Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lahirnya perguruan tinggi di tengah masyarakat pada hakikatnya adalah

untuk memenuhi kebutuhan pembangunan serta menyongsong era persaingan

yang akan datang. Hal ini membutuhkan peran serta berbagai pihak demi

menciptakan kader-kader bangsa yang professional, mandiri serta tanggap

dalam perubahan (http://madib.blog.unair.ac.id/)


Kehadiran perguruan tinggi sangat diharapkan dapat membantu

masyarakat dalam menyelesaikan pembangunan yang sedang dilaksanakan,

salah satunya pembangunan dibidang kesehatan (indriatmoko, 2012)


Paradigma sehat merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan

tindakan promotof, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan

rehabilitative. Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan

kesehatan dalam rangka mencapai visi Indonesia sehat 2015-2019, dimana

diproyeksikan tentang keadaan masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan

yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil dan merata, serta berada pada derajat kesehatan yang

optimal. (kementrian Kesehatan RI, 2015)


Para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan

pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan

pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif

terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan,

seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan

nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud

diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan

1
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

(Kementrian Kesehatan RI, 2015)


Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan

oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil

kerja keras serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya..

(kementrian Kesehatan RI, 2015)


Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,

masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh

pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri

menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku

yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan

pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok

atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk

hidup sehat. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus

dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program

pembangunan nasional.(syafrudin, Hamida, 2012)

Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai

peran penting untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, perguruan

tinggi harus membina dan mengembangkan IPTEK serta mengaplikasikan

ilmu yang telah dimiliki oleh mahasiswa secara professional. (Nursalam.

2013).

Pendidikan Tinggi Keperawatan adalah suatu pendidikan yang

bertujuan untuk menghasilkan perawat yang di sebut profesional. Pendidikan

keperawatan ini sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan

2
kemampuan profesional lulusannya. Sikap dan kemampuan profesional

lulusan ditumbuhkan dan dibina sepanjang proses pendidikannya melalui

berbagai bentuk pengalaman belajar, antara lain melalui pengalaman belajar

praktik komunitas. ((Nursalam, 2014).

Praktek Keperawatan Komunitas merupakan suatu bentuk

pengembangan dari praktek klinik keperawatan bagi mahasiswa yang

diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary Health care. Ini

merupakan perpaduan antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan

masyarakat yang dilakukan untuk menunjang dan memulihkan kesehatan

populasi. (Nursalam, 2014)

Kegiatan praktek ini dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas

pada sekelompok umur dan diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara

berkelanjutan. (Swarjana Ketut, 2016)


Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang

kesehatan maka Program Profesi Ners Universitas Islam Makassar sebagai

salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam

rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan berkualitas dimasa

depan yang melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di

Wilayah Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kecamatan

Moncongloe Kabupaten Maros dengan menggunakan dua pendekatan yaitu

pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat, dalam rangka melakukan

pembinaan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek

asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan

komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data,

3
analisa, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana

sesuai peramasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang

terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah

dilakukan. (Nursalam 2013).


Kegiatan tersebut merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya

bidang pengabdian masyarakat. diakhir praktik keperawatan komunitas,

diharapkan Kelompok Kerja Kesehatan terus giat mengatasi masalah

kesehatan di wilayahnya masing-masing, karena dalam praktik diupayakan

adanya desiminasi ilmu pengetahuan dari mahasiswa yang melakukan praktik

ke masyarakat sebagai strategi utama dalam memberi bekal pengetahuan dan

keterampilan dalam mengatasi masalah kesehatan.

B. TUJUAN DAN SASARAN


1. Bagi Mahasiswa
a. Terampil berpikir dan dapat bekerja secara multi disiplin dan lintas

sektoral dalam menemukan dan memecahkan masalah kesehatan

masyarakat.
b. Mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam melakukan

pendekatan promosi kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan

masyarakat
c. Memiliki daya nalar, kreasi dan rasa tanggung jawab terhadap masalah

kesehatan dalam masyarakat.


d. Menambahkan pengalaman dan profesionalisme dalam dunia kerja
e. Melatih diri untuk mendapatkan kemampuan dalam memenuhi

struktur mekanisme dan nuansa dunia kerja.


2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Menciptakan kesepakatan dan kesetaraan Tri Darma Perguruan Tinggi

dengan kebutuhan tenaga terdidik di dunia kerja

4
b. Merupakan bahan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum
c. Menambah wawasan tenaga pengajar dengan mudah terhadap kasus

yang di temukan di lapangan


d. Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Daerah, Depkes, dan

Instansi kesehatan lainya

3. Bagi Instansi Terkait


a. Meningkatkan keeratan hubungan dan kemitraan dengan perguruan

tinggi
b. Membantu upaya pemecahan masalah yang di hadapi sesuai dengan

kemampuan dan disiplin ilmu yang di miliki


4. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh bantuan tenaga dan pemikiran untuk menentukan dan

menanggulangi masalah kesehatan masyarakat


b. Memperoleh informasi-informasi kesehatan dalam upaya peningkatan

pengetahuan dan perubahan pola pikir menuju terciptanya perilaku

hidup sehat.

C. MANFAAT
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, desa atau kelurahan, puskesmas

dan kecamatan serta kabupaten/kota dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat
2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan study Manajemen

Komunitas di Universitas Islam Makassar Program Profesi Ners.


3. Sebagai bahan referensi bagi peserta PKK Profesi Selanjutnya

D. METODE PENULISAN
Penulisan laporan ini dilakukan dengan :

1. Wawancara

Dilakukan dari rumah ke rumah

2. Observasi

5
Dilakukan setelah implementasi melalui evaluasi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KOMUNITAS
Komunitas adalah suatu usaha yang menyadarkan dan menanamkan

pengertian kepada masyarakat agar dapat menggunakan semua potensi yang

dimiliki untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.( Harnilawati, 2013).


Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public

health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan

tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan

terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat

sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk

meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu

mandiri dalam upaya kesehatan (Harnilawati, 2013).


1. Masyarakat
a. Pengertian
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal kata socius

yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa

Arab, yaitu syirk, artinya bergaul ini karena ada bentuk-bentuk

aturan hidup, yang bukan disebabkan manusia sebagai perseorangan,

6
melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial

yang merupakan kesatuan. (http://digilib.unila.ac.id/).


Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi

sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya

berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

(Setyawan. 2012)
Menurut Harnilawati (2013) Masyarakat sebagai komunitas dapat

dilihat dari dua sudut pandang; Pertama memandang komunitas

sebagai unsur statis, artinya komunitas terbentuk dalam suatu wadah/

tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari

kesatuan masyarakat sehinggga ia dapat pula disebut sebagai

masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil.

Kedua, komunitas dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya

menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui faktor

psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung

unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya

fungsional.
b. Ciri-ciri masyarakat
Menurut Setyawan (2012) masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:
1) Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat. Di dalam

masyarakat terjdi interaksi sosial yang merupakan hubungan

sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

perseorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara

perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadinya interaksi sosial

harus ada 2 syarat, yaitu :


a) Kontak Sosial
b) Komunikasi.

7
2) Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu. Suatu kelompok

masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu

keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik

dalam ruang lingkup yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan,

kabupaten, propinsi dan bahkan negara.


3) Saling tergantung satu dengan yang lainnya. Anggota masyarakat

yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu

dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-

tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan

kemampuan dan profesi masing-masing dan saling melengkapi.


4) Memiliki adat istiadat/budaya tertentu. Adat istiadat dan budaya

diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang

mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi

antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu

dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun sistem

kekerabatan dan sebagainya.


5) Memiliki identitas bersama. Suatu kelompok masyarakat

memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat

lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam

bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa

lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari

perumahan, benda-benda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata

tajam, kepercayaan dan sebagainya.


c. Tipe-tipe masyarakat
Menurut Gilin and Gilin dalam Setyawan (2012) lembaga masyarakat

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1) Berdasarkan perkembangannya
a) Cresive Institution : Merupakan lembaga masyarakat yang

8
paling Primer, yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat

istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang berkaitan dengan hak

milik, perkawinan, agama dan sebagainya.


b) Enacted Institution : Lembaga masyarakat yang secara sengaja

dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya : lembaga

utang-piutang, perdagangan, pertanian, pendidikan.


2) Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
a) Basic Institution : Merupakan lembaga masyarakat yang

sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata

tertib dalam masyarakat, diantaranya adalah keluarga dan

sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang

pokok.
b) Subsidiary Institution : Yaitu lembaga-lembaga masyarakat

yang muncul tetapi dianggap kurang penting karena hanya

untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja. Misalnya :

pembentukan panitia, pelantikan, dan sebagainya.


3) Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a) Approved / Social Sanctioned Institution : Sebuah lembaga

masyarakat yang memang diterima oleh masyarakat yang lain.

Misalnya : Sekolah-sekolah, Koperasi tau Perusahaan dan

sebagainya.
b) Un Sanctioned Institution : Merupakan lembaga-lembaga

masyarakat yang ditolak oleh masyarakat yang lain, walaupun

kadang-kadang tidak mungkin untuk diberantas. Misalnya :

kelompok penjahat, gelandangan dan pengemis, kelompok

tuna susila, dan sebagainya.


4) Berdasarkan penyebarannya
a) General Institution : Merupakan lembaga masyarakat yang

didasarkan atas factor penyebarannya, seperti agama, karena

9
dapat dikenal semua masyarakat dunia.
b) Restricted Institution : Lembaga masyarakat yang banyak

menganut agama-agama tertentu saja, seperti Budha banyak

dianut oleh masyarakat Thailand, Vietnam ; KristenKatolik

banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam banyak

dianut masyarakat Arab, dan sebagainya.


5) Berdasarkan fungsinya
a) Operative Institution : Yaitu lembaga masyarakat yang

menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk

mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya

lembaga industri.
b) Regulative Institution : Adalah lembaga yang bertujuan untuk

mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi

bagian mutlak dari lembaga itu sendiri. Misalnya : lembaga-

lembaga hokum
d. Ciri-ciri masyarakat indonesia
Harnilawati (2013) Ditinjau dari Struktur Sosial dan Kebudayaannya,

masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi 3 Kategori dengan Ciri-

Ciri masing sebagai berikut :


1) Masyarakat desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :
a) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b) Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai

organisasi social.
c) Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d) Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e) Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh

setiap orang.
f) Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan

keterampilan.
g) System ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk

10
memenuhi kebutuhan lainnya.
h) Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi

sangat kuat.
2) Masyarakat madya
a) Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan

kemasyarakatan tidak begitu kuat.


b) Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai

semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar.


c) Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-

kepercayaan terhadap kekuatan gaib mulai berkurang.


d) Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat
terutama pendidikan dasar dan menengah.
e) Tingkat buta huruf mulai berkurang.
f) Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak

tertulis.
g) Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi

pasaran, sehingga uang mulai semakin dominan

penggunaannya.
h) Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan

social dikalangan keluarga dan tetangga saja, selebihnya

kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarkan pada upah.


3) Masyarakat modern
a) Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-

kepentingan pribadi.
b) Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam

suasana saling pengaruh mempengaruhi.


c) Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.
d) Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian

yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-

lembaga keterampilan.
e) Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.

11
f) Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan

atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.


e. Ciri-ciri masyarakat sehat
1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.


3) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan

sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.


4) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan

status social ekonomi.


5) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan

penyakit
f. Indikator masyarakat sehat
Menurut Setyawan (2012) beberapa indikator masyarakat sehat antara

lain :
1) Indikator yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat
a) Indikator Komprehensif
Penurunan angka kematian kasar
Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat.
b) Indikator Spesifik
Penurunan angka kematian ibu dan anak
Penurunan angka kematian karena penyakit menular.
Penurunan angka kelahiran.
2) Indikator pelayanan kesehatan
a) Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang

seimbang.
b) Distribusi tenaga kesehatan yang merata.
c) Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan

fasilitas pelayanan kesehatan.


g. Masalah-masalah kesehatan masyarakat di indonesia
1) Jenis masalah
a) Tingginya angka pertumbuhan penduduk.
b) Tingginya angka kematian ibu dan anak.
c) Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit

menular.
d) Tingginya angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak

12
menular.
e) Masalah kesehatan lingkungan :
Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum

memadai.
Sarana air bersih dan fasilitas kesehatann yang belum

merata.
Pembinaan program peningkatan kesehatan lingkungan

belum berjalan seperti yang diharapkan.


2) Penyebab masalah
a) Faktor sosial ekonomi
Tingkat pendidikan yang masih rendah
Tingkat penghasilan yang rendah
Kurangnya Kesadaran pemeliharaan kesehatan
b) Gaya hidup dan perilaku masyarakat
Banyak kebiasaan masyarakat yang merugukan kesehatan
Adat istiadat yang tidak menunjang peningkatan kesehatan
c) Lingkungan masyarakat
Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatan.
Kurangnya tanggung jawab masyarakat dalam bidang

kesehatan
d) Sistem pelayanan kesehatan
Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh
Upaya pelayanan kesehatan yang sebagaian besar masih

berorientasi pada pelayanan kuratif.

B. DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS


Menurut Harnilawati (2013) Proses keperawatan komunitas merupakan

metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis,

kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah

kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-

langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan.

13
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan

kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan

keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas

didasarkan pada asumsi:

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks

2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen

pelayanan kesehatan

3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil

pendidikan dan penelitian melandasi praktek.

4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas

perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan komunitas mengacu kepada asumsi-

asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:

1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan

2. Merupakan bidang khusus keperawatan

3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu

sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)

4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.

5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan

promotif.

6. Melibatkan partisipasi masyarakat

7. Bekerja secara team (bekerjasama)

14
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku

9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah

10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat

kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan

komunitas adalah:

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat

diterima semua orang

2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam

hal ini komunitas

3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan

perlu terjalin kerjasama yang baik

4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat

mendukung maupun menghambat

5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan

6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,

kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur

dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan

15
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi

terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat

pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan

upaya kuratif dan rehabilitative

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung

secara berkesinambungan

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam

kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status

kesehatan masyarakat

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan

secara berkesinambungan dan terus menerus

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas

kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan

berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

C. TUJUAN PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi

16
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,

kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi

b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah

c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah

kesehatan/keperawatan

d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah

kesehatan/keperawatan

f. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri (self care).

g. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan

lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam

menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya

norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

h. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap

masalah kesehatan.

i. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pelayanan kesehatan/keperawatan

D. SASARAN

17
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang

mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena

ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan

dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental

maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala

keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam

suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau

adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah

satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah

kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota

keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.


3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi

yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya

adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan petumbuhannya, seperti:


1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anal usia sekolah
5) Lanjut Usia
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

18
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit

kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes

mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain

sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila

2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu

4) Dan lain-lain

d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:


1) Panti wredha

2) Panti asuhan

3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

4) Penitipan balita

E. RUANG LINGKUP PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan

mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya

(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang

ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan

upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

19
1. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat

b. Peningkatan gizi

c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan

d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

e. Olahraga secara teratur

f. Rekreasi

g. Pendidikan seks

2. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan

gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas

maupun kunjungan rumah

c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas

ataupun di rumah

d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

3. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-

anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit

atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

20
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas

dan rumah sakit.

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin

dan nifas.

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

4. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-

kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan

b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

5. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga

dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya

adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena

menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-

kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna

wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan

21
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai

masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah

kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan

dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

F. KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

Menurut Harnilawati (2013) Kegiatan praktik keperawatan komunitas

yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan

dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara

umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,

kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school

health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah

binaan kesehatan masyarakat.


2. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah

perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan

penanganan lebih lanjut


6. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan

masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan

penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai

suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.

22
9. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan

komunitis.
10. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi

terkait.
11. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan

dan kesehatan.

G. MODEL PENDEKATAN

Menurut Susatyo (2012) Pendekatan yang digunakan perawat dalam

memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan

pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam

proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang

dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan

dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi

keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya

sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan

pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka

bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke

Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case

approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei

23
mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community

approach.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat,

metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan

ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat

dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat adalah:

a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan

yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat

melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan

menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun

informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor

lingkungannya. Elemen pengkajian terdiri dari inti komunitas, yaitu

meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat

individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan

adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi;

politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;

komunikasi; ekonomi dan rekreasi.


Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai

dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.


b. Analisa Data

24
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh

dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa

data memerlukan pemikiran yang kritis.


Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor

stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di

komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa

keperawatan terdiri dari:


1) Masalah sehat sakit

2) Karakteristik populasi

3) Karakteristik lingkungan

4) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan

Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan

prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual,

ancaman resiko atau wellness.

Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara

lain:

1) Masalah yang ditetapkan dari data umum


2) Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan

kesehatan

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan

yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam

kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan

mempertimbangkan:

a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat

c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat

25
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas:

a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan

emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan

urgensinya untuk segera ditanggulangi.

b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu

kurun waktu tertentu

c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat

menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat

d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan

mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara

pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana

yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul.

2. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan

2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan

keperawatan

3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan

dilakukan.

3. Pelaksanaan

Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan

melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya

dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-

26
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan

kesehatan masyarakat adalah:

a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan

instansi terkait
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya


c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas

terdiri atas:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan

diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan

perlindungan khusus terhadap penyakit.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang

tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek

waktu sakit dan tingkat keparahan.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi

ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki

sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya

menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu

kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

4. Penilaian/Evaluasi

27
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.

Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan

(proses) dan hasil akhir (output).

Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang

harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:

a. Daya guna

b. Hasil guna

c. Kelayakan

d. Kecukupan

Fokus evaluasi adalah:

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan

pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses

c. Efisiensi biaya

d. Efektifitas kerja

e. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka

waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Keterangan:

: peran masyarakat

: peran perawat

28
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien

dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar

daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

GAMBARAN UMUM LOKASI

29
A. Keadaan Umum Desa

1. Sejarah pembangunan desa


Moncongloe Bulu berasal dari kata Moncong yang artinya bukit, loe
artinya Luas/tinggi, bulu artinya gunung. Jadi Moncongloe Bulu adalah
suatu dataran yang tinggi yang didalamnya terdapat gunung.

Desa Moncongloe Bulu merupakan pemekaran dari Desa


Moncongloe kecamatan Mandai (sekarang kecamatan Moncongloe )
Kabupaten Maros pada tahun 1989. Dari tahun 1989-1991 menjadi Desa
persiapan, kemudian tahun 1991 sudah menjadi Desa definitif yaitu Desa
Moncongloe Bulu.

Desa Moncongloe Bulu awalnya hanya 3 Dusun yaitu Dusun


Diccekang, Dusun Tammu-Tammu dan Dusun Moncongloe Bulu
kemudian dimekarkan lagi hingga menjadi 5 Dusun, bertambah 2 dusun
yaitu Dusun Tamalate pemekaran dari dusun Diccekang dan Dusun
Tompo Balang pemekaran dari dusun Tammu-Tammu.

Selama menjadi Desa Moncongloe Bulu telah dipimpin oleh dua


orang Kepala Desa sebagai berikut :

1 Tahun 1989 - 2006 Abd.Rauf Faewah, S,Sos


2 Tahun 2006 - 2011 dipimpin oleh Muh. Asap Usman, S.Pd
3 Tahun 2012 Sekarang dipimpin oleh Kaharuddin
Pusat pemerintahan Desa Moncongloe berada di Dusun Tamalate
berdampingan dengan Sentra Ekonomi yaitu Pasar Diccekang dan
Poskesdes, yang awal pembangunan kantor desa Moncongloe Bulu
dibangun dengan swadaya dan gotong-royong bersama dengan masyarakat
desa yang bentuknya sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan
pembangunan Kantor Desa Moncongloe Bulu di bangun secara permanen.

30
2. Demografi

a. Letak dan Luas Wilayah


Desa Moncongloe Bulu terdiri atas 5 Dusun yaitu Dusun
Diccekang, Dusun Tamalate, Dusun Tompo Balang, Dusun Tammu-
Tammu dan Dusun Moncongloe Bulu yang terdiri dari 9 RW dan 18
RT, yang merupakan Derah dataran rendah dan dataran tinggi dan
mempunyai batas-batas sebagai berikut :
1) Sebelah Timur:Desa Purnakarya Kec. Tanralili
2) Sebelah Utara:Desa Bonto Bunga Kec. Moncongloe
3) Sebelah Barat : Desa Moncongloe Kec. Moncongloe
4) Sebelah Selatan : Kec. Pattallassang Kab.Gowa
Luas wilayah Desa Moncongloe Bulu adalah = 121.826 Ha, terbagi
atas :
Tanah sawah : 150Ha
Pemukiman dan Bangunan : 86 Ha
Tanah tegalan : 10 Ha
Perkebunan : 329 Ha
Hutan : 14 Ha
Tanah lain-lain : 121.137 ha

b. Topografi dan Jenis Tanah


Desa Moncongloe Bulu terletak di antara 119.573123 garis Bujur
Timur dan -5.170156 garis Lintang Selatan memiliki topografi
dataran rendah dengan kemiringan rata-rata........% dan berada pada
ketinggian rata-rata 400-500 Mdpl dengan bentuk topografi agak
bergelombang sampai berbukit. Desa Moncongloe Bulu memiliki
jenis konfigurasi jenis vertisol tanah liat tinggi yang mengembang
pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering, yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

31
Tanpa horizon eluvasi dan iluvasi
Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar
airnya
Bahan induk basaltik atau berkapur
Mikroreliefnya gilgei
Konsistensi luar biasa plastis
Tanah ini tersebar di daerah dengan musim kering musiman. Di
indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya
tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut. Melihat dari struktur
yang mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu
kering dan ciri- ciri maka suhu tanah ini tergantung musim di daerah
tersebut. Ketika musim kering suhu di daerah tersebut akan panas
begitu juga dengan tanah sehingga tanah akan pecah-pecah begitu pun
sebalikanya

c. Iklim
Iklim Desa Moncongloe Bulu, sebagaimana desa-desa lain di
wilayah Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal
tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang
ada di Desa Moncongloe Bulu kecamatan Moncongloe.

B. Keadaan Sosial Ekonomi


1. Jumlah Penduduk
Desa Moncongloe Bulu mempunyai Jumlah Penduduk 3.370. Jiwa,
Terdiri dari 809 KK yang tersebar dalam 5 Wilayah Dusun dengan
Perincian sebagaimana tabel :

32
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk

Jenis Kelamin
No Dusun Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Diccekang 411 org 476 org 887 org

2 Tamalate 292 org 326 org 618 org

3 Tammu-Tammu 283 org 272 org 555 org

4 Tompo Balang 228 org 213 org 441 org

Moncongloe
5 489 org 380 org 869org
Bulu

Jumlah 1.703 org 1.667 org 3.370 org

TABEL 1 : Sumber data dari Kantor Desa Thn 2016

2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Moncongloe Bulu termasuk
masih sedang karena kondisi ekonomi dan pemahaman akan pentingnya
pendidikan masih belum maksimal yakni angka putus sekolah dasar masih
ada pada tahun-tahun sebelumnya. Desa hanya memiliki 4 TK, 2 SD, 3
SMP dan 2 SMA. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan jenjang
kelulusan masyarakat yang tadinya hanya tamat SD namun kedepan
minimal masyarakat lulus pada tingkat SMP dan program nasional
pendidikan dasar 9 tahun di Desa Moncongloe Bulu dapat tercapai 100%
dan menekan angka putus sekolah pendidikan dasar Tingkat pendidikan
masayarakat Desa Moncongloe Bulu adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pra Sekolah SD SMP SLTA Sarjana

365 org 702 org 411 org 380 org 50 org

33
3. Mata Pencaharian
Karena Desa Moncongloe Bulu merupakan Desa Pertanian, maka
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,
selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

PETANI/
PEDAGANG PNS/ABRI BURUH Lain-lain
Peternak

475 org 49 org 354 org 159 org 113 org

4. Pola Penggunaan Tanah


Penggunaan Tanah di Desa Moncongloe Bulu sebagian besar
diperuntukan untuk Tanah Pertanian Sawah sedangkan sisanya untuk
Tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Luas Desa Moncongloe Bulu seluruhnya sekitar 121.826 Ha dimana
penduduknya mempunyai pekerjaan sebagai petani, petani buruh dan
buruh harian lepas. Maka pola pemilikan lahan sangat berkaitan erat
dengan mata pencahariannya. Perincian masing-masing penggunaan lahan
di Desa Moncongloe Bulu adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4. Luasan dan Penggunaan Lahan Desa Moncongloe Bulu
No Penggunaan Lahan Jumlah (Ha)
1 Persawahan 150
2 Pemukiman 86
3 Perkebunan 329
4 Perikanan -
5 Hutan Rakyat 14
6 Pendidikan 8
7 Perkantoran 0,50
8 Lapangan 1,5
9 Lain-lain 12.1237
Jumlah 12.1826

5. Kepemilikan Ternak
Penduduk Desa Moncongloe Bulu sekitar 30 % memelihara ternak
sapi, kambing, kerbau, itik, ayam, kuda dan angsa. Pemeliharaan ternak

34
dipilih penduduk Desa sebagai tabungan hidup yang juga digunakan
untuk memanfaatkan dari hasil tanaman pertanianm dan perkebunan
sehungga pakan ternak bisa didapatkan, jenis ternak yang dipeliahara
antara lain, sapi, kambing, ayam dan itik.
Pemeliharaan ternak dilakukan oleh penduduk Desa Moncongloe
Bulu sebagai pekerjaan sambilan dan bukan sebagai pekerjaan pokok.
Hewan ternak berupa sapi, kambing, ayam, sebagian besar digembalakan
oleh penduduk.
Tabel 1.5 Jumlah Kepemilikan Ternak Desa Moncongloe Bulu
No Kepemilikan Ternak Jumlah
1 Jumlah pemilik ternak sapi 86 Org
2 Jumlah pemilik ternak kambing 17 Org
3 Jumlah pemilik ternak kerbau 1 Org
4 Jumlah pemilik ternak itik 235 Org
5 Jumlah pemilik ternak Ayam 288 Org
6 Jumlah pemilik ternak kuda 2 Org
7 Jumlah pemilik ternak angsa 3 Org
Jumlah 632 Org
Sumber: Data pertanian/peternakan tahun 2015

6. Sistem Usaha Tani


Ditinjau dari komoditas yang diusahakan masyarakat adalah komoditas
pertanian seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan dari komoditas
kehutanan seperti Jati Putih.Komoditas unggulan pada sekarang ini sudah
tidak ada lagi, hal tersebut dikarenakan jenis tanaman yang diusahakan
bervariasi.

7. Kelembagaan Desa
Dalam hal ini kelembagaan Desa diartikan organisasi yang
melaksanakan berbagai fungsi mitra penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan dan pemberdayaan
kemasyarakatan desa serta pelayanan sosial maupun kegiatan ekonomi.
Kelembagaan desa yang ada sekarang ini sudah berjalan cukup baik
hanya saja perlu peningkatan kapasitas pengurus agar lembaga yang ada

35
bisa dan mampu mandiri dalam mengelola lembaga tersebut. Adapun
lembaga yang ada yaitu :

Tabel 1.6. Jenis Kelembagaan Desa Moncongloe Bulu


No Kelembagaan Desa Jumlah
1 Pemerintah Desa 11 Orang
2 Badan Permusyawaratan Desa ( BPD) 11 Orang
3 LKMD -
4 RT 18 Orang
5 RW 9 Orang
6 PKK 20 Orang
7 Hansip/Linmas 10 Orang
8 Kader Pembangunan Desa (KPD)
9 Karang Taruna 35 Orang
10 Kelompok Tani (11 Kelompok ) 376 Orang
11 Kelompok Wanita Tani (KWT) 20 Orang
12 Lembaga BKD 7 Orang
13 PAUD
14 TPA/TPQ
15 TK
Sumber : Data sekunder Desa Moncongloe Bulu, 2016

C. Sarana dan Prasarana Desa


Sarana dan Prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembangunan wilayah guna peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Untuk sarana dan prasarana jalan di Desa Moncongloe Bulu masih banyak
membutuhkan perbaikan dan rehabilitasi sebagai prasarana utama
perhubungan jalan desa. Kondisi sarana dan prasarana umum desa
Moncongloe Bulu secara garis besar adalah sebagai berikut :

Table 1.7 Prasarana Jalan

Keterangan
Sarana Panjang
No Kondisi
Jalan Jalan Ada/Tidak Lokasi
Jalan
Jln. Poros Desa
melalui dusun
Jalan Poros
1 7 Km Ada Baik Diccekang,Tamala
Desa
te, MoncongLoe
Bulu)

36
Diccekang,
Jalan Tamalate, Tammu-
2 Bebatuan 6 Km Ada Rusak Tammu, Tompo
(pengerasa) Balang,
MoncongLoe Bulu
Diccekang, Tompo
Balang,
3 Jalan Tanah 4 Km Ada Rusak MoncongLoe Bulu
dan Tammu-
Tammu

Tabel 1.8 Prasarana Air Bersih


Jumlah KK
No Jenis Prasarana Keterangan Kondisi
Pengguna
1. Penampungan air hujan - Tidak ada -
2. Sumur gali 150 Ada Baik
3. Perpipaan 259 Ada Kurang Baik
4. Sumur pompa - Tidak -
5. PDAM - Tidak -
6. Mata air Ada Baik

Tabel 1.9 Prasarana Pendidikan Formal


JUMLA KONDISI
NO Jenis Lokasi Keterangan
H (Baik / Rusak )
Baik/ Dsn
Status
1 TK 4 Tahap Diccekang,Mon
menumpang
pembangunan congloe bulu
Dsn.Tompo
Balang dan Dsn
2 SD 2 Baik Negeri
MoncongLoe
Bulu
Dusun
Diccekang,
3 SLTP 3 Baik Dusun Negeri dan
Moncongloe Swasta
Bulu
Dusun Swasta /
4 SLTA 2 Baik
Diccekang Negeri
Tahap
Pondok
6 1 Baik Dusun Tamalate Pembangun
Pesantren
an

Table 1.10 Sarana dan prasarana umum lainnya

37
N KONDISI
Jenis JUMLAH Lokasi Keterangan
O (Baik / Rusak )
Beberapa
Baik / Tahap Masing-masing masjid
1 Masjid 7
pembangunan dusun masih perlu
pembenahan
Mushal
2 2 Baik Dsn.Diccekang Baik
lah
Poskes Dusun
3 1 Baik Baik
des Tamalate
Dusun
4 Gereja 2 Baik Moncongloe -
Bulu
Perlu
Dusun
6 Pasar 1 Baik pembanguna
Tamalate
n
Perlu
Lapang
Pembangun
an Dusun
7 1 Baik an
Olah Tamalate
Prasaranany
Raga
a
Kantor Dusun
8 1 Baik -
Desa Tamalate
Dusun
Diccekang, Perlu
Pekubu Tamalate, prasarana
9 4 Baik
ran Moncongloe jalan dan
Bulu, Tompo pagar
Balang
Kantor
Urusan Dusun
10 1 Baik Baik
Agama Diccekang
(KUA)
Kantor Tahap Dusun
11 1
BPD pembangunan Tamalate

D. Kondisi Pemerintahan Desa


Orbitasi ( jarak dari pusat pemerintahn ) dari desa dengan :
- Ke Pusat Pemerintahan Kecamatan : 2,5 Km Lama Tempuh : 15
menit
- Ke Pusat Ibukota Kabupaten : 27 Km Lama Tempuh : 2 Jam
- Ke Pusat Ibukota Propinsi : 19 Km Lama Tempuh : 60
Menit

E. Pembagian Wilayah Desa

1. Batas Wilayah

38
- Sebelah Timur:Desa Purnakarya Kec. Tanralili
- Sebelah Utara:Desa Bonto Bunga Kec. Moncongloe
- Sebelah Barat : Desa Moncongloe Kec. Moncongloe
- Sebelah Selatan : Kec. Pattallassang Kab.Gowa

2. Luas Wilayah
Luas Wilayah Desa Moncongloe Bulu adalah 121.826 Ha. Luas wilayah
terdiri dari :
- Tanah sawah : 150Ha
- Pemukiman dan Bangunan : 86 Ha
- Tanah tegalan : 10 Ha
- Perkebunan : 329 Ha
- Hutan : 14 Ha
- Tanah lain-lain : 121.137 ha

3. Wilayah Bawahan
Wilayah yang dikoordinasikan melalui Kepala Dusun meliputi :
- Kepala Dusun Diccekang membawahi 2 RW dan 4 RT
- Kepala Dusun Tamalate membawahi 2 RW dan 4 RT
- Kepala Dusun Tompo Balang membawahi 1 RW dan 2 RT
- Kepala Dusun Tammu-Tammu membawahi 2 RW dan 4 RT
- Kepala Dusun Moncongloe Bulu membawahi 2 RW dan 4 RT

4. Tanah Banda Desa


- Tanah Sawah : Ha
- Tanah Pekarangan : Ha
- Kolam : Ha
- Lain-lain : Ha

5. Struktur Organisasi Pemerintah Desa


a. Perangkat Desa
Jumlah Perangkat Desa sebanyak 11 orang terdiri dari :
1) Kepala Desa : KAHARUDDIN
2) Sekertaris Desa : Idawati
3) Kepala Urusan Keuangan :
4) Kepala Urusan Umum : Syarifuddin, S.IP
5) Kepala Urusan Pemerintahan : Muhammad
6) Kepala Urusan Pembangunan : Abd. Rajab
7) Kepala Urusan Kesra : Edy Surya
8) Kepala Dusun Diccekang : Burhanuddin
9) Kepala Dusun Tamalate : Sampara
10) Kepala Dusun Tompo Balang : Muhammad Salam
11) Kepala Dusun Tammu-Tammu : Maula
12) Kepala Dusun Moncongloe Bulu : Syamsuddin, S.IP
b. Badan Perwakilan Desa

39
Badan Perwakilan Desa terdiri dari 11 orang :
1) Ketua : Anwar
2) Wakil Ketua : Sudirman
3) Sekretaris : Rahmat Taufik
4) Anggota : Nur amin
5) Anggota : Sahrir
6) Anggota : Makkuasa
7) Anggota : H. Bachtiar
8) Anggota : Abd Rahman
9) Anggota : Akbar
10) Anggota : Muhtar
11) Anggota : Reymond, SR

F. Potensi Masalah

1. Potensi
Sebagaimana pada umumnya desa-desa sudah barang tentu sangat
kaya dengan sumber daya alam baik berupa keindahan alam, kayu, sumber
mata air. Desa Moncongloe Bulu yang tidak jauh dengan pegunungan
mata air sudah barang tentu pada masa depan sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai penunjang ekonomi dibidang pertanian,
peternakan, perikanan, holtikultura dan agroindustri, maupun agrobisinis.
Disamping itu pada saat sekarang ini sudah dikembangkan pertanian usaha
pertanian dengan memanfaatkan lahan pribadi oleh masyarakat, selain itu
masih ada sumber daya alam yang masih digali dan dikembangkan
diantaranya:
a. Lahan pertanian yang masih bisa ditingktkan produktifitasnya dengan
penerapan berbagai tehnik dan teknologi tepat guna.
b. Sumber daya manusia yakni hampir 85 % mata pencaharian
masyarakat desa adalah sebagai petani dan buruh tani.
c. Wilayah dan sumber daya manusia yang produktif untuk
meningkatkan pendapatan dan perekonomian.
2. Permasalahan
Kondisi yang dihadapai desa Moncongloe Bulu di era otonomi desa
kedepan sangat komplit, sehingga membutuhkan penanganan yang serius
yang bersungguh-sungguh. Sejalan dengan visi pembangunan yang akan
dijalankan dan ingin diwujudkan serta mendasari pada misi yang akan

40
ditempuh guna mewujudkan visi pembangunan dimaksud, maka dapat
diidentifikasi adanya 5 (lima) issue-issue strategis yang menjadi
permaslahan pokok yang dihadapi desa saat ini:
a. Rendahnya pemberdayaan masyarakat dan kemampuan desa ditinjau
dari aspek ekonomi berbagai permasalahan yang dihadapi
pembangunan yang dilaksanakan selama ini antara lain ditingkat
pemerintahan kurangnya pengembangan usaha ekonomi produktif
yang mebuat pemerintah masih belum menemukan solusi karena
lembaga yang ada tidak mendapatkan bimbingan teknis dan belum
sepenuhnya dijalankan dengan program yang diterima, lemahnya
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan organisasi atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan desa.
b. Masih belum maksimalnya tingkat pendidikan masyarakat sebagai
bagian dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Dengan
rendahnya maka hasil pembangunan mengalami hambatan karena
rendahnya penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Rendahnya derajat Kesehatan masyarakat juga merupakan epek
rendahnya tingkat masyarakat,dengan adanya poliklinik/ puskesdes
maupun puskesmas pembantu tingkat desa diupayakan dapat memberi
pelayanan dasar kesehatan dimasyarakat dan terjangkau juga dapat
melayani masyakat miskin. Disamping itu pelayanan posyandu juga
perlu ditingkatkan baik sarana prasarana dan pemberdayaan kader
posyandu itu sendiri. Karena posyandu merupakan ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan balita yang sebagai generasi penerus
bangsa.
d. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat dan tingkat kesejahteraan
masyarakat masalah pembangunan yang sangat mendesakpada saat ini
adalah masalah kemiskinan yang ditandai oleh banyaknya
pengangguran,keterbelakangan dan keterpurukan.Masyarakat desa
Moncongloe Bulu yang sebagian adalah penduduk miskin dengan
tingkat ekonomi yang rendah.
e. Adanya kerusakan sumber daya alam dan sumber daya air sumber
daya alam sebagai bagian dari kehidupan harus ada
keseimbangan,khususnya masalah mata air, mengingat Desa

41
Moncongloe Bulu merupakan desa sehingga lebih banyak berinteraksi
dengan lahan pertanian dan persawahan.Begitu dengan air ketika
bicara air seluruh masyarakat dari hulu sampai hilir akan
mempermasalahkan air. Bila air tidak lancar akan mempengaruhi
tatanan kehidupan masyarakat.

Potensi dan Masalah


Tabel 1.11 Daftar masalah dan potensi dari bagan Sketsa Desa

No Masalah Potensi
I. Bidang Pemerintah dan Pemberdayaan
Masayarakat
1. Honor RT Struktur
2. Honor RW Organisasi
3. Honor BPD Warga
4.
Sarana dan prasarana PEMDES belum
5.
6. maksimal tata kelola adminitrasi
7. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
8. belum baik
9. Keterbatasan ruang kerja PKK
10. Belum Maksimal kepengurusan BUMDesa
Pelayanan Administrasi kependudukan dan
pendataan belum maksimal
II. Bidang Keagamaan

1. Kegiatan operasional dan sarana prasarana Mesjid dan


TPA/TPQ, Madrasah belum ada Mushola
2. Kurangnya kesadaran menjalankan syariat Tokoh agama
agama. Tenaga
Gotong Royong
III. Bidang Kesehatan

42
1. Kegiatan Posyandu belum maksimal Kader
2. Pelayanan PKD belum maksimal Bidan
3. Penyakit tahunan masih belum tertangani Tenaga
4. Lingkungan RT kurang sehat Gotong royong
5. Kurangnya perhatian kesehatan lansia
6. Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) belum
7. tertangani
Penanganan ibu hamil dan anak belum
maksimal
IV. Bidang Pendidikan

1. Kurangnya sarana dan prasarana PAUD, Guru


TK, TPA/TPQ dan SD Komite
2. Kurangnya Informasi tentang pendidikan Wali murid
3. formal
4. Biaya Pendidikan yang semakin tinggi
Kurangnya ketrampilan (pertanian dan
5. peternakan) pada lulusan sekolah
6. Masih ada anak yang putus sekolah
Belum tersedianya sarana prasarana dan
7. bahan perpustakaan desa
Tidak ada kejar paket
V. Bidang Ekonomi

1. Irigasi teknis yang belum ada Swadaya


2. Pelebaran jalan desa Lahan pertanian/
3. Pembangunan drainase jalan desa peternakan
4. Perbaikan pengaspalan jalan desa Tenaga
5. Perbaikan dan pembangunan jalan Gotong royong
6. pertanian Organisasi
Pemasangan lampu listrik penerangan jalan
desa
VI. Bidang Sosial Budaya

1. Kegiatan kelompok seni budaya kurang Tenaga


2. lancar Gotong royong
3. Krisis gotong royong Sanggar
Kurang berkembangnya organisasi Lembaga desa
4. pemuda/karang taruna Lahan Pertanian
Belum adanya gedung /ruang/ruang untuk Pemuda
kegiatan kelompok sanggar seni di desa
VII. Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup

43
1.
Kebutuhan air bersih di musim kemarau Tenaga
2.
Pemilik tanah tidak mengijinkan untuk Gotong royong
pengadaan jalan usaha tani desa Warga,Pemanfaat
3. Hilangnya sumber mata air Listrik
4. Jalan Gelap di 5 Dusun Air
5. Tidak ada Drainase di Jalan Desa Saluran
6. Rusaknya saluran irigasi pembuangan di 2 Pembuangan
dusun
VIII. Sarana dan Prasarana

1. Balai desa rusak Swadaya


2. Gedung pertemuan/serbaguna rusak dan Tenaga
tidk mencukupi kapasitas Gotong royong
3. Irigasi teknis belum ada Tanah Kas Desa
4. Dikarenakan kapasitas balai desa yang
5. terbatas pemeliharaan sarana olahraga
6. berupa lapangan
7. Perlu adanya penerangan jalan umum desa
Masih kurangnya sarana dan prasarana
8. Pengolahan hasil pertanian
9. Rehabilitasi dan perbaikan lapangan Desa
10. Drainase jalan Desa banyak yang rusak
Perlu adanya penambahan penerangan
jalan desa

Tabel 1.12 Masalah dan Potensi dari bagan kalender musim


No Masalah Potensi
I. PANCAROBA
1. Banyak penyakit flu, batuk, demam Pohon
2. Hama tanaman Obat
II. KEMARAU
1. Tanah sawah kering Menanam Palawija
2. Debit air menurun Sayuran, Hortikultura
3. Pakan ternak kurang Pupuk kandang
4. Hasil panen padi menurun
5. Harga jual ternak tidak menentu

44
II. HUJAN
1. Sumber air bersih keruh Musim tanam
2. Tanah longsor Air melimpah
3. Tanaman rusak
4. Saluran buangan irigasi rusa

Tabel 1.13 Masalah dan Potensi dari bagan Lembaga Desa

No Lembaga Masalah Potensi


1. PEMERINTAH - Kurang maksimal terjun ke Sarana dan
AN DESA masyarakat prasarana struktur
- Penyelenggaraan tugas dan pertemuan rutin
wewenang aparat SDM
pemerintahan desa
belum optimal sesuai
ketentuan
- Belum optimalnya
pengelolaan PBB
- Belum optimalnya
administrasi
barang/sarana
inventarisasi desa

2. PKK - Pemahaman Kegiatan PKK Sarana dan


belum optimal prasarana struktur
- Kurang kompaknya antar pengurus lengkap
anggota dalam pertemuan rutin
komitmen berorganisasi arisan SDM
3. BPD - Masih tergantung kepada prasarana struktur
PEMDES pengurus lengkap
- Pemahaman tugas dan SDM, kantor ada
wewenang sebagai mitra
PEMDES belum
optimalnya
- Tidak ada pertemuan rutin
anggota
4.. RT - Ketua RT belum bekerja SDM
secara optimal membatu Warga
Pemerintah Desa Struktur
- Administrasi belum Kepengurusan
optimal
- Kegiatan belum optimal

45
6. RW - Ketua RT belum bekerja Pertemuan
secara optimal membatu lembaga
Pemerintah Desa
- Administrasi belum
optimal
- Kegiatan belum optimal
7. KARANG - Tidak ada kegiatan SDM
TARUNA - Kepengurusan kurang aktif
- Regenerasi kepengurusan
tidak berjalan
- Anggota kurang aktif
- Kelompok remaja mesjid
yang aktif hanya ketua
- Kegiatan rutin belum ada
8. KPMD (Kader - Kepengurusan belum Gedung
Pemberdayaan optimal dalam Sarana
Desa) perencanaan/pelaksanaa Prasarana
n pembangunan
- Tidak ada pertemuan

11. KELOMPOK - Tidak ada pertemuan SDM


TANI - Kegiatan yang tidak Lahan
sepenuhnya
dilaksanakan anggotanya
- Kurang kompak/aktif
anggotanya didalam
menjalankan program
- Kurangnya
sarana/prasarana
pengendalian hama
BAB III
HASIL PENDATAAN

A. Data Demografi

Pendataan dilakukan di Dusun Tompo BalangDesa Moncongloe Bulu


selama 3 hari pada tanggal 31 Januari 2 Februari 2017 yang dilakukan oleh
Mahasiswa Ners Universitas Islam Makassar sebanyak 11 orang. Di Dusun
Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu. Adapun batas wilayah Dusun
Tompo Balang yaitu sebelah utara dibatasi Dusun Tamalate, sebelah selatan

46
dibatasi Dusun Kab. Gowa, di sebelah timur dibatasi Dusun Tamu-tamu, dan
di sebelah barat dibatasi Dusun Tamalangape
Fasilitas umum yang dimiliki Desa Dusun Tompo Balang adalah sebuah
SD Inpres. Kegiatan posyandu dilakukan setiap tanggal 17.

B. Persiapan Dan Pelaksanaan


Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
optimal, maka melalui Praktek Keperawatan Komunitas Mahasiswa Program
Keperawatan UIM Makassar di Lingkungan Dusun Tompo Balang Desa
Moncongloe Bulu, akan menerapkan konsep-konsep keperawatan komunitas
yang didalamnya dilakukan pendekatan keperawatan keluarga sebagai dasar
dalam pemberian pelayanan kesehatan utama pada masyarakat.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan di Dusun
Dusun Tompo Balang, terdiri dari beberapa tahap kegiatan meliputi survey
wilayah binaan, pengkajian awal (pengumpulan dan pengolahan data),
pembinaan Kelompok Kerja Kesehatan (POKJAKES) yang anggotanya terdiri
dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, dan kalangan
pelajar, yang nantinya akan bersama sama dengan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan keperawatan komunitas.
Selain kegiatan komunitas, setiap mahasiswa juga mengambil satu
keluarga sebagai keluarga binaan dan gerontik, dalam penerapan asuhan
keperawatan keluarga dan gerontik, yaitu keluarga yang memiliki masalah
kesehatan baik actual maupun keluarga yang berisiko tinggi.
Kegiatan keperawatan komunitas yang akan dilaporkan adalah tahap
persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan
persiapan tekhnis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

C. Persiapan
1. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap awal, kelompok mahasiswa melakukan pertemuan
dengan Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua RT dan Ketua RW, serta
identifikasi tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, yang

47
dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2017. Setelah mengidentifikasi
tokoh masyarakat, kelompok mahasiswa melakukan pendekatan dan
membina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang tujuan Praktek Keperawatan Komunitas Mahasiswa
UIM di Dusun Tompo Balang DesaMoncongloe Bulu. Tanggal 27 januari
2017, pihak mahasiswa mengadakan pertemuan dengan kepala
Lingkungan tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan guna
membahas rencana pertemuan awal dan mengidentifikasi tokoh
masyarakat yang akan diundang pada pertemuan awal.
Tanggal, 27 Januari 2017, dilakukan penyebaran undangan kepada
tokoh masyarakat, tokoh agama pemuda serta kader kesehatan untuk
menghadiri pertemuan MMD I.
2. Persiapan Teknis
Persiapan tehnis yang dilakukan kelompok mahasiswa meliputi
mengorganisir anggota kelompok dalam melakukan pendataan dan
pembagian tugas, mempersiapkan format pengkajian, serta
mengidentifikasi Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu termasuk
jumlah rumah dan jiwa .

D. Hasil tabulasi data


Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut akan ditabulasi
dalam bentuk tabel.
Adapun hasil tabulasi disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut ;

Tabel 3.1
Distribusi Jumlah Warga Berdasarkan Umur
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
UMUR Frequency Percent
0-5 TAHUN 29 10.4
6-11 TAHUN 36 12.9
12-16 TAHUN 25 8.9
17-25 TAHUN 46 16.4

48
26-35 TAHUN 46 16.4
36-45 TAHUN 33 11.8
46-55 TAHUN 34 12.1
56-60 TAHUN 9 3.2
> 60 TAHUN 22 7.9
Total 280 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas jumlah warga berdasarkan umur yang paling


banyak berada pada umur 17-25 tahun dan 26-35 sebanyak 46 warga
(16.4%), umur 6-11 tahun sebanyak 36 (16.4%), umur 46-55 tahun sebanyak
34 warga ( 12.1%),umur 36-45 tahun sebanyak 33 warga (11.8%), umur 0-5
tahun sebanyak 29 warga (10.4%), umur 12- 16 tahun sebanyak 25 warga
(8.9%), umur >60 tahun sebanyak 22 warga (7.9%), umur 56-60 tahun
sebanyak 9 warga (7.9%).
Tabel 3.2
Distribusi Jumlah Warga Berdasarkan jenis kelamin
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Jenis Kelamin Frequency Percent

LAKI-LAKI 148 52.9

PEREMPUAN 132 47.1

Total 280 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas, penduduk terbanyak adalah laki-laki


sebanyak 148warga (52.9%) Sedangkan untuk perempuan sebanyak
132warga (47,1%), Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di dusun
Tompo Balang Desa Moncongloe bulu yang terbanyak adalah laki-laki.
Tabel 3.3
Distribusi Jumlah Warga Berdasarkan Hubungan Keluarga
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

49
Hubungan Keluarga Frequency Percent

KEPALA KELUARGA 74 26.5

ISTRI 67 23.9

ANAK 135 48.2

MERTUA 4 1.4

Total 280 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas jumlah kepala keluarga sebanyak 74 KK


(26.5%), istri berjumlah sebanyak 67 warga (23,9%) sedangkan Anak
berjumlah sebanyak 135 warga (48.2%) serta Mertua berjumlah sebanyak
4 warga (1.4%) Berdasarkan dari tabel diatas menunjukan bahwa seluruh
warga di dusun Tompo Balang berjumlah 280 warga.
Tabel 3.4
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Agama
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Agama Frequency Percent

MUSLIM 280 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017

Berdasarkan tabel diatas penduduk dusun tompo balang beragama


Islam yaitu 280 (100%).

Tabel 3.5
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

50
Pendidikan Frequency Percent

TIDAK SEKOLAH 59 21.1

SD / SEDERAJAT 103 36.8

SMP / SEDERAJAT 49 17.5

SMA / SEDERAJAT 52 18.6

PT / SEDERAJAT 17 6.1

Total 280 100.0


Sumber :Data Primer Februari 2017

Berdasarkan tabel di atas, dari 74 KK berpendidikan SD yaitu 103 orang


(36.8% ), SMP yaitu 49 orang (17.5%), SMA yaitu 52 orang (18.6%) dan
PT yaitu 17 orang (6.1%) dan Total warga di dusun tompo balang
berjumlah 280 orang. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penduduk
dalam menerima informasi yang akan mempegaruhi perubahan perilaku
yang berkaitan dengan kesehatan.
Tabel 3.6
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Pekerjaan Frequency Percent


TIDAK KERJA 125 44.6

PNS/TNI/POLRI 5 1.8

WIRASWASTA 28 10,1

TANI 55 19.6

IRT 67 23.9

Total 280 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas, yang tidak bekerja sebanyak 125 orang
(44,6%), yang PNS/TNI/POLRI sebanyak 5 Orang (1,8%), Wiraswasta
sebanyak 28 orang (10,1 %), Tani sebanyak 55 orang (19,6%), dan yang
sebagai IRT sebanyak 67 orang (23,9%).

Tabel 3.7
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Kesehatan
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

51
Kesehatan Frequency Percent

SEHAT 269 96.1

SAKIT 11 3.9

Total 280 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas jumlah warga yang Sehat sebanyak 269
orang (96,1%) dan yang Sakit sebanyak 11 orang (3,9%).

Tabel 3.8
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Penghasilan
BulananDusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec.
Moncongloe

Penghasilan Bulanan
Frequency Percent

< 1 JUTA 56 75.7

1-3 JUTA 18 24.3

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas penghasilan warga yang < 1 juta sebanyak
56 orang (75,7%) dan yang penghasilannya 1-3 juta sebanyak 18 orang
(24,3%).

Tabel 3.9
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Apakah keluarga
Menabung
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Apakah Keluarga
Frequency Percent
Menabung
YA 15 20.3

TIDAK 59 79.7

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan table di atas keluarga yang menabung sebanyak 15 kk
(20,3%) dan yang tidak sebanyak 59 kk (79,7%).

52
Tabel 3.10
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Letak Ternak
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Letak Ternak Frequency Percent

DI LUAR RUMAH 49 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar Kepala Keluarga di dusun tompo
balang letak ternak berada di luar rumah sebanyak 49 (100%).

Tabel 3.11
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Kondisi Ternak
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Kondisi Ternak Frequency Percent

TERAWAT 40 81.6

TIDAK TERAWAT 9 18.4

Total 49 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kondisi ternak warga
Tompo Balang yang terawat sebanyak 40 (81,6%) dan yang tidak terawat
sebanyak 9 (18,4%).
Tabel 3.12
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan sarana Kesehatan Terdekat
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Sarana Kesehatan Terdekat Frequency Percent

PUSKESMAS 73 98.6

LAIN-LAIN 1 1.4

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sarana kesehatan terdekat Puskesmas 73
(98,6%) dan yang lain-lain 1 (1,4%).

Tabel 3.13
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Keluarga
untuk Minta Tolong Bila Sakit
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

53
Tempat Pertolongan Frequency Percent

PUSKESMAS 69 93.2

PERAWAT 1 1.4

BIDAN 4 5.4

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke puskesmas sebanyak 69 warga (93,2%), perawat
1 (1,4%) dan Bidan sebanyak 4 (5,4%).

Tabel 3.14
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Keluarga
Sebelum Pelayanan Kesehatan
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Kebiasaan keluarga
sebelum ke pelayanan Frequency Percent
kesehatan
BELI OBAT BEBAS 59 79.7

JAMU 3 4.1

LAIN-LAIN 12 16.2

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kebiasaan keluarga
sebelum ke pelayanan kesehatan yang Beli Obat Bebas sebanyak 59
( 79,7%), jamu 3 (4,1%) dan Lain-lain 12 (16,2%).

Tabel 3.15
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Sumber Pendanaan
Kesehatan Keluarga

54
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Sumber pendanaan
Frequency Percent
kesehatan kelurga
ASTEK / ASKES 8 10.8

TABUNGAN 1 1.4

DANA SEHAT 1 1.4

JPS / ASKES MASKIN 60 81.1

LAIN-LIAN 4 5.4

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar pendanaan kesehatan
keluarga yang menggunakan Astek / Askes sebanyak 8 (10,1%), yang
menggunakan Tabungan sebanyak 1 (1,4%), Dana Sehat 1 (1,4%), JPS/
Askes Maskin sebanyak 60 (81,1%) dan Lain-lain 4 (5,4%).

Tabel 3.16
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Sarana Transportasi
Kepelayanan Kesehatan
Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Sarana Transportasi
Frequency Percent
Kepelayan kesehatan
ANGKOT 1 1.4

KENDARAAN PRIBADI 73 98.6

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan Tabel diata, sarana transpotasi Angkot 1 (1,4%) dan
kendaraan pribadi 73 (98,6%)

Tabel 3.17
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Masalah Kesehtan
KhususDi Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu

55
Kec. Moncongloe Bulu

Masalah Kesehatan Khusus Frequency Percent

BATUK PILEK 19 30.2

ASMA 3 4.8

IMS 7 11.1

LAIN-LAIN 34 54.0

Total 63 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa masalah kesehatan dengan
batuk pilek 19 (30,2%) asma sebanyak 3 0rang (4,8%), IMS sebanyak 7
orang (11,1%), dan Lain-lain 34 0rang (54,0%).

Tabel 3.18
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Apakah Ada PUS
Dalam Anggota Keluarga
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Apakah Ada PUS
dalam Anggota Frequency Percent
Keluaraga
TIDAK 39 52.7

YA 35 47.3

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Bersadarkan tabel diatas, wanita usia subur sebanyak 35 orang

(47,3%) dan tidak sebanyak 39 orang (52,7%).

Tabel 3.19
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Apakah Menjadi
Aseptor KB

56
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Apakah Menjadi
Frequency Percent
Aseptor KB
TIDAK 20 55.6

YA 16 44.4

Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan ada sekitar 20 (55,6%) yang tidak
menjadi aseptor KB dan 16 (44,4%) menjadi aseptor KB.

Tabel 3.20
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Bila Tidak Menjadi
Aseptor KB AlasannyaDi Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu
Kec. Moncongloe Bulu

Bila Tidak Menjadi


Aseptor KB Frequency Percent
Alasannya
DILARANG SUAMI 3 17.6

TIDAK TAHU 2 11.8

LAIN-LAIN 12 70.6

Total 17 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas terdapat 3 (17. 6%) dilarang suami menjadi aseptor

KB, yang tidak tahu sebanyak 2 (11,8%), dan Lain-lain sebanyak 12

(70,6%)

Tabel 3.21
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Apakah Ada Ibu
Hamil Dalam Keluarga

57
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Apakah Ada Ibu
Hamil Dalam Frequency Percent
Keluarga
TIDAK 71 95.9

YA 3 4.1

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas jumlah ibu hamil sebanyak 3 orang (4,1%) dan yang
tidak hamil sebanyak 71 orang (95,9%).

Tabel 3.22
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Bila YA Umur
Kehamilan Trimester Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu
Kec. Moncongloe Bulu
Bila Ya Umur Kehamilan
Trismester Frequency Percent

1 (0-3 BULAN) 2 66.7

2 (4-6 BULAN) 1 33.3

Total 3 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa umur kehamilan ibu berkisar
1 (0-3 Bulan) sebanyak 2 (66,7%), dan yang 2 (4-6 Bulan) 1 (33,3%).

Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kehamilan Ibu Yang Keberapa
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Kehamilan Yang Keberapa Frequency Percent

3 1 33.3

>3 2 66.7

Total 3 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ibu yang hamil berada pada
kehamilan ke 3 berjumlah 1 (33,3%) dan yang > 3 berjumlah 2 (66,7%).

Tabel 3.24

58
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Berapa Usia Bumil
Saat Ini Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec.
Moncongloe Bulu
Berapa Usia Bumil Saat
Frequency Percent
ini
< 20 1 33.3

20-35 2 66.7

Total 3 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil saat ini yang berusia < 20
berjumlah 1 (33,3%) dan yang berusia 20-35 tahun berjumalah 2 (66,7%).

Tabel 3.25
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Apakah Ibu
Memeriksakan Kehamilannya
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe Bulu
Apakah Ibu Memeriksakan
Frequency Percent
Kehamilannya
Sumber : Data Primer Februari 2017
YA 3 100.0

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Ibu hamil yang memeriksakan


kehamilannya berjumlah 3 (100%)

Tabel 3.26
Distribusi FrekuensiBerapa Kali Memeriksakan Kehamilannya
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Berapa Kali
Memeriksakan Frequency Percent
Kehamilannya
2 KALI 3 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel di atas ibu yang memeriksakan kehamilannya
sebanyak 2 kali berjumlah 3 (100%).

Tabel 3.27
Distribusi Frekuensi Bumil Apakah Mendapatkan Suntikan TT

59
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec.Moncongloe
Bulu
Apakah
mendapatkan
Suntikan TT Frequency Percent

TIDAK 2 66.7

YA 1 33.3

Total 3 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Bumil yang mendapatkan
suntikan TT sebanyak 1 (33,3%) dan yang tidak sebanyak 2 (66,7%).

Tabel 3.28
Distribusi Frekuensi BerdasarkanApakah Lengkap Mendapat Suntikan TT
Di Dusun Tompo Balang DesaMoncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Apakah Lengkap
Mendapat Suntikan TT Frequency Percent

LENGKAP (2 KALI) 1 100.0


Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Bumil yang mendapatkan
suntikan TT yang lengkap sebanyak (2 Kali) berjumlah 1 (100%).

Tabel 3.29
Distribusi Frekuensi Bumil Adakah Penyakit Atau Keluhan Yang
Dirasakan
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Bulu
Adakah Penyakit Atau
Keluhan Yang Dirasakan
Bumil Frequency Percent

LEMAH, LETIH, LESU 1 50.0

MUAL DAN MUNTAH 1 50.0

Total 2 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017

60
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa keluhan yang di rasakan
Bumil Lemah,Letih,Lesuh berjumlah 1 (50%) dan yang Mual dan Muntah
berjumlah 1(50%).

Tabel 3.30
Distribusi Frekuensi Ibu Menyusui Anaknya
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec.Moncongloe
Ibu Menyusui Anaknya Frequency Percent

YA 9 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ibu yang menyusui anaknya
berjumlah 9 (100%).

Tabel 3.31
Distribusi Frekuensi Lamanya Ibu Menyusui
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe
Lamanya Ibu Menyusui Frequency Percent

1-4 BULAN 2 22.2

5-12 BULAN 3 33.3

>12 BULAN 4 44.4

Total 9 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa lamanya ibu menyusui
anaknya 1-4 Bulan berjumlah 2 (22,2%), 5-12 Bulan berjunlah 3 (33,3),
dan >12 Bulan berjumlah 4 (44,4%).

Tabel 3.32
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Balita
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Balita Frequency Percent

TIDAK 52 70.3

YA 22 29.7

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017

61
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumah ibu yang memiliki balita di
dusun Tompo Balang 22 (29,7%) dan yang tidak memiliki balita 52
(70,3%).

Tabel 3.33
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Balita Yang Tidak
Mendapatkan Imunisasi
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Balita Yang Tidak


Mendapatkan Imunisasi Frequency Percent

Tidak Ada Waktu 8 80.0

Lain-Lain 2 20.0

Total 10 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Pada tabel diatas menjelaskan bahwa balita yang tidak mendapatkan
imunisasi Tidak ada waktu berjumlah 8 (80%), dan lain-lain 2 (20%).

Tabel 3.34
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Hasil Penimbangan KMS
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe BuluKec. Moncongloe

Hasil Penimbangan KMS Frequency Percent

DI DAERAH GARIS HIJAU 7 63.6

DIATAS GARIS HIJAU 4 36.4

Total 11 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil penimbangan KMS
pada balita di daerah garis hijau sebanyak 7 (63,6%), dan di ats garis hijau
berjumlah 4 (36,4%).

62
Tabel 3.35
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Keluarga Yang Mempunyai
Anak Dan Remaja
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Keluarga Yang Mempunyai Anak


Dan Remaja Frequency Percent

TIDAK 28 37.3

YA 47 62.7

Total 75 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan keluarga yang mempunyai anak dan
remaja berjumlah 47 (62,7), dan yang tidak memililki anak dan remaja 28
(37,3%).

Tabel 3.36
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Usia Anak Dan Remaja
Saat Ini
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe BuluKec. Moncongoe

Usia Anak Saat Ini Frequency Percent

6-10 Tahun 17 36.2

11-15 Tahun 12 25.5

16-21 Tahun 18 38.3

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan table diatas usia anak dan remaja saat ini usia 6-10 tahun
berjumlah 17 (36,2%), usia 11-15 tahun 12 (25,5%), usia 16-21 tahun 18
(38,3%).

63
Tabel 3.37
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Anak
Di Dusun Tompo BalangDesa Moncongloe BuluKec. Moncongloe

Pendidikan Anak Frequency Percent

SD 16 34.0

SMP 13 27.7

SMA 15 31.9

PT 3 6.4

Total 47 100.0

Sumber : Data Primer Februari 2017


Dari tabel diatas menunjukkan pendidikan anak SD berjumlah 16
(34%), SMP berjumlah 13 (27,7%), SMA berjumlah 15 (31,9), dan PT
berjumlah 3 (6,4%).

Tabel 3.38
Distribusi Frekuensi Kegiatan Anak Diluar Sekolah
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe BuluKec. Moncongloe

Kegiatan Anak Diluar Sekolah Frequency Percent

KEAGAMAAN 33 70.2

OLAHRAGA 4 8.5

LAIN-LAIN 10 21.3

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel di atas kegiatan anak di luar sekolah Olahraga berjumalh 33
(70,2%), Olharaga 4 (8,5%), dan lain-lain 10 (21,3%).
Tabel 3.39
Distribusi frekuensi anak menderita sakit
Di Dusun tompo balang Desa moncongloe bulu Kec. moncongloe

64
Anak Menderita Sakit Frequency Percent

TIDAK 33 70.2

YA 14 29.8

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa anak yang menderita
sakit di dudun tompo balang 14 (29,8%), dan yang tidak 33 (70,2%).

Tabel 3.40
Distribusi Frekuensi Penggunaan Waktu Luang Anak
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Penggunaan Waktu Luang


Frequency Percent
Anak
MUSIK/TV 26 55.3

OLAHRAGA 3 6.4

REKREASI 5 10.6

KEAGAMAAN 13 27.7

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Penggunaan waktu luang anak
Music/TV berjumlah 26 (55,3%), Olahraga 3 (6,4%), Rekreasi 5 (10,6%),
dan keagamaan 13 (27,7%).
Tabel 3.41
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Anak
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Kebiasaan Anak Frequency Percent

MEROKOK 4 8.5

TIDAK ADA 43 91.5

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kebiasaan anak yang merokok
berjumlah 4 (8,5%) dan yang tidak 43 (91,5%).

65
Tabel 3.42
Distribusi frekuensi anak menderita sakit
Di Dusun tompo balang Desa moncongloe bulu Kec. moncongloe

Anak Menderita Sakit Frequency Percent

TIDAK 33 70.2

YA 14 29.8

Total 47 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa anak yang menderita sakit di
dusun Tompo Balang berjumlah 14 (29,8%) dan yang tidak 33 (70,2%).

Tabel 3.43
Distribusi Frekuensi Anak Sudahkah Berobat
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Sudahkan Berobat Frequency Percent

SUDAH 12 85.7

BELUM 2 14.3

Total 14 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas anak yang sudah berobat berjumlah 12 (85,7%)
dan yang belum 2 (14,3%).

Tabel 3.44
Distribusi frekuensi anak berobat kemana
Di Dusun tompo balang Desa moncongloe bulu Kec. moncongloe

66
Anak Berobat Kemana Frequency Percent

MEDIS 12 85.7

NON MEDIS 2 14.3

Total 14 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa anak yang berobat ke Medis
berjumlah 12 (85,7%) dan yang Non Medis 2 (14,3%).

Tabel 3.45
Distribusi frekuensi keluarga yang berusia lebih dari 60 tahun
Di Dusun tompo balang Desa moncongloe bulu Kec. Moncongloe

Keluarga Yang Berusia >60


Frequency Percent
tahun
TIDAK 56 75.7

YA 18 24.3

Total 74 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa keluarga yang berusia
lebih dari 60 Tahun berjumlah 18 orang (24,3%) dan yang tidak 56 orang
(75,7%).
Tabel 3.46
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan keluhan penyakitnya
Di Dusun tompo balang Desa moncongloe bulu Kec. moncongloe

Keluhan Penyakit Frequency Percent

TIDAK 3 16.7

YA 15 83.3

Total 18 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas bahwa Lansia yang memiliki keluhan
penyakit berjumlah 15 (83,3%) dan yang tidak 3 (16,7%).

Tabel 3.47
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Penyakitnya
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

67
Jenis Penyakitnya Frequency Percent

ASMA 1 6.7

RHEUMATIK 12 80.0

LAIN-LAIN 2 13.3

Total 15 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas menunjujan bahwa jenis penyakit yang
di miliki Lansia yaitu Asma berjumlah 1 (6,7%), Rheumatik 12 (80,0%), dan
Lain-lain 2 (13,3%).

Tabel 3.48
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan upaya yang telah dilakukan
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Upaya Yang Telah Dilakukan Frequency Percent

BEROBAT KE SARANA KESEHATAN 8 53.3

BEROBAT KE NONMEDIS 1 6.7

DIOBATI SENDIRI 6 40.0

Total 15 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas bahwa upaya yang dilakukan lansia untuk
Berobat ke Sarana Kesehatan berjumlah 8 (53,3%), yang berobat ke Non
Medis 1 (6,7%), dan yang di obati sendiri 6 (40,0%).

Tabel 3.49
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Penggunaan Waktu Senggang
Lansia
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Penggunaan Waktu Senggang Lansia Frequency Percent

BERKEBUN 7 38.9

JALAN-JALAN 8 44.4

LAIN-LAIN 3 16.7

Total 18 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017

68
Berdasarakan table diatas bahwa penggunaan waktu senggang

lansia Berkebun berjumlah 7 (38,9%), Jalan-jalan 8 (44,4%), dan yang lain-

lain 3 (16.7%)

Tabel 3.50
Distribusi Frekuensi Lansia yang mengikuti posyandu lansia
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Lansia Yang Mengikuti Posyandu Frequency Percent

TIDAK 14 77.8

YA 4 22.2

Total 18 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas bahwa Lansia yang mengikuti Posyandu
Lansia di dusun Tompo Balang bejumlah 4 (22,2%), dan yang tidak 14
(77,8%).

Tabel 3.51
Distribusi FrekuensiPosyandu Lansia
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

Posyandu Lansia Frequency Percent

TIDAK ADA 13 72.2

ADA 5 27.8

Total 18 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas bahwa kegiatan posyandu lansia di dusun
tompo balangYang mengatakan Tidak Ada berjumlah 13 (72,2%) dan yang
mengaakan ada berjumlah 5 (27,8%).

Tabel 3.52
Distribusi Frekuensi Alasan Lansia Tidak Mengikuti Posyandu Lansia
Di Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu Kec. Moncongloe

69
Alasan Frequency Percent

TIDAK TAHU 14 77.8

TIDAK MAU 4 22.2

Total 18 100.0
Sumber : Data Primer Februari 2017
Berdasarakan tabel diatas bahwa Lansia yang tidak mengikuti
posyandu lansia di dusun Tompo Balang yang tidak tahu berjumlah 14
(77,8%), dan yang Mau 4 (22,2%).

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI DUSUN TOMPO BALANG DESA MONCONGLOE BULU
KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS 2017

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang


melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien / keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Konsep keperawatan komunitas yang profesional mangacu pada ilmu
dan kiat keperawatan yang di tujukan pada masyarakat terumatama
kelompok-kelompok yang berisiko tinggi terhadap terserangnya penyakit
atau akibat proses penuaan. Peran serta aktif masyarakat sangat
mempengaruhi proses penerapana asuhan keperawatan di masyarakat itu
sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada respon
masyarakat, terutama dalam memberikan informasi yang valid dan akurat.
Melalui pengkaderan serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dapat diperoleh data yang sangat
mendukung proses pemberian asuhan langsung pada masyarakat.

70
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan
tahapan pada proses keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi Pembahasan inipun mengacu pada analisis SWOT
(Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/kesempatan dan
Threat/ancaman).
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan komunitas melalui pendekatan
proses keperawatan didapatkan beberapa hasil yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, berguna
untuk menentukan aktivitas keperawatan dan sumber data bagi profesi
lain. Pada tahap pengkajian, yang perlu dikaji pada kelompok atau
komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data
demografi : umur , pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai
keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas dan mengkaji sub sistem
yang mempengaruhi komunitas, seperti lingkungan fisik perumahan,
pendidikan kesehatan, keamanan dan keselamatan politik, kebijakan
pemerintah terkait kesehatan, pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem
komunikasi , ekonomi dan realisasi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara
dan observasi langsung berdasarkan format pengkajian/kuesioner yang
disusun berdasarkan prioritas masalah yang telah disepakati dalam
pertemuan dengan pemerintah setempat, masyarakat, dan tokoh agama.
Pengkajian dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di Dusun
Alerang.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat pengkajian.
a. Strenght / Kekuatan :
1) Adanya dukungan positif dari Masyarakt/ keluarga yang
dimintakan data ( Masyarakat cukup kooperatif ).
2) Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari pustu
3) Adanya dukungan dari Kepala Dusun beserta ketua-ketua RT 1,2,3
dan dari Tokoh tokoh masyarakat di Dusun Alerang.
b. Weekness / Kelemahan :

71
1) Tingkat pekerjaan Penduduk yang rata-rata Petani serta wiraswasta
sehingga memungkinkan pada saat pendataan tidak berada di
tempat.
2) Bahasa : Masih ditemukan masyarakat setempat tidak menguasai
bahasa indonesia.
3) Pendidikan yang rendah yang menghambat pemahaman
masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Opportunity / Kesempatan
1) Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan
2) Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
3) Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup
sehat
d. Threat / Ancaman
1. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
2. Jawaban hasil pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Masalah kesehatan dan Diagnosa keperawatan
Masalah kesehatan adalah keadaan dimana masyarakat mengalami
keadaan terancam pada suatu keadaan masalah kesehatan, kurang sehat
serta krisis.
Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian muncul 3 Masalah kesehatan dan 3
masalah Keperawatan, hal ini dimungkinkan karena kesadaran masyarakat
sudah meningkat tentang kesehatan dan prosentasi penyebab masalah ini
tidak terlalu tinggi.
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi atau menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan yang terdiri dari :
a. Menentukan prioritas masalah
b. Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus
c. Menetapkan Kriteria evaluasi dan Standar
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan

72
Jadi rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan memberi alasan ilmiah
berdasarkan literature, hasil penelitian dan pengalaman praktik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat Perencanaan keperawatan komunitas.
a. Strength / Kekuatan
1) Dukungan dari Pemerintah, kelurahan, Kecamatan, dan dari PKM
Bontolangkasa
2) Adanya Kader posyandu yang berperan aktif dalam perencanaan
kegiatan.
3) Adanya dukungan dari Tokoh - tokoh masyarakat / Agama.

b. Weekness / Kelemahan
1) Kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk
beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga
beberapa metode tepat guna disiapkan untuk mengahdapi kendala
dana tersebut
2) Kurang disiplinnya masyarakat, mahasiswa dan pihak yang terkait
sehingga waktu pelaksanaan kegiatan pernah tidak sesuai dengan
jadwal yang disepakati.
c. Opertunity / Kesempatan
1) Banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam
kegiatan yang direncanakan.
2) Bantuan dari Aparat Desa dan Pustu dan pihak terkait yang
diwujudkan dalam kerjasama beberapa kegiatan yang telah
direncanakan.
d. Threat / Ancaman
1) Kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan
nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan dalam
bidang ekonomi sebagai buruh harian dan lain sebagainya.
2) Bantuan dana dan fasilitas dari Puskesmas belum dapat dipastikan
dari saat penyusunan perencanaan ini.
4. Implementasi

73
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, dalam melaksanakan
tindakan harus benar-benar melakukan kontrak waktu dengan masyarakat
agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat implementasi.
Masalah kesehatan I : Resiko timbulnya penyakit menular (diare, DHF,
ISPA) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan
a. Strenght / Kekuatan :
1) Adanya dukungan dari Pemerintah setempat dan
tokoh masyarakat /Agama, Kader, dalam memotivasi masyarakat
untuk berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan
2) Bantuan dari puskesmas Bontolangkasa
3) Kemauan / motivasi dari masyarakat untuk berperan
aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan.
b. Weekness / Kelemahan
1) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan penyakit yang diderita kepelayanan kesehatan
(Puskesmas) setempat.
2) Terhambatnya beberapa kegiatan - kegiatan karena
pendanaan yang kurang, dan keinginan partisipasi masyarakat
dalam hal ini tidak ada dengan alasan ekonomi
3) Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat
dalam kegiatan minggu bersih juga menjadi hambatan
c. Opportunity / Kesempatan
1) Sejalan dengan beberapa kegiatan program
pemerintah dan Puseksmas, misalnya Puskel (Puskemas Keliling)
d. Threat / Ancaman
1) Tidak adanya tindak lanjut terutama dari masyarakat
karena beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya
masyarakat

74
2) Tidak adanya tindak lanjut dengan Pemerintah
setempat dan pihak Puskesmas setempat.
Masalah kesehatan II : Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan
pada lansia di Dusun Alerang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia
a. Strenght / Kekuatan
1) Adanya program pemerintah dan puskesmas untuk memberikan
bantuan dalam perawatan lansia di keluarga berupa pemeriksaan
dan kegiatan posyandu lansia.
b. Weekness / Kelemahan
1) Kurangnya partisipasi masyarakat untuk melaporkan keadaan
kesehatan lansia.
2) Kurngnya kesadaran masyarakat dalam hal ini lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia sehingga harus dilakukan
kunjungan dari rumah lansia ke lansia lainnya.
3) Adanya persepsi masyarakat tentang penyakit yang diderita lansia
adalah hal yang biasa dan tidak perlu ditangani.
4) Kurang aktifnya posyandu lansia di Dusun Tompo Balang
c. Opportunity / Kesempatan
1) Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan
puskesmas, misalnya kegiatan posyandu lansia, program
pemeriksaan kesehatan lansia.
d. Threat / Ancaman
1) Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih kurang
untuk selalu mengontrol kondisi kesehatan lansia secara teratur
pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.
2) Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.
Masalah kesehatan III : Risiko terjadinya penyakit pada bayi/balita di
Dusun Alerang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya gizi pada bayi/balita
a. Strenght / Kekuatan
1) Adanya posyandu setiap sekali sebulan

75
2) Adanya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti
anjuran yang telah diberikan pada saat penyuluhan, setelah
memotivasi ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk
menimbang dan mendapatkan imunisasi pada bayi/balitanya
3) Adanya dukungan Puskesmas untuk terus melaksanakan kegiatan
posyandu dan imunisasi
4) Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap kegiatan.
b. Weekness / Kelemahan
1) Kurangnya ibu atau masyarakat membawa anaknya ke posyandu
untuk dilakukan imunisasi karena takut anaknya akan sakit.
c. Opportunity / Kesempatan
1) kurangnya kesempatan ibu dalam mengurus anakanya disebabkan
oleh adanya kesibukan ibu
2) Kesediaaan masyarakat / ibu untuk membawa bayi / balitanya
dalam kegiatanPosyandu.
3) Adanya dukungan dari pemerintah terkait kesehatan.
d. Threat / Ancaman
1) Tingkat pendidikan rata rata penduduk yang rendah
2) Kesibukan ibu-ibu dalam bekerja untuk menambah pendapatan
keluarga sehingga tidak mempunyai waktu yang lebih banyak
untuk memperhatikan kesehatan anak khususnya penyediaan waktu
luang untuk membawa anaknya setiap bulan ke Posyandu untuk
ditimbang dan memperoleh imunisasi.
3) Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada masyarakat.. Evaluasi dilakukan baik dari respon verbal,
non verbal maupun psikomotornya.
a. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari
masyarakat.
b. Pada pelaksanaan kegiatan (implementasi) biasanya masyarakat kurang
berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran.

76
c. Rata-rata penduduk sudah mulai merasakan arti pentingnya kesehatan
terbukti dari terjadi perubahan terhadap meningkatnya kesadaran
masyarkat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prilaku
sehat. Di tunjang pula dengan lingkungan yang sudah mulai bersih ,
pemanfaatan air bersih, dll.
d. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari kader
setempat, tokoh masyarakat, pemerintah terkait, puskesmas dan swadana
mahasiswa sendiri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. ANALISA DATA
1. Data subjektif
Dari hasil pendataan dan pengkajian yang dilakukan dengan metode
Wawancara yang dibagikan di masyarakat, dapat di tentukan data
subjektif pada Dusun Tompo Balang Desa Moncongloe Bulu adalah:
a. Warga mengatakan bahwa sampah ditampung dan kemudian dibuang
ke lahan kosong untuk dibakar.
b. Warga mengatakan tempat penampungan sampah sementara terbuka
c. Warga mengatakan bahwa penampungan sampah terbuka dengan
jarak < 5 m
d. Warga mengatakan kebiasaan buang air limbah disembarang tempat
e. Warga mengatakan kondisi sebagian saluran pembuangan tersumbat
f. Warga mengatakan kondisi pembuangan air limbah dengan
menggunakan resapan
g. Anggota keluarga mengatakan lansia mengalami penyakit rematik,
hipertensi, dan asma
h. Anggota keluarga lansia mengatakan bahwa memeriksakan
kesehatan tidak harus di puskesmas
i. Anggota keluarga lansia mengatakan lebih menyukai membeli obat
bebas di kios
j. Anggota keluarga lansia mengatakan penyakit yang dialami lebih
suka diobati dengan pengobatan tradisional
k. PUS mengatakan tidak banyak tahu tentang penggunaan KB

77
l. PUS mengatakan ketika menggunakan KB efek samping yang di
alami adalah gemuk,menstruasi tidak lancar dan pusing.
m. Warga mengatakan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan adalah
pembinaan kesehatan pada anak dan remaja
2. Data Objektif
Dari hasil pendataan dan pengkajian yang diperoleh dari hasil
kuesioner di masyarakat, dapat di tentukan data objektif pada dusun
Tompo Balang, Desa Moncongloe Bulu, yaitu :
a. 59 jiwa (21.1 %) dari 280 jiwa tidak sekolah
b. 103 jiwa (36.8%) dari 280 jiwa bersekolah dengan tingkat
SD/sederajat
c. 49 jiwa (17.5%) dari 280 jiwa bersekolah dengan tingkat
SMP/sederajat
d. 52 jiwa (18.6%) dari 280 jiwa bersekolah dengan tingkat
SMA/sederajat
e. 17 jiwa (6.1%) dari 280 jiwa bersekolah dengan tingkat PT/sederajat
f. 63 jiwa (22.5%) dari 280 jiwa memiliki keluhan penyakit
g. 217 jiwa (77.5%) dari 280 jiwa yang sehat
h. 56 KK (75.7%) dari 74 KK yang membuang sampah dengan cara di
bakar
i. 17 KK (23.0%) dari 74 KK yang membuang sampah di sembarang
tempat
j. 65 KK (87.8%) dari 74 KK yang menggunakan tempat sampah
sementara dalam kondisi terbuka
k. 49 KK (66.2%) dari 74 KK yang jarak tempat sampah dengan
rumah < 5 m
l. 20 KK (27.0%) dari 74 Kk yang membuang air limbah sembarangan
m. 24 KK (32,4%) dari 74 KK yang membuang air limbah dengan
resapan
n. 12 lansia (54.6%.0) dari 22 lansia yang menderita penyakit rematik
o. 9 lansia (42.0%) dari 20 lansia yang menderita penyaki selain
rematik
p. 5 lansia (26.3%) dari 19 lansia yang berobat ke nonmedis

78
q. 59 KK (79,7%) dari 74 KK yang beli obat bebas di kios
r. 11 lansia (57.9%) dari 19 lansia berobat dengan pengobatan
tradisional
s. 20 Pasangan usia subur (55.6%) dari 36 Pasangan usia subur yang
tidak menjadi aseptor KB

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Resiko tinggi terjadinya penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perhatain tentang akibat
dari lingkungan, ditandai dengan:

a. Data Subjektif

1) Warga mengatakan bahwa sampah ditampung dan kemudian


dibuang ke lahan kosong untuk dibakar.
2) Warga mengatakan tempat penampungan sampah sementara
terbuka
3) Warga mengatakan bahwa penampungan sampah terbuka dengan
jarak < 5 m
4) Warga mengatakan kebiasaan buang air limbah disembarang
tempat
5) Warga mengatakan kondisi sebagian saluran pembuangan
tersumbat
6) Warga mengatakan kondisi pembuangan air limbah dengan
menggunakan resapan
7) Warga mengatakan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan adalah
pembinaan kesehatan pada anak dan remaja
b. Data Objektif

1) 63 jiwa (22.5%) dari 280 jiwa memiliki keluhan penyakit


2) 217 jiwa (77.5%) dari 280 jiwa yang sehat
3) 56 KK (75.7%) dari 74 KK yang membuang sampah dengan cara
di bakar
4) 17 KK (23.0%) dari 74 KK yang membuang sampah di
sembarang tempat

79
5) 65 KK (87.8%) dari 74 KK yang menggunakan tempat sampah
sementara dalam kondisi terbuka
6) 49 KK (66.2%) dari 74 KK yang jarak tempat sampah dengan
rumah < 5 m
7) 20 KK (27.0%) dari 74 Kk yang membuang air limbah
sembarangan
8) 24 KK (32,4%) dari 74 KK yang membuang air limbah dengan
resapan
2. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
memelihara kesehatan lansia

a. Data Subjektif

1) Anggota keluarga mengatakan lansia mengalami penyakit


rematik, hipertensi, dan asma
2) Anggota keluarga lansia mengatakan bahwa memeriksakan
kesehatan tidak harus di puskesmas
3) Anggota keluarga lansia mengatakan lebih menyukai membeli
obat bebas di kios
4) Anggota keluarga lansia mengatakan penyakit yang dialami
lebih suka diobati dengan pengobatan tradisional
b. Data Objektif

1) 12 lansia (54.6%.0) dari 22 lansia yang menderita penyakit


rematik

2) 9 lansia (42.0%) dari 20 lansia yang menderita penyaki selain


rematik
3) 5 lansia (26.3%) dari 19 lansia yang berobat ke nonmedis
4) 59 KK (79,7%) dari 74 KK yang beli obat bebas di kios
5) 11 lansia (57.9%) dari 19 lansia berobat dengan pengobatan
tradisional
3. Kurang pengetahuan ibu tentang penggunaan KB berhubungan dengan
kurangnya informasi ibu tentang KB

80
a. Data Subjektif

1) PUS mengatakan tidak banyak tahu tentang penggunaan KB


2) PUS mengatakan ketika menggunakan KB efek samping yang di
alami adalah gemuk,menstruasi tidak lancar dan pusing.
b. Data Objektif
1) 20 Pasangan usia subur (55.6%) dari 36 Pasangan usia subur
yang tidak menjadi aseptor KB

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi terjadinya penyakit akibat lingkunga yang kurang sehat
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perhatian tentang
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
memelihara kesehatan lansia
3. Kurang pengetahuan ibu tentang penggunaan KB berhubungan dengan
kurangnya informasi ibu tentang KB

81
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Indriatmoko, R.H., dan Wahyono, H.D. (2012). Teknologi Konservasi Air Tanah

dengan Sumur Resapan.

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Safrudin dan Hamidah (2012) Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Swarjana, I Ketut (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Penerbit

ANDI.

Harnilawati (2013), Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas, Pustaka As Salam,

Sulawesi Selatan.

Setyawan Aditya, (2012).Konsep Dasar Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika

Herlambang, Susatyo. (2012). Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan

dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

82

Anda mungkin juga menyukai