PENDAHULUAN
oleh berbagai manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia 35
pergelangan tangan, dan kaki sering terkena. Timbul nyeri yang di perburuk oleh
berat badan dan gejalah tulang otot yang samar. Kelainan di luar sendi adalah
1998).
dan 1:100 ribu jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat
360 ribu pasien di Indonesia. Walau prevalensi rendah, penyakit ini sangat
progresif dan paling sering menyebabkan cacat, ujar Prof DR dr Harry Isbagio,
dibanding dengan laki-laki (3:1). Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan
insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen,
sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun
tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
rasio kejadian 3 : 1. Penyakit ini 75 % diderita oleh kaum wanita, bisa menyerang
semua sendi. Prevalensi meningkat 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun (Padip
R. Patel, 1990).
Onsetnya biasa perlahan namun bisa menjadi penyakit relaps akut atau kronis
bahan/struktur halus yang seperti karet dan melekat ke tulang. Permukaan tulang
rawan sendi tidak semulus bantalan poros buatan manusia. Di perkirakan bahwa
kekasaran tulang rawan ini berperan dalam pelumasan sendi dengan menangkap
sebagian dari cairan sinovial. Dan juga di perkirakan sifat tulang rawan sendi
yang berpori berperan dalam pelumasan sendi (Mansjoer A., et all., 2000).
KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
2.2 Etiologi
Menyerang
2.3 Patofisiologi persendian
Kurang Defisiensi
ARTRITIS
informasi pengetahuan
REUMATOID
penyakit
Menyerang
membrane
sinovial
Makrofag dan Reaksi peradangan Vasodilatasi Cairan
limfosit masuk ke (bradikinin, PD& intravascular ke
jaringan sinovial histamine, permeabilita intertisial
Prostaglandin) s PD
Merangsang
Merangsang Edema nocireseptor
proliferasi intertisial
jaringan sinovial Nyeri
Nyeri akut Nyeri
dihantarka
dipersepsik
Membrane n ke SSP
an
synovial menebal
Pannus Nodul
Deformitas
Merusak kartilago Tendon dan sendi
dan tulang ligament
Gangguan
citra tubuh
Kedua tulang Kekuatan
menyatu oleh sendi
jaringan serabut
Resiko jatuh
Tulang dalam
sendi menyatu
(ankilosis)
Keterbatasan
Ansietas
gerak
Hambatan
mobilitas fisik
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poliartritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya besifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu
sendi disebut artritis rheumatoid mono-artikular.(Chairuddin, 2003)
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala local
yang berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi
matakarpofalangeal.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendon/ligament yang
menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari,
deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
2.5 Komplikasi
2.7 Penatalaksanaan
Terapi Artritis Reumatoid
RA harus ditangani dengan sempurna. Penderita harus diberi
penjelasan bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan (Sjamsuhidajat,
2010). Terapi RA harus dimulai sedini mungkin agar menurunkan angka
perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk dalam 3 bulan sejak muncul
gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi DMARD (Disease
Modifying Anti-Rheumatic Drugs) (surjana, 2009). Terapi RA bertujuan untuk
:
a. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
b. Mempertahakan status fungsionalnya
c. Mengurangi inflamasi
d. Mengendalikan keterlibatan sistemik
e. Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular
f. Mengendalikan progresivitas penyakit
g. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi
2. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk rheumatoid arthritis meliputi latihan, istirahat,
pengurangan berat badan dan pembedahan (Shiel, 2011).
a) Latihan
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga sangat membantu
mengurangi rasa sakit dan kelelahan pada pasien rheumatoid arthritis
serta meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan gerak. Tiga jenis
olahraga yang disarankan adalah latihan rentang gerak, latihan
penguatan dan latihan daya tahan (aerobik). Aerobik air adalah pilihan
yang sangat baik karena dapat meningkatkan jangkauan gerak dan
daya tahan, juga dapat menjaga berat badan dari sendi-sendi tubuh
bagian bawah (Shiel, 2011).
b) Istirahat
Istirahat merupakan komponen esensial pada terapi
nonfarmakologi RA. Istirahat dapat menyembuhkan stres dari sendi
yang mengalami peradangan dan mencegah kerusakan sendi yang
lebih parah. Tetapi terlalu banyak istirahat (berdiam diri) juga dapat
menyebabkan imobilitas, sehingga dapat menurunkan rentang gerak
dan menimbulkan atrofi otot. Pasien hendaknya tetap menjaga gerakan
dan tidak berdiam diri terlalu lama. Dalam kondisi yang
mengharuskaan pasien duduk lama, pasien mungkin dapat beristirahat
sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambil meregangkan dan
melenturkan sendi (Schuna, 2008).
c) Pengurangan berat badan
Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi stres
pada sendi dan dapat mengurangi nyeri. Menjaga berat badan tetap
ideal juga dapat mencegah kondisi medis lain yang serius seperti
penyakit jantung dan diabetes. Pasien hendaknya mengkonsumsi
makanan yang bervariasi, dengan memperbanyak buah dan sayuran,
protein tanpa lemak dan produk susu rendah lemak. Berhenti merokok
akan mengurangi risiko komplikasi rheumatoid arthritis (Shiel, 2011).
d) Pembedahan
Jika terapi obat gagal mencegah atau memperlambat kerusakansendi, tindakan
pembedahan mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki sendi yang
rusak. Pembedahan dapat membantumengembalikan kemampuan penggunaan
sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi kecacatan. Pembedahan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut (Harms, 2009):
a. Artoplasti (penggantian total sendi). Bagian sendi yang rusak akan diganti
dengan prostesis yang terbuat dari logam dan plastik.
b. Perbaikan tendon. Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan
tendon di sekitar sendi menjadi longgar atau pecah. Untuk itu, perlu
dilakukan perbaikan tendon di sekitar sendi.
c. Sinovektomi (penghapusan lapisan sendi). Lapisan sendi yang meradang
dan menyebabkan nyeri dapat dihilangkan.
d. Artrodesis (fusi sendi). Fusi sendi mungkin direkomendasikan untuk
menstabilkan atau menyetel kembali sendi dan dapat mengurangi nyeri
ketika penggantian sendi tidak menjadi suatu pilihan.
Pembedahan berisiko menyebabkan perdarahan, infeksi dan nyeri, sehingga
sebelum dilakukan tindakan, harus diperhitungkan dulu manfaat dan risikonya.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas
- Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
No.REG :
dx.medis :
- Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Alamat:
Agama :
Hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien arthritis rheumatoid, stadium awal biasanya ditandai dengan
gangguan keadaan umum berupa malaise,penurunan berat badan,rasa capek,
sedikit panas,dan nemia.Gejala local yang terjadi berupa pembengkakan,nyeri,dan
gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada klien arthritis rheumatoid kemungkinan penyebab pendukung
terjadinya arthritis rheumatoid. Penyakit tertentu seperti penyakit DM
menghambat proses penyembuhan arthritis rheumatoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami
keluhan yang sama dengan klien.
f. Riwayat psikososial
klien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam keluarga dan
masyarakat. Klien dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena perubahan
bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
diri).Kebutuhan tidur dan istirahat juga harus dikaji,selain kingkungan,lama
tidur,kebiasaan, kesulitan,dan penggunaan obat tidur.
mengalamiperubahan.
4) B4 (Bladder). Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.
5) B5 (Bowel). Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan
eliminasi.Meskipun demikian,perlu dikaji frekuensi,konsitensi,warna serta bau
feses.Frekuensi berkemih,kepekatan urin,warna,bau,dan jumlah urin juga harus
dikaji.Gangguan gastointestinal yang sering adalah mual,nyeri lambung,yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien yanmg menggunakan obat
reumatik dan NSAID.Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang defekasi.
6) B6 (Bone )
- Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ),deformitas pada daerah sendi kecil tangan,
pergelangan kaki,dan sendi besar lutut,panggul dan pergelangan
tangan.Adanya degenerasi serabut otot memungkinkan terjadinya
pengecilan,atrofi otot yang disebabkan oleh tidak digunakannya otot
akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan nodul subkutan multipel.
- Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
- Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakan sendi yang sakit.Klien sering
mengalami kelemahan fisik sehingga menggangguaktifitas hidup sehari-
hari.
Autoimun
sistemik
3.2 Pathway
Menyerang
persendian
Kurang Defisiensi
ARTRITIS
informasi pengetahuan
REUMATOID
penyakit
Menyerang
membrane
sinovial
Makrofag dan Reaksi peradangan Vasodilatas Cairan
limfosit masuk ke (bradikinin, i PD& intravascular
jaringan sinovial histamine, permeabilit ke intertisial
Prostaglandin) as PD
Merangsan
Merangsang g
proliferasi nociresepto
jaringan Nyeri
sinovial Nyeri
Nyeri akut dihantarka
diperseps
Membrane n ke SSP
ikan
synovial
menebal
Tulang dalam
Pannus Nodul
Kedua
Merusak tulang
Hambatankartilago Cemas akan
Resiko Gangguan
sendi
Keterbatasan
Sendi Tendon
menyatu
dan oleh
tulang
mobilitas Kekuatan
penyakit
Ansietas Deformitas
citra tubuh
gerakfisik
menyatu
menjadikaku
jatuh
dan
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
4. Defisiensi pengetahuan
5. Ansietas
6. Resiko jatuh
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
12. Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
ambulasi sesuai
kebutuhan.
13. Kolaborasikan
pemberian obat-
obatan ( NSAID,
imunosupressan dan
terapi DMARD
(Disease Modifying
Anti-Rheumatic
Drugs)
3 Gangguan Citra NOC NIC Observasi
Tubuh (00118)
- Body image Observasi 1. Untuk mengetahui respon pasien
Domain 6 : - Self esteem
1. Kaji dan terhadap dirinya
persepsi-Diri 2. Untuk mengetahui usaha untuk
dokumentasikan
Kelas 3 : Citra Kriteria hasil mengatasi atas apa yang
respon verbal dan
dialaminya
Tubuh Setelah dilakukan tindakan non verbal 3. Untuk mengetahui seberapa sering
tindakan keperawatan 2. Identifikasi
Definisi : pasien mengkritik dirinya guna
selama x24 jam klien mekanisme koping
untuk menentukan intervensi tang
Konfusi dalam diharapkan mampu :
yang biasa
gambaran mental akan dilakukan
- Body image positif digunakan pasien Mandiri
tentang diri-fisik - Mampu 3. Monitor frekuensi 4. Agar pasien tidak terlalu cemas dan
individu
mengidentifikasi mengkritik dirinya lebih bersemangat
kekuatan personal 5. Agar pasien lebih bersemangat
- Mendiskripsikan dalam menyesuaikan diri dan untuk
Batasan Mandiri
karakteristik : secara faktual membuat dia merasa nyaman
perubahan fungsi 4. Berikan dorongan dengan keadaannya
Subjektif :
tubuh kepada pasien dan 6. Untuk mengetahui kekuatan dan
- Perasaan - Mempertahankan keluarga untuk keterbatasan pasien guna untuk
negatif tentang interaksi sosial mengungkapkan memotivasi pasien tersebut
tubuh (mis; 7. Agar pasien tidak merasa malu dan
perasaan
perasaan putus 5. Dukung mekanisme tetap merasa nyaman dengan
Kolaborasi :
Batasan
karakteristik: : 9. Berikan obat untuk
menurunkan ansietas,
- Gelisah
- Kesedihan yang jika perlu.
mendalam
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak
adekuat
- Perasaan
- Khawatir
Faktor yang
berhubungan:
- Hubungan
keluarga/hereditas
- Krisis situasi dan
maturasi
- Stress
- Ancaman
kematian
- Ancaman atau
perubahan pada
status peran,
fungsi peran,
lingkungan, status
kesehatan, status
ekonomi, atau pola
interaksi
- Ancaman terhadap
konsep diri
- Kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
6 Resiko jatuh NOC Observasi Observasi
(00155) 1. Untuk mengetahui faktor-faktor
Keseimbangan 1. Mengidentifikasi
yang dapat membuat resiko jatuh
Domain 11 : Gerakan terkordinasi faktor yang
keamanan/perlindu Pelaku pencegahan terjadi
mempengaruhi 2. Untuk mengetahui seberapa
ngan
jatuh
kebutuhan beresikonya pasien untuk cedera
Kelas 2 : cedera Kejadian jatuh
Pengetahuan: keamanan, sebagai Mandiri
fisik
pencegahan jatuh contoh, perubahan
Definisi : 3. Untuk mencegah terjadinya
status mental, cedera saat klien jatuh
Peningkatan tingkat intoksikasi,
kerentanan Kriteria Hasil 4. Agar perawat dapat memantau
keletihan, usia langsung keadaan klien
terhadap jatuh yang Setelah dilakukan tindakan
dapat menyebabkan tindakan keperawatan kematangan, 5. Untuk meminimalkan resiko
bahaya fisik. selama x24 jam klien medikasi, dan defisit jatuh
diharapkan mampu :
Faktor resiko : motorik atau sensori 6. Agar cedera tidak ditimbulkan
- Perilaku pencegahan (mis. Gaya berjalan, saat pasien jatuh
- Arthritis
- Penurunan jatuh : tindakan keseimbangan) HE
individu atau 2. Pengkajian resiko 7. Agar pasien dapat meminimalkan
kekuatan
ekstremitas pemberian asuhan jatuh pada pasien terjadi cedera yang fatal
Kolaborasi
bawah untuk meminimalkan yang masuk rumah
8. Untuk mengajarkan pasien cara
- Hambatan factor resiko yang sakit berjalan dengan keseimbangan
mobilitas fisik yang baik agar tidak terjadi resiko
dapat memicu jatuh Mandiri
jatuh
dilingkungan individu. 3. Bantu pasien saat
- Kejadian jatuh : tidak ambulasi, jika perlu;
ada kejadian jatuh gunakan sabut
pengaman
perpindahan dan
bantuan orang lain
jika pasien
sempoyongan
6. Singkirkan bahaya
lingkungan (mis.,
menyediakan
penerangan yang
adekuat)
HE
7. Pencegahan jatuh :
ajarkan pasien
bagaimana posisi
terjatuh yang dapat
meminimalkan
cedera
Kolaborasi
8. Lakukan perujukan
ke ahli fisioterapi
untuk latihan cara
berjalan dan latihan
fisik untuk
memperbaiki
mobilitas,
keseimbangan, dan
kekuatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Arthritis
rheumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan setelah
setelah respons imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya
adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi
secara antigenic.
4.2 Saran