Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam


kehidupannya. Hampir semua kegiatan manusia di setiap harinya, memerlukan listrik
yang pastinya diperlukan sebuah pembangkit listrik untuk dapat memenuhi kebetuhan
tersebut. Pada pembangkit listrik konvensional, penggunaan bahan bakar fosil
sebagai bahan bakar utama merupakan hal yang cukup kontras terhadap isu
menipisnya cadangan sumber-sumber bahan bakar tersebut, bukan hanya karna
menipisnya bahan bakar fosil tetapi juga kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
mendorong harga bahan pokok kebutuhan sehari-hari melonjak cukup segnifikan.
Juga naiknya tarif transportasi, listrik dan PDAM Pada tahun ini saja pemerintah
menaikkan harga Pertamax di DKI Jakarta, dan seluruh provinsi di Jawa-Bali
ditetapkan sebesar Rp 8.050 per liter dari harga semula Rp 7.750 per liter. Sedangkan
di daerah yang sama harga Pertalite naik menjadi Rp 7.350 per liter dari sebelumnya
Rp 7.050 per liter. Sementara itu, Pertamina Dex dilepas di harga Rp 8.400 per liter
untuk wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat serta Rp 8.500 per liter untuk DI
Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dexlite yang menjadi pilihan baru untuk
produk diesel ditetapkan menjadi Rp 7.200 per liter untuk Jawa-Bali-Nusa Tenggara
(bintang.com,2017). Oleh Karena itu kehidupan masyarakat kebawah semakin
terhimpit , masyarakat diperkotaan akan semakin tertekan.

Pada era saat ini banyak kekurangan yang tidak bias dibiarkan begitu saja,
untuk menghadapi masalah resesi ekonomi dan social yang belum menunjukkan
perbaikan yang meyakinkan. Penciptaan ide dan peluang-peluang baru perlu
ditingkatkan terutama untuk menciptakan energi listrik yang murah. Beberapa
penelitian juga telah meneliti energi terbarukan didaerah yang mempunyai sumber air
yang melimpah diaplikasikan energi mikrohidro, didaerah yang kaya akan gas
diaplikasikan energi terbarukan dari gas alam, dan lain lain sudah banyak
pengaplikasian yang sudah diterapkan. Tetapi tidak kalah pentingnya Indonesia yang

1
berpotensi mempunyai hembusan angin yang berkecukupan masih belum tergarap
dengan baik.

Dengan jumlah penduduk yang mendekati 250 juta orang (Hatmojo S ,2007),
dan konsumsi energi nasioanal dari tahun ketahun terus melakukan peningkatan dan
sampai saat ini sebagian besar menggunakan batu bara dan minyak bumi, selebihnya
yaitu energi listrik. Disamping batu bara dan minyak bumi adalah sumber devisa
energi utama di Indonesia tetapi penggunaannya sering menimbulkan masalah
terutama dibagian lingkungan, misalnya : rusaknya lahan, terganggunya lannscape
wilayah tertentu, dan pencemaran air serta udara. Sebagai konsekuensi atas
kebutuhan manusia akan kebutuhan listrik, maka harus dicari semacam solusi
terhadap pemenuhan listrik dengan pemanfaatan energi alternatif terbarukan yang
lebih ramah lingkungan.

Sesuai dengan Peraturan Presiden RI no. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan


Energi Nasional (KEN) yaitu pangsa pasar energi baru dan terbarukan dalam
konsumsi energi nasional tahun 2025 ditargetkan mencapai 17%. Namun demikian
pemerintah Indonesia ingin mencapai target yang lebih tinggi dengan mencanangkan
visi energi 25/25, dimana pemerintah berkomitmen meningkatkan penggunaan energi
baru dan terbarukan sampai 25% dari keseluruhan konsumsi energi pada tahun 2025
dan juga tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu (kurniasih, 2005).

Sebagai energi alternatif dan ramah lingkungan, tentunya Indonesia yang


memiliki kekayaan sumber daya alam, saat ini telah menerapkan aspek Wind energy
ke dalam teknologi yang mampu menghasilkan listrik tanpa menghasilkan gas
pembuangan. Menurut RUPTL PLN (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik)
2016-2025 pada halaman 49, paragraf ke-2 disebutkan bahwa Dalam pertemuan
G20 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, serta COP 21 di Paris, Indonesia
telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dari level
business as usual pada tahun 2030 atau 41% dengan bantuan internasional.

2
Dalam upayanya, pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2014 tentang kebijakan Energi Nasional, Pemanfaatan sumber daya energi
nasional yang diarahkan untuk ketenagalistrikan sebagai berikut:

Sumber energi terbarukan dari jenis energi aliran dan terjunan air, energi panas
bumi (termasuk skala kecil/modular), energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan
laut, energi angin, energi sinar matahari, biomassa dan sampah;
Sumber energi baru berbentuk padat dan gas;
Gas bumi, batubara.
Salah satu energi alternatif terbarukan yang saat ini cukup mendapat perhatian di
kalangan pengusaha serta ilmuwan dalam bidang energi, adalah penggunaan energi
angin untuk menggerakkan turbin angin guna memenuhi kebutuhan manusia akan
listrik. Sumber energi angina dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan cara
mengubah energi tersebut kedalam bentuk energi listrik melalui teknologi PLTB yang
terdiri dari komponen utama generator listrik, kipas pemutar poros yang digerakkan
angina merupakan penggerak mula menjadi energi mekanik berupa putaran poros
menggerakkan puly digunakan untuk menggerakkan generator sehingga
menghasilkan listrik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:


1. Apa pengertian dari energi angin?
2. Bagaimanakah potensi angin di Indonesia?
3. Apa itu turbin angin?
4. Ada berapa macam jenis turbin angin?
5. Apa saja komponen dasar PLKA (Pembangkit Listrik Kincir Angin?
6. Bagaimana Prinsip kerja dari PLKA?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari PLKA?

3
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah, antara lain:


1. Mengerti apa yang dimaksud dengan wind energy.
2. Dapat memahami dan mengerti potensi angin di Indonesia.
3. Mengetahui apa itu turbin angin.
4. Dapat mengetahui macam-macam turbin angin.
5. Mampu memahami bagian atau komponen dasar dari penerapan PLKA.
6. Mampu memahami prinsip kerja dari PLKA.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari PLKA.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat dari pembahasan pada makalah, antara lain:


1. Memahami tentang sumber energi alternatif wind energy.
2. Mengetahui komponen-komponen yang ada pada PLTB.
3. Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan kadar gas emisi rumah
kaca (CO2).
4. Sebagai bahan ajar dalam mengalisa pembangunan PLTB.
5. Sebagai sumber tambahan materi yang mendukung pembelajaran Energi
Alternatif dan Terbarukan, serta
6. Memenuhi tugas mata kuliah Energi Alternatif dan Terbarukan.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN ENERGI ANGIN


Energi angin merupakan energi yang berasal dari alam. angin ini disebabkan
karena karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan udara dingin. di
daerah panas, udaranya menjadi panas. Mengembang dan menjadi ringan, naik ke
atas dan bergerak ke daerah yang dingin. udara menjadi dingin dan turun ke bawah.
Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara. Perpindahan inilah yang disebut
sebagai angin (Bastomi, 2010). Sekarang ini, energi angin hanya memenuhi
sebagian kecil saja dari kebutuhan akan energi. Dengan demikian kemajuan
teknologi. Penggunaan energi angin makin meningkat dan biaya pekamaiannya
semakin murah.

Adapun manfaat kegunaan energi angin sebagai berikut:

a. Sebagai energi alternatif pengganti energi konvensional


Hasil survei yang dilakukan General Electric (GE) pada Juni tahun
lalu menunjukan hal yang cukup mengejutkan. Hanya 1 dari 10 orang
Indonesia yang paham mengenai energi terbarukan, di tengah
kekhawatiran soal polusi udara. Namun, di tengah-tengah ketidaktahuan
tersebut, 9 dari 10 orang menyatakan bahwa energi terbarukan mutlak
diperlukan jika kita peduli terhadap lingkungan.Hal tersebut bisa ditarik
dari sisi positif bahwa sebenarnya warga Indonesia pada dasarnya sangat
peduli terhadap lingkungan, dan akan mendukung rencanarencana
peningkatan kelestarian lingkungan; terutama jika rencana tersebut
berdampak positif bagi kehidupan sehari-hari, ujar Widhyawan
Prawiraatmadja, Country Executive dari GE Energy Indonesia.

Tidak seperti energi fosil yang jumlahnya sangat terbatas, energi


angin yang berasal dari alam sifatnya hampir bisa dibilang tidak terbatas.
Energi angin merupakan energi yang berkelanjutan karena senantiasa

5
tersedia di alam dalam waktu ynang relatif sangat panjang sehingga tidak
perlu khawatir akan kehabisan sumbernya. Beberapa bentuk energi
terbarukan antara lain cahaya matahari, angin, tenaga air, tenaga gelombang
dan geothermal yang dapat diperbarui secara alamiah. Alam menyediakan
berbagai sumber energi ini dalam jumlah yang sangat besar karena hampir
selalu ada dan siap diolah menjadi sumber energi. Dari penjelasan tersebut
bisa kita simpulkan, bahwa dengan adanya energi angin sebagai energi
alternatif bisa menggantikan energi bahan bakar fosil sebagai energi. karena
jika indonesia bahkan dunia terus menggunakan enegi bahan bakar fosil
sebagai energi pembangkit listrik. maka eksploitas akan semakin tinggi dan
keseimbangan lingkungan pun tidak berjalan dengan baik. dan bisa merusak
lingkungan di bumi ini.

b. Sebagai Pembangkit Kincir Angin/ Bayu

Dengan adanya turbin angin, kita bisa memanfaatkan energi angin


sebagai pembangkit listrik tenaga angin. Kini turbin angin lebih banyak
digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan
menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui yaitu angin.

Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum


dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU)
turbin angin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam
waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber
daya alam tak terbaharui (Contoh : batubara, minyak bumi) sebagai bahan
dasar untuk membangkitkan listrik.

Dengan Demikian adanya energi angin sebagai energi


nonkonvensional. Bisa menggantikan energi bahan bakar fosil, sebagai
sumber daya energi di muka bumi ini

6
c. Sebagai Akomodasi di bidang Pertanian
Selain sebagai pembangkit listrik, kincir angin juga digunakan untuk
mengakomodasikan kebutuhan para petani dengan memanfaatkan energi
angin. yang bermanfaat bagi para petani dalam melakukan penggilingan
padi, keperluan irigasi, dan juga digunakan untuk memompa air untuk
mengairi sawah.
Dengan demikian bisa kita analisis bahwa energi angin bisa
bermanfaat sebagai pembangkit tenaga listrik yang murah dan sangat
membatu dalam akomodasi pertanian serta bisa menggantikan bahan bakar
energi fosil yang digunakan sebagai bahan dasar utama pembangkit listrik.

2.2 POTENSI ANGIN DI INDONESIA

Berdasarkan data kecepatan angin di berbagai wilayah, sumberdaya energi


angin Indonesia berkisar antara 2,5 5,5 m/detik pada ketinggian 24 meter di atas
permukaan tanah. Dengan kecepatan tersebut sumberdaya energi angin Indonesia
termasuk dalam kategori kecepatan angin kelas rendah hingga menengah. Secara
keseluruhan, potensi energi angin Indonesia diperkirakan mencapai 9.290 MW.
Angin di wilayah Indonesia secara umum di sebelah utara khatulistiwa bertiup dari
arah Barat Laut menuju Timur Laut. Sedangkan di sebelah selatan khatulistiwa
bertiup dari arah Barat Daya menuju Barat Laut. Kecuali di Sumatera bagian selatan
dan Jawa angin bertiup dari arah Timur menuju Tenggara. Dikutip dari
majalahenergi.com diperoleh data kecepatan angin rata-rata tahunan pada beberapa
daerah di kawasan Indonesia. Pengukuran kecepatan angin ini dilakukan pada
ketinggian 50 m yang dapat dilihat pada Lampiran. Dari data kecepatan angin ini
memungkinkan untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin berskala
kecil di Indonesia. Berikut ini merupakan data potensi energi terbarukan di Indonesia.

7
Tabel 1 : potensi energi terbarukan di Indonesia

Sumber: (DESDM, 2005)


Gambar 1 : Aliran angin di Indonesia

Sumber: (bmkg.go.id)

2.3 TURBIN ANGIN

Turbin angin merupakan salah satu alat yang mekanisme kerjanya


memanfaatkan energi angin. Di negara-negara maju, sudah banyak pemanfaatan
turbin angin sebagai pembangkit listrik. Turbin angin yang digunakan dapat
menghasilkan kapasitas listrik yang tinggi yaitu mencapai ratusan megawatt. Di
negara-negara berkembang, penggunaan turbin angin berada dalam skala riset. Hal

8
ini dikarenakan teknologi yang berada di negara tersebut masih butuh
pengembangan lebih lanjut untuk memperoleh turbin angin yang bagus. Oleh karena
itu, untuk riset turbin angin akan dicari sebuah desain dan bahan beserta analisanya
untuk membuat turbin angin lebih baik dari sebelumnya.

Pembangkit tenaga angin mulai digunakan pada tahun 1975 oleh amerika
serikat dengan bantuan NASA (National Aeronautics and Space Andminstration)
dan NSF (National Science Foundation ) dengan awal penemuan turbin angin
dengan model MOD 0 menghasilkan daya sekitar 100 Kw sampai menciptakan
MOD 5B dengan menghasilkan daya sampai 7.2 Mw di tahun 1980 (Johson, 2006).

Kebanyakan turbin angin yang digunakan yaitu turbin angin horisontal yang
bersudu tiga atau dua. Turbin angin yaitu kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Daya yang dihasilkan oleh turbin angin tergantung
pada diamter dari sudu, semakin panjang diameter maka daya yang dihasilkan
semakin besar.

2.4 JENIS TURBIN ANGIN

Sekarang ini turbin angin banyak digunakan untuk mengkomodasi listrik


masyrakat, dengan menggunakan konversi energi dan menggunakan sumber daya
alam yang dapat diperbarui yaitu angin. jenis jenis turbin dibagi menjadi dua yaitu
turbin angin horisontal dan vertikal, dan ini lah gambar dari turbin angin tersebut.

Gambar 2 : Jenis turbin

a b

9
Sebagaimana gambar diatas turbin angina ada dua yaitu:
a. Turbin angin horizontal
b. Turbin angin vertikal

2.4.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal


Turbin angina sumbu horizontal adalah salah satu jenis turbin angina yang
lebih banyak digunakan. turbin ini terdapat sebuah Menara yang dipuncaknya
terdapat sebuah baling-baling yang fungsinya sebagai rotor yang menghadap arah
angina. Sebagaian besar turbin ini memiliki dua sampai tiga baling-baling walaupun
ada juga turbin yang lebih banyak baling-balingnya (Shemmerl, 2010). Komponen
utama turbin angin sumbu horizontal meliputi: Sudu (blade), ekor (tail), tiang
penyangga (tower), dan alternator.
Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin angin sumbu horizontal dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1. Upwind
2. Downwind
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya angin
sedangkan turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang membelakangi arah
datang angin.
Gambar 3 : Turbin angin sumbu horizontal

Sumber : http://michael-suseno.blogspot.co.id

10
2.4.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal
Turbin angin sumbu vertikal adalah jenis turbin angin yang pertama dibuat
manusia. Pada awalnya, putaran rotornya hanya memanfaatkan efek magnus yaitu
karena adanya selisih gaya drag pada kedua sisi rotor atau sudu sehingga
menghasilkan momen gaya terhadap sumbu putar rotor. Salah satu contoh turbin
angin sumbu vertikal jenis drag adalah turbin angin savonius, yang mana terdiri dari
dua atau tiga lembar pelat yang dilengkungkan pada arah tangensial yang sama
terhadap sumbu putar. Turbin angin poros vertikal atau yang lebih dikenal memiliki
ciri utama yaitu keberadaan poros tegak lurus terhadap arah aliran angin atau tegak
lurus terhadap permukaan tanah. Keuntungan dari konsep turbin angin sumbu vertikal
adalah lebih sederhana perancangan dan pembuatannya dibandingkan turbin angin
sumbu horizontal. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya adalah
memungkinkan penempatan komponen mekanik, komponen elektronik, transmisi
roda gigi, dan generator dekat dengan permukaan tanah. Rotor turbin angin sumbu
vertikal berputar tanpa dipengaruhi arah datangnya angin sehingga tidak
membutuhkan mekanisme pengatur arah (seperti ekor) seperti pada turbin angin
sumbu horizontal.

Turbin sumbu vertikal mempunyai beberapa jenis yaitu :


a. Savonius-Rotor
b. Darrieus-Rotor
c. H-Rotor
Gambar 4 : jenis turbin sumbu vertikal

Sumber : http://repository.usu.ac.id

11
a. Turbin Angin Savonius (Savonius Rotor)
Turbin ini merupakan turbin yang konstruksinya sederhana
pertamakali ditemukan oleh Sigurd J.Savonius sarjana Finlandia. Turbin yang
termasuk dalam kategori VAWT ini memiliki rotor dengan bentuk dasar
setengah silinder. Konsep yang diusung turbin ini memang cukup sederhana,
prinsip kerjanya berdasarkan differensial drag windmill (Mahendra, 2011).
Contoh turbin savonius seperti gambar diatas.

b. Turbin Angin Darrieus (Darrieus Rotor)


Turbin ini mulai diperkenalkan di Prancis pada sekitas tahun 1920-
an. Dan akhirnya dipatenkan oleh G.J.M. Darrieus di amerika serikat pada
tahun 1931, setelah itu turbin ini diperbarui lagi 1974 dengan menghasilkan
daya 64 Kw, keutungan turbin angin ini yaitu karena berbentuk vertikal,
turbin angin ini tidak mermelukan kecepetan angin yang tinggi untuk
menghasilkan daya, karena berbentuk troposkein yang ditemukan di Greek,
jadi cocok untuk dimana saja, selain itu, effisiensi dari turbin ini hampir
sama dengan effisiensi dari turbin angin horizontal, dan tidak perlu biaya
yang banyak untuk membuat turbin ini. Turbin bilah vertical ini mempunyai
bilah-bilah tegak yang berputar kedalam dan keluar dari arah angina
(Shemmerl, 2010).

c. Turbin H (H Rotor)
Turbin tipe H adalah variasi dari tipe Darrieus. Keduanya sama-sama
menggunakan prinsip gaya angkat untuk menggerakkan sudu. Tipe H jauh
lebih simpel dari tipe Darrieus. Bila tipe Darrieus menggunakan bilah
yang ditekuk, Universitas Sumatera Utara maka tipe H menggunakan
bilah lurus. Bilah ini dihubungkan ke poros menggunakan batang atau
lengan, kemudian poros langsung dihubungkan dengan generator.

12
2.5 KOMPONEN DASAR TURBIN ANGIN
Gambar 6 : Komponen turbin angin

Sumber : (www1.eere.energy.gov/windandhydro)
1. Rotor
Rotor merupakan bagian utama dari komponen fisik dari sebuah kincir angin
yang tampak dari luar. Bagian rotor sesungguhnya juga mencakup bebrapa
komponen lain, yaitu baling-baling yang disertai sistem pengarah sudut dari
suatu baling-baling terhadap arah tiupan angin yang dikenal degnan istilah
pitch control.
2. Baling-Baling
Komponen ini merupakan bagian yang terlihat paling jelas dan paling menarik
perhatian dari sebuah turbin angin. Tugas dari sebuah baling-baling atau yang
sering juga dikenal dengan istilah propeller ini adalah untuk menangkap
tenaga angin yang melewatinya dan mentransfer energi gerak ini menjadi

13
gerakan putaran melalui poros atau as. Selanjutnya, putaran ini dipergunakan
untuk memutar dinamo pembangkit listrik. Umumnya turbin angin modern
mempergunakan material ringgan dari jenis komposit yang terbuat dari
campuran serat gelas (fiber glass), serat karbon (carbon fiber), yang diikat
oleh epoxy resin.
3. Pitch, Pengatur Sudu Baling-Baling
Dalam kondisi angin lemah, sudu baling-baling diputar sehinga berada pada
sudut tegak lurus terhadap arah datangnya angin. Dengan demikian tenaga
angin yang lewat dapat ditangkap semaksimal mungkin untuk memutar sudu
baling-baling. Sebaliknya, bila kecepatan angin terlalu kuat, sudu baling-
baling diputar hingga membentuk sudut yang lebih kecil dari 90o sehingga
tenaga angin sebagian akan terbuang, dan kecepatan rotasi baling-baling dapat
dikurangi.
4. Rem (Brake)
Hampir semua turbin angin komersial yang beroprasi memiliki sistem yang
bekerja sebagai rem (brake) untuk mengurangi kecepatan hingga
menghentikan putaran baling-baling.
5. Poros (As) Baling-Baling
Tenaga putar dari baling-baling akan dirtansfer melalui sebuah poros atau as
menuju generator.
6. Roda Gigi (Gearbox)
Roda gigi, yang dikenal dengan istilah gearbox, merupakan sebuah perangkat
yang bekerja untuk mengubah kecepatan rotasi dari perlahan menjadi cepat,
atau dari cepat menjadi lebih perlahan sesuai dengan yang diperlukan.
7. Dinamo atau Generator Pembangkit Listrik
Tenaga putar atau rotasi dari baling-baling yang ditiup oleh angin akan
ditransfer menuju ke sebuah alat yang mampu mengkonversi energi gerak
atau energi kinetik menjadi energi listrik. Konversi menjadi energi listrik ini
merupakan fungsi dari generator listrik atau dinamo yang dipasang di dalam
turbin angin.

14
8. Kontrol Elektronik
Kontrol elektronik merupakan salah satu bagian yang penting untuk
menghindarkan turbin angin dari kerusakan. Alat kontrol ini akan
mengijinkan sistem untuk bekerja bila angin bertiup pada kecepatan 12-25
km/jam dan menghentikan sistem jika angin bertiup melebihi 88-100km/jam.
9. Anemometer
Anemometer merupakan alat yang mampu mengukur kecepatan angin.
Anemo meter akan memberikan sinyal kepada sistem kontrol bila ada kondisi
yang perlu diperhatikan, terutama bila angin bertiup terlalu kencang dan mulai
membahayakan turbin angin.
10. Pendeteksi Arah Angin (Wind Vane)
Alat ini juga mengirimkan sinyal datanya kepada sistem control untuk
memberikan data berkaitan dengan arah tiupan angin pada saat tersebut.
11. Pengukung Sistem (Nacelle)
Nacelle merupakan istilah yang diberikan untuk bagian dari sebuah turbin
angin yang menutupi seluruh komponen yang bergerak dari komponen
pembangkit listrik yang merupakan bagian penting dari sistem pembangkit
listrik didalam sebuah turbin angin.
12. Poros Pemutar Dinamo Kecepatan Rotasi Tinggi
Putaran rotasi rotor baling-baling turbin yang kecepatan tendah dikonversi
menjadi putaran RPM yang lebih tinggi dengan memanfaatkan sebuah sistem
roda gigi (gearbox). Putaran tinggi ini ditansfer menuju ke generator listrik
melalui sebuah poros yang berputar dengan kecepatan yang sudah diatur
hingga kecepatannya cukup ideal untuk generator tersebut membangkitkan
listrik.
13. Pemutar Arah Rotor Baling-Baling (Yaw Drive)
Turbin angin moderen memiliki komponen yang bertugas khusus untuk
memutar arah muka dari baling-baling agar selalu berhadapan pada posisi
tegak lurus terhadap arah angin.

15
14. Motor Penggerak Yaw Drive
Karena beban tenaga yang harus diberikan ketika memutar nacelle dan rotor
cukup berat, yaw drive ini dioprasikan dengan motor listrik atau sistem
hidraulik.

2.6 PRINSIP KERJA PLKA


Gambar 6 : Prinsip kerja turbin angin

Sumber : (document.tips.com)
1. Angin datang
2. menggerakkan kipas/ baling-baling
3. yang terhubung ke generator
4. Prinsip kerja generator berlawanan dengan motor listrik. Motor listrik
membutuhkan daya listrik untuk berputar, sedangkan generator akan
menghasilkan energi listrik sesuai dengan kecepatan putaran. Energi listrik
yang dihasilkan oleh generator diteruskan ke panel kontrol yang menampung
dari berbagai generator
5. untuk kemudian dinaikkan menjadi tegangan tinggi dengan transformator
penaik tegangan

16
6. Hal ini untuk efisiensi daya dan efisiensi biaya. Karena pada daya yang sama,
tegangan lebih tinggi cukup dengan penampang kabel yang lebih kecil (daya=
tegangan x arus). Melalui sistem distribusi dengan tiang-tiang tinggi, siap
untuk men-suplai kebutuhan listrik rumah tangga dan industri. Setelah sampai
pada daerah tertentu, dibutuhkan transformator penurun tegangan
7. yang disesuaikan dengan tegangan standar untuk rumah dan lainnya

2.7 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLKA


2.7.1 Kelebihan PLKA
Kelebihan PLKA yaitu :
a. Pembangkit listrik yang cepat didunia.
b. Penghemat listrik.
c. Energi angin sebagai energi yang murah dibandingkan energi lainnya.
d. Menjadi pengganti bahan bakar fossil sebagai sumber energi sehingga
bias meminimalisir penggunaan fossil. Energi angin tidak pernah habis
dipakai.
e. Dapat dikontribusikan dalam ketahanan energi dunia masa depan.
f. Merupakan sumber energi yang ramah akan lingkungan dan bebas
polusi.
g. Tidak menimbulkan efek rumah kaca serta tidak menghasilkan limbah
beracun.
2.7.2 Kerugian PLKA
Hal pertama mengenai kerugian PLKA adalah ketersediaannya angin.
Dibeberapa tempat memang hembusan angin yang kencang mudah ditemukan
sehingga kinerja kincirpun sangat maksimal, sementara itu diberbagai tempat
lain angina masih sulit ditemukan hal itu yang menghambat kinerja kincir
sehingga kincir tidak cukup kuat untuk menciptakan listrik yang memadai.
Tidak hanya angin saja yang menjadi masalahnya akan tetapi sumber
energi angin dalam operasinya masih membutuhkan bantuan sumber energi
lain misalnya energi surya atau yang lainnya, istilah ini biasanya mempunyai

17
pengertian penggabungan dua atau lebih pembangkit listrik dengan sumber
enrgy yang berbeda.
Selain masalah pada angin dan juga peanfaatan energi hibrid, kincir
angin mempunyai masalah pada kebisingan dikarenakan PLKA
menggerakkan rotor diturbin angin yang digerakkan oleh baling-baling turbin
angin, dibawah adalah tabel kebisingan yang dihasilkan angin.
Tabel 2 : tingkat kebisingan turbin angin
Aktifitas / kegiatan Tingkat kebisingan ( db )

Ambang pendengaran 0

Daun yang jatuh 3

kehidupan desa malam hari 20 - 35

berbisik 28

Turbin Angin 55

Rumah 59

Kantor 68

Di dalam mobil 82

Radio musi stereo 100

Pabrik 109

Bor jalan raya 130

Pesawat jet 145

Selain bunyi bising, turbin angin juga mempunyai resiko lain yaitu bisa
mengganggu burung yang sedang terbang, bahkan baling baling nya bisa
membunuhnya.
Selain itu, biaya instalasi tenaga angin yang masih relatif tinggi merupakan
kelemahan lain dari energi angin. Secara kasar, dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk

18
mengembalikan biaya instalasi energi angin. Memang, ini bukan waktu yang sangat
panjang, namun biaya instalasinya yang besar masih menjadi penghalang bagi
banyak orang untuk memanfaatkan energi angin. Kerugian lainnya dari tenaga angin
adalah bangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat mempengaruhi estetika
lanskap. Fasilitas listrik tenaga angin juga perlu direncanakan dengan hati-hati,
lokasi dan pengoperasiannya harus meminimalkan dampak negatif pada populasi
burung dan satwa liar.

Selain harus adanya kestabilan angin, kebisingan, mengganggu satwa, dan


instalasi yang masih mahal, serta perencanaan listrik yang harus sangat mantap.
Energi angina masih cukup kecil memenai daya yang dihasilkannya.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Energi angin sangat cocok dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti
energi konvensional, PLKA (Pembangkit Listrik Kincir Angin), dan sebagai
irigasi dibidang pertanian.
2. Di Indonesia hembusan angin sangat stabil, oleh sebab itu Indonesia sangat
berpotensi untuk pengenbangan PLKA
3. Dalam mengolah energi angin masih dibutuhkannya baterai untuk menyimpan
energi yang dihasilkan oleh turbin, disamping itu untuk mendukung energi
yang maksimal masih membutuhkan hybridpower.
4. Meskipun PLKA banyak keuntungannya salah satunya ramah lingkungan, dan
bebas polusi tetapi dibalik itu pengadaan kincir angin yang masih sangat
mahal dibutuhkan sekitar 10 tahunan untuk mengembalikan modal, dan juga
hasilnya masih kurang memuaskan dibandingkan hydropower.
5. Disisi lain dengan adanya PLKA kerugian yang akan diperoleh oleh suatu
makhluk yang mendiami di wilayah tersebut.

5.2 SARAN
1. Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan kedepannya penulis lain lebih
memperhatikan studi perencanaan dan me-review jurnal yang berkaitan
dengan PLKA. Sehingga literature yang digunakan dalam pembuatan makalah
dapat lebih banyak sumber ide-ide atau inspirasi baru.
2. Selama melakukan studi perencanaan atau penelitian, diharapkan peneliti
lebih memperhatikan standart keselamatan. Karena dapat berakibat sangat
fatal apabila terjadi kecelakaan/insiden di tempat pengolahan atau penghasil
energi listrik di bendungan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Bastomi, Akhwan, Simulasi Konversi Energi Angin Menjadi Energi Listrik Pada
Turbin Angin Sumbu Horizontal Dengan Menggunakan Matlab,2010, Malang
2. Bhandari, Binayak dkk., "Mathematical Modeling of Hybrid Renewable Energy
System : A Review on Small Hydro-SolarWind Power Generation", International
Journal of Precision Engineering and Manufacturing-Green Technology, vol. 1,
no. 2, hal. 157-173, April 2014.
3. Hatmojo S, 2007. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Untuk Penggerak Peralatan
Mesin Sederhana, Vol I November 2007, Hal 19-26
4. Johson, Gary L., 2006, Wind Energy System
5. Kurniasih, novi. dkk, Analisis Mode Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid
MicrohydroPhotovoltaic Array Menggunakan Homer Universitas Andalas Vol: 4,
No. 1, maret 2015
6. Mahendra, Bayu, 2011, Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin
Angin Savonius Type L, Malang
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 2015.
Pembelian Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Air Dengan Kapasitas
Sampai Dengan 10 MW Oleh PT. PLN. Jakarta: Permen ESDM 19 Thn 2015.
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional, 25 Januari 2006.
9. Sasongko, F. 2009. Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
Konversi ITB Bandung.
10. Sunardi, Didik dan Nugraha, Tutun (2013) Sains Energi Terbarukan Energi
Angin. Jakarta: PT Pelangi Ilmu Nusantara.
11. T. Al. Shemmerl, 2010, Wind Turbin, united states
12. Wiser, Ryan, Wind Turbin, New York

21

Anda mungkin juga menyukai