Anda di halaman 1dari 24

1.

MM retardasi mental
1.1. Definisi

Retardasi mental (intellectual disability) merupakan suatu keadaan dimana berkurangnya


perkembangan, dimulai ketika masa kanak-kanak, yang bermanifestasi secara signifikan
seperti keterbatasan intelektual atau kognitif dan kurangnya adaptasi dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Ketidakmampuan intelektual ini bukan merupakan penyakit itu
sendiri, namun merupakan perkembangan atas dasar konsekuensi dari beberapa proses
patogenik.

1.2. Etiologi

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental sangat
kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan
dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992)
dibawah ini.

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental

1 Non- organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak

2 Organik
1 Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,dll)
Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic familial

2 Faktor pranatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III


Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
Ibu malnutrisi

3 Faktor perinatal
Sangat prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

4 Faktor post natal


Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Neuro toksin, misalnya logam berat
CVA (Cerebrovascular accident)
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll
Subakut sklerosing, panesefalitis

1.3. Epidemiologi

Sekitar 3% populasi umum mempunyai kuotien intelegensi (IQ) kuranf dari 2


simpang baku di bawah mean. Telah diperkirakan bahwa 80 90% individu
dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan,
sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik
dengan status social ekonomi, sementara ketidakmampuan sedang sampai berat
terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua kelompok pendapatan.
Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku
penyesuaian diri dan tidak ganya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi
sejalan dengan siklus hidup. Insidens retardasi yang pada mulanya dilaporkan
meningkat sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal
tahun tahun sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu
dengan gangguan ringan menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi
ke dalam kehidupan dewasa normal. Identifikasi anak dengan retardasi ringan
pada masa pra-sekolah paling lazim dipercepat dengan perhatian pada
perkembangan bahasanya, (nelson)

1.4. Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan 52-69


(mampu didik)

Retardasi mental sedang 36-51


(mampu latih)

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu
didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat
memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan


Kisaran
Tingkat Prasekolah Sekolah Masa Dewasa
IQ
(sejak lahir-5 tahun) (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
Ringan 52-68 Bisa membangun Bisa mempelajari Biasanya bisa
kemampuan sosial pelajaran kelas 6 mencapai
& komunikasi pada akhir usia kemampuan kerja
Koordinasi otot belasan tahun & bersosialisasi
sedikit terganggu Bisa dibimbing ke yg cukup, tetapi
Seringkali tidak arah pergaulan sosial
ketika mengalami
terdiagnosis Bisa dididik
stres sosial
ataupun ekonomi,
memerlukan
bantuan
Moderat 36-51 Bisa berbicara & Bisa mempelajari Bisa memenuhi
belajar beberapa kemampuan kebutuhannya
berkomunikasi sosial & pekerjaan sendiri dengan
Kesadaran sosial Bisa belajar melakukan
kurang bepergian sendiri di pekerjaan yg
Koordinasi otot tempat-tempat yg tidak terlatih

cukup dikenalnya dengan atau semi


baik terlatih dibawah
pengawasan
Memerlukan
pengawasan &
bimbingan
ketika
mengalami stres
sosial maupun
ekonomi yg
ringan
Berat 20-35 Bisa mengucapkan Bisa berbicara atau Bisa
beberapa kata belajar memelihara diri
Mampu mempelajari berkomunikasi sendiri dibawah
kemampuan untuk Bisa mempelajari pengawasan
menolong diri kebiasaan hidup Dapat
sendiri sehat yg sederhana melakukan
Tidak memiliki beberapa
kemampuan kemampuan
ekspresif atau hanya perlindungan
sedikit diri dalam
Koordinasi otot lingkungan yg

jelek terkendali
Sangat 19 atau Sangat terbelakang Memiliki beberapa Memiliki
berat kurang Koordinasi ototnya koordinasi otot beberapa
sedikit sekali Kemungkinan tidak koordinasi otot

Mungkin dapat berjalan atau & berbicara

memerlukan berbicara Bisa merawat

perawatan khusus diri tetapi


sangat terbatas
Memerlukan
perawatan
khusus

1.5. Manifestasi klinis


Gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias
bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka
ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.

2. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi
stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

1.6. Diagnosis dan DD

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya
pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Anamnesis

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada
usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti
kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan
emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :

Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut,
atau menggerakkan bagian tubuh.
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat
berbicara padanya.
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.

(Depkes, 2009)
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV)
membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

1.Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti:


Perbendaharaan kata yang jelas terbatas,
Membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat
yang panjang
memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial
Namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.
Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan
gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.

2.Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif,


selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif
Disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah
terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau
lebih tua.
Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki
gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual
seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

3. Anak-anak dengan kesulitan berbicara


memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan
motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
4. Anak yang gagap dapat diketahui dari
cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata,
atau suku kata.
Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian khusus
pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental; hubungan darah pada
orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang
sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien.
Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan
anjuran dokter?
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan
bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang,
sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap),
celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan
gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan

Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang sudah
terstandardisasikan, yaitu meliputi:

Tinggi badan
Berat badan
Lingkar lengan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar abdomen

a. Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang badan
berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki tongkat
pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang pada tanda nol.
Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun menggunakan
meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit,
bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal
dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian ukurlah
tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua dengan
asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah 13 cm ) + TB ibu 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah 8,5 cm

2 (Moersintowati, 2008)

b. Pengukuran Berat Badan


Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan untuk
menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.
c. Pengukuran Lingkar Kepala
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak mudah
berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita dilingkarkan pada
kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Tabel 1. Lingkaran Kepala Anak

Umur Anak Ketika Angka normal anak Hasil pengukuran


Diperiksa
Laki-laki (cm) Perempuan (cm)

0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5

1 Bulan 34.5 - 40.5 34 39

2 Bulan 36.5 42 36 41

3 Bulan 38 - 43.5 37 42

4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5

5 Bulan 40.5 45 39 - 45

6 Bulan 41 46 40 - 46

7 Bulan 42 47 41 - 47

8 Bulan 43 48 41.5 - 47.5

9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48


10 Bulan 44 49 42.75 - 48.5

11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75

12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49

14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5

16 Bulan 46.25 51 45 - 50

17 Bulan 46.25 51 45 - 50

18 Bulan 46.25 51 45 - 50

19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50

20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75

24 Bulan 47 52 45.75 - 51

2.5 Tahun 47 52 45.75 - 51

3 Tahun 48 53 46.5 - 52

3.5 Tahun 48 53 46.5 - 52

4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53

5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53

6 Tahun 49 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.

Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).


Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah.
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas.
Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung
tinggi.
Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan
lebar, klinodaktil.
Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.
(Kaplan, 2008)

Pemeriksaan Penunjang

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf
VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus
auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi
pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh
kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan
dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual
dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan
konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi
computer (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi
sistem saraf pusat dengan retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan
otak yang luas, dicurigai adanya tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang
dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

2. Pemeriksaan audiometric
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-
anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometri :

1. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan
melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat
berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan
dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang
berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
2. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil
bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu
bila dia mendengar bunyi.
3. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus
dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta
untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini
dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini
adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk
menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
4. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak
yang abnormal.

4. Timpanometri, digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang
menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan.

Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri
dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah
satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi.
Respon dinilai sebagai benar atau salah.
Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola
bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya
menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes,
2005)

5. Tes Laboratorium

Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah
untuk mencari gangguan PactorPti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama
sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan PactorPt dari ruang amnion secara trans-abdominal
antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama
sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk
pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita
hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining
yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan
10 minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam
waktu yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

6.Pemeriksaan Psikologis

Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah
tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test
juga digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus
menilai kemampuan PactorPtic, motorik, PactorPtic, dan kognitif. Informasi tentang
Pactor motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting.

Diagnosis Banding

1 Kelainan sensorik terutama buta dan tuli


2 Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan
perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia
3 Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil,
skizofrenia yang timbul pada masa anak.
4 Penyakit fisik yang kronisKesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental
yang ringan)

1.7. Tatalaksana
a. Pendidikan untuk anak

Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk program yang
lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan
kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan
kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil dimana anak-anak dengan
retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup nyata dan mendapatkan umpan balik
yang mendukung.

b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika

Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat bervariasi
sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan meningkatkan perilaku
sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien. Dorongan positif
untuk perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak istimewa) untuk
perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong. Terapi kognitif seperti menghilangkan
keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk
pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.

Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk
menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang
menetap.

c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental adalah
tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistic
untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara mendorong
kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental,
yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.

Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau terpai keluarga.
Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa,
kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan masa
depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua informasi medis dasar dan terakhir
tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna
defek sensorik).

d. Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid pada pasien retardasi mental
adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin
banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental
yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan perhatian pada pemakaian
medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi mental:

1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri

o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)


berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis
yang diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan
dengan melukai diri sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi
yang juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.

2) Gerakan motorik stereotipik


Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine), menurunkan
perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi medikasi tersebut tidak
meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi
mental menghadapi resiko tinggi mengalami tardive dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi
antipsikotik.

3) Perilaku kemarahan eksplosif

Penghambat-, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan menyebabkan penurunan
kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi mental dan gangguan autistik. Penelitian
sistematik diperlukan sebelum obat dapat ditetapkan sebagai manjur.

4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas


Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan mempertahankan
perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi metylphenidate tida menunjukkan bukti adanya
perbaikan jangka panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.

1.8. Komplikasi

Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan penglihatan,
pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum terjadi diantaranya
gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan kejang.Makin parah tingkat
retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan mengetahui tingkat retardasi mental dapat
membantu memprediksi ganngguan yang dapt terjasi.Sindrom Fragile Xdan Sindrom Fetal Alcohol
dihubungkan dengan tingginya angka kejadian gangguan perilaku; Down Syndrome memiliki banyak
komplikasi medis ( hipotiroidisme, Celiace disease, penyakit jantung bawaan). Bila gangguan tersebut
terjadi dibutuhkan terapi fisik jangka panjang, occupational terapi, terapi wicara, alat bantu dengar,
dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap
gangguan yang terjadi dapat menghambat kesuksesan dan rehabilitasi dan menyebabkan kesulitan
daalam aktifitas di sekolah, rumah, dan lingkungan.

1.9. Pencegahan
A. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan
tersebut termasuk :

a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang


retardasi mental.
b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
d. Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam keluarga
dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan
ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai
program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong menekan komplikasi medis dan
psikososial.

B. Pencegahan Sekunder dan Tersier


Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus diobati
untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan sekuele atau
kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier). Gangguan metabolik dan endokrin herediter,
seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan
terapi penggantian hormone.

1.10. Prognosis

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih


baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak
dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang
yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan
masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda. 3

Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak
dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung
seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi kriteria retardasi
mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan bertambahnya usia, anak
tersebut dapat saja hanya menderita gangguan perkembangan (gangguan
komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang normal). Anak yang
didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa sekolah, mungkin saja
dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai keterampilan yang cukup
baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan menderita retardasi mental
ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan maturitas menyebabkan
anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori lainnya (contohnya, dari
retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan). Beberapa anak yang
didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan komunikasi dapat
berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan berjalannya waktu. Ketika
masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah menetap.

Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab


dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan
dan medis terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan
pelayanan dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa,
banyak penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi
dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi
secara periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi.
Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh
adanya retardasi mental ini.

2. MM peran gizi thd tumbuh kembang anak dan remaja


2.1. tahapan pertumbuhan anak dan remaja

Pendidikan anak sebaiknya disesuaikan dengan periode perkembangan


nafsunya. Pembentukan saraf penahan atau pengendali hormon pengatur sifat
harus dilatih sejak janin berada dalam kandungan. Suatu kebiasaan di waktu
kecil akan menjadi perilaku di masa depan. Saat ini pendidikan yang memberi
perhatian terhadap perkembangan rasa khususnya tentang pengendalian nafsu
anak sering dilupakan dan kurang dipromosikan.

1. Tahun prasekolah
Antara usia 2-5 tahun. Tantangan perkembangan dari periode sebelumnya
diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali
oleh pertambahan bahasa yang rumit. Sebagai contoh adalah tantangan
pengaturan diri sendiri dalam menghadapi kemungkinan dorongan yang
besar.

2. Tahun awal sekolah

Anak usia antara 6-12 tahun, periode yang kadang disebut sebagai masa
anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan
kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan
kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan
merasakan evaluasi teman-temannya.

3. Kedewasaan

Antara usia 10-20 tahun anak-anak mengalami perubahan yang sangat cepat
pada ukuran, bentuk, fisiologi tubuh dan fungsi psikologis serta sosialnya

2.2. kebutuhan gizi anak dan remaja

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa
remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa
remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik.
Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar
dibandingkan yang kurang aktif.

Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

*Protein

Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi
dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat.
Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena
perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG protein
remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-
laki.

*Kalsium

Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular, skeletal/kerangka dan
perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20%
pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa dicapai pada masa remaja.
AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-
700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber
kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

*Zat Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi
pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi
haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun.

Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama
menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-
laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat, akan
mengalami anemia defisiensi besi.

*Seng (Zink)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki
laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta laki-laki.

*Vita min

Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan
cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun
meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin
B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12,
sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E
untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan Gizi Bayi

*Kalori

100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /
120 = 800/960 kkal.

*Protein

1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2
= 12/16 : 4 = 3/4 gram.

*Karbohidrat

50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya
= 400 : 4 = 100 gram.

*Lemak

20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40
gram.(Soekirman, 2000)

Kebutuhan gizi pada balita :

Beda orang dewasa dengan balita

*Gula & Garam

Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita tidak
lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi makan anak juga
berbeda dengan orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam
jumlah lebih kecil namun sering.

*Kebutuhan Energi & Nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat
wajib dikonsumsi anak setiap hari.

*Susu Pertumbuhan

Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350
ml/12 oz per hari.

*Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan sisanya
karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.
*Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak. Lemak
tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin. (Moersintowati, 2008)

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang
berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu.

3. MM kewajiban org tua kepada anak sesuai syariat islam

Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi
kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa hidup
betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa
Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)
Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik. Seorang ibu
diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan yang dapat diterima
oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan menumbuhkan pengaruh positif
terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi
hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya
dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya
kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka
perbaguslah nama kalian. (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama
yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
1. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya.
Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi
nama dia. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At
Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

2. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa
mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang
mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan
tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup
perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang
diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu,
kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja
akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama
yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.

3. Memberi makan dan keperluan lainnya

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun berkewajiban
demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya. ( HR
Abu Daud)

4. Memberi rizqi yang thayyib


Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.

5. Mendidik anak tentang agama


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah.

6. Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah s.a.w. bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan
pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak berumur tujuh
tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh dipukul
dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.

10. Mendidik anak tentang adab yang baik

Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata Rasulullah seraya menunjukkan
kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik buruknya perilaku
seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik

Berkata shahabat Aly r.a.; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman
yang berbeda dengan zamanmu.

12. Memberi pengajaran Al Quraan

Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan dan
mengajarkannya.
Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun yang
tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah
Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis

Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca,
mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al
Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan

Rasulullah s.a.w. bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan.
Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga
kecuali orang yang memelihara kebersihan. ( HR At Thabarany ).

15. Memberikan pengajaran ketrampilan

Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri.

Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak itu)
menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca? (HR An- Nasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar menjadi
anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik,
hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan,
tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi
s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan memberinya
kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )

17. Memberi kasih sayang

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian
dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.

Rasulullah s.a.w. bersabda; Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda
dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.(HR At Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus
tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu
menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah
berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana
firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah
waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu
orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari
anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak


Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan, teman
duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak tentang
manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang sholeh, dan bahaya
duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan tentang
teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-temannya untuk
berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan dosa di hadapan teman-
temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak mengapa
orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu mereka terpaksa
melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah
kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah k tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua. Hendaknya
orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh Amr bin Qais Al-Mala`I:

Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk duduk
bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat. Namun bila dia
cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa. (Dinukil dari Lammud Durril
Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar`i bi Qarinihi wa Mamsyahu).
Dafpus

Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC.

Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi 1.
Jakarta. Sagung Seto.

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.

Anda mungkin juga menyukai