Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR

KESEHATAN REPRODUKSIN
IMUNISASI TETANUS TOXOID

A. Pengertian
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam seamua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi
dan prosesnya. (Yani Widyastuti, S.Si.T : 2009).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteran sosial secara utuh pada semuaa hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proseees reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spritual dan material
yang layak. (Saroha Pinem : 2002).

B. Tujuan
Menurut Saroha Pinem (2002) tujuan kesehatan reproduksi terbagi
menjadi 2, yaitu:
1. Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif ke pada perempuan termasuk
kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat
meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan
proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada
peningkatan kualitas kehidupanya.
2. Tujuan khusus kesehatan reprioduksi adalah :
a. Meningkatkan kemandirian perempuan, khusunya dalam peranan
dan fungsi reproduksinya.
b. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam
konteks : kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan
dan jark antar kehamilan.
c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki
d. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan,
mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan
kesehatan reproduksi.

C. Sasaran Kesehatan Reproduksi


Menurut Saroha Pinem (2002) sasaran utama kesehatan reproduksi adalah:
1. Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri belum
meningkah.
2. Kelompok resiko : pekerja seks, masyarakat yang termasuk keluarga
prasejahtera.

D. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap kesehatan Reproduksi


Faktor- faktor yang mempengaruhi besaran masalah kesehatan
reproduksi meliputi faktor demografis/sosial ekonomi, faktor budaya dan
lingkungan, psikoogis dan biologis. (Saroha Pinem : 2002) :
1. Faktor demografis dapat dinilai dari data : usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil
sedangkan faktor sosial ekonoi dapat dinilai dari tingkat pendidikan,
akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat
kemiskinan, rasio melek huruf, rasio remaja tidak sekolah dan atau
melek huruf.
2. Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama, status
peerempuan, ketidaksetaraan jender, lingkunagn tempat tinggal dan
bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung
jawanb reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
3. Faktor psikologi anatara lain rasa rendah diri, tekanan teman sebaya,
tindak kekerasan dirumah/lingkunagn, dan ketidakharmonisan oang
tua.
4. Faktor biologis meliputi : gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan
bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang panggul. Infeksi lain
atau keganasan.
E. Hak-hak Reproduksi
Hak- hak reproduksi menurut kesepakatan dalam konferensi
Internasional kependudukan dan pembangunan bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani
maupun rohani, meliputi. (Yani Widyastuti, S.Si.T : 2009):
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehtan reproduksi.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematiankarena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
7. Hak atas untuk bebas dari penganiyayaan dan perlakuan buruk
termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasaan, penyiksaan, dan
pelecehan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatna reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpatisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

F. Pengertian Tetanus Toxoid


Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan (Poltekkes,2010).
Imunisasi TT merupakan perlindunagn terbaik untuk melawan
tetanus baik untuk wanita ataupun bayinya. Oleh karena itu hal ini sangat
penting bagi wanita untuk diimunisasi sesuai jadwal. Wanita dan
keluarganya harus merencanakan untuk memilih tempat persalinan yang
bersih dan aman serta tenaga kesehatan yang terampil. Untuk mencegah
tetanus. (Indrayani,SST. 2011).

G. Meningkatkan imunisasi terhadap tetanus tiksoid


Remaja putri perlu meningkatkan imunitas terhadap tetanus
toksoid melalui imunisasi TT. Remaja putri yang telah mendapat imunisasi
TT, didalam tubuhnya akan terbentuk zat anti terhadap tetanus toksoid.
Sehingga jika suatu saat lagi ia hamil, maka secara pasif alamiah janin
dalam kandungannya juga akan mempunyai zat anti ini. Jadi, bila bayi
lahir dan terpapar spora dari Clostridium tetanii, maka ia tidak akan
menderita tetanus neonaturum ata bila menderita sakit tidak akan terjadi
komplikasi atau fatalitas. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate/ CFR)
dari tetanus neonaturum yang dirawat dirumah sakit indonesia bervariasi
dengan rentang 10.8-55%. (Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010).

H. Manfaat Imunisasi Tetanus Toxoid


Menurut Saifudin (2010) manfaat Imunisasi TT adalah:
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia
kurang 1 bulan yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalm
proses persalinan
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada
vagina mempelai wanita yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang
mungkin terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya
sedini mungkin
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali
pusar.
I. Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc
di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam. (Saifuddin, 2010)

J. Waktu pemberian imunisasi TT


Waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga
enam bulan sebelum pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki
waktu untuk membentuk antibodi. (Saifuddin, 2010)

K. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2


Tabel 1.
Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antige
Jadwal Pemberian Masa Perlindungan
n

langkah awal untuk mengembangkan


TT1 0
kekebalan tubuh terhadap infeksi

4 minggu setelah TT.1 untuk


TT2 3 tahun
menyempurnakan kekebalan

6 Bulan atau lebih setelah TT.2 untuk


TT3 5 Tahun
menguatkan kekebalan

1 Tahun atau lebih setelah TT.3 untuk


TT4 10 Tahun
menguatkan kekebalan

1 tahun atau lebih setelah TT.4 untuk


TT5 25 Tahun
mendapatkan kekebalan penuh

Jarak waktu yang panjang antara pemberian imunisasi TT kedua


dengan saat kelahiran bayi dapat mempertinggi respon imunologik dan
diperoleh cukup waktu agar antibodi di dalam tubuh ibu berpindah ke
tubuh bayi. ( Saifuddin, 2010 ).

L. Efek samping imunisasi TT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan
dan pembengkakan pada tempat suntikan. Hal inni akan berlangsung
sekitar 1-2 hari dan akan sembuh tanpa dilakukan pengobatan. TT adalah
antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin,
2010).

M. Cara Pemberian Imunisasi TT


Menurut Saifudin (2010) cara pemberian imunisasi TT yaitu :
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
2. Suntikkan diberikan pada lengan atas secara intramuskular atau
subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
3. Mintalah pasien untuk duduk.
4. Suruh dia menurunkan bahunya dan meletakkan tangan kiri di
belakang punggungnya atau diatas panggul. Posisi ini akan
meregangkan otot pada lengan dan membuat suntikan menjadi hampir
tidak sakit.
5. Letakkan jari dan ibu jari anda pada bagian luar lengan atas.
6. Gunakan tangan kiri anda untuk menekan ke atas otot lengan.
7. Cepat tekan jarum ke bawah melalui di antara jari jari anda,
masukkan ke dalam otot.
8. Tekan alat penyedot (Plunger) dengan ibu jari anda untuk
menyuntikkan vaksin.
9. Tarik jarum dengan cepat dan hati hati dan mintalah sasaran untuk
menekan tempat suntikan secara hati hati dengan kapas jika terjadi
perdarahan.
N. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT
Menurut Saifudin (2010) Tempat Pelayanan imunisasi TT adalah
1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Rumah sakit
4. Rumah bersalin
5. Polindes
6. Posyandu
7. Rumah sakit swasta
8. Dokter praktik, dan
9. Bidan praktik
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari. 2010.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Poltekkes, Depkes Jakarta 1. 2010.Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.
Jakarta : Salemba Medika.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans info
Media
Indrayani,SST. 2011. Buku Ajaran Asuhan Kehamilan. Jakarta : Trans Info Media
Yani Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai