Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Optimasi Produksi

Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian


terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum
suatu fungsi tujuan [1].

Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam rangka mengoptimalkan


sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk dalam
kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya. Optimasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas
seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, peralatan,
bahan baku, bahan pembantu dan tenaga kerja [9].

Berdasarkan langkah-langkah optimasi setelah masalah diidentifikasi dan


tujuan ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah memformulasikan model
matematik yang meliputi tiga tahap [5], yaitu:
1. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan
dalam simbol matematik,
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan
perkalian) dari variabel keputusan,
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam
persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari
variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah
tersebut.

Setiap perusahaan akan berusaha mencapai keadaan optimal dengan


memaksimalkan keuntungan atau dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara


dalam proses produksi. Perusahaan mengharapkan hasil yang terbaik dengan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, namun dalam mengatasi permasalahan
dengan teknik optimasi jarang menghasilkan suatu solusi yang terbaik. Hal tersebut
dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi berada diluar jangkauan perusahaan.

Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi.
Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian
input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan
minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu
dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal.

Persoalan optimasi dibagi menjadi dua jenis yaitu tanpa kendala dan dengan
kendala. Pada optimasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala atau
keterbatasan-keterbatasan yang ada terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam
menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan-batasan terhadap
berbagai pilihan alternatif yang tersedia. Sedangkan pada optimasi dengan kendala,
faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam
menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan [7].

Optimasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam


menentukan nilai variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan-keterbatasan itu
meliputi input atau faktor-faktor produksi seperti modal, bahan baku, tenaga kerja dan
mesin. Optimasi produksi dengan kendala perlu memperhatikan faktor-faktor yang
menjadi kendala pada fungsi tujuan karena kendala menentukan nilai maksimum dan
minimum. Fungsi tujuan merupakan suatu pernyataan matematis yang digunakan
untuk mempresentasikan kriteria dalam mengevaluasi solusi suatu masalah. Fungsi
tujuan dalam teknik optimasi produksi merupakan unsur yang penting karena akan
menentukan kondisi optimal suatu keadaan [11].

Fungsi tujuan dan kendala merupakan suatu fungsi garis lurus atau linier.
Salah satu metode untuk memecahkan masalah optimasi produksi yang mencakup
fungsi tujuan dan kendala adalah metode Linear Programming. Metode ini adalah

Universitas Sumatera Utara


suatu teknik perencanaan analitis dengan menggunakan model matematika yang
bertujuan untuk menemukan beberapa kombinasi alternatif solusi.

2.2. Optimasi Model Pengambilan Keputusan

2.2.1. Pengaruh Ketersediaan Data Terhadap Pemodelan

Apapun jenis model, akan memiliki sedikit nilai praktis jika tidak didukung oleh data
yang handal. Walaupun sebuah model didefenisikan dengan baik, mutu
pemecahannya akan bergantung pada seberapa baik kita dapat mengestimasi data. Jika
estimasi tersebut terdistorsi, pemecahan yang diperoleh, walaupun optimal dalam arti
matematis, pada kenyataannya dapat bermutu rendah dari sudut pandang sistem nyata.

Dalam beberapa permasalahan, data tidak dapat diketahui dengan pasti


sehingga data tersebut dapat diestimasi berdasarkan distribusi probabilitas. Pada
permasalahan tersebut, struktur model kemungkinan perlu diubah untuk
mengakomodasi sifat probabilistik dari permintaan. Jadi berdasarkan ketersediaan
data, pemodelan sistem dapat dibagi menjadi 2 jenis model, yaitu model probabilistic
atau stokastik dan model deterministic [12].

2.2.2. Penyelesaian Terhadap Model Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang dikembangkan secara bertahap dan
sistematis. Tidak semua proses pengambilan keputusan dapat dikembangkan secara
sistematis dan bertahap. Bertahap dan sistematis artinya memiliki kriteria yang
sistematis melalui sistem prosedur tertentu yang jelas dan teratur. Suatu kriteria yang
baik haruslah mempunyai suatu ukuran atau nilai yang jelas, dapat dipergunakan
untuk menilai berbagai alternatif pilihan, dan dapat dengan mudah dihitung dan
dijabarkan. Selanjutnya untuk menambah pemahaman tentang model pengambilan
keputusan, akan diterangkan mengenai salah satu model matematis yang prosesnya
dikembangkan secara bertahap dan sistematis dalam proses pengambilan keputusan,
yakni Linear Programming.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Linear Programming

2.3.1. Pengantar Linear Programming

Linear Programming adalah suatu teknik aplikasi matematika dalam menentukan


pemecahan masalah yang bertujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan
sesuatu yang dibatasi oleh batasan-batasan tertentu, dimana hal ini dikenal juga
sebagai teknik optimasi [8].

Linear Programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan


dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara
optimal [10].

Keberhasilan suatu teknik operasi pada akhirnya diukur berdasarkan


penyebaran penggunaannya sebagai alat pengambilan keputusan. Sejak diperkenalkan
diakhir 1940-an, Linear Programming telah terbukti merupakan salah satu alat riset
operasi yang paling efektif. Keberhasilannya berakar dari keluwesannya dalam
menjabarkan berbagai situasi kehidupan nyata diberbagai bidang pekerjaan, yaitu
militer, industri, pertanian, transportasi, ekonomi, kesehatan, dan bahkan ilmu sosial
dan perilaku. Disamping itu, tersedianya program komputer yang sangat efisien untuk
memecahkan masalah-masalah Linear Programming yang sangat luas merupakan
faktor penting dalam tersebarnya penggunaan teknik ini.

Kegunaan Linear Programming adalah lebih luas daripada aplikasinya semata.


Pada kenyataannya, Linear Programming harus dipandang sebagai dasar penting
untuk pengembangan teknik-teknik operasi riset lainnya.

Linear Programming adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa


sebuah parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi dalam kehidupan
nyata, jarang seseorang menghadapi masalah di mana terdapat kepastian yang
sesungguhnya. Teknik Linear Programming mengkompetisi kekurangan ini dengan
memberikan analisis pasca optimum dan analisis parametrik yang sistematis untuk
memungkinkan pengambil keputusan yang bersangkutan untuk menguji sensitivitas

Universitas Sumatera Utara


pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau kontinu dalam
berbagai parameter dari model tersebut. Pada intinya, teknik tambahan ini
memberikan dimensi dinamis pada sifat pemecahan Linear Programming yang
optimum.

Tujuan dari Linear Programming adalah suatu hasil yang mencapai tujuan
yang ditentukan (optimal) dengan cara yang paling baik diantara semua alternatif yang
mungkin dengan batasan sumber daya yang tersedia. Meskipun mengalokasikan
sumber-sumber daya kepada kegiatan-kegiatan merupakan jenis aplikasi yang paling
umum, Linear Programming mempunyai banyak aplikasi penting lainnya.
Sebenarnya, setiap masalah yang metode matematisnya sesuai dengan format umum
bagi Linear Programming merupakan masalah bagi Linear Programming. Selanjutnya
suatu prosedur penyelesaian yang sangat efisien, dinamakan metode simpleks, tersedia
untuk menyelesaiakan masalah-masalah Linear Programming.

Linear Programming merupakan masalah pemrograman yang harus memenuhi


tiga kondisi berikut:
1. Variabel-variabel keputusan yang terlibat harus positif.
2. Kriteria-kriteria untuk memilih nilai terbaik dari variabel keputusan dapat
diekspresikan sebagai fungsi linier. Fungsi kriteria ini biasa disebut fungsi
objektif.
3. Aturan-aturan operasi yang mengarahkan proses-proses dapat diekspresikan
sebagai suatu set persamaan atau pertidaksamaan linier. Set tersebut
dinamakan fungsi pembatas.

2.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Linear Programming

Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, Linear Programming


mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan [9]. Kelebihan-kelebihan dari Linear
Programming yaitu:
1. Mudah digunakan terutama jika menggunakan alat bantu komputer.
2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk
memperoleh pemanfaatan sumber daya yang optimal dapat dicapai.

Universitas Sumatera Utara


3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau
berdasarkan data yang tersedia.

Kekurangan-kekurangan dari Linear Programming yaitu:


1. Apabila alat bantu komputer tidak tersedia, maka Linear Programming dengan
menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisisnya bahkan mungkin
tidak dapat dikerjakan secara manual. Metode ini tidak dapat digunakan secara
bebas dalam setiap kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi.
2. Metode ini hanya dapat digunakan untuk satu tujuan misalnya hanya untuk
maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya.

2.3.3. Syarat dalam Penggunaan Linear Programming

Ada beberapa syarat agar masalah dapat disusun dan dirumuskan ke dalam model
Linear Programming [1] yaitu:

1. Penentuan Tujuan
Ada tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan disebut sebagai fungsi tujuan.
Menentukan fungsi tujuan harus jelas dan tegas. Fungsi tujuan dapat berupa dampak
positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan-kebaikan yang ingin dimaksimalkan atau
dampak negatif, kerugian, risiko, waktu, jarak dan biaya-biaya yang ingin
diminimalkan.

2. Alternatif Perbandingan
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan.
Menentukan alternatif yang ingin diperbandingkan misalnya antara kombinasi waktu
tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu terlambat dan biaya terendah, antara padat
modal dengan padat karya, antara kebijakan A dengan B, atau antara proyeksi tinggi
dengan rendah.

3. Sumber Daya yang Terbatas


Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas. Hal
ini disebut juga sebagai kendala. Kendala terbagi dalam tiga tipe dasar, yaitu kendala

Universitas Sumatera Utara


maksimum yang menunjukkan penggunaan sumber daya tidak melebihi sumber daya
yang tersedia; kendala minimum yang menunjukkan penggunaan sumber daya
minimal sama dengan yang tersedia dan kendala persamaan yang menunjukkan
penggunaan sumber daya sama dengan yang tersedia.

4. Perumusan Kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala harus dirumuskan secara kuantitatif dalam suatu
model yang disebut dengan model matematik. Model merupakan abstraksi dan
simplifikasi dari keadaan nyata yang menunjukkan berbagai hubungan fungsional
yang langsung maupun tidak langsung, interaksi dan interdependensi antara satu unsur
dengan unsur lainnya yang membentuk suatu sistem. Model yang baik harus
mencakup tiga kriteria yaitu kesesuaian, kesederhanaan, dan keserasian. Kesesuaian
yaitu model harus mampu merangkum unsur-unsur yang sangat pokok dari persoalan
yang dihadapi. Kesederhanaan yaitu model harus dibuat sesederhana mungkin sesuai
dengan kemampuan yang ada dan urgensi permasalahan. Keserasian yaitu model
harus mampu mengesampingkan hal-hal yang kurang berguna.

5. Keterkaitan Peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus memiliki
keterkaitan atau hubungan fungsional. Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan
sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi,
timbal balik atau saling menunjang.

2.3.4. Asumsi-asumsi Dasar Linear Programming

Dengan mengetahui asumsi-asumsi dasar Linear Programming, penggunaan teknik


Linear Programming akan menjadi lebih terarah. Penggunaan Linear Programming
harus memenuhi beberapa asumsi sebagai berikut [1]:

1. Linearitas
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan
input yang lainnya atau untuk suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak
tergantung pada tingkat produksi.

Universitas Sumatera Utara


2. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa perubahan (naik turun) nilai fungsi tujuan (Z)
dan penggunaan sumber daya atau fasilitas yang tersedia akan berubah dalam proporsi
yang sama dalam perubahan tingkat kegiatan. Implikasi asumsi ini adalah bahwa
dalam model Linear Programming yang bersangkutan tidak berlaku hukum kenaikan
yang semakin menurun.

3. Aditivitas
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi
(koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari
nilai individu-individu Cj (j = 1, 2, 3, , n).

4. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan Xn, jika
diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan artinya nilai-nilai Xn tidak perlu
integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat) tetapi dapat pula berupa non integer
(misalnya ; 0,5; 12,345; dan sebagainya). Demikian pula dengan nilai Z yang
dihasilkan.

5. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua koefisien model Linear Programming
(nilai peubah pengambilan keputusan, kendala dalam teknis dan sumber daya yang
tersedia) tetap atau dapat diperkirakan secara pasti.

2.3.5. Pembuatan Model

Untuk menyelesaikan suatu masalah dapat digunakan model Linear Programming.


Adapun langkah-langkah pemodelannya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel-variabel dari persoalan, misalnya X1, X2 dan seterusnya.

2. Menentukan batasan-batasan yang harus dikenakan untuk memenuhi batasan


sistem yang dimodelkan.

Universitas Sumatera Utara


{ = } , 0, = 1,2,3, , (2 1)
=1

Keterangan:
m = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut
i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia
j = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia
Xj = kegiatan ke-j (variabel keputusan)
Ai j = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit
keluaran kegiatan j

3. Menentukan tujuan (maksimasi atau minimasi) yang harus dicapai untuk


menentukan pemecahan optimum dari semua nilai yang layak dari variabel
tersebut [12].

Z = C1X1 + C2X2 + . + CnXn (2 2)

Keterangan:
Z = nilai yang dioptimalkan
Cn = sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan n terhadap nilai Z
Xn = kegiatan ke-n (variabel keputusan)

2.3.6. Bentuk Baku Formulasi Linear Programming

Terdapat 4 buah karakter yang menjadi sifat dari Linear Programming, yaitu sebagai
berikut:
1. Semua pembatas berupa persamaan
2. Elemen ruas kanan dari persamaan adalah non-negatif
3. Semua variabel adalah non-negatif
4. Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi atau minimasi.

Universitas Sumatera Utara


Pembatas yang berbentuk pertidaksamaan dapat diubah ke bentuk persamaan
dengan menambah atau mengurangi ruas kiri dengan suatu variabel non-negatif.
Variabel baru ini disebut variabel slack, yang harus ditambahkan ke ruas kiri bila
bentuk pertidaksamaan dan dikurangi bila bentuk pertidaksamaan . Variabel slack
(Sj) mempunyai sifat menggunakan satu satuan sumber terbatas untuk setiap satuan Sj
yang terjadi, dan juga mempunyai sifat tidak mempengaruhi besaran fungsi tujuan.

A11X1 + A12X2 B1 A11X1 + A12X2 + S1 = B1


B1 0 S1 0
A21X1 + A22X2 B2 A21X1 + A22X2 + S2 = B2
B2 0 S2 0 (2 3)

Keterangan:
Bi = banyak sumber atau fasilitas yang tersedia
Sj = variabel slack

Dalam menyelesaikan persoalan Linear Programming dengan menggunakan


metode simpleks, bentuk dasar yang digunakan adalah bentuk standar. Karena itu
setiap masalah Linear Programming harus diubah ke dalam bentuk standar sebelum
diselesaikan dengan metode simpleks.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan masalah metode


simpleks adalah harus adanya variabel-variabel basis dalam fungsi pembatas untuk
memperoleh solusi awal yang feasible. Untuk fungsi-fungsi pembatas dengan tanda ,
maka variabel basis dapat diperoleh dengan menambahkan variabel slack atau
sebaliknya. Tetapi apabila fungsi pembatas mempunyai bentuk persamaan, maka tidak
selalu diperoleh variabel basis.

Untuk mendapatkan variabel basis tersebut, dapat ditambahkan dengan suatu


variabel semu, yang disebut variabel artificial. Variabel artificial adalah variabel yang
ditambahkan pada fungsi pembatas yang mempunyai hubungan persamaan untuk
memperoleh basis, atau juga dapat dinyatakan sebagai satuan variabel semu (palsu)
yang mempunyai sifat menggunakan satu satuan sumber terbatas untuk setiap satu

Universitas Sumatera Utara


satuan variabel artificial yang terjadi. Variabel artificial ini mempunyai koefisien
fungsi tujuan yang sangat besar, dimana harga ini dapat bernilai negatif atau positif,
tergantung pada sifat fungsi tujuannya, maksimasi atau minimasi.

Cn = -M ; untuk maksimasi fungsi tujuan


Cn = +M ; untuk minimasi fungsi tujuan

Keterangan:
Cn = koefisien fungsi tujuan untuk variabel artificial Xn
M = bilangan bulat positif yang sangat besar

2.4. Metode Simpleks

2.4.1. Pengantar Metode Simpleks

Pada tahun 1947, seorang ahli matematika Amerika, George Dantzig menemukan dan
mengembangkan suatu metode pemecahan model Linear Programming yang disebut
dengan metode simpleks. Metode ini merupakan teknik yang dapat memecahkan
model yang mempunyai variabel keputusan dan pembatas yang lebih besar dari dua.
Bahkan pada akhirnya secara teoritis, metode ini dapat menangani variabel keputusan
dan pembatas dengan jumlah yang tak terbatas atau tak terhingga. Algoritma simpleks
diterangkan dengan menggunakan logika aljabar matriks, sehingga operasi
perhitungan dapat lebih efisien.

Metode simpleks mempunyai prosedur yang bersifat iterasi dan bergerak


selangkah demi selangkah. Dimulai dari suatu titik ekstrim (solusi feasible dasar) di
daerah feasible menuju ke titik ekstrim yang optimal. Pada setiap perpindahan dari
satu solusi feasible dasar ke solusi feasible dasar lainnya, dilakukan sedemikian rupa
sehingga terjadi perbaikan pada nilai fungsi tujuan.

Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan


persoalan optimasi menggunakan metode simpleks, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Nilai Kanan (NK)/ Right Hand Sides (RHS) fungsi tujuan harus nol (0).
2. Nilai Kanan (NK)/ Right Hand Sides (RHS) fungsi kendala harus positif.
Apabila negatif, nilai tersebut harus dikalikan 1.
3. Fungsi kendala dengan tanda harus diubah ke bentuk = dengan
menambahkan variabel slack (surplus). Variabel slack (surplus) disebut juga
variabel dasar.
4. Fungsi kendala dengan tanda = harus ditambah artificial variabel (M).
5. Fungsi kendala dengan tanda diubah ke bentuk dengan cara
mengalikan dengan 1, lalu diubah ke bentuk persamaan dengan ditambahkan
variabel slack. Kemudian karena Nilai Kanan (NK)/ Right Hand Sides (RHS)
negatif, dikalikan lagi dengan 1 dan ditambah artificial variabel (M).

Pada dasarnya metode simpleks menggunakan dua kondisi untuk mendapatkan solusi
yang optimal yaitu:
1. Kondisi Optimalitas
Yang menyatakan bahwa solusi yang dioptimalkan adalah solusi terbaik.
2. Kondisi Feasible
Yang menyatakan bahwa yang dioptimalkan adalah solusi feasible dasar (basic
feasible solution).

2.4.2. Langkah-langkah Metode Simpleks

Langkah-langkah penyelesaian model Linear Programming dengan menggunakan


metode simpleks dapat dilihat seperti pada contoh berikut:

Fungsi Tujuan:
ZMaksimum = 3X1 + 5X2

Kendala:
1) 2X1 8
2) 3X2 15
3) 6X1 + 5X2 30

Universitas Sumatera Utara


Langkah-langkah:

1. Mengubah fungsi tujuan dan fungsi kendala menjadi fungsi implisit, artinya semua
CjXj dan AjXj digeser ke persamaan di ruas kiri (lihat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan di atas).
Fungsi tujuan
Z = 3X1 + 5X2 => Z - 3X1 - 5X2 = 0
Fungsi kendala
1) 2X1 8 => 2X1 + X3 = 8
2) 3X2 15 => 3X2 + X4 = 15
3) 6X1 + 5X2 30 => 6X1 + 5X2 + X5 = 30
(X3, X4 dan X5 adalah variabel slack)

2. Menyusun persamaan-persamaan ke dalam tabel

3. Memilih kolom kunci


Kolom kunci adalah kolom yang pada baris Z memiliki nilai negatif dengan angka
terbesar.

4. Memilih baris kunci

Baris kunci adalah baris yang mempunyai index terkecil

Universitas Sumatera Utara


5. Mengubah nilai-nilai baris kunci
=> dengan cara membaginya dengan angka kunci
Baris baru kunci = baris kunci : angka kunci
sehingga tabel menjadi seperti berikut:

6. Mengubah nilai-nilai selain baris kunci sehingga nilai-nilai kolom kunci (selain
baris kunci) = 0
Baris baru = baris lama (koef angka kolom kunci x nilai baris baru kunci)

Universitas Sumatera Utara


Masukkan nilai di atas ke dalam tabel, sehingga tabel menjadi seperti berikut:

7. Melanjutkan perbaikan-perbaikan (langkah 3 - 6) sampai baris Z tidak ada nilai


negatif.

Dari tabel, diperoleh hasil: X1 = 5/6, X2 = 5, Zmax = 27

2.5. PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM)

2.5.1. Sejarah Singkat

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba
di Propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan
pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad
mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon Koei,
sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan

Universitas Sumatera Utara


Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun
dengan sebuah Pabrik Peleburan Aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang
dihasilkannya.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan


yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk proyek ini,
pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang
menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium
Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Kedua belas
Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical company
Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co.,
Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni
Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui
Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di


Jakarta kedua belas Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama pemerintah Jepang
membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd
(NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976 PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT.


INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Nippon
Asahan Aluminium Co., Ltd, didirikan di Jakarta. PT. INALUM adalah perusahaan
yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian
Induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan
Aluminium Co., Ltd pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada
bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni
1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12%
dengan 58,88%. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah
Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/ 1976 yang melandasi
terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintah yang
bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan.

Universitas Sumatera Utara


2.5.2. Visi, Misi dan Nilai

Setiap perusahaan tentu memiliki visi, misi dan nilai yang ingin dicapai dalam usaha
untuk menjadi perusahaan yang lebih baik. Adapun PT. Indonesia Asahan Aluminium
memiliki visi, misi dan nilai sebagai berikut:

a. Visi
PT. INALUM menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat, dan
dalam 10 tahun ke depan setelah tahun 2009 akan menjadi Perusahaan yang terkenal
dalam produktifitas dan daya saing di industri aluminium dunia

b. Misi
Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan melalui bisnis yang
menguntungkan serta mampu bersaing di pasar global. Mendukung pengembangan
ekonomi regional dan nasional dan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan
masyarakat.

c. Nilai
Nilai yang ditanamkan pada diri PT. Indonesia Asahan Aluminium sebagai
sebuah perusahaan manufaktur adalah:
1. Tanggap: Kami menanggapi dengan segera terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan peningkatan produktifitas kami.
2. Integritas: Kami memperlakukan diri kami untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan seluruh urusan bisnis kami dengan integritas.
3. Tanggung jawab: Kami berusaha untuk bertanggung jawab secara terbuka dan
bersedia untuk menyelaraskan kekuatan pengambilan keputusan dengan
tanggung jawab dan semua tingkat perusahaan.
4. Kerjasama: Kerjasama yang efektif merupakan kunci keberhasilan perusahaan.
5. Kepercayaan dan Keterbukaan: Inti dari semua etika bisnis, harus ada
kepercayaan. Kami harus terbuka dalam hal berkomunikasi dengan pihak-
pihak lain, memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Komitmen
kami terhadap kepedulian lingkungan, tanggung jawab sosial, kesehatan dan
keselamatan tidak dapat ditawar.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3. Ruang Lingkup Usaha

2.5.3.1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PT. INALUM membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun
pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang
terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Stasiun
pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang
mengalirkan air danau Toba ke Selat Malaka.

Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi
permukaan air danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978.
Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada
tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto dalam acara
Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi
lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh
Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma pada tangagl 7 Juni 1983.

Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang
dihasilkan digunakan untuk Pabrik Peleburan di Kuala Tanjung.

2.5.3.2. Pabrik Peleburan Aluminium

PT. INALUM membangun Pabrik Peleburan Aluminium dan fasilitas pendukungnya


di atas area 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara,
kira-kira 110 km dari kota Medan, Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Pabrik Peleburan dengan kapasitas terpasang 225.000 ton aluminium per tahun
ini dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunan Pabrik Peleburan ini dimulai
pada tanggal 6 Juli 1979 dan tahap I operasi dimulai pada tanggal 20 Januari 1982.
Pembangunan ini diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto yang didampingi oleh 12
Menteri Kabinet Pembangunan II. Operasi pot pertama dilakukan pada tanggal 15
Pebruari 1982 dan Maret 1982, aluminium Ingot pertama berhasil dicetak.

Universitas Sumatera Utara


Pada tanggal 14 Oktober 1982, kapal Ocean Prima memuat 4.800 ton
Aluminium Ingot meninggalkan Kuala Tanjung menuju Jepang untuk mengekspor
produk PT. INALUM dan membuat Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor
aluminium di dunia. Produksi ke satu juta ton berhasil dicetak pada tanggal 8 Pebruari
1988, kedua juta ton pada 2 Juni 1993, ketiga juta ton pada 12 Desember 1997, ke
empat juta ton pada 16 Desember 2003 dan ke lima juta ton pada 11 Januari 2008.

Produk PT. INALUM menjadi komoditi ekspor ke Jepang dan juga dalam
negeri dan digunakan sebagai bahan baku industri hilir seperti ekstrusi, kabel dan
lembaran aluminium. Jenis produk yang dihasilkan PT. INALUM adalah aluminium
batang kadar 99.90% dan aluminium batang kadar 99.70%.

Pabrik Peleburan Aluminium yang bertempat di Kuala Tanjung bergerak


dalam bidang mereduksi Alumina menjadi aluminium dengan menggunakan Alumina
sebagai bahan baku, karbon, dan listrik sebagai material utama. Pabrik Peleburan ini
memiliki tiga pabrik utama, yaitu Pabrik Karbon, Pabrik Reduksi, dan Pabrik
Penuangan serta fasilitas pendukung lainnya.

a. Pabrik Karbon
Pabrik Karbon yang memproduksi blok anoda terdiri dari Pabrik Karbon
Mentah, Pabrik Pemanggangan dan Pabrik Penangkaian Anoda. Di Pabrik Karbon
Mentah, Coke dan Pitch dicampur dan dibentuk menjadi blok anoda dan dipanggang
hingga temperatur 1.250 Celcius di Pabrik Pemanggangan Anoda. Kemudian di
Pabrik Penangkaian Anoda, sebuah tangkai dipasang ke blok anoda yang sudah
dipanggang tadi dengan menggunakan Cast Iron cair. Blok anoda berfungsi sebagai
elektroda di Pabrik Reduksi.

b. Pabrik Reduksi
Pabrik Reduksi terdiri dari 3 bangunan dengan ukuran yang sama. Ada 510 pot
di gedung tersebut. Pot tersebut bertipe Prebaked Anode Furnaces (PAF) dengan
desain 175 KA, namun sudah ditingkatkan hingga 194 KA, beroperasi pada suhu 960
Celcius. Setiap pot rata-rata dapat menghasilkan aluminium sekitar 1,3 ton atau lebih
aluminium cair per hari.

Universitas Sumatera Utara


c. Pabrik Penuangan
Di Pabrik Penuangan, aluminium cair dituangkan ke dalam Holding Furnace.
Ada 10 unit Holding Furnace di pabrik ini, masing-masing berkapasitas 30 ton.
Aluminium cair ini kemudian dicetak ke dalam cetakan dengan Casting Machine.
Pabrik ini memiliki 7 unit Casting Machine dengan kapasitas 12 ton/jam untuk
masing-masing mesin dan menghasilkan 22.7 kg/ Ingot (batang).

2.5.4. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT. Indonesia Asahan Aluminium adalah aluminium
batang. Berat per batangnya adalah 22,7 kg.

PT. INALUM menghasilkan dua jenis produk, yaitu aluminium batang kadar
99.90% dan aluminium batang kadar 99.70%. Aluminium batang hasil produksi PT.
INALUM terdaftar pada London Metal Exchange (LME) tanggal 23 September 1987.

Standar mutu aluminium batang PT. INALUM mengacu pada JIS H2-102,
1968 (Reaffirmed 1974) dan Western, Aluminium Assosiation Designation and
Chemical composition Limits for Unalloyed Aluminium of Aluminium Assosiation
Inc., United State of America (USA).

2.5.5. Proses Produksi Secara Umum

PLTA Siguragura dan PLTA Tangga berada di sepanjang sungai Asahan. Tenaga
listrik yang dihasilkan oleh kedua PLTA tersebut disalurkan ke Pabrik Peleburan
Aluminium di Kuala Tanjung melalui 271 unit jaringan transmisi. Kemudian melalui
gardu induk PT. INALUM Kuala Tanjung, listrik tersebut didistribusikan ke gedung
reduksi dan gedung penunjang lainnya melalui 2 (dua) unit penyearah silikon dengan
DC 37 kA dan 800 V.

Bahan baku untuk aluminium dibongkar di pelabuhan PT. INALUM dan


dimasukkan ke dalam silo masing-masing melalui Belt Conveyor. Alumina di dalam
silo kemudian dialirkan ke Dry Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF

Universitas Sumatera Utara


dari tungku reduksi. Reacted Alumina tersebut kemudian dibawa ke Hopper Pot
dengan Anode Changing Crane (ACC) dan dimasukkan ke dalam tungku reduksi.

Coke yang ada di dalam silo dicampur dengan Butt atau puntung anoda dan
dipanaskan dulu. Kemudian material-material tersebut dicampur dengan Pitch sebagai
perekatnya. Kemudian material tersebut dicetak di Shaking Machine menjadi blok
karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di Baking Furnace. Anoda yang
sudah dipanggang kemudian dibawa ke Pabrik Penangkaian untuk diberikan tangkai,
namanya Anode Assembly.

Anode Assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi dengan kendaraan


khusus, Anode Transport Car (ATC) untuk digunakan sebagai elektroda dalam proses
elektrolisa. Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang lebih 30 hari di dalam pot,
puntung anoda tersebut diganti dengan yang baru. Puntung tersebut kemudian dipecah
di Pabrik Penangkaian untuk kemudian dipakai lagi.

Di dalam tungku reduksi, Alumina akan dielektrolisa menjadi aluminium cair.


Setiap 32 jam, setiap pot akan dihisap 1,8 sampai 2 ton aluminium. Aluminium cair
ini kemudian dibawa ke Pabrik Penuangan dengan Metal Transport Car (MTC) dan
dituangkan ke dalam Holding Furnace. Setelah mendapat proses lanjutan, aluminium
cair ini dicetak di Casting Machine menjadi Ingot, beratnya 22.7 kg per batang.
Aluminium batangan (Ingot) ini kemudian diikat dan siap untuk dipasarkan. Adapun
60% dari jumlah produk untuk diekspor dan 40% sisanya dipasarkan di dalam negeri.

2.5.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM) berbentuk garis
dan Staff berdasarkan fungsi:

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)


1. RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi. RUPS
terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


a) Rapat Tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan
Septembar setiap tahun Kalender.
b) Rapat Umum Luar Biasa diadakan setiap saat jika dianggap perlu oleh
Direksi dan/atau Pemegang Saham
2. Hak dan wewenang RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan Komisaris
dan Direksi.

b. Komisaris
1. Keanggotaan
a) Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya (dua) orang anggota, salah
seorang diantaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris.
b) Para anggota komisaris dan Presiden komisaris diangkat oleh RUPS dari
calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang saham pihak asing dan
Pemegang Saham Pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya
1 (satu) orang anggota komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh
Pemegang Saham pihak Indonesia.
c) Anggota Komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada
penutupan Rapat Umum pemegang Saham Tahunan yang kedua setelah
mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang
Saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewatu-waktu dan
mereka Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Tugas dan Wewenang Komisaris
a) Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
b) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang
dipertanyakan
c) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu
seorang atau lebih anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui
oleh lebih dari (setengah) jumlah anggota Komisaris jikalau mereka
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/ atau undang-undang
dan peraturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


c. Direksi
1. Keanggotaan
a) Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya 6 (enam) orang anggota,
diantaranya seorang ebagai Presiden Direktur
b) Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham.
c) Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan oleh para
Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangya 1
(satu) orang anggota Direksi harus dari calon yang diusulkan oleh
Pemegang Saham pihak Indonesia
d) Tidak kurang dari 2 (dua) orang anggota Direksi termasuk seorang anggota
yang dicalonkan oleh Pemegang Saham Indonesia harus berkebangsaan
Indonesia.
2. Masa Jabatan
a) Para anggota Direksi dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada
penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan kedua setelah mereka
terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham
untuk memberhentikan para anggota Direksi sewaktu-waktu dan mereka
dapat dipilih kembali oleh Rapat Umum Pemegang Saham
b) Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa jabatan
anggota Direksi tersebut akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya
masa jabatan anggota Direksi lainnya yang telah ada, kecuali Rapat Umum
Pemegang Saham menetapkan lain.
3. Tugas dan Wewenang
a) Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
b) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum
Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.
c) Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri, berhak
pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasa yang diatur
dalam surat kuasa.

Universitas Sumatera Utara


d) Direksi berhak mewakili Perseroan di dalam atau di luar pengadilan serta
melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan
maupun mengenai pemilikan serta mengikat Perseroan dengan pihak lain
dan/atau pihak lain dengan perseroan, dengan pembatasan-pembatasan
yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

d. Presiden Direktur
Presiden Direktur adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya
berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta bertugas mewakili
Perseroan.

e. Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan
tugas untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/ fungsi masing-
masing Direktur.
Ruang lingkup tugas Direktur adalah sebagai berikut:
1. Umum dan Sumber Daya Manusia
2. Perencanaan dan Keuangan
3. Bisnis
4. Produksi
5. Teknologi Peleburan
6. Koordinasi Keuangan

f. Divisi
Badan atau orang yang dibentuk dan ditugaskan untuk membantu Direktur
dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang
lingkup dan fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh General Manager
atau disebut juga Manajer Umum.

g. Departemen
Badan atau orang yang dibentuk dan ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan
dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dan ditentukan oleh Divisi masing-
masing Departemen yang dikepalai oleh Senior Manager.

Universitas Sumatera Utara


h. Seksi
Badan atau orang yang dibentuk dan ditugaskan untuk melaksanakan setiap
kebijaksanaan yang telah ditentukan dan digariskan oleh Departemen masing-masing.
Seksi yang dikepalai oleh Manager. Adapun seorang Manager mengepalai beberapa
Staff dan Foreman.

i. Auditor Internal
Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang
bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan perusahaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur.
Auditor Internal dibawah pengawasan Presiden Direktur membantu anggota
organisasi yang bertanggung jawab atas tugas yang mereka emban dengan cara
memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.

j. Wakil Manajemen untuk ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004 (MR)


Wakil Manajemen untuk Sistem Mutu (ISO 9001:2000) maupun untuk Sistem
Lingkungan (ISO 14001:2004) diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden
Direktur.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari Wakil Manajemen untuk Sistem Mutu
maupun untuk Sistem Lingkungan antara lain:
1. Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan Manajemen
mengenai implementasi sistem mutu dan sistem lingkungan Perusahaan.
2. Sebagai penghubung antara Perusahaan dengan Badan Sertifikasi Sistem Mutu
(ISO 9001:2000) dan Sistem Lingkungan (ISO 14001:2004)
3. Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan Tinjauan
Manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan,
tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan Prosedur Mutu dan
Lingkungan.
4. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dan Kualitas Lingkungan
dengan memberikan masukan-masukan kepada Presiden Direktur dan/ atau
Direktur terkait.
dan dengan adanya Wakil Manajemen Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan tersebut,
PT. INALUM telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimasi produksi telah sering dilakukan, antara lain:

Penelitian mengenai optimasi produksi cocoa butter dan cocoa powder pada
PT. Cacao Wangi Murni di Tangerang. Dan dari hasil penelitiannya diketahui bahwa
dalam kondisi actual untuk dua macam produk diproduksi pada tahun 2004. Begitu
juga pada kondisi optimal kedua macam produk juga diproduksi. Akan tetapi jumlah
produksinya berbeda, pada kondisi aktual jumlah produksi untuk cocoa butter dan
cocoa powder adalah sebesar 4954 dan 7139. Namun pada kondisi optimal jumlah
yang diproduksi untuk cocoa butter dan cocoa powder yaitu sebesar 5100 dan 6683.
Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada
kondisi optimal yaitu sebesar Rp. 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi aktual
yang hanya sebesar Rp. 77.969.106.950,-. Dari hal tersebut dilihat bahwa terjadi
peningkatan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- [4].

Penelitian mengenai optimasi perencanaan produksi agregat pada PT. Toba


Pulp Lestari, Tbk di Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera
Utara. Dan dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah produksi pulp bulan Maret
2008 sebesar 11.055 ton, persediaan akhir 6.616 ton, karyawan nonshift 322 orang,
karyawan shift masing-masing 81 orang. Dari perhitungan optimasi yang dilakukan,
diperoleh biaya produksi bulan Maret 2008 sebesar Rp. 25.652.287.641. Selain itu,
diperoleh manhours lembur pada bulan Maret 2008 adalah sama dengan nol, maka
sebaiknya perusahaan pada bulan tersebut tidak perlu memberlakukan jam kerja
lembur karena jam kerja reguler telah memadai [2].

Penelitian mengenai optimasi produksi kain tenun sutra pada CV. Batu Gede
di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Dan dari hasil penelitiannya, diketahui
bahwa penggunaan sumber daya pada CV. Batu Gede belum efisien dilihat dari
adanya perbedaan penggunaan sumber daya antara kondisi aktual dan optimal.
Sumber daya yang berstatus berlebih pada perusahaan adalah bahan baku (benang
pakan dan lungsi), dan bahan pembantu (soda As dan zat pewarna). Sedangkan
sumber daya yang berstatus aktif atau langka adalah jam kerja tenaga kerja langsung

Universitas Sumatera Utara


(TKL) produksi dan jam kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Permintaan kain
sutera dobby pada perusahaan digunakan sebagai pembatas produksi untuk memenuhi
permintaan kain sutera tenun warna yang belum terpenuhi. Keuntungan aktual
perusahaan selama periode analisis (12 bulan) adalah sebesar Rp 82.862.122,62.
Sedangkan keuntungan yang masih dapat dicapai perusahaan pada kondisi optimal
adalah sebesar Rp 85.057.260,00. Artinya, perusahaan akan memperoleh keuntungan
tambahan sebesar Rp 2.195.137,38 selama periode 12 bulan [13].

Penelitian mengenai optimasi produksi nata de coco mentah pada PD. Risna
Sari di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Dan dari hasil penelitiannya diketahui
bahwa berdasar hasil olahan Linear Programming, PD. Risna Sari belum berproduksi
pada kondisi optimalnya. Hal ini ditunjukkan dengan selisih jumlah produksi antara
kondisi aktual dengan kondisi optimal sebesar 13.549,06 kg. Produksi yang belum
mencapai optimal menyebabkan PD. Risna belum mampu meperoleh tingkat
keuntungan yang maksimum. Hasil optimasi produksi menunjukan bahwa sumber
daya yang berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka taiwan, dan gula
pasir, target produksi nata de coco bentuk kubus dan lembaran dengan nilai sebesar
nilai slack/ surplusnya, sedangkan sumber daya lain seperti jam kerja tenaga kerja
langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai [6].

Dari hasil penelitian terdahulu yang diuraikan di atas, maka dapat diketahui
bahwa metode Linear Programming merupakan alat analisis yang dapat dipergunakan
untuk memperoleh kombinasi produksi yang optimal dari permasalahan (kendala-
kendala) yang ada, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai