak cemas), dari hasil
sehingga memicu dilepaskannya histamin wawancara pada saat penelitian beberapa
yang menyebabkan penyempitan saluran responden yang tidak cemas ini sekalipun
napas ditandai dengan sakit tenggorokan memiliki serangan asma yang tidak
dan sesak napas, yang akhirnya memicu terkontrol menjelaskan bahwa masih bisa
terjadinya serangan asma. Penyebab tidur nyenyak dimalam hari dan jika
pencetus asma yaitu alergen, stres, mengalami sesak napas penderita akan
lingkungan kerja, peubahan cuaca dn segera mengambil obat untuk diminum
infeksi saluran napas. Stres atau gangguan dan kembali tidur seperti biasa sehingga
emosi dapat menjadi pencetus asma pada tidak membuat penderita asma merasakan
beberapa individu, selain itu juga dapat kecemasan yang berat, namun ada
memperberat serangan asma yang ada. beberapa responden yang merasakan
Salah satu respon terhadap stres adalah kecemasan walaupun memiliki serangan
cemas (Hostiadi, 2015). asma dalam tingkat kontrol yang baik
Secara teori didalam Saydam (2011), karena hasil wawancara pada saat
faktor penyebab asma sangatlah banyak penelitian responden mengatakan bahwa
macamnya, antara lain adalah: zat yang sikap dan sifat yang dimiliki oleh
dapat menyebabkan alergi seperti debu responden adalah mudah mengalami
rumah, tungau, kapas, serpihan kulit kecemasan dan menyebabkan kecemasan
manusia atau binatang, tepung sari bunga, yang berlebihan dalam menghadapi
dan berbagai makanan. Yang kedua adalah penyakit asma yang diderita.
infeksi saluran penapasan akibat virus Sesuai dengan teori yang dikatakan
yang dikenal secara umum sebagai pilek, oleh Prawitasari (1998) dalam Wiyono
batuk dan flu. Yang ke tiga adalah (2009) stres dan kecemasan merupakan
berbagai kegiatan fisik, emosi yang bagian di dalam kehidupan manusia
berlebihan (tertawa atau marah yang sehari-hari. Bagi orang yang
berlebihan) dan obat seperti aspirin. penyesuaiannya baik maka stres dan
Masyarakat harus mengenal pemicu mana kecemasan dapat cepat diatasi dan
yang dapat menimbulkan serangan asma ditanggulangi. Bagi orang yang
pada seseorang karena selain obat asma, penyesuaian dirinya kurang baik, maka
mereka harus menghindarkan pemicu- stres dan kecemasan merupakan bagian
pemicu tadi. terbesar di dalam kehidupannya, sehingga
Dari penelitian yang dilakukan pada stres dan kecemasan menghambat kegiatan
penderita asma di Kelurahan Mahakeret sehari-hari
Timur dan Mahakeret Barat, di dapatkan Hasil observasi dan wawancara penderita
bahwa ada hubungan antara tingkat asma yang mengalami kecemasan tidak
kecemasan dengan serangan asma, lagi memiliki kemauan untuk melakukan

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

kegiatan yang mengundang kekambuhan jatinagor kabupaten sumedang.


serangan asma. Beberapa responden juga Bandung
mengatakan bahwa mereka tidak memiliki
riwayat penyakit asma di dalam keluarga. Dhiandra Dwi Hapsari, (2012).
Sesuai dengan teori didalam Junaidi hubungan kualitas tidur dengan
(2010) seringkali faktor riwayat asma ansietas pada penderita asma
dalam keluarga tidak ada hubungan bronkiale. Surakarta
dengan terjadinya asma. Seringkali Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori
penderita asma merasa heran bahwa dalam Kepribadian. Jakarta; Salemba
keluarganya tidak ada yang menderita Humanika
asma, tetapi mereka tetap saja terserang
penyakit tersebut. Dalam sebuah penelitian Fentia Budiman, (2015). Faktor-faktor
yang dilakukan di Indonesia, diketahui yang berhubungan dengan tingkat
bahwa hanya 30% penderita asma yang kecemasan pada pasien infark
memiliki riwayat asma dalam keluarganya. miokard akut diruangan cvcu rsup
prof. Dr.r. d. Kandou manado. E
SIMPULAN journal keperawatan (ekp) vol. 3
Dari hasil penelitian yang dilakukan di no. 3
Kelurahan Mahakeret Barat dan Haq, Rosma Karinna, (2010).
Mahakeret Timur Kota Manado, dapat Hubungan Tingkat Kecemasan
ditarik kesimpulan yaitu: responden dengan Serangan Asma pada
berjenis kelamin perempuan lebih banyak penderita Asma Bronkial di BP4
dari responden laki-laki, usia responden Semarang.Jurnal KesMaDaSka,
terbanyak adalah 22-45 tahun, tingkat vol 1 No 1, Juli 2010 (26-33)
kecemasan responden berada pada
kategori kecemasan sedang, serangan asma Hardiani, C. A. (2012). Kecemasan
responden berada pada kategori serangan dalam menghadapi masa bebas
asma tidak terkontrol. Terdapat hubungan pada narapidana anak di lembaga
antara tingkat kecemasan dengan serangan pemasyarakatan anak kutuoarjo.
asma pada penderita asma di Kelurahan Yogyakarta
mahakeret Barat dan Mahakeret Timur
Ikawati Z. (2014). Penyakit Sistem
Kota Manado.
Pernapasan dan Tatalaksana
Terapinya. Yogyakarta; Bursa Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi I. (2010). Penyakit Paru dan
Asmadi, (2008). konsep dan Aplikasi
Saluran Napas. Jakarta; Bhuana
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta;
Ilmu Populer
Salemba Medika
Katerine, (2014). Hubungan tingkat
Calhoun, J, & Acocella, R. (1990).
pengetahuan mengenai asma
Psikologi tentang penyesuaian dan
dengan tingkat kontrol asma.Jurnal
Hubungan Kemanusiaan. Amerika
Kesehatan Andalas, 2014; 3(1)
Serikat; Trump Medium
Keliat, (2011). Manajemen Kasus
Djojodibroto, R. D. (2014). Respirologi.
Gangguan Jiwa. Jakarta; EGC
Jakarta; Buku Kedokteran EGC
King, L. A. (2010). Psikologi Umum.
Dewi Komalasari, (2012). Hubungan
Jakarta; Salemba Humanika
antara tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada ibu hamil Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2011).
trimester III di puskesmas Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta; Salemba Medika

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

Marni, (2014). Asuhan Keperawatan Ruliyanti Nanda Puspita, (2014).


Pada Anak Sakit dengan Gangguan Hubungan Kecemasan terhadap
Pernapasan. Yogyakarta; Gosyen tingkat kontrol asma di balai besar
Publishing kesehatan paru masyarakat
(BBKPM) Surakarta.
Michael Hostiadi, (2015). Hubungan
antara tingkat kecemasan dengan Sadock, B. J,. & Sadock, V. A. (2010).
frekuensi kekambuhan keluhan Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta;
sesak napas pada pasien asma EGC
bronkial di SMF Paru RSD DR.
Soebandi Jember.Journal Of Saydam, G. (2011). Memahami
Agromedicine and Medical berbagai penyakit. Bandung;
Sciences, vol. 1 No. 1 2015 Alfabeta

Musliha, (2010). Keperawatan Gawat Setiadi, (2013). Konsep dan Praktik


Darurat. Yogyakarta; Nuha Penulisan riset keperawatan.
Medika Jogjakarta, Graha Ilmu.

Notoadmojo S, (2010). Metodologi Sri Siti Budayani, (2015). Hubungan


Penelitian Kesehatan. Jakarta; tingkat keecemasan dengan
Rineka Cipta kualitas tidur penderita asma di
RSUD kabupaten karanganyar.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Surakarta
(2003). Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Di Indonesia. Sri Khodijah, (2014). Hubungan antara
indeks massa tubuh dengan tingkat
Prabowo, E. (2014). Buku Ajar kontrol asma pada penderita asma
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta; umur lebih atau sama dengan 18
Nuha Medika tahun di BBKPM surakarta.
PSIK FK UNSRAT, (2013). Panduan Surtiretna N, (2013). Mengenal Sistem
Penulisan tugas akhir Proposal Pernapasan. Bandung. Kiblat Buku
dan Skripsi. Universitas Sam Utama
Ratulangi Manado.
Wahyu Wiyono, (2009). Hubungan
Ridawai, (2014). Tingkat kecemasan antara tingkat kecemasan
penderita pasien asma saat terjadi dengankecenderungan insomnia
kekambuhan di puskesmas bangsal pada lansia di panti werdha
kecamatan bangsal mojokerto. dharma bakti surakarta. Surakarta
Riskesdas, (2013). Data dan informasi
tahun 2013. (Profil Kesehatan
Indonesia).

7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, November 2016

Anda mungkin juga menyukai