Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang berperan dalam metode ini adalah
elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung,
elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda di
mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung dan anoda di mana reaksi oksidasi (reaksi
anodik) berlangsung.
Aplikasi metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium pada umumnya didasarkan
pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia dalam suatu sistem elektrokimia akibat
pemberian arus listrik dari suatu sumber luar. Proses ini merupakan kebalikan dari proses
Galvani, di mana reaksi kimia yang berlangsung dalam suatu sistem elektrokimia dimanfaatkan
untuk menghasilkan arus listrik, misalnya dalam sel bahan bakar (fuel-cell). Aplikasi lainnya dari
metode elektrokimia selain pemurnian logam dan elektroplating adalah elektroanalitik,
elektrokoagulasi, elektrokatalis, elektrodialisis elektrorefining dan elektrolisis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sifat Tembaga
Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat diregangkan
atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas dan penghantar
listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga membentuk lapisan
pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal dengan nama Platina.
Tembaga bila berhubungan langsung dengan asam cuka, akan menjadi terusi yang
beracun.
Penggunaannya
Tembaga pada umumnya digunakan sebagai bahan kebutuhan perlistrikan, kawat
tambahan solder, pipa-pipa pemanas atau pendingin, penutup atap, dan khususnya
digunakan sebagai bahan paduan maupun logam paduan.
VOLTAMETER TEMBAGA
VOLTAMETER TEMBAGA
Voltameter Tembaga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar tegangan
listrik dalam suatu rangkaian listrik. Alat ini terdiri dari dua buah lempengan tembaga yang
terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik.
Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai katoda. Umumnya
tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter). Tembaga memiliki berat jenis 8,93
gram/cm3, titik cairnya : 1083 0C, mampu tariknya : 200 360 N/mm 2, perpanjangan/regangan :
35 50 %, penyusutan dingin : 2%. Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor listrik,
akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada strukturnya. Secara sederhana
konduksinya disebut konduksi metalik.
Pada larutan elektrolit yang pada kecenderungannya sebagai konduksi listrik,
dalam peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Jika kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion pada larutan
akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif,
sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode positif. Pergerakan-pergerakan muatan
ion dalam larutan akan membawa energi listrik. Kondisi demikian ini disebut elektrolitik.
Apabila ion-ion dalam larutan terkontak dengan elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada
katode akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi.
Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
Isolator, misal : air murni, minyak, dll.
Larutan Ion , misal :
1. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.
2. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.
2. Biasanya pada percobaan Voltameter Tembaga tujuannya yaitu mencari arus, maka
untukmenghitung arus, diperlukanendapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek
kuantitatif pada elektrolisis ini dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :
Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan oksidasi satu bobot
ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot ekivalen pada elektrode yang lain.
Dan dinyatakan dalam rumus :
m=e.i.t
Dimana : m = jumlah endapan logam (gr)
e = massa ekivalen
i = arus (Ampere)
t = waktu (detik)
Dengan i . t adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif dinyatakan sebagai
1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar kelistrikan yang menyatakan
banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb
Sehingga rumus diatas menjadi :
m : eit/96500
Karena larutan yang dipakai adalah CuSO4, maka reaksi kimia yang terjadi bila terdapat
arus listrik adalah :
CuSO4 ---------> 2 Cu2+ + SO42-
Artinya Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan Cu 2+ yang
dipakai untuk menetralkan SO42-. Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi ekivalensi
elektrokimia, yaitu bobot zat yang diperlukan untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol
elektron, maka harga elektrovalensi kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus untuk e adalah :
e : m.96500/i.t
e = berat ekivalen
t = waktu ( detik )
Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya i sesungguhnya yang nantinya
akan dibandingkan dengan angka i pada amperemeter. Dengan demikian, besarnya
keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga dapat
diperhitungkan dengan ralat perhitungan.
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menyebabkan
terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. reaksi redoks spontan yang dapat
mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe
Volta.
Sel Volta adalah rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik. Dalam sel tersebut terjadi
perubahan dari reaksi redoks menghasilkan arus listrik.
Sel volta terdiri atas elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda(electrode negative),
dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda(electrode positif).
Pada katoda, ion Cu2+ menangkap elektron dan mengendap menjadi logam Cu.
hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam Cu
bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah:
Dikenal sebagai batu baterai. Terdiri dari katode yang berasal dari karbon(grafit) dan
anode logam zink. Elektrolit yang dipakai berupa pasta campuran MnO2, serbuk karbon dan NH4Cl.
Persamaan reaksinya :
Katode : 2MnO2 + 2H+ + 2e Mn2O3 + H2O
Anode : Zn Zn2+ + 2e
Reaksi sel : 2MnO2 + 2H+ + Zn Mn2O3 + H2O + Zn2
2. Sel Aki
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks yang
diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang
merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang
sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut : 2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan
elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti
Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi.
Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub
negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan
kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda.
Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi
endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang
akanteroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan
endapan logam di katoda dan gas di anoda.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada
proseselektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan
istilah sel Downs) :
Katoda (-) : 2 Na+(l) + 2 e- > 2 Na(s) .. (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(l) Cl2(g) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) > 2 Na(s) + Cl2(g) .. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan
gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti dengan larutan
garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksi elektrolisis
larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan
Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na +. Berdasarkan Tabel Potensial Standar
Reduksi, air memiliki Ered yang lebih besar dibandingkan ion Na +. Ini berarti, air lebih
mudahtereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah air.
Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai Ered ion Cl- dan air hampir sama.
Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi ion
Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi
di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan garam
NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq) .. (1)
Anoda (+) : 2 Cl-(aq) > Cl2(g) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) > H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) . [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa) di
katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat dibuktikan dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi sejumlah indikator fenolftalein
(pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan produk
elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na 2SO4. Pada katoda, terjadi persaingan
antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai Ered, maka air yang akan tereduksi di katoda. Di lain sisi,
terjadi persaingan antara ion SO 42- dengan air di anoda. Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-
2
telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka spesi SO42- tidak dapat mengalami
oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e- > 2 H2(g) + 4 OH-(aq) .. (1)
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- .. (2)
Reaksi sel : 6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) .. [(1) +
(2)]
6 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) . [(1) + (2)]
2 H2O(l) > 2 H2(g) + O2(g) .. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na + maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah peristiwa
elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan pada proses
elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak inert,
seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda, sehingga
produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang tidak inert
mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang dihasilkan
di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan garam NaCl dengan menggunakan
elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- > H2(g) + 2 OH-(aq) .. (1)
Anoda (+) : Cu(s) > Cu2+(aq) + 2 e- .. (2)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) > Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) .. [(1) + (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan reaksi
elektrolisis :
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi;
elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di
anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion
aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa
asam oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam
prosespenyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan sebagai
sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin disepuh berfungsi
sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam penyepuh berfungsi
sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam yang sama
dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng perak di anoda
akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut kemudian akan diendapkan sebagai
lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga
banyak digunakan pada industri perabot rumah tangga dan peralatan dapur.
Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan melanjutkan dengan aspek
kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal, tujuan utama elektrolisis adalah untuk
mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang dielektrolisis. Kita dapat menentukan
kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol dan stoikiometri.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F). Faraday
didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen dengan satu mol
elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol elektron. Sebagaimana
yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x 10 23partikel. Sementara setiap
elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10-19 C. Dengan demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10 -19 C/partikel elektron 1 Faraday =
96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik (Ampere)
dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere, dan detik adalah
sebagai berikut :
Q = I x t
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Faraday = (I x t) / 96500
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang dibutuhkan pada
reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan koefisien reaksi pada masing-
masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.
Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :
1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen sebanyak 5,6 L pada
STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada proses tersebut?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : Ag+ + e- > Ag
Anoda (+) : 2 H2O(l) > O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-
Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L = mol O2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan mol gas O 2, maka jumlah mol elektron
yang terlibat adalah sebesar 4 x = 1 mol elektron.
1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 C
2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas mengandung 25 L gas) dengan arus sebesar 10
Ampere?
Penyeleasian :
Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin
3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan CaCl 2 selama 1,5 jam.
Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing elektroda?
Penyelesaian :
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah setengah dari mol
elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl 2 (STP) yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L
Volume gas Cl2 = x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 22.4 L = 0,283 L gas Cl2
Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk yang dihasilkan di
anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)
4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara seri. Masing-
masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO 3, sedangkan sel kedua
berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram logam Ag pada sel pertama dan
0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar (Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk menghasilkan logam Ag
sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)
Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar 1,44 / 108 mol
elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan 1 / 3 kali mol
elektron, yaitu sebesar 1 / 3 x 1,44 / 108 mol X
Massa logam X = 0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah sebagai berikut:
mol = massa / Ar
Ar = massa / mol
Ar = 0,12 / (1 / 3 x 1,44 / 108) = 27
1.
Hukum Faraday I
"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat
arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
2.
Hukum Faraday II
Rumus:
m1 : m2 = e1 : e2
Contoh:
Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama 965
detik.
Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang
terbentuk di anoda pada (OC, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16).
Jawab:
CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
a.
massa tembaga:
b.
m1 : m2 = e1 : e2