Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketika

angka kesakitan dan kematian anak diberbagai Negara termasuk Indonesia.

Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun

pada balita disebabkan oleh diare (Kunoli, 2013). Angka kematian akibat

diare di Indonesia masih sekitar 7,4% (Maryunani, 2010).


Survei UNICEF 2012 lebih dari 400 anak-anak mengalami setiap

harinya karena diare dan pneumonia memiliki trend insidens yang

meningkat sejak 1996-2010. Berdasarkan Survey morbiditas diare tahun

2010, oleh kementrian kesehatan didapatkan bahwa adanya kenaikkan

jumlah penderita semakin meningkat. Pada tahun 1996 terdapat 280

penderita dan pada tahun 2010 terdapat 411 penderita.


Penemuan kasus diare pada tahun 2013 di Provinsi Riau sebesar

8,34%. Cakupan tertinggi pada Kota Dumai sebesar 14,98% diikuti oleh

Kabupaten Pelalawan sebesar 14,4% dan Kabupaten Rokan Hilir (11.2%).

Sedangkan untuk cakupan penemuan dan penanganan diare yang terendah

adalah Kota Pekanbaru (4,78%), diikuti oleh Kabupaten Indragiri Hilir

sebesar 4,89% dan Kabupaten Siak sebesar 6,43%. Kemungkinan untuk

Kota Pekanbaru cakupan rendah disebabkan kurangnya pelaporan dan

sarana kesehatan lainnya (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2013).


2

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.

Diare dapat terjadi karena frekuensi lebih dari tiga kali buang air besar

dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadai, 2008).


Penyebab diare paling umum adalah infeksi virus. Penyebab

lainnya adalah infeksi bakteri, efek samping antibiotik dan keracunan

(Ratih, 2013). Beberapa infeksi karena bakteri diantaranya

camplylobacter, salmonella, E.colli, shigella dan yersinia terdapat pada

kotoran yang mungkin berlendir. Beberapa bakteri juga bisa menyebabkan

demam, hilang nafsu makan, rasa mual atau muntah. Kemungkinan besar,

semuanya dapat menyebabkan dehidrasi dan berat badan menyusut

(Harold, 2005).
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan melakukan pemberian

ASI sampai anak berusia 2 tahun, memperbaiki makanan pendamping

ASI, menggunakan air bersih yang cukup banyak, mencuci tangan,

menggunakan jamban keluarga, cara membuang tinja yang baik dan benar

dan melakukan pemberian imunisasi campak (Suraatmaja, 2005).


Penanganan diare diantaranya adalah teruskan pemberian ASI, susu

formula, dan makanan padat bagi bayi, berikan oralit atau larutan gula-

garam untuk mengganti cairan yang hilang, berikan makanan seperti biasa

dan hindari makanan yang mengandung banyak serat, seperti sayuran dan

buah, dan jangan berikan obat anti diare pada anak karena dapat

menghambat kuman yang akan keluar (Kemenkes RI, 2011).


Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya

perubahan sikap tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan

peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan sikap yang cepat. Ibu


3

yang memmiliki sikap yang baik tentang penanganan dan pencegahan

diare diharapkan akan membawa dampak positif bagi kesehatan anak,

karena resiko anak mengalami dehidrasi dan kematian pada anak dapat

dieliminasi seminimal mungkin. (IDAI, 2008).


Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Malikah, 2012 tentang

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Dan

Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita di Desa

Hegarmanah Jatinanggor, menunjukkan bahwa dari 78 responden yang

diteliti, diketahui 43 responden (48,86%) yang memiliki sikap baik dan 35

responden (39,77%) memiliki sikap sedang. Sedangkan Berdasarkan hasil

Penelitian yang dilakukan Ayu, 2013 tentang Upaya Ibu Dalam

Penanganan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota

Bima , menunjukkan bahwa dari 81 responden yang diteliti, diketahui 74

responden (91,4%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (8,6%)

memiliki sikap sedang.


Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru dari bulan Januari 2015 s/d Agustus 2015 didapatkanjumlah

Penyakit Diare pada balita tertinggi yaitu ada di Puskesmas Tenayan Raya

Kecamatan Tenayan Raya sebanyak 20.15%.


Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare pada Balita di

Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian Bagaimana Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare


4

Pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun

2016 ?

C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare Pada Balita di

Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2016.


2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pencegahandiare pada balita di

wilayah kerja puskesmas tenayan raya pekanbaru tahun 2016


b. Untuk mengetahui sikap ibu dalam penanganan diare pada balita di

wilayah kerja puskesmas tenayan raya pekanbaru tahun 2016

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu metode penelitian khususnya pada

penelitian dengan judul Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare Pada Balitadi

Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan RayaPekanbaru Tahun 2016.


2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi informasi dan masukan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi bagi pihak Puskesmas untuk mengetahui Gambaran

Sikap Ibu Tentang Diare Pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan

Raya Pekanbaru Tahun 2016 sehingga dapat melakukan tindak lanjut dari

hasil penelitian.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Dasar Diare
a. Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi lebih dari tiga kali buang

air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadai, 2008).
b. Jenis Diare
Menurut (Nursalam, 2008) diare dapat diklasifikasikan

kepada :
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare disenstri, yaitu diare yang di sertai dengan darah
3) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
4) Diare yang di sertai dengan malnutrisi berat
c. Etiologi
Penyebab utamanya adalah beberapa kuman usus penting

yaitu enteropathogenic escherichia coli, shigella, crytosporidium,

rotavirus dan salmonella.

Adapun faktor penyebab diare yaitu :


1) Faktor Infeksi
6

a) Infeksi enteral, merupakan infeksi saluran pencernaan

yang merupakan penyebab utama diare pada anak.

Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :


(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya


(2) Infeksi virus : Enterovirus,(virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adeno-virus, Rotavirus, dan lain-lain


(3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica,

Giardia lamblia, Trichomonas hominis) jamur

(Candida albicans)
b) Infeksi parenteral, merupakan infeksi diluar saluran

pencernaan makanan, seperti : otitis media akut

(OMA), bronkopneumonia, tonsilitis, ensefalitis.

Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia

dibawah 2 tahun
2) Faktor malabsorbsi (gangguan absorbsi)
Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak

yang tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak,

malabsorbsi protein

3) Faktor makanan
Seperti alergi makanan, makanan basi dan beracun
4) Faktor psikologis
Seperti rasa takut, dan cemas (Anik, 2010).
Menurut Suriadi, 2006 yang bukan faktor infeksi :
(1) Alergi makanan, susu, protein
(2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi ; penyakit celiac,

cystic fibrosis pada pankreas


(3) Iritasi langsung pada salauran pencernaan oleh makanan
(4) Obat-obatan; antibiotik
7

(5) Penyakit usus; Colitis ulcerative, crohn disease,

enterocolitis
(6) Emosional atau stress
(7) Obstruksi usus
d. Patofisiologi
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
1) Transport aktif akibat rangsangantoksin bakteri terhadap

elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal

mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel

mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan

intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan

absorbsi cairan dan elektrolit


2) Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk

mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan.

Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi


3) Meningkatnya motolitas intestinal dapat mengakibatkan

gangguan absorbsi intestinal (Suriadi, 2005)


e. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung

darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan

karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan

sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam

akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa

yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi
8

sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan

air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi (Suraatmaja, 2010).


f. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara

mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :


1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik)

2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalamia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,

lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokradiogram)


4) Hipoglikemia
5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim

laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus


6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah

penderita juga mengalami kelaparan (Rukiyah, 2010)


g. Pencegahan
Pencegahan diare yang efektif adalah dengan melakukan

pemberianASI sampai anak berusia dua tahun, memperbaiki

makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup

banyak, mencuci tangan, menggunakan jamban keluarga, cara

membuang tinja yang baik dan benar dan melakukan pemberian

imunisasi campak (Suraatmaja, 2005).


h. Penanganan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksanan diare

pada balita adalah Lintas diare (Lima Lintas Tuntaskan Diare),

yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan


9

rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperperbaiki kondisi usus serta

mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah

anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk

mengobati diare. Adapun program lintas diare yaitu :


1) Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan

mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas

rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti

air tajin, kuah sayur dan air matang. Oralit saat ini yang beredar

dipasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,

yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan

cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum segera dibawa

kesarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui

infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi


a) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : 1/4 gelas setiap kali anak mencret
Umur 1-4 tahun : 1/2 -1 gelas setiap kali anak mencret
Umur di atas 5 tahun : 1-1.1/2 gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare

tanpa dehidrasi.

c) Diare dengan dehidrasi berat


Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk diinfus (Kemenkes RI, 2011).


2) Zink
10

Zink merupakan salah satu mikronutrein yang penting

dalam tubuh. Zink dapat menghambat enzim INOS (Inducible

Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat

selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zink

juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian

diare.Pemberian Zink selama diare terbukti mampu mengurangi

lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi BAB,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan

kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini

semua anak diare harus diberi Zink segera saat anak mengalami

diare. Dosis pemberian Zink pada balita :


Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan 1 tablet(20 mg) per hari selama 10 hari
Zink tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

terhenti. Cara pemberian tablet Zink : larutkan tablet dalam 1

sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada

anak yang terkena diare

3) Pemberian ASI / makanan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk

memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap

kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang


11

mudah dicerna dan berikan sedikit lebih sering. Setelah diare

berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2

minggu untuk membantu pemulihan berat badan.


4) Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh diberikan secara rutin karena

kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotik hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada

anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.

Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi maupun meningkatkan

status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek

samping bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba dan

giardia).

5) Pemberian nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang

berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat tentang :


1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas

kesehatan lain bila :


a) Diare lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan / minum sedikit
e) Timbul demam
f) Tinja berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari
2. Sikap (Attitude)
a. Pengertian attitude
12

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor-faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,

setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Cambell

(1950) yang dikutip dari Notoatmodjo (2014) mendefinisikan

sangat sederhana, yakni: An individuals attitude is syndrome of

response consistency with regard to object. Jadi jelas disini

dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala

dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang

lain (Notoatmodjo, 2014)


b. Komponen Sikap
Menurut Allport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo

(2014) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni :


1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek,

artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap diare

misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang

tersebut terhadap diare


2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek,

artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor

emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh

bagaimana orang menilai terhadap penyakit diare, apakah

penyakit yang biasa saja atau yang membahayakan


3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have), artinya

sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan


13

atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang

untuk bertindak atau berprilaku terbuka. Misalnya tentang

contoh sikap terhadap diare diatas, adalah apa yang dilakukan

seseorang bila ia terkena diare.

c. Struktur Sikap
Menurut (Wawan, 2011), struktur sikap tersebut adalah :
1) Komponen Kognitif (komponen perseptual)
Adalah komponen yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi

terhadap sikap
2) Komponen Afektif (komponen emosional)
Adalah komponen yang berhubungan dengan rasa

senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa

senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak

senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini

menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif


3) Komponen Konatif (komponen prilaku, atau action

component)
Adalah komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen

ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar

kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku

seseorang terhadap objek sikap

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


14

Faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek

sikap adalah (Wawan, 2011) :


1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berfiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.


3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-induvidu

masyarakat asuhannya

4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komuniksai lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
15

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan

tidaklah mengherakan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap


6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego


e. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap (Wawan, 2011) adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

istirahat
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada orang itu


3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantisa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain,

sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas juga merupakan kumpulan dari

hal-hal tersebut
4) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan


16

kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki

orang.
f. Cara Pengukuran Sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial

adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa tekhnik

pengukuran sikap antara lain :


1) Skala Guttman
Peneliti menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan

yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam

bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk Checklist.

Cara pengukuran sikap menggunakan skala Guttmann skala ini

merupakan skala yang bersifat konsisten dengan memberikan

jawaban yang tegas seperti jawaban: ya, dan tidak, positif dan

negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala

Guttmanini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan

interpretasi penilaian, apabila :


Benar : bobot nilai 1
Salah : bobot nilai 0
(Ridwan, 2009).
g. Sikap Ibu Saat Balita Diare
Jika balita terkena diare ibu dapat melakukan penanganan

awal diare dapat dilakukan di rumah dengan prinsip mencegah

dehidrasi, yaitu dengan memberikan cairan lebih banyak. Cairan

dapat berupa air matang, makanan yang banyak mengandung air

(sup/bubur) atau oralit. Oralit pun dapat dibuat sendiri dengan

menggunakan bahan-bahan yang tersedia didapur yaitu air putih

matang, gula dan garam (Depkes, 2009).


17

3. Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1

tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir,

dan 3xberat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada

umur 2 tahun (Septiari, 2012).


b. Karakteristik Balita
Menurut (Septiani, 2012) karakteristik anak dibagi menjadi

dua yaitu :
1) Anak usia 1-3 tahun
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju

pertumbuhan masa balita lebih besar dari usia prasekolah,

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.


2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini

anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah

playgroup.

c. Tumbuh Kembang Balita


Menurut (Septiani, 2012) secara umum tumbuh kembang

setiap anak berbeda-beda tetapi prosesnya senantiasa melalui tiga

pola yang sama yaitu :


18

1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian

bawah. Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga keujung

kaki. Anak akan berusaha menegakkan tubuhnya lalu

dilanjutkan belajar menggunakan kakinya


2) Perkembangan dimulai dari batang kearah luar. Contohnya

adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam sebelum dia mampu meraih benda

dengan jemarinya
3) Setelah kedua pola diatas dikuasai barulah anak belajar

mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain seperti

melempar, menendang, berlari dan lain-lain


4. Penelitian Terkait
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Malikah, 2012 tentang

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pencegahan Dan

Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita di Desa

Hegarmanah Jatinanggor, menunjukkan bahwa dari 78 responden yang

diteliti, diketahui 43 responden (48,86%) yang memiliki sikap baik dan 35

responden (39,77%) memiliki sikap sedang.Sedangkan Berdasarkan hasil

Penelitian yang dilakukan Ayu, 2013 tentang Upaya Ibu Dalam

Penanganan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota

Bima , menunjukkan bahwa dari 81 responden yang diteliti, diketahui 74

responden (91,4%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (8,6%)

memiliki sikap sedang.


5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu hubungan antara suatu konsep

yang satu dengan konsep yang lain. Dari masalah yang diteliti
19

berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dapat

digambarkan sebagai berikut :


Skema 2.1
Kerangka Konsep
Gamabaran Sikap Ibu Tentang Diare Pada Balitadi
Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya
Pekanbaru Tahun 2016

Gambaran sikap Ibu - Positif


Tenatang Diare Pada - Negatif
Balita

- Pencegahan
- Penanganan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dan desain penelitian adalah

deskriptif(Notoatmodjo, 2012). Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan

penelitian yakni mengetahui GambaranSikap Ibu Tentang Diare Pada Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2016.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2016 karena merupakan

tingkat kejadian diare tertinggi.


20

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan 25 April s/d 24 Juni2016.

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian di Wilayah KerjaPuskesmas
Tenayan Raya PekanbaruTahun 2016

Bulan Ke
No Uraian kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mare April Mei Juni Juli
2015 2015 2015 2016 2016 t 2016 2016 2016 2016
2016
1 Pengajuan judul
dan persiapan
2 Penyusunan
3 Seminar
peroposal
4 Pelaksanaan dan
pengumpulan
data
5 Pengolahan data
6 Penyusunan
laporan KTI
7 Persentasi

C. PopulasidanSampel

1. Populasi
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik

tertentu mengenai sekelompok objek yang jelas dan lengkap (Usman,

2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah 4.116 balita yang ada

diWilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2016.


2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang menggunakan

teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling (Usman, 2006).


Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita.
Rumusan penarikan sampel :
21

N
n=
I + N (d )
4.116
n=
1+ 4.116 ( 0.1 )

4.116
n=
1+ 4.116 ( 0.01 )

4.116
n=
1+ 41,16
4.116
n=
42,16

N = 100 orang balita

Keterangan:

N: Besar populasi

n: Besar sample

d: Tingkat kepercayaan (ketetapan) yang diinginkan (0,1)

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah 100 balita.

(Notoatmodjo, 2009).

3. Teknik sampling
Menurut Notoadmodjo (2012) teknik sampling adalah cara atau

teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk mengambil sampel

sehingga mewakili populasinya. Pada penelitian ini menggunakan teknik

Quota Sampling, yaitu untuk menetapkan setiap strata populasi

berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh terbesar variabel

yang akan diselidiki.


4. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
22

yang berisi 20 pernyataan dengan pilihan setuju dan tidak setuju. 12

pertanyaan positif,jika pernyataan positif dijawab setuju skor 1dan jika

dijawab tidak setuju skor 0. 8pertanyaan negatif, jika pernyataan negatif

dijawab tidak setuju skor 0 dan jika dijawab setuju skor 1.


Tabel 3.2
Kisi Kisi KuesionerGambaran Sikap Ibu Tentang Diare Pada Balita di
Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru
2016

Nomor Pernyataan Ite


Variabel
Positif Negatif m
Sikap Ibu Tentang 1,5,6,8,9,10,11,13,15,16,19,20 2,3,4,7,12,14,17,18 20
Diare Pada Balita:
1. Pencegahan
2. Penanganan
Jumlah 20

5. TeknikPengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan data primer yaitu pengumpulan data langsung

melalui responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu daftar

pernyataan yang tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden

tinggal memilih jawaban sesuai keyakinannya.

6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena ( Hidayat, 2014).


23

Tabel 3.3
Definisi Operasional

Alat
Variable/sub Definisi Skala
No Pengumpulan Hasil Ukur
Variabel Operasional Ukur
Data
1. Sikap ibu Respon atau Kuesioner Ordinal - Jika nilai Positif
tentang tanggapan dan median (7)
pecegahan posisi atau
diare perasaan ibu - Jika nilai Negatif <
tentang median (7)
pencegahan diare

2. Sikap ibu Respon atau Kuesioner Ordinal - Jika nilai Positif


tentang tanggapan dan median (6,5)
penanganan posisi atau
diare perasaan ibu - Jika nilai Negatif <
tentang median (6,5)
penanganan diare

7. Etika Penelitian

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian,

peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform

concent)

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliti


24

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan

coding sebagai pengganti identitas responden

3. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan

Subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama, tanpa mebedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2012).

8. Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah secara manual setelah data terkumpul kemudian

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data(Editing)

Setelah instrumen dikembalikan secara responden maka setiap

instrumen diperiksa apakah sudah diisi dengan benar dan semua item

sudah dijawab oleh responden.

2. Pemberian Kode (Coding)

Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan dan diberi kode untuk

masing-masing kelas dalam kategori yang sama.

3. Penyusunan Data(Tabulating )

Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa

agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk


25

disajikan dan dianalisis (Wawan, 2011).

9. Analisa Data

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara

univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil

penelitian hanya menggambarkan hasil perhitungan berupa frekuensi dan

persentase tiap variable. Hasil penelitian yang nantinya akan

dipergunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dan masalah untuk

pembahasan dan kesimpulan.

presentase data yang terkumpul dan sajian bentuk tabel frekuensi

dan dipersentasikan dari tiaptiap variabel dengan rumus sebagai berikut:

F
P= x 100
Rumus N

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah responden yang menjawab

N : Jumlah pertanyaan.

(Machfoedz, 2013).

Rumus Mean atau rata-rata

X=
xi
n
26

Keterangan:

X : Hasil Ukur

xi : Total Persentase

n :Jumlah Responden

Rumus Median atau nilai tengah

n+1
2

Keterangan:

n = banyak pengamatan

( Hidayat, 2011 )
27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian serta

pembahasan. Berdasarkan data yang peneliti dapat melalui penyebaran

kuesioner di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya Pekanbaru pada tanggal

25 April s/d 4 Juni 2016 maka dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

1. Data umum
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki Balita
Tentang Diare Di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya
PekanbaruTahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)


1 Pendidikan Dasar (SD, SMP) 28 28
22. Pendidikan Menengah Atas
72 72
(SMA)

Jumlah 100 100


28

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2016


Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang

memiliki balita tentang Diare mempunyai pendidikan terakhir pendidikan

menengah atas (SMA) sebanyak 72 orang (72 %).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Informasi Ibu Yang Memiliki Balita Tentang
Diare Di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya
PekanbaruTahun 2016

No Informasi Jumlah Presentase (%)


1 Ya 79 79
2 Tidak 21 21
Jumlah 100 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2016

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas mendapatkan

informasi ibu yang memiliki balita yaitu sebanyak 79 orang (79%).


3. Data Khusus
a. Sikap
Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner,

disajikan dalam bentuk tabel berikut:


Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada
Balita Di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya
Pekanbaru Tahun 2016

No Kategori Jumlah Presentasen (%)


1 Positif 87 87
2 Negatif 13 13
29

Jumlah 100 100


Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2016

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas sikap ibu

dalam pencegahan diare pada balita adalah positif sebanyak 87

orang (87%).

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Dalam Penanganan Diare Pada
Balita Di Wilayah KerjaPuskesmas Tenayan Raya
Pekanbaru Tahun 2016

No Kategori Jumlah Presentasen (%)


1 Positif 92 92
2 Negatif 8 8
Jumlah 100 100
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2016

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas sikap ibu

dalam penanganan diare pada balita adalah positif sebanyak 92

orang (92%).
B. Pembahasan
1. Sikap Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas ibu yang memiliki sikap

positif dalam pencegahan diare yaitu sebanyak 87 orang (87%).


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Seseorang akan

memberikan sikap yang positif jika mempunyai landasan pengetahuan

yang kuat terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2007).Sikap seseorang

dipengaruhi oleh kepercayaan, emosional dan kecenderungan berfikir,

keyakinan dan emosi memang berperan penting. Pada saat berfikir, emosi
30

dan keyakinan ikut bekerja sehingga akan berniat untuk menghadapi

kanker payudara. Sikap ini dapat diubah oleh responden dengan

meningkatkan cara berfikir positif dengan menerapkan pola hidup yang

sehat dapat meminimalisirkan terjadinya diare.


Sikap ibu terhadap pencegahan diare pada balita merupakan satu

kesatuan untuk menurunkan angka kesakitan diare. Jika sikap ibu terhadap

pencegahan diare pada balita mendukung, maka angka kesakitan diare

dapat berkurang. Upaya pencegahan diare pada balita tergantung sikap ibu,

sikap ibu sangat berpengaruh dalam terjadinya penyakit diare pada balita.

Bila sikap ibu baik, maka ibu akan melakukan cara pencegahan terhadap

diare pada balita.Pencegahan diare dapat dilakukan dengan melakukan

pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun, memperbaiki makanan

pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup banyak, mencuci

tangan, menggunakan jamban keluarga, cara membuang tinja yang baik

dan benar dan melakukan pemberian imunisasi campak (Suraatmaja,

2005).
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Malikah, 2012 tentang

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Dan

Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita di Desa

Hegarmanah Jatinanggor, menunjukkan bahwa dari 78 responden yang

diteliti, diketahui 43 responden (48,86%) yang memiliki sikap baik dan 35

responden (39,77%) memiliki sikap sedang.


Menurut asumsi peneliti tentang Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Peanbarau 2016

mayoritas positif, dikarenakan terdapat beberapa faktor yang


31

mempengaruhinya antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga

pendidikan dan agama serta faktor emosional. Semakin baiknya

pengetahuan maka semakin positif sikap seseorang akan tetapi semakin

negatif pengetahuan seseorang maka semakin negatif pula sikap dan

respon seseorang.
Pada penelitian ini masih terdapat 13 orang yang bersikap Negatif

tentang pencegahan diare pada balita, hal ini menurut asumsi dapat

dikarenakan, masih ada responden yang belum menjawab dengan benar

dari beberapa soal yang mestinya menjawab setuju tapi dijawab tidak

setuju. Seperti soal nomor 2 yaitu tentang pencegahan diare asih terdapat

36 responden yang salah atau ragu dalam menjawab pertanyaan tersebut.


Untuk itu diharapkan untuk mencari inforamasi cara pencegahan

diare dari berbagai informasi. Salah satunya televisi, selama ini televisi

sebagai media massa yang banyak digunakan, yang banyak menampilkan

berbagai iklan tentang produk tetapi hanya sedikit yang menampilkan

iklan tentang kesehatan dan jarang yang menampilkan iklan tentang diare.

Sebaiknya perlu ditampilkannya iklan tentang diareagar ibu mendapatkan

informasi yang lebih.

2. Sikap Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Balita


Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas ibu yang memiliki sikap

positif dalam penanganan diare yaitu sebanyak 92 orang (92%).


32

Sikap ibu sangatlah penting dalam kejadian diare yang dialami

balita. Karena ibu merupakan tokoh utama yang penting bertanggung

jawab terhadap tumbuh kembang balita. Jika balita terserang diare maka

sikap yang harus ibu ambil yaitu menentukan perjalanan penyakitnya. Ibu

yang senantiasa menjaga kebersihan, akan menjaga anaknya dari

pencemaran kuman, baik yang terdapat dalam makanan ataupun minuman

yang dikonsumsi. Kebiasaan besrsih ibu seperti mencuci tangan sebelum

makan, akan membuat balita terlindung dari kuman yang melekat ditangan

ibu sebelumnya. Adapun tindakan ibu lainnya dalam penanganan diare

pada balita yaitu teruskan pemberian ASI, susu formula, dan makanan

padat bagi bayi, berikan oralit atau larutan gula-garam untuk mengganti

cairan yang hilang, berikan makanan seperti biasa dan hindari makanan

yang mengandung banyak serat, seperti sayuran dan buahan (Kemenkes

RI, 2011).
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Ayu, 2013 tentang

Upaya Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Paruga Kota Bima , menunjukkan bahwa dari 81 responden

yang diteliti, diketahui 74 responden (91,4%) yang memiliki sikap baik

dan 7 responden (8,6%) memiliki sikap sedang.

Menurut asumsi peneliti tentang Gambaran Sikap Ibu Tentang Diare

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Peanbarau 2016

mayoritas positif. Dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh oleh faktor tingkat

pendidikan responden yang mayoritas adalah tingkat menengah (SMA)

yaitu 72 responden (72%). Pendidikan akan berpengaruh terhadap sikap


33

dan prilaku seseorang, semakin tinggi pendidikan semakin baik pula

seseorang dalam bersikap.


Pada penelitian ini juga terdapat 8 orang yang bersikap Negatif

dalam penanganan Diare, hal ini menurut asumsi dapat dikarenakan, masih

ada responden yang belum menjawab dengan benar dari beberapa soal

yang mestinya menjawab setuju tapi dijawab tidak setuju.


C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan yang

berlangsung selama proses penelitian. Adapun keterbatasan yang dialami

peneliti adalah:

Instrumen penelitian ini berupa keusioner dibuat sendiri dan belum diuji

validitas atau rehabilitas sehingga jawaban responden tidak sesuai atau

konsisten menurut waktu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mayoritas responden (87%) memiliki sikap positif dalam pencegahan diare

pada balita di wilayah kerja puskesmas tenayan raya pekanbaru 2016


2. Mayoritas responden (92%) memiliki sikap positif dalam penanganan

diare pada balita di wilayah kerja puskesmas tenayan raya pekanbaru 2016

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru
34

Diharapkan pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan

pelayanan khususnya dalam memberikan informasi dan penyuluhan

tentang Diare, tidak hanya menggunakan poster. Dan lebih

mengutamakan Promotif, Preventif, dan Kuratif.


2. Bagi Institusi Pendidikan dan Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau buku bacaan dan

peneliti melanjutkan penelitian tentang diare ini dengan variabel dan

metode yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai