Disusun oleh:
Nurma Shinta Sari
3215060
A. Definisi
Pneumonia adalah proses peradangan pada paru yang terjadi pada parenkim
paru (Marilyn E. Doengoes, 2012).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit (Irman Somantri, 2008).
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang
biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa Manurung,
2009).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda benda asing (Arif Muttaqin, 2008).
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2011) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
- Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus atau lobularis.
- Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan :
- Pneumonia komunitas
- Pneumonia nosokomial
- Pneumonia rekurens
- Pneumonia aspirasi
- Pneumonia pada gangguan imun
- Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
- Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu
perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
- Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2011) :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya
menurut lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak.
B. Etiologi
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa (Reeves, 2011):
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi udara,
infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol, overdosis obat,
anestesi umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
(kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit gigi
(Santa Manurung, 2009).
C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-
paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan
juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas.
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan
virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri
patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang
ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia
bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi
cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas,
seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2009).
Pathways Keperawatan
D. Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi klinis pneumonia adalah sebagai berikut (Arif mansjoer, 2011):
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai
40,5C), sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas,
nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus
kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada
bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
f. Tanda infeksi ekstrapulmonal.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit pneumonia adalah sebagai berikut
(Doenges, 2009):
1. X-Ray : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV).
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani
secara cepat dan tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut dan
meningitis (Santa Manurung, 2009).
G. Penatalaksanaan
1) Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
2) Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasar pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan
respiratoy distress dan respiratory arrest.
g. Drainase empiema bila ada.
H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis
kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas,
batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan .
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang
kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan,
debu, TB dan riwayat merokok.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB,
Asthma, ISPA dan lain-lain.
6. Data Dasar pengkajian pasien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d) Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri
dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
f) Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea , Takipnue,
dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
- Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
- Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
- Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
- Gesekan friksi pleural.
- Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid,
kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada
kasus rubeola, atau varisela.
h) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis. Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 8 hari, Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin
diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
I. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-
kapiler.
c. Hipertermi kemungkinan b.d. proses infeksi.
d. Resiko Infeksi kemungkinan b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama
(penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya
pertahanan sekunder, penyakit kronis.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan b.d.
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
f. Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak
adekuat, kehilangan cairan aktif
g. Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
J. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
No NOC NIC
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas - Respiratory status : Ventilation Airway suction
- Respiratory status : Airway - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Definisi : Ketidakmampuan untuk patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
membersihkan sekresi atau obstruksi dari - Aspiration Control suctioning.
saluran pernafasan untuk mempertahankan - Informasikan pada klien dan keluarga tentang
kebersihan jalan nafas. Kriteria Hasil : suctioning
- Mendemonstrasikan batuk efektif - Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Batasan Karakteristik : dan suara nafas yang bersih, tidak - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
- Dispneu, Penurunan suara nafas ada sianosis dan dyspneu (mampu memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Orthopneu mengeluarkan sputum, mampu - Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
- Cyanosis bernafas dengan mudah, tidak ada - Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
- Kelainan suara nafas (rales, pursed lips) setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
wheezing) - Menunjukkan jalan nafas yang - Monitor status oksigen pasien
- Kesulitan berbicara paten (klien tidak merasa tercekik,- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada irama nafas, frekuensi pernafasan - Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
- Mata melebar dalam rentang normal, tidak ada menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2,
- Produksi sputum suara nafas abnormal) dll.
- Gelisah - Mampu mengidentifikasikan dan
- Perubahan frekuensi dan irama nafas mencegah factor yang dapat Airway Management
menghambat jalan nafas - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
Faktor-faktor yang berhubungan: thrust bila perlu
- Lingkungan : merokok, menghirup - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
asap rokok, perokok pasif-POK, - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
infeksi nafas buatan
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, - Pasang mayo bila perlu
hiperplasia dinding bronkus, alergi - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas, asma. - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya - Lakukan suction pada mayo
mukus, adanya jalan nafas buatan, - Berikan bronkodilator bila perlu
sekresi bronkus, adanya eksudat di - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
alveolus, adanya benda asing di jalan - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
nafas. keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari - Nutritional Status : food and Nutrition Management
kebutuhan tubuh Fluid Intake - Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk - Adanya peningkatan berat badan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme tubuh. sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik : tinggi badan vitamin C
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah - Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
ideal kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
- Dilaporkan adanya intake makanan - Tidak ada tanda tanda malnutrisi serat untuk mencegah konstipasi
yang kurang dari RDA (Recomended - Tidak terjadi penurunan berat - Berikan makanan yang terpilih ( sudah
Daily Allowance) badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Membran mukosa dan konjungtiva - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
pucat harian.
- Kelemahan otot yang digunakan untuk - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
menelan/mengunyah - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Luka, inflamasi pada rongga mulut - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah yang dibutuhkan
mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya Nutrition Monitoring
kekurangan makanan - BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi - Monitor adanya penurunan berat badan
rasa - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk dilakukan
mengunyah makanan - Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Miskonsepsi - Monitor lingkungan selama makan
- Kehilangan BB dengan makanan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
cukup jam makan
- Keengganan untuk makan - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Kram pada abdomen - Monitor turgor kulit
- Tonus otot jelek - Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa - Monitor mual dan muntah
patologi - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
- Kurang berminat terhadap makanan Ht
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Monitor makanan kesukaan
- Diare dan atau steatorrhea - Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Kehilangan rambut yang cukup - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
banyak (rontok) konjungtiva
- Suara usus hiperaktif - Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kurangnya informasi, misinformasi - Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Faktor-faktor yang berhubungan : - Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
5 Intoleransi aktivitas - Energy conservation Energy Management
Definisi : Ketidakcukupan energu secara - Self Care : ADLs - Observasi adanya pembatasan klien dalam
fisiologis maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan
yang diminta atau aktifitas sehari hari. tanpa disertai peningkatan tekanan terhadap keterbatasan
darah, nadi dan RR - Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Batasan karakteristik : - Mampu melakukan aktivitas sehari - Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
- melaporkan secara verbal adanya hari (ADLs) secara mandiri - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
kelelahan atau kelemahan. emosi secara berlebihan
- Respon abnormal dari tekanan darah - Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
atau nadi terhadap aktifitas - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Perubahan EKG yang menunjukkan
aritmia atau iskemia Activity Therapy
- Adanya dyspneu atau - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidaknyamanan saat beraktivitas. dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Faktor factor yang berhubungan : mampu dilakukan
- Tirah Baring atau imobilisasi - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
- Kelemahan menyeluruh dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
- Ketidakseimbangan antara suplei - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
oksigen dengan kebutuhan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
- Gaya hidup yang dipertahankan. diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II.
Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 2009. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II.
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltser, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah edisi 8
volume 1. EGC : Jakarta.