Abstrak
Pendahuluan: Gagal ginjal kronik merupakan sindroma klinis yang muncul
karena penurunan fungsi ginjal secara menetap akibat kerusakan ginjal, berjalan
secara kronis dan progresif. Ditandai dengan terdapatnya petanda kerusakan
ginjal >3 bulan atau terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) <60
ml/men/1,73m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Penderita yang berada di
stadium akhir untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya memerlukan
terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis, Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal. CAPD merupakan salah satu bentuk
dialisis peritoneal kronik menggunakan membran peritoneum yang bersifat
semipermiabel sebagai membran dialisis dan prinsip dasarnya adalah proses
ultrafiltrasi antara cairan dialisis yang masuk kedalam rongga peritoneum
dengan plasma dalam darah.
Laporan kasus: Tn. E, 55 tahun merupakan PMB via IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau pada tanggal 14 Januari 2015 dengan keluhan lemas sejak 1
minggu SMRS. Lemas dirasakan sejak nafsu makan pasien menurun. Pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah, batuk kering, dan sesak 4 hari SMRS. Pasien
telah didiagnosis diabetes sejak 17 tahun yang lalu, pasien menggunakan insulin
suntik novomix namun jarang kontrol. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5
tahun yang lalu. 2 tahun yang lalu pasien didiagnosis gagal ginjal dan rutin cuci
darah selama 1 tahun. 10 bulan yang lalu, pasien mulai menggunakan CAPD
(Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Dari pemeriksaan fisik pada tanggal
16 Januari 2015 didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran composmentis,
tekanan darah 150/100 mmHg, konjungtiva anemis. Pada thorax didapatkan
ronkhi halus di basal paru kanan, batas kanan jantung SIK V linea midklavikula
sinistra, pada abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium, perut tampak
cembung. Edema pada lengan. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Natrium
119,9 mmol/L, Kalium 2,09 mmol/L, Ureum 52,3 mg/dl, Kreatinin 6,28 mg/dl, Hb
9,0 gr/dl, eritrosit 3,2x106/ul, trombosit 145.000/ul.
Kesimpulan: Pasien didiagnosis sebagai gagal ginjal kronik stadium V dengan
CAPD, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, gangguan elektrolit, dispepsia,
dehidrasi dan pneumoni. Penatalaksanaan penyakit yang mendasari dengan tepat
dapat menurunkan laju progresivitas penurunan faal ginjal.
pada pergerakan pasif dari air dan juga mengeluhkan batuk dan sesak.
solute melewati membran Batuk tidak disertai dahak dan darah.
semipermeabel. Arah dari aliran solute Sesak dirasakan saat pasien batuk dan
ini ditentukan oleh konsentrasi masing- saat berbaring. Tidak dipengaruhi
masing sisi membran, sehingga solute udara, aktivitas, dan makanan. Saat
bergerak dari sisi konsentrasi tinggi ke tidur pasien lebih nyaman
sisi yang konsentrasinya lebih rendah. menggunakan 2 bantal.
Pilihan menggunakan CAPD karena Pasien tidak buang air besar
teknik yang relatif sederhana dan dapat sudah sejak 1 hari SMRS. Buang air
dilakukan di rumah sendiri. 7,8 kecil tidak ada. Pasien tidak
mengeluhkan adanya demam. Tidak
LAPORAN KASUS terdapat berdebar-debar dan keringat
Tn. E (55 tahun) merupakan dingin.
PBM via IGD RSUD Arifin Achmad Riwayat pennyakit dahulu,
Provinsi Riau pada tanggal 14 Januari sejak + 17 tahun yang lalu pasien telah
2015. Pemeriksaan dilakukan pada didiagnosis sakit gula. Pasien
tanggal 16 Januari 2015. Pasien datang menggunakan insulin novomix namun
dengan keluhan Lemas + 1 minggu jarang kontrol. Pasien juga memiliki
sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). riwayat hipertensi sejak + 5 tahun yang
Sejak 1 minggu SMRS, pasien lalu, dengan tekanan darah rata-rata
mengeluhkan lemas. Lemas dirasakan 140/90 mmHg. Namun tidak pernah
semenjak nafsu makan pasien minum obat hipertensi.
menurun. Pasien rata rata hanya 2 tahun yang lalu pasien
makan 5 sendok nasi tiap makan 1 didiagnosis gagal ginjal dan rutin cuci
minggu belakangan. darah selama 1 tahun. Pasien juga
Empat hari SMRS pasien mengeluhkan mata seperti melihat
mengeluhkan mual dan muntah. tirai. 1 tahun yang lalu pasien pernah di
Muntah sebanyak 3 kali sehari, rawat inap karena efusi pleura dan
banyaknya sekitar setengah aqua gelas ulkus diabetik di kaki sebelah kiri. 10
setiap kali muntah, berisi cairan bulan yang lalu pasien mulai
bercampur buih, dan tidak ada darah. menggunakan CAPD. 6 bulan yang
Tidak terdapat nyeri pada perut. Pasien lalu pasien kembali di rawat inap
karena infeksi pada pot the entry pucat, kering. Tidak terdapat
CAPD. pembesaran kelenjar getah bening, dan
Riwayat hipertensi, sakit gula, JVP 5-2 cm.
sakit ginjal, dan asma dalam keluarga Hasil pemeriksaan thoraks
di sangkal. paru-paru, pada inspeksi didapatkan
Pasien merupakan seorang gerakan dinding dada simetris kanan
pensiunan PNS. Pasien memiliki dan kiri, tidak ada bagian yang
kebiasaan makan tidak teratur, suka tertinggal, dan tidak terdapat retraksi.
makan diluar, mengkonsumsi makanan Pada palpasi, vocal fremitus simetris
manis, gorengan dan makanan normal kanan dan kiri. Pada perkusi
bersantan. Pasien tidak rajin terdapat sonor pada semua lapang paru
berolahraga. Pasien dulunya dan didapatkan batas paru-hepar pada
merupakan perokok aktif. Satu hari SIK VI dextra. Pada auskultasi suara
menghabiskan rata rata 1 bungkus nafas vesikuler, terdapat ronkhi halus
rokok. Namun 10 tahun yang lalu telah di basal paru kanan, tidak ditemukan
berhenti. Kebiasaan menahan buang air wheezing.
kecil disangkal. Pemeriksaan jantung, pada
Hasil pemeriksaan umum inspeksi ictus cordis tidak terlihat, pada
pasien pada tanggal 16 Januari 2015 palpasi ictus cordis teraba pada SIK V
didapatkan keadaan umum sedang, linea midclavicula, pada perkusi batas
kesadaran komposmentis, tekanan jantung kanan linea sternalis dextra
darah 130/70 mmHg, nadi 84x / menit SIK IV dan batas jantung kiri linea
reguler dengan pengisian lemah, suhu midclavicula sinistra SIK V, pada
35,5o C, frekuensi nafas 25x / menit auskultasi bunyi jantung I dan II
reguler dengan jenis pernapasan reguler, tidak ditemukan gallop dan
normal. Keadaan gizi baik, dengan murmur.
tinggi badan 171 cm, berat badan 73 Pada pemeriksaan abdomen,
kg dengan BMI 25. inspeksi ditemukan perut tampak
Pada pemeriksaan fisik kepala cembung, tidak terdapat venektasi.
dan leher didapatkan konjungtiva Pada auskultasi, bising usus positif
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada normal. Pada palpasi, perut teraba
edema pada preorbital. Mukosa bibir supel, terdapat nyeri tekan di
epigastrium, hepar tidak teraba, lien kal/hari dan lanjutkan insulin novomix.
tidak teraba, ballotement negatif, Untuk hipertensi pada pasien ini
shiffting dullnes positif. Dan pada diberikan valesco 1x160mg, untuk
perkusi, redup pada semua region anemianya diberikan transfusi PRC 2
abdomen, nyeri ketok CVA negatif. labu dan asam folat. Dispepsia pada
Pada pemeriksaan ekstremitas pasien diberikan primperan 3x10 mg
didapatkan tangan terdapat edema kiri dan Omeprazole 1x20 mg. Pneumoni
dan kanan. akral hangat, tidak pada pasien ini diberikan antibiotik
ditemukan edema, CRT > 2 detik. meropenem 3x1 gr.
Sensibilitas kasar dan halus normal Perencanaan pemeriksaan
kanan dan kiri, pulsasi arteri dorsalis untuk menilai fungsi ginjal yaitu
pedis teraba simetris kanan dan kiri. pemeriksaan kimia darah berupa
Hasil pemeriksaan laboratorium ureum, creatinin, AST, ALT, albumin.
pasien pada tanggal 14 Januari 2015 Untuk diabetes melitus tipe 2,
didapatkan Na+ 119,9 mmol/L, K+ direncanakan pemeriksaan gula darah
2,09 mmol/L, kreatinin 6,28 mg/dl, sewaktu setiap hari. Untuk hipertensi
ureum 52,3 mg/dl, Hb 9,0 g/dl, eritrosit grade I pada pasien ini direncanakan
3,2 x 106 /l, trombosit 145.000 /l, untuk dilakukan pemeriksaan cek
Dari data anamnesis, tekanan darah setiap hari, pemeriksaan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan EKG dan rontgen thoraks.
penunjang didapatkan bahwa daftar
masalah pasien meliputi gagal ginjal FOLLOW UP
kronik stadium V, diabetes melitus tipe 17 Januari 2015
2, Hipertensi stage I, anemia ec. S : Sesak (+), badan terasa lemah,
demam, dan batuk kering, tidak
penyakit kronik, gangguan elektrolit,
bisa BAB
dispepsia, dehidrasi, dan pneumoni. O : kesadaran komposmentis
TD : 150/100 mmHg
Penatalaksanaan pada pasien ini
N : 80 kali/menit
diberikan diet rendah garam, protein RR : 25 kali/menit
T : 37,5 0C
1,2 gram/KgBB/hari, infus NaCl 0,9%
GDS : 243 mg/dl
3 kolf/24 jam dan infus RL dengan drip Na+ : 127 mmol/L
K+ : 2,6 mmol/L
KCl 1 flash dalam 1 kolf/6 jam. Untuk
Ca++ : <0,43 mmol/L
diabetesnya diberikan diet DM 1700
lemas dan nafsu makan menurun sejak dengan diagnosis gagal ginjal sejak 2
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, tahun yang lalu. Kedua hal ini
mual dan muntah sejak 4 hari sebelum memberikan informasi mengenai
masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan diagnosis etiologi dari gagal ginjal
fisik didapatkan pasien tampak sakit pada pasien. Berdasarkan kepustakaan
sedang, konjungtiva anemis, perut dari perhimpunan Nefrologi Indonesia
tampak cembung dengan 2011 (PERNEFRI) didapatkan bahwa
shiftingdullness positif, dan adanya penyakit ginjal hipertensi (34%) dan
edema pada ektremitas. Pada nefropati diabetika (27%) merupakan
pemeriksaan penunjang didapatkan dua penyebab utama gagal ginjal yang
adanya nilai hemoglobin dibawah menjalani hemodialisis di Indonesia.
normal serta adanya peningkatan nilai Pada pemeriksaan fisik pasien
ureum dan kreatinin diatas nilai didapatkan adanya keluhan perut
normal. tampak cembung dengan
Keluhan lemas, nafsu makan shiftingdullness positif, serta adanya
menurun, serta mual dan muntah edema pada ektremitas. Kondisi
sesuai dengan gambaran klinis sindrom tersebut diatas disebabkan oleh karena
uremia pada penyakit gagal ginjal kurangnya albumin pada pasien gagal
kronik yang meliputi gejala lemah, ginjal. rendahnya albumin ini
letargi, anoreksi, mual dan muntah disebabkan oleh karena keluarnya
nokturia, kelebihan volume cairan, protein melalui urin akibat penurunan
neuropati perifer, pruritus, uremic fungsi ginjal untuk filtrasi atau karena
frost, kejang sampai koma. Sindrom low intake. Oleh karena itu pada pasien
uremua ini disebabkan oleh tingginya ini direncankan dilakukannya
kadar ureum didalam darah. Pada pemeriksaan kimia darah.
anamnesis juga didapatkan adanya Pada pemeriksanan
riwayat menderita penyakit diabetes laboratorium didapatkan nilai kreatinin
melitus sejak sekitar 17 tahun yang pasien sebesar 6,28 mg/dL, yang
lalu dan riwayat hipertensi dengan seteruskan dikonfersikan kedalam
riwayat kepatuhan konsumsi obat rumus kockroft-Gault didapatkan nilai
antihipertensi yang buruk sejak sekitar LFG pasien sebesar 13,72
5 tahun yang lalu, kemudian diikuti ml/mnt/1,73m2. Nilai LFG tersebut
236. Mosby
3. Badan Penelitian dan 8. Batubara SO. Analisis faktor resiko
Pengembangan Kesehatan terhadap komplikasi continous
Kementerian Republik Indonesia. ambulatory peritoneal dialysis di
Riset Kesehatan Dasar. 2013. RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan
4. Perkumpulan Nefrologi Indonesia. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2011.
Report of Renal Registry. Edisi ke- Jakarta; Universitas Indonesia
5. 2012.
5. Kidney Disease Improving Global
Outcomes. Clinical Practice