Anda di halaman 1dari 30

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN


TENAGA LISTRIK
BAB II

PERSYARATAN, KOMPONEN DAN ALAT INSTALASI


TENAGA LISTRIK SESUAI STANDAR PUIL/SNI

SYAMSUARNIS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
BAB II
PERSYARATAN, KOMPONEN DAN ALAT INSTALASI TENAGA LISTRIK
SESUAI STANDAR PUIL/SNI

A. Tujuan
Setelah mengikuti dan menyelesaikan kegian-kegiatan belajar dari sumber belajar ini,
diharapkan peserta diklat: Memahami persyaratan instalasi tenaga, dan mampu menyeleksi,
mengidentifikasi, dan menentukan fungsi komponen dan alat instalasi tenaga listrik sesuai standar
PUIL/SNI.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi untuk kegiatan pembelajaran ini adalah : Memahami
persyaratan instalasi tenaga listrik , dan Menyeleksi komponen dan alat instalasi tenaga listrik
sesuai standar PUIL/SNI.

C. Uraian Materi

Bahan Bacaan 1: Persyaratan Instalasi Tenaga


Pengertian Instalasi listrik Tenaga adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik
untuk melayani perubahan energi listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Secara umum instalasi
listrik tenaga membahas motor AC-DC, generator, dan transformator.

1. Syarat-syarat Instalasi Tenaga


a. Syarat ekonomis
Instalasi listrik tenaga harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga dari keseluruhan
instalasi itu, ongkos pemasangan, dan ongkos pemeliharaannya semurah mungkin. Rugi-rugi
daya listrik yang hilang harus sekecil mungkin.
Rugi voltase maksimal 5 % dari voltase sumber.
b. Syarat Keamanan
Instalasi listrik tenaga harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan keselamatan jiwa
manusia, terjaminnya peralatan dan benda-benda di sekitarnya dari kerusakan akibat adanya

1
gangguan seperti: gangguan hubungan singkat, gangguan beban lebih, gangguan voltase lebih,
dan sebagainya.
c. Syarat Keandalan
Kelangsungan pemberian/pengaliran arus Listrik kepada beban/konsumen pemakai
listrik harus terjamin secara baik.
Jadi instalasi listrik tenaga harus direncanakan sedemikian rupa sehingga kemungkinan
terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.
d. Klasifikasi Keandalan Beban
1) Beban yang memerlukan keandalan sangat tinggi, karena terhentinya aliran listrik mungkin
dapat menyebabkan kematian atau kecelakaan.
2) Beban yang memerlukan keandalan tinggi, jika aliran listrik berhenti tidak menyebabkan
kematian manusia, tetapi menyebabkan kerusakan pada beban atau menyebabkan
kerugian yang sangat besar
3) Beban dengan keandalan biasa, apabila aliran listrik terhenti tidak begitu membahayakan
dan merugikan.
4) Mutu terjamin, dalam hal ini konsumen mendapat aliran listrik sesuai dengan ukuran
normal dari beban.
5) Mudah diperluas, bahwa instalasi listrik harus direncanakan pula perluasan beban agar
tidak begitu sukar jika diperlukan.

Motor listrik berfungsi sebagai alat yang merubah energy listrik menjadi energy mekanis
untuk menggerakkan mesin-mesin pemakai listrik. Motor listrik agar berjalan dengan baik dan
aman, maka motor-motor listrik harus dipilih sedemikian rupa sehingga cocok dan sesuai dengan
keadaan bebannya atau mesinnya.

2. Persyaratan Umum Pemasangan Motor Listrik


Berdasarkan PUIL 2011 (510.5.1.1) setiap plat nama motor harus terdapat keterangan atau
tanda mengenai hal berikut:
a. nama pembuat
b. voltase pengenal
c. arus beban pengenal
d. daya pengenal
e. frekuensi pengenal dan jumlah fase untuk motor arus bolak balik

2
f. putaran permenit pengenal
g. suhu lingkungan pengenal dan kenaikan suhu
h. kelas isulasi
i. voltase kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor induksi rotor lilit
j. jenis lilitan; shunt, kompon, atau seri untuk motor a.s
k. daur kerja.

Setiap motor dan lengkapannya yang hendak dipasang harus dalam keadaan baik serta
didesain dengan tepat untuk maksud penggunaannya dan sesuai dengan keadaan lingkungan
tempat motor dan lengkapan tersebut akan digunakan (510.5.1.2). Sebagai contoh pada tempat
yang berdebu, maka motor dan lengkapannya harus terlindungi agar debu tidak mudah masuk
motor maupun lengkapannya. Penempatan motor juga harus memperhatikan pertukaran udara,
agar motor dan lengkapannya cukup terjamin pendinginannya. Selanjutnya bila motor harus tahan
tetes, tahan percikan air, tahan hujan, kedap air, atau memiliki kualitas lain hendaklah dipasang
sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor (510.5.1.3).
Motor terbuka yang mempunyai komutator atau cincin pengumpul, harus ditempatkan atau
dilindungi sedemikian sehingga bunga api tidak dapat mencapai bahan yang mudah terbakar di
sekitarnya.(510.5.1.4).

3. Pengendalian Motor
Setiap motor listrik yang digunakan hendaklah dipasang sedemikian berserta lengkapannya
dengan baik. Puil 2011 menjelaskan motor harus dipasang sedemikian sehingga dapat dijalankan,
diperiksa,dan dipelihara dengan mudah dan aman (510.5.1.6.1). Penempatan pemasangan motor
diusahakan agar mudah terlihat dan dibaca plat nama motor. Lengkapan pengatur dan
perlengkapan kendali harus dapat dijalankan, diperiksa, dan dipelihara dengan mudah dan aman
(510.5.1.6.3).

4. Rangkaian Motor
Motor listrik sangat berbeda dengan piranti listrik lainnya, dimana pada saat dioperasikan
memerlukan tenaga yang lebih besar dari pada saat telah beroperasi. Sebagaimana disyaratkan
oleh PUIL 2011, kondukstor sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Disamping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan
konduktor yang cukup ukurannya hingga tidak terjadi drop voltase yang berlebihan. Konduktor

3
akhir untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat menyimpang dari persyaratan di atas asalkan
jenis dan penampang konduktor serta pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut
510.5.3.1).
Konduktor sirkit akhir yang mensuplai dua motor atau lebih, tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari jumlah arus beban penuh semua motor itu ditambah 25 % dari arus beban penuh
motor yang terbesar dalam kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar ialah yang
mempunyai arus beban penuh tertinggi (510.5.3.2).

Gambar 1. Motor Sirkit dan Kendali

Bahan Bacaan 2: Komponen, Simbol dan Fungsi Alat Instalasi Tenaga Listrik

1. Titik Kontak
a. Titik Kontak Jenis a (Normally Open/NO)
Titik kontak ini sebelum bekerja dalam keadaan terbuka dan bila bekerja maka titik kontak
akan menutup sehingga mengalirkan arus listrik. Titik kontak semacam ini banyak dipakai pada
Push bottom untuk tombol start karena hanya akan menghubungkan kontak selama tombol
ditekan.

(a) Kontak Belum Bekerja (b) Kontak Bekerja setelah


(terbuka) ditekan (tertutup)

4
b. Titik Kontak Jenis b (Normally Close/NC)
Kontak ini dalam keadaan tertutup atau terhubung sehingga mengalirkan arus listrik. Apabila
kontak ini ditekan atau bekerja, maka titik kontak akan terbuka sehingga arus akan
terputus/terhenti. Titik kontak ini banyak dipakai dalam Push bottom untuk tombol stop karena
kontaknya akan membuka, jika tombol ditekan

(a) Kontak Belum Bekerja (b) Kontak Bekerja Setelah


(tertutup) ditekan (terbuka)
c. Titik Kontak Jenis c (NO dan NC)
Titik kontak ini bekerja dengan prinsip kedua kontak di atas. Kontak ini memiliki tiga buah
titik kontak. Apabila kontak belum bekerja maka salah satu kontak akan terhubung dengan kontak
lain sedangkan kontak yang lain akan terbuka. Kontak ini memiliki tiga buah titik kontak.
Kontak NC Kontak NC

Kontak NO Kontak NO
(a) Kontak Belum Bekerja (b) Kontak Bekerja

2. Saklar Manual
Saklar manual ialah saklar yang berfungsi menghubung dan memutuskan arus listrik yang
dilakukan secara langsung oleh orang yang mengoperasikannya. Dengan kata lain pengoperasian
saklar ini langsung oleh manusia tidak menggunakan alat bantu. Sehingga dapat juga disebut
saklar mekanis. Pada saat saklar memutus dan menghubung, pada kontak saklar akan terjadi
percikan bunga api terutama pada beban yang besar dan voltase yang tinggi. Karena itu gerakan
memutus dan menghubung saklar harus dilakukan secara cepat sehingga percikan bunga api yang
terjadi kecil. Dengan saklar ini motor listrik dapat dihubungkan langsung dengan jala-jala (direct on
line), atau dapat pula saklar ini digunakan sebagai starter (alat asut) pada motor-motor listrik 3
fase daya kecil.
a. Saklar SPST (Single Pole Single Throw Switch)

5
Saklar SPST adalah saklar yang terdiri dari satu kutub dengan satu arah, Fungsinya untuk
memutus dan menghubung saja. Saklar jenis SPST ini hanya digunakan pada motor dengan daya
kurang dari 1 PK.
b. Sakelar SPDT (Single Pole Double Throw Switch)
Saklar SPDT adalah saklar yang terdiri dari satu kutub dengan dua arah hubungan. Saklar ini
dapat bekerja sebagai penukar. Pemutusan dan penghubungan hanya bagian kutub positif atau
fasenya saja.

c. Saklar DPST (Double Pole Single Throw Switch)


Saklar DPST adalah saklar yang terdiri dari dua kutub dengan satu arah. Jadi hanya dapat
memutus dan menghubung saja.

d. Saklar DPDT (Double Pole Double Throw Switch)


Saklar DPDT adalah saklar yang terdiri dari dua kutub dengan dua arah. Sakelar jenis ini
dapat bekerja sebagai penukar. Pada instalasi motor dapat digunakan sebagai pembalik putaran
motor arus searah dan motor satu fase. Juga dapat digunakan sebagai pelayanan dua sumber
voltase pada satu motor.

e. Saklar TPST (Three Pole Single Throw Switch)


Saklar TPST adalah sakelar dengan satu arah pelayanan. Digunakan untuk melayani motor 3
fase atau sistem 3 fase lainnya.

6
f. Saklar TPDT (Three Pole Double Throw Switch)
Saklar TPDT adalah saklar dengan tiga kutub yang dapat bekerja ke dua arah. Saklar ini
digunakan pada instalasi motor 3 fase atau sistem 3 fase lainnya. Juga dapat digunakan sebagai
pembalik putaran motor 3 fase, layanan motor 3 fase dari dua sumber dan juga sebagai starter
bintang segitiga yang sangat sederhana.

g. Drum Switch
Saklar Drum Switch adalah saklar yang mempunyai bentuk seperti drum dengan posisi
handle (tangkai) penggerak memutus dan menghubung berada di ujungnya. Drum Switch
digunakan pada motor-motor kecil sebagai penghubung motor dengan jala-jala (sumber voltase).
Jenis saklar ini banyak dipakai pada industri dan perbengkelan. Drum Switch biasanya dipasang
pada dinding mesinnya. Pada bagian bawah sakelar terdapat lubang untuk pemasangan konduit

h. Cam Switch (Saklar Putar Cam)


Saklar ini adalah salah satu jenis dari sakelar manual. Cam Switch banyak digunakan dalam
rangkaian utama pada rangkaian kontrol. Misalnya untuk hubungan bintang segitiga, membalik
putaran motor 1 fase atau motor 3 fase.
Alat ini terdiri dari beberapa kontak, arah pemutaran dan sakelar akan mengubah kontak-
kontak menutup atau membuka dan beroperasi dalam satu putaran.

1) pemutar (handle),
2) plat dengan simbol pengoperasian,
3) mekanis yang berputar yang menentukan langkah putaran saketar.
7
i. Push bottom
Push bottom merupakan suatu jenis saklar yang banyak dipergunakan dalam rangkaian
pengendali dan pengaturan. Saklar ini bekerja dengan prinsip titik kontak NC atau NO saja, kontak
ini memiliki 2 buah terminal baut sebagai kontak sambungan. Sedangkan yang memiliki kontak NC
dan NO kontaknya memiliki 4 buah terminal baut. Push bottom akan bekerja bila ada tekanan
pada tombol dan saklar ini akan memutus atau menghubung sesuai dengan jenisnya. Bila tekanan
dilepas maka kontak akan kembali ke posisi semula karena ada tekanan pegas.

Push bottom NO berfungsi jika ditekan (ditombol), maka


kontaknya akan menghubungkan atau bekerja (ON), dan jika
dilepaskan tombol (tidak ditombol) pada posisi semula, maka
aliran arus akan terputus atau tidak bekerja (OFF)
NO
Push bottom NC berfungsi jika ditekan (ditombol), maka
kontaknya akan memutuskan atau tidak bekerja (OFF), dan
jika dilepaskan tombol (tidak ditombol) pada posisi semula,
maka aliran arus akan mengalir terus atau pada posisi bekerja
NC (ON)

Push Bottom mengunci, berfungsi jika ditekan bekerja (ON)


dan apabila dilepas tetap bekerja (ON), tetapi jika ditekan
Push Bottombottom untuk kedua kalinya maka akan tidak bekerja (OFF)
Push Bottom
Mengunci
Gambar 2. Push Bottom

Push buttom pada umumnya memiliki konstruksi yang terdiri dari kontak bergerak dan
kontak tetap. Dari konstruksinya, maka Push bottom dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
1) Tipe NO
Tombol ini disebut juga dengan tombol start karena kontak akan menutup bila ditekan dan
kembali terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak bergerak akan menyentuh
kontak tetap sehingga arus listrik akan mengalir.

2) Tipe NC
Tombol ini disebut juga dengan tombol stop karena kontak akan membuka bila ditekan dan
kembali tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas dari kontak tetap sehingga arus
listrik akan terputus.

8
3) Tipe NC dan NO
Tipe ini kontak memiliki 4 buah terminal baut, sehingga bila tombol tidak ditekan maka
sepasang kontak akan NC dan kontak lain akan NO, bila tombol ditekan maka kontak tertutup akan
membuka dan kontak yang membuka akan tertutup.

Pada gambar di atas, posisi Push bottom pada kondisi normal (belum ditekan) maka
lampu 1 (merah) yang akan hidup (on) dan lampu 2 akan mati (off)

Setelah ditekan, posisi Push bottom akan berubah, sehingga lampu 1 akan mati (off)
sedangkan lampu 2 (hijau) akan hidup (on)

3. Kontaktor Magnet
Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen
kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada alat penghubungnya. Selain
itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan beberapa alat otomatis paling mudah
dengan menggunakan alat penghubung sakelar magnet yang biasa dikenal dengan kontaktor.
Kontaktor magnet adalah suatu alat penghubung listrik yang bekerja atas dasar magnet yang
dapat menghubungkan antara sumber arus dengan muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan
arus, maka koil akan menjadi magnet dan menarik kontak sehingga arus mengalir.

9
Kontaktor magnet atau saklar magnet ialah saklar yang bekerja berdasarkan kemagnetan.
Artinya sakelar ini bekerja jika ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
pelepas kontak-kontak. Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan arus dan memutuskan arus
dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang mengalir selama pemutusan tidak
terjadi. Sebuah kontaktor dapat memiliki koil yang bekerja pada tegangan DC atau AC. Pada
tengangan AC, voltase minimal adalah 85% voltase kerja, apabila kurang maka kontaktor akan
bergetar.
Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya pada kontaktor
terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak
normal menutup (Normally Close = NC). Kontak NO berarti saat kontaktor magnet belum bekerja
kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/menghubung. Sedangkan
kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila
kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak
NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

Pada gambar di atas, kontak 3 dan 4 adalah NC sedangkan kontak 1 dan 2 adalah NO.
Apabila tidak ada arus maka kontak akan tetap diam. Tetapi apabila arus dialirkan dengan
menutup switch maka kontak 3 dan 4 akan menjai NO sedangkan kontak 1 dan 2 menjadi NC.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah.
Fungsi dari kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu. Kontak utama
tendiri dari kontak NO dan kontak bantu terdiri dan kontak NO dan NC. Konstruksi dari kontak
utama berbeda dengan kontak bantu, yang kontak utamanya mempunyai permukaan yang luas
dan tebal. Kontak bantu luas permukaannya kecil dan tipis.
Kontaktor pada umumnya memiliki kontak utama untuk aliran 3 fase. Dan juga memiliki
beberapa kontak bantu untuk berbagai keperluan. Kontak utama digunakan untuk mengalirkan
arus utama, yaitu arus yang diperlukan untuk beban, misalnya motor listrik, pesawat pemanas dan

10
sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus bantu yaitu arus yang
diperlukan untuk kumparan magnet, alat bantu rangkaian, lampu lampu indikator, dan lain-lain.

KOMPONEN DAN SIMBOL Keterangan No. Kontak Keterangan


Hubungan penghantar untuk sumber
tegangan pada Kontaktor. Dimana
A1 merupakan terminal masukan dari
A1 & A2
sumbertegangan, sedangkan A2
merupakan terminal keluaran yang
Simbol sebuah coil yang menuju ke nol/netral.
merupakan komponen Merupakan terminal kontak
utama dalam kontaktor, Normally Open (NO) untuk masukan
berfungsi sebagai 1, 3, 5 dari sumber tegangan yang
penggerak kontak digunakan pada rangkaian beban
Coil kontak yang ada (utama)
Merupakan pasangan pada terminal
Kontak Utama kontak Normally Open (NO) untuk
2, 4, 6 keluaran dari kontaktor yang menuju
ke beban atau pada rangkaian beban
(utama)

13 & 14
Sebuah kontak pada 23 & 24 Kontak bantu NO merupakan
kondisi NORMALLY 33 & 34 Terminal penghubung untuk
OPEN dan disingkat 53 & 54 pasangan kontak kontak bantu pada
dengan istilah NO 63 & 64 kondisi NORMALLY OPEN (NO)
Kontak 73 & 74
Utama
11 & 12
Sebuah kontak pada 21 & 22 Kontak bantu NC merupakan
kondisi NORMALLY 31 & 32 Terminal penghubung untuk
Kontak Bantu CLOSE dan disingkat 51 & 52 pasangan kontak kontak bantu pada
Kontak dengan istilah NC 61 & 62 kondisi NORMALLY CLOSE (NC)
Bantu 71 & 72
Gambar 3. Kontaktor Magnet

Dewasa ini kontaktor magnet lebih banyak digunakan di bidang industri dan laboratonium.
Hal ini karena kontaktor mudah dikendalikan dari jarak jauh. Selain itu, dengan perlengkapan
elektronik dapat mengamankan rangkaian listrik.
Keuntungan menggunakan kontaktor ialah:
a. pelayanannya mudah,
b. momen kontak cepat.

Sedangkan Kerugiannya:
a. mahal harganya,
b. perawatannya cukup sukar,
c. jika saklar putus sedangkan kontaktor dalam keadaan bekerja, maka kontaktor akan lepas
dengan sendirinya. Kontaktor tidak akan bekerja lagi walaupun sakelar induk telah disambung
kembali sebelum tombol start ditekan lagi.
11
Tidak seperti sakelar mekanis, dalam merakit dan menggunaan kontaktor harus dipahami
rangkaian pengendali (kontrol) dan rangkaian utama. Rangkaian pengendali ialah rangkaian yang
hanya menggambarkan bekerjanya kontaktor dengan kontak-kontak bantunya. Sedangkan
rangkaian utama ialah rangkaian yang khusus memberikan hubungan beban dengan sumber
voltase (jaIa-jala) 1 fase atau 3 fase. Bila kedua rangkaian itu dipadu akan menjadi rangkaian
pengawatan (circuit diagram).

4. Thermal Overload Relay (TOR)


Instalasi motor listrik membutuhkan proteksi untuk menjaga motor dari kerusakan akibat
gangguan. Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu proteksi motor dari arus yang berlebih.
Bila Arus yang melewati motor terlalu besar maka motor akan rusak, oleh sebab itu TOR akan
memutuskan rangkaian apabila ada arus yang melebihi batas beban.
Relay ini dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama 2, 4, 6 sebelum ke beban
(motor). Gunanya untuk mengamankan motor atau memberi perlindungan kepada motor dari
kerusakan akibat beban lebih. Beberapa penyebab terjadinya beban lebih antara lain:
a. terlalu besarnya beban mekanik dari motor
b. arus start yang tertalu besar atau motor berhenti secara mendadak
c. terjadinya hubung singkat
d. terbukanya salah satu fase dari motor 3 fase.
Arus yang terlalu besar yang timbul pada beban motor akan mengalir pada belitan motor
yang dapat menyebabkan kerusakan dan terbakarnya belitan motor. Untuk menghindari hal itu
dipasang termal beban lebih pada alat pengontrol. Prinsip kerja termal beban lebih berdasarkan
panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui elemen-elemen pemanas
bimetal. Dan sifatnya pelengkungan bimetal akibat panas yang ditimbulkan, bimetal akan
menggerakkan kontak-kontak mekanis pemutus rangkaian listrik (Kontak 95-96 membuka)

Pada TOL tersebut memiliki perangkat yaitu, :


1. Reset Mekanik
Fungsinya yaitu : untuk mengembalikan
kedudukan kontak pada posisi semula,
pengaturan batas arus trip bila terjadi beban
lebih
2. Arus Setting ( batas arus )
Fungsinya yaitu : sebagai harga arus atau batas
arus pada pemanasnya atau arus yang mengalir
TOL Thermal Overload (TOL) pada kontraktor
Gambar 4. Thermal Overload (TOL)

12
TOR bekerja berdasarkan prinsip pemuaian dari benda bimetal. Apabila benda terkena arus
yang tinggi, maka benda akan memuai sehingga akan melengkung dan memutuskan arus.

Bimetal Terkena Panas

Arus yang berlebihan akan menimbulkan panas, sehingga dapat membengkokkan benda
bimetal.

Untuk mengatur besarnya arus maksimum yang dapat melewati TOR, dapat diatur dengan
memutar penentu arus dengan menggunakan obeng sampai didapat harga yang diinginkan.

5. Time Delay Relay


Relay timer atau relay penunda batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor
terutama instalasi yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis. Peralatan kontrol ini
dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya dengan MC (Magnetic Contactor),
Thermal Over Load Relay, dan lain-lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang
dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mangatur waktu hidup atau mati dari kontaktor
atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay waktu tertentu.
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja menggunakan induksi
motor dan menggunakan rangkaian elektronik. Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor
akan bekerja bila motor mendapat voltase AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta
menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang
dihubungkan seri atau paralel. Bila voltase sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan
terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor.
Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan dan bagian outputnya sebagai
kontak NO atau NC.

13
Simbol Timer
Tunggal
Timer
Tunggal

Coil kontak pada


timer produk Timer
OMRON bernomor 2
&7
Coil
Terminal penghubung untuk
1&3 pasangan kontak kontak
Kontak kontak pada NORMALLY OPEN (NO)
8&6
timer terdiri dari 1
NO dan 1 NC yang
menjadi satu bagian Terminal penghubung untuk
1&4
pasangan kontak kontak
8&5
NC & NC NORMALLY CLOSE (NC)
Gambar 5. Timer

4 5
6 5 4 3

3 6
3 4

2 7 2 5
2
2 1 6
1 8
8 7

7 8 1 2
INPUT

Kaki-kaki Timer Soket Timer

Timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki koil sebagai contoh pada
gambar yaitu kaki 2 dan 7, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC
dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki
6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis Relay timernya.

6. Miniature Circuit Breaker (MCB)


MCB Adalah suatu alat yang bekerja dengan cara semi otomatis, MCB dapat memutuskan
rangkaian arus listrik dengan cara mekanis dan dapat juga mengamankan rangkaian arus listrik
dengan cara otomatis bila terjadi hubungan singkat serta beban lebih dalam suatu rangkaian.
Prinsip kerja MCB adalah asas kerja termis (panas) dengan menggunakan bimetal. Bila kawat
resistansi yang terdapat pada bimetal dialiri arus yang melebihi harga nominalnya, maka bimetal

14
akan bergerak atau melengkung akibat panas. Gerakan atau lengkungan ini akan menolak bagian
mekanis dari MCB yang akan menyebabkan tuas MCB terlepas (OFF).
MCB terdiri dari MCB 1 fase dan MCB 3 fase yng masing-masingnya mempunyai ukuran arus
yang berbeda-beda.
Perhitungan arus untuk MCB adalah sebagai berikut :
In motor = 8,6 A
1 MCB = ln motor x 1,25 = 8,6 x 1,25 = 10,75 A
Maka digunakan MCB 3 fase merk HANGER dengan arus maksimal 32 A.

MCB memiliki 2 fungsi yaitu :


1. Sebagai pengaman (protection)
terhadap beban lebih (arus yang
melaluinya).
2. Sebagai pengaman apabila
terjadi hubung singkat (short
circuit) atau konsleting dalam
Simbol MCB rangkaian.
MCB
Gambar 6. Miniature Circuit Breaker

7. ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)


Proteksi pada instalasi listrik dapat berupa proteksi untuk hubung singkat, arus lebih, arus
bocor ke tanah dan proteksi dari berbagai gangguan listrik lainnya. Untuk proteksi arus bocor ke
tanah pada umumnya digunakan ELCB.
ELCB merupakan alat yang dapat menghubungkan dan memutuskan arus listrik secara
otomatis atau semi otomatis, alat ini dilengkapi dengan proteksi manusia dari voltase sentuh. Alat
ini bekerja dengan mendeteksi apakah ada perbedaan arus yang mengalir pada kawat listrik.
a. Prinsip Kerja ELCB
Rangkaian ELCB terdiri dari kumparan magnet dan saklar, saklar ini dikendalikan secara
manual dan magnet listrik. Apabila kedudukan saklar penghubung ELCB dalam keadaan tertutup,
maka sumber voltase listrik akan mengalir ke bagian beban. Kumparan magnet lah yang akan
membuka rangkaian apabila ada arus listrik yang mengalir pada kumparannya. Kumparan magnet
ELCB di sebut juga dengan Z. Trafo, yang keadaan normal tidak mendapat voltase. Apabila ada
arus bocor maka kumparan akan bekerja membuka rangkaian dengan menarik saklar utama.
b. Konstruksi Saklar Arus Bocor Pada ELCB
Saklar arus bocor dan proteksi arus sisa (SPAS) bekerja dengan sistem diferensial. Saklar ini
memiliki sebuah transformator arus dengan inti berbentuk gelang. Inti ini melingkari semua
hantaran suplai ke mesin atau aparat yang di amankan, termasuk hantaran netral. Hal ini berlaku

15
untuk sambungan satu phasa, sambungan tiga phasa tanpa netral maupun sambungan tiga phasa
dengan netral.
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti transformator sama dengan nol.
Kalau ada arus bocor ke tanah misalnya 0,5 A, keadaan seimbang ini akan terganggu. Karena itu,
dalam inti transformator akan timbul suatu medan magnetik yang membangkitkan suatu voltase
dalam kumparan sekunder.

Gambar 7. Konstruksi ELCB

Keterangan :
1) Terminal input 4) Kotak-kontak 7) Coil sensing
2) Terminal output 5) Solenoida 8) Rangkaian
3) Tombol reset 6) Tombol penguji 9) Konduktor penguji

ELCB (Earth Leakage Cirkuit Breaker), atau alat pengaman arus bocor
tanah atau juga disebut saklar pengaman arus sisa (SPAS) bekerja
dengan sistim differential, saklar ini memiliki sebuah transformator
arus dengan inti berbentuk gelang, inti ini melingkari semua hantaran
suplay ke mesin atau peralatan yang diamankan, termasuk hantaran
netral, ini berlaku untuk semua sambungan satu-phasa, sambungan
Simbol tiga-phasa tanpa netral maupun sambungan tiga-phasa dengan netral.
ELCB
ELCB
Gambar 8. ELCB

c. Lampu Indikator
Pengunaan lampu indicator ini adalah sebagai isyarat atau tanda untuk mengetahui apakah
rangkaian yang bersangkutan dalam keadaan bekerja atau tidak. Dalam hal ini lampu indicator
berfungsi untuk menyatakan bahwa rangkaian kontrol sudah bekerja atau tidak, dan biasanya
digunakan lampu indicator berwarna merah. Apabila lampu indicator tersebut menyala berarti
rangkaian kontrol dalam keadaan bekerja.

8. Timer
Prinsip kerja timer apabila pada kumparan stator diberi arus bolak balik, maka pada stator
akan timbul fluksi. Pada stator ini terdapat cincin berupa kawat tembaga yang dihubung singkat,
pada cincin ini akan terinduksi arus fluksi stator sehingga terbentuk fluksi yang dihasilkan cincin ini
berbeda fase 90 c tertinggal dengan fluksi stator utama. Kedua fluksi tersebut identik dengan

16
medan putar dua phasa. Poros motor akan memutar piringan dengan perantaraan roda gigi. Roda
gigi ini diberi suatu tuas dengan saklar yang dapat diatur, hingga waktu kumparan diberi daya
dengan tertekannya saklar dapat diatur. Bila daya yang diberi ke kumparan hilang maka pegas
akan menarik piringan kedudukan semula dan saklar akan kembali kedudukan semula.
Hubungan Rangkain Timer adalah sebagai berikut :
a. Terminal 2-7 adalah terminal voltase masuk
b. Terminal 5-8 adalah terminal kontak NC
c. Terminal 6-8 adalah terminal kontak NO
d. Terminal 1-3 adalah terminal kontak NO.

4
3 5
2 6
1 7
8

- DC +
AC
~ ~

Gambar 9. Hubungan Rangkaian Timer

Prinsip Pengoperasiannya dapat dilihat pada gambar di atas yaitu saat pertama diberi
voltase pada terminal 2-7, motor pun jalan dengan lama penyetingan waktu yang diberikan.
Sementara lampu juga hidup selama motor berjalan, karena lampu dipasang parallel dengan
motor timer. Setelah waktu penyetingan habis, maka kontak NC yang dihubungkan seri dengan
timer akan membuka, akibatnya coil bekerja (kumparan otomatis) dan saat itu juga Kontak NC
pada terminal 5-8 berpindah ke posisi NO pada terminal 6-8. Motor akan mati dan coil bekerja
menghubungkan kontak 6-8, sementara kontak NC pada terminal akan membuka.

Simbol Timer
Tunggal
Timer
Tunggal
Coil kontak pada
timer produk

Coil
OMRON Timer
bernomor 2 & 7
Terminal penghubung untuk
Kontak kontak 1&3
pasangan kontak kontak
pada timer terdiri 8&6
NORMALLY OPEN (NO)
dari 1 NO dan 1
Terminal penghubung untuk
NC yang menjadi 1&4
pasangan kontak kontak
NC & NC satu bagian 8&5
NORMALLY CLOSE (NC)
Gambar 10. Timer

17
ON delay dan Off Delay

Simbol On Delay
On Delay
Sebuah kontak pada ON 45 & 46 Terminal penghubung untuk
DELAY pada kondisi 55 & 56 pasangan kontak kontak ON
NORMALLY OPEN dan 65 & 66 DELAY pada kondisi
disingkat dengan istilah NO 75 & 76 NORMALLY OPEN (NO)
NO
Sebuah kontak pada ON 47 & 48 Terminal penghubung untuk
ON Delay DELAY pada kondisi 57 & 58 pasangan kontak kontak ON
NORMALLY CLOSE dan 67 & 68 DELAY pada kondisi
disingkat dengan istilah NC 77 & 78 NORMALLY CLOSE (NC)
NC

Simbol Off Delay


Off Delay
Sebuah kontak pada OFF 45 & 46 Terminal penghubung untuk
DELAY pada kondisi 55 & 56 pasangan kontak kontak OFF
NORMALLY OPEN dan 65 & 66 DELAY pada kondisi
disingkat dengan istilah NO 75 & 76 NORMALLY OPEN (NO)
NO
Sebuah kontak pada OFF
47 & 48 Terminal penghubung untuk
DELAY pada
OFF Delay 57 & 58 pasangan kontak kontak OFF
kondisinNORMALLY
67 & 68 DELAY pada kondisi
CLOSE dan disingkat
77 & 78 NORMALLY CLOSE (NC)
NC dengan istilah NC

9. Overload Relay
Overload Relay pada dasarnya adalah proteksi untuk beban lebih yaitu untuk memberikan
perlindungan dan proteksi dari kerusakan akibat pembebanan lebih. Relay beban lebih ini prinsip
kerjanya memakai sistem Bimetal, dimana terdiri dari elemen pemanas (heater element) yang
dilalui arus dari CT (trafo arus) dan memanaskan bimetal serta beberapa keping logam yang
ketebalannya akan menentukan kecepatan kerja relai, jika peralatan listrik dibebani maka akan
menjadi panas, yang disebabkan oleh arus beban, sehingga suhu peralatan akan naik secara
eksponensial sehingga bila melebihi dari nilai settingnya relai akan bekerja.
Keuntungan penggunaan Overload Relay antara lain :
a. Proteksinya sederhana
b. Dapat berfungsi sebagai proteksi utama dan proteksi cadangan
c. Relatif harganya murah
d. Penyetelannya sederhana
Perhitungan mencari arus TOR adalah :
In TOR = 125 % x ln motor = 1.25 x 8,6 = 10,75 A
Sehingga dipilih TOR Mitsubishi TH-N 12 KP 4 A, dengan setingan arus 9-13 A.

18
Gambar 11. Overload Relay

10. Emergency Stop

Emergency Stop merupakan jenis saklar yang apabila


di tekan akan terkunci dan untuk melepasnya harus di
putar, disebut emergency stop untuk memudahkan
pengguna mengetahui fungsi saklar ini yaitu untuk
mematikan system secara darurat
Simbol Emergency
Emergency Stop Stop

11. Selector Switch

Saklar putar (Selector switch) adalah sakar yang dapat


berubah posisi dengan memutar posisi, saklar putar
bisa terdapat 2 hingga lebih 8 posisi
Simbol Selektor
switch
Selector switch

12. Lampu Indikator


Lampu tanda indikator berfungsi untuk memberi tanda bagi operator bahwa panel dalam
keadaan kerja/bertegangan atau tidak. Warna merah sebagai tanda panel dalam keadaan kerja,
maka harus hati-hati. Sedangkan warna hijau bahwa panel dalam keadaan ON arus mengalir
kerangkaian/beban listrik. Lampu indikator ini juga berfungsi sebagai tanda tegangan kerja 3 phase
dengan warna lampu merah kuning hijau.

19
Bahan Bacaan 3: Jenis dan Besaran Pengaman Instalasi Tenaga Listrik

1. Jenis dan Besaran Pengaman Instalasi Dan Pengaman Motor Listrik.


Instalasi pengontrolan motor listrik seperti pada gambar di bawah ini menggunakan
beberapa komponen, seperti ; pengaman utama, pemisah utama, pengaman cabang, pemisah
cabang dan pengaman motor listrik ( beban ). Sesuai dengan kemajuan teknologi, pengaman dan
pemisah tergabung pada satu alat, seperti MCCB.
Pengaman dan Pemisah Utama

Pengaman
dan
Pemisah
Cabang

Pengontrol

Pengaman Motor

Motor Listrik

Gambar 12. Rangkain Instalasi Motor Listrik.

Untuk menghitung besaran arus nominal dari komponen-komponen instalasi motor listrik
sesuai dengan gambar di atas adalah sebagai berikut :
a. Pengaman utama.
Untuk pengaman utama dapat digunakan Sekring, MCCB atau NFB yang fungsinya adalah
mengamankan seluruh instalasi dari arus listrik akibat hubung singkat yang besar arus
nominalnya maksimum :
I = 250 % . I terbesar + I cabang 1 + I cabang... ( besar maksimum ).
b. Pemisah utama.
Untuk pemisah utama dapat digunakan saklar TPST atau sejenisnya. Saklar ini bekerja saat
beban belum beroperasi, sehingga besar arus nominalnya dapat minimal :
I = 115 % . I terbesar + I cabang 1 + I cabang .. ( besar minimum )
c. Pengaman cabang.
Untuk pengaman cabang dapat digunakan MCB atau sejenisnya, yang gunanya untuk
mengamankan instalasi cabang dari kelebihan arus akibat hubung singkat yang besar
nominalnya adalah :

20
I = 250 % . I nominal motor. ( besar maksimum ).
d. Pemisah cabang.
Untuk pemisah cabang dapat digunakan saklar TPST atau sejenisnya yang gunanya adalah
untuk memutuskan rangkaian motor listrik saat tidak beroperasi, sehingga besar arus
nominalnya adalah :
I = 115 % . I nominal motor. ( besar minimum ).
e. Pengontrol motor listrik.
Untuk pengontrol motor listrik biasanya digunakan kontaktor magnet. Pengontrolan dapat
menggunakan satu buah kontaktor magnet, atau menggunakan beberapa buah kontaktor
magnet sesuai dengan jenis/fungsi pengontrolan motor listrik tersebut. Besar arus nominal
kontak pengontrol adalah :
I = 125 % . I nominal motor. ( besar minimum ).
f. Pengaman motor listrik.
Agar motor terhindar dari kerusakan akibat arus lebih yang mengalir melalui kumparan motor
listrik, maka digunakan pengaman motor. Untuk pengaman motor yang paling sederhana
adalah menggunakan Thermal Over load Relay ( TOR ). Motor yang harganya mahal biasanya
menggunakan beberapa pengaman seperti : pengaman dari panas lebih, tegangan lebih,
frekuensi lebih, keseimbangan tegangan. Besar nominal pengaman motor listrik akibat arus
lebih adalah :
I = 100 % sampai 110 % . I nominal motor. ( besar maksimal ).

Besar arus nominal motor listrik dapat dilihat pada nameplat motor listrik tersebut atau dapat
juga dihitung dengan menggunakan rumus :

In = Ampere ( Daya P = HP )

Bahan Bacaan 4: Kesalahan Penggunaan Komponen Instalasi Tenaga Listrik


Yang dimaksud dengan pentahanan pengamanan disini ialah suatu tindakan pengamanan
pada instalasi listrik yang rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan bagian atau badan
peralatan instalasi yang diamankan demikian rupa, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
tercegahlah bertahanya tegangan seutuhnya yang terlalu tinggi karena terputusnya arus oleh oleh
pengaman arus lebih.

21
Berdasarkan tujuan pentahanan di atas maka bagian-bagian luar dari mesin yang dibuat dari
bahan logam kebanyakan diberi pentahanan pengaman, dengan demikian kalau terjadi kerusakan
dan bagian-bagian logam itu menjadi bertegangan, maka kemungkinan bahaya yang dapat timbul
karena sentuhan akan kecil sekali.
Menurut PUIL badan sebuah motor stasioner dan alat-alat pengaturnya harus ditanahkan
jika :
a. Motor itu mendapat suplai dengan kabel yang berbungkus logam, atau
b. Motor tersebut dipasang di tempat yang basah dan tidak terpencil atau tidak dilindungi, atau
c. Motor tersebut dipasang dalam lingkungan yang berbahaya, atau
d. Tegangan kerja motor itu melebihi 50 Volt ke tanah.
Untuk sebuah motor yang dapat dibawa-bawa atau dipindah-pindahkan dan jika tegangan
kerjanya melebihi 50 Volt ke tanah maka ia harus ditanahkan atau dilindungi dengan isolasi ganda
atau dengan cara lain yang setaraf. Dalam hal ini tahanan pertanahan badan peralatan atau
instalasi yang dinamakan (Rp) tidak boleh melebihi harga sebagai berikut.
50
Rp ohm dan IA = k x IN
IA
dimana :
Rp = tahanan pertanahan badan peralatan/instalasi (dalam ohm)
IA = besar arus pemutus (dalam Ampere) alat pengaman arus lebih.
IN = arus nominal dari alat pengaman lebur atau alat pengaman arus lebih (dalam Ampere)
k = ialah suatu faktor yang besarnya tergantung dari karakteristik alat pengaman.

Untuk pengaman lebur harga k berkisar antara 2,5 5. Untuk alat pengaman lainnya harga k
antara 1,25 3,5.
Berikut ini perlihatkan gambar bagaimana cara pengaliran kembali arus gangguan tanah
dengan mempergunakan elektroda pentanahan tunggal dan melalui jaringan pipa air minum.

(a) (b)
Gambar 13. a, b pengaliran arus gangguan tanah dengan mempergunakan
elektroda pentanahan tunggal

22
Gambar 14. Pengaliran kembali arus gangguan tanah dengan
mempergunakan jaringan pipa air minum

Jika untuk pentanahan rangkaian dan pentanahan peralatan instalasi yang diamankan
melalui jaringan pipa air minum yang sama, maka jika terjadi kegagalan isolasi, arus gangguan
tanah akan mengalir kembali ke sumber melalui sebagian jaringan pipa air minum. Dalam hal ini
tegangan lingkar R1k, tidak boleh melebihi harga sebagaimana yang ditetapkan menurut PUIL,
sebagai berikut :
Ve
RIk ohm, dimana I A k x I N
IA
dimana :
RIk = tahanan lingkaran dalam ohm
Ve = tegangan fasa terhadap tanah dalam Volt
IA = besar arus pemutus dalam ampere, alat pengaman arus lebih IN = arus
nominal alat pengaman dalam ampere
k = faktor karakteristik alat pengaman

(a) (b)
Gambar 15. a dan b pengaliran kembali arus gangguan tanah melalui jaringan pipa air minum

2. Hantaran Pentanahan
Hantaran pentanahan ialah hantaran yang menghubungkan bagian-bagian aktif atau bagian
yang harus ditanahkan, dengan elektroda pentanahan maupun dengan jaringan pipa air minum.
Mengingat dengan adanya tekanan mekanis atau kekuatan mekanis yang mungkin diderita
oleh hantaran, maka untuk hantaran pentanahan digunakan ukuran penghantar yang mempunyai

23
luas penampang minimum, sesuai dengan ketentuan yang diatur PUIL untuk hantaran yang
diberikan perlindungan mekanis yang kokoh.
Hantaran tembaga 0 = 1,5 mm2
Hantaran aluminium 0 = 2,5 mm2
Untuk hantaran yang tidak diberi perlindungan mekanis yang kokoh.
Hantaran tembaga 0 = 4 mm2
Pita baja, dengan tebal sekurang-kurangnya 2,5 mm dan luas penampangnya adalah = 50
mm2.
Hantaran aluminium yang tanpa diberi perlindungan mekanis, tidak boleh digunakan sebagai
hantaran pentanahan.
Pemasangan hantaran yang menembus langit-langit atau dinding dan ditempat-tempat yang
ada kemungkinan bahaya kerusakan mekanis, hantaran pentanahan harus dilindungi. Demikian
pula hantaran yang dipasang di atas tanah, dimana perlu hantaran ini harus dilindungi terhadap
kerusakan mekanis maupun kimiawi dan juga mudah dilihat dan dicapai jika pasangannya
tertutup.
Hantaran pentanahan yang berisolasi harus memiliki isolasi yang setaraf dengan isolasi
penghantar-penghantar lainnya. Warna isolasi pentanahan harus selalu yang mempunyai warna
majemuk yaitu kuning hijau. Hantaran yang mempunyai warna isolasi majemuk ini tidak
dipergunakan untuk tujuan lain, selain dari pada untuk hantaran pentanahan.
Luas penampang hantaran pentanahan yang digunakan harus sesuai dengan yang tertera
dalam tabel.

24
Tabel 1. Luas penampang nominal minimum hantaran pengaman
Luas penampang nominal (mm2)
Hantaran fasa Hantaran pengaman berisolasi Hantaran pengaman
tembaga telanjang
Kab. Inti 1 Kab. Inti 4 Dilindungi Tanpa dilindungi
0,5 0,5 - - -
0,75 0,75 - - -
1,0 1,0 - - -
1,5 1,5 1,5 1,5 4,0
2,5 2,5 2,5 1,5 4,0
4,0 4,0 4,0 2,5 4,0
6,0 6,0 6,0 4,0 4,0
10 10 10 6 6
16 16 16 10 10
25 16 16 16 16
35 16 16 16 16
50 25 25 25 25
70 35 35 35 35
95 50 50 50 50
120 70 70 50 50
150 70 70 50 50
185 95 95 50 50
240 - 120 50 50
300 - 150 50 50
400 - 185 50 50

Sambungan hantaran pentanahan dengan elektroda pentanahan harus sedemikian rupa dan
kuat sehingga membuat kontak listrik yang baik. Sambungan ini dapat berupa sambungan las atau
sambungan baut yang tidak mudah lepas sendiri. Sambungan di bawah tanah harus dilindungi
terhadap korosi atau karat.
Untuk keperluan pengujian, hantaran pentanahan harus mempunyai sambungan yang
mudah dibuka atau dilepas untuk memisah bagian di atas tanah dengan bagian yang ditanam.
Sambungan ini harus dibuat pada tempat yang mudah dicapai, dan sedapat mungkin memang
harus di tempat yang harus ada sambungan. Gambar dibawah memperlihatkan cara-cara
penyambungan hantaran yang baik.

(a) (b)
Gambar 16. Cara Pemasangan Hantaran Pentanahan
25
Untuk memasang hantaran pentanahan pada aparat atau mesin yang harus ditanamkan,
harus digunakan sekrup pentanahan, rel pentanahan atau klem pentanahan sendiri. Hantaran
pentanahan tidak boleh dipasang di bawah baut atau mur yang digunakan untuk mengikat aparat
atau mesin yang harus ditanahkan.
Tanah tidak boleh digunakan sebagai penghantar. Satu instalasi fasa tiga tanpa hantaran
netral, misalnya 3 x 380 Volt, tidak digunakan untuk penerangan dengan memasang lampu-lampu
220 Volt antara fasa dan tanah, hal ini dapat menimbulkan bahaya terhadap manusia. Jika
hantaran pentanahan digunakan putus atau terlepas, maka antara ujung-ujungnya terdapat
tegangan penuh 220 Volt. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahaya yang tejadi akibat sistem
fasa tiga yang digunakan untuk penerangan dengan memasang lampu-lampu 220 volt antara fasa
dan tanah.

Gambar 17. Bahaya yang timbul akibat sistim fasa


tiga yang menggunakan tanah sebagai penghantar.

Hantaran nol dan hantaran netral tidak boleh digunakan sebagai hantaran pentanahan,
karena hal ini dapat menimbulkan bahaya, sekiranya hantaran nol tersebut putus, maka aparat
yang ditanahkan mendapatkan tegangan fasa penuh terhadap fasa.
Selain, itu karena dalam hantaran nol ada rugi tegangan juga akan mengakibatkan beda
tegangan antara aparat yang ditanahkan dengan tanah, walau pun beda tegangan ini secara
langsung tidak membahayakan, tetapi secara tidak langsung dapat juga menimbulkan bahaya,
karena dapat kaget kalau tersentuh. Gambar. berikut mamperlihatkan terjadinya bahaya
kecelakaan pada suatu instalasi yang menggunakan hantaran nol sebagai hantaran pentanahan.

Gambar 18. Bahaya akibat menggunakan netral sebagai hantaran pentanahan.

26
Gambar 19. Bahaya yang terjadi akibat hantaran nol digunakan sebagai hantaran pentanahan.

3. Sistim Hantaran Pentanahan.


Sistim hantaran pengaman adalah sistim pengaman pada instalasi listrik yang rangkaiannya
tidak ditanahkan. Dengan hubungan secara baik peralatan listrik yang satu dengan yang lain
termasuk bagian konduktif dari bangunan, khususnya yang terjangkau oleh tangan, pipa air dan
sejenisnya dan elektroda tanah, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah timbulnya
tegangan sentuh yang tinggi.
Sistim hantaran ini hanya diperbolehkan pada instalasi yang pemakaiannya terbatas, seperti
pada pabrik-pabrik atau industri-industri yang mempunyai sumber listrik sendiri atau mempunyai
transformator sendiri dengan kumparan terpisah.
Pada di bawah ini diperlihatkan contoh sistim hantaran pengaman.

Gambar 20. Sistim hantaran pengaman

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semua bahan peralatan listrik, bagian konstruksi
yang konduktif, jaringan pipa logam dan semua penghantar yang berhubungan dengan tanah
dihubungkan yang satu dengan yang lainnya secara baik dengan hantaran pengaman.
Instalasi listrik yang diamankan dengan sistim hantaran pengaman, harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

27
a. Tanda pengenal
1) Hantaran pengaman harus diberi warna majemuk kuning hijau. Warna ini tidak boleh diberi
pada hantaran lain kecuali hantaran pengaman tegangan. Pada kabel dan kabel tanah,
keseluruhan isolasi ini hantaran pengaman harus berwarna majemuk kuning hijau.
2) Pengecualian, warna kuning hijau ini tidak diperlukan dalam hal berikut :
Pada hantaran geser jika hantaran pengaman atau bagian dimana hantaran pengaman
dihubungkan, dapat dikenal dengan jelas, misalnya dari bentuk atau dari tulisan yang ada
padanya.
Pada rumah logam dari peralatan listrik atau bagian logam dari konstruksi, jika bagian ini
memenuhi ketentuan (d) di bawah ini.
Pada hantaran udara.
Pada tempat dimana pemberian tanda pengenal dengan warna yang tahan lama tidak
dimungkinkan.

4. Sistim Pentanahan Netral Pengaman


Pentanahan netral pengaman, adalah suatu tindakan pengaman dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi yang diamankan dengan hantaran netral yang
ditanahkan (disebut hantaran nol), demikian rupa bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena bekerjanya pengaman Arus lebih.
Untuk penampang hantaran yang kurang dari 10 mm2 dan bahannya terbuat dari tembaga
harus dilaksanakan melalui hantaran pengaman tersendiri dan untuk penampang hantaran 10
mm2 atau lebih boleh langsung ke hantaran netral (bahan dari tembaga).
Untuk instalasi listrik yang dilaksanakan dengan sistim pentanahan netral pengaman harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Luas penampang nominal hantaran antara sumber listrik atau transformator dan peralatan
listrik, harus demikian rupa sehingga bila terjadi hubungan singkat antara hantaran fasa dan
hantaran nol atau badan peralatan, arus gangguan besarnya paling sedikit sama dengan besar
arus pemutus (IA) dari alat pengaman lebur atau arus lebih yang terdekat.
Dimana :
IA = k x IN
IA = besar arus pemutus alat pengaman arus lebih dalam ampere
IN = arus nominal dari alat pengaman lebur atau alat pengaman arus lebih dalam ampere
k = faktor yang besarnya tergantung dari karakteristik alat pengaman.

28
Untuk pengaman lebur k antara 2,5 sampai 5.
Alat pengaman lainnya k sampai 1,25 sampai 3,5.
Kemampuan hantar arus dari hantaran netral (nol) harus paling sedikit sama dengan
hantaran fasanya.
b. Hantaran nol harus ditanahkan didekat sumber listrik atau transformator dan pada jaringan
hantaran udara yang sedikit disetiap ujung cabang yang panjang hantarannya lebih dari 200 m,
dan sedapat mungkin disetiap konsumen.
Beberapa konsumen kecil yang beredekatan yang satu dengan yang lainnya dapat
dianggap satu kelompok dan hantaran nolnya cukup ditanahkan di satu titik. Dalam hal ini
instalasi pasangan luar harus dipergunakan sama dengan hantaran udara. Tahanan total dari
seluruh sistim tidak boleh lebih dari 5 ohm.

D. Daftar Pustaka

A. Rida Ismu W. Supartono, 1979, Instalasi cahaya dan Tenaga I, Dirjen

Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000),
Standar Nasional Indonesia (SNI), Yayasan PUIL, Jakarta.Dikdasmen Depdikbud, Jakarta.

BSN. (2011) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011), Jakarta: Badan Standar Nasional

D. Erwin, 1980, Rancangan Listrik Untuk STM dan Mahasiswa Teknik, Bandung.

Darsono dan Agus Panidjo, 1979, Petunjuk Praktek Listrik I, Dirjen Dikdasmen Depdikbud,
Jakarta.

Kemendikbud. (2016) Modul Guru Pembelajar paket Keahlian Teknik instalasi pemanfaatan
tenaga Listrik, Medan:P4TK Medan

Krebet Hidayat, Sumarlan D.S, dan R. Sumarton, 1980, Lembaran Kerja Instalasi dan Reparasi
Listrik, Dirjen Dikdasmen Depdikbud, Jakarta.

Kusnandar, A., 2000, Pemasangan Dasar Instalasi Listrik, Armico, Bandung

P. Van Harten, dan E. Setiawan, 1991, Instalasi Listrik Arus Kuat I, Binacipta, Bandung.

R. Surasno Sosrodirjo, 1980, Alat-Alat Ukur Listrik, Technipres, Jakarta.

SPLN 04 6918 2002

SPLN 121 1996

Tia Setiawan dan Harun, 1980, Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel , Dirjen Dikdasmen
Depdikbud, Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai