2.1. Optimasi Produksi PDF
2.1. Optimasi Produksi PDF
LANDASAN TEORI
Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi.
Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian
input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan
minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu
dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal.
Persoalan optimasi dibagi menjadi dua jenis yaitu tanpa kendala dan dengan
kendala. Pada optimasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala atau
keterbatasan-keterbatasan yang ada terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam
menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan-batasan terhadap
berbagai pilihan alternatif yang tersedia. Sedangkan pada optimasi dengan kendala,
faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam
menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan [7].
Fungsi tujuan dan kendala merupakan suatu fungsi garis lurus atau linier.
Salah satu metode untuk memecahkan masalah optimasi produksi yang mencakup
fungsi tujuan dan kendala adalah metode Linear Programming. Metode ini adalah
Apapun jenis model, akan memiliki sedikit nilai praktis jika tidak didukung oleh data
yang handal. Walaupun sebuah model didefenisikan dengan baik, mutu
pemecahannya akan bergantung pada seberapa baik kita dapat mengestimasi data. Jika
estimasi tersebut terdistorsi, pemecahan yang diperoleh, walaupun optimal dalam arti
matematis, pada kenyataannya dapat bermutu rendah dari sudut pandang sistem nyata.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang dikembangkan secara bertahap dan
sistematis. Tidak semua proses pengambilan keputusan dapat dikembangkan secara
sistematis dan bertahap. Bertahap dan sistematis artinya memiliki kriteria yang
sistematis melalui sistem prosedur tertentu yang jelas dan teratur. Suatu kriteria yang
baik haruslah mempunyai suatu ukuran atau nilai yang jelas, dapat dipergunakan
untuk menilai berbagai alternatif pilihan, dan dapat dengan mudah dihitung dan
dijabarkan. Selanjutnya untuk menambah pemahaman tentang model pengambilan
keputusan, akan diterangkan mengenai salah satu model matematis yang prosesnya
dikembangkan secara bertahap dan sistematis dalam proses pengambilan keputusan,
yakni Linear Programming.
Tujuan dari Linear Programming adalah suatu hasil yang mencapai tujuan
yang ditentukan (optimal) dengan cara yang paling baik diantara semua alternatif yang
mungkin dengan batasan sumber daya yang tersedia. Meskipun mengalokasikan
sumber-sumber daya kepada kegiatan-kegiatan merupakan jenis aplikasi yang paling
umum, Linear Programming mempunyai banyak aplikasi penting lainnya.
Sebenarnya, setiap masalah yang metode matematisnya sesuai dengan format umum
bagi Linear Programming merupakan masalah bagi Linear Programming. Selanjutnya
suatu prosedur penyelesaian yang sangat efisien, dinamakan metode simpleks, tersedia
untuk menyelesaiakan masalah-masalah Linear Programming.
Ada beberapa syarat agar masalah dapat disusun dan dirumuskan ke dalam model
Linear Programming [1] yaitu:
1. Penentuan Tujuan
Ada tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan disebut sebagai fungsi tujuan.
Menentukan fungsi tujuan harus jelas dan tegas. Fungsi tujuan dapat berupa dampak
positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan-kebaikan yang ingin dimaksimalkan atau
dampak negatif, kerugian, risiko, waktu, jarak dan biaya-biaya yang ingin
diminimalkan.
2. Alternatif Perbandingan
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan.
Menentukan alternatif yang ingin diperbandingkan misalnya antara kombinasi waktu
tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu terlambat dan biaya terendah, antara padat
modal dengan padat karya, antara kebijakan A dengan B, atau antara proyeksi tinggi
dengan rendah.
4. Perumusan Kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala harus dirumuskan secara kuantitatif dalam suatu
model yang disebut dengan model matematik. Model merupakan abstraksi dan
simplifikasi dari keadaan nyata yang menunjukkan berbagai hubungan fungsional
yang langsung maupun tidak langsung, interaksi dan interdependensi antara satu unsur
dengan unsur lainnya yang membentuk suatu sistem. Model yang baik harus
mencakup tiga kriteria yaitu kesesuaian, kesederhanaan, dan keserasian. Kesesuaian
yaitu model harus mampu merangkum unsur-unsur yang sangat pokok dari persoalan
yang dihadapi. Kesederhanaan yaitu model harus dibuat sesederhana mungkin sesuai
dengan kemampuan yang ada dan urgensi permasalahan. Keserasian yaitu model
harus mampu mengesampingkan hal-hal yang kurang berguna.
5. Keterkaitan Peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus memiliki
keterkaitan atau hubungan fungsional. Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan
sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi,
timbal balik atau saling menunjang.
1. Linearitas
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan
input yang lainnya atau untuk suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak
tergantung pada tingkat produksi.
3. Aditivitas
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi
(koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari
nilai individu-individu Cj (j = 1, 2, 3, , n).
4. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan Xn, jika
diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan artinya nilai-nilai Xn tidak perlu
integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat) tetapi dapat pula berupa non integer
(misalnya ; 0,5; 12,345; dan sebagainya). Demikian pula dengan nilai Z yang
dihasilkan.
5. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua koefisien model Linear Programming
(nilai peubah pengambilan keputusan, kendala dalam teknis dan sumber daya yang
tersedia) tetap atau dapat diperkirakan secara pasti.
{ = } , 0, = 1,2,3, , (2 1)
=1
Keterangan:
m = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut
i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia
j = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia
Xj = kegiatan ke-j (variabel keputusan)
Ai j = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit
keluaran kegiatan j
Keterangan:
Z = nilai yang dioptimalkan
Cn = sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan n terhadap nilai Z
Xn = kegiatan ke-n (variabel keputusan)
Terdapat 4 buah karakter yang menjadi sifat dari Linear Programming, yaitu sebagai
berikut:
1. Semua pembatas berupa persamaan
2. Elemen ruas kanan dari persamaan adalah non-negatif
3. Semua variabel adalah non-negatif
4. Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi atau minimasi.
Keterangan:
Bi = banyak sumber atau fasilitas yang tersedia
Sj = variabel slack
Keterangan:
Cn = koefisien fungsi tujuan untuk variabel artificial Xn
M = bilangan bulat positif yang sangat besar
Pada tahun 1947, seorang ahli matematika Amerika, George Dantzig menemukan dan
mengembangkan suatu metode pemecahan model Linear Programming yang disebut
dengan metode simpleks. Metode ini merupakan teknik yang dapat memecahkan
model yang mempunyai variabel keputusan dan pembatas yang lebih besar dari dua.
Bahkan pada akhirnya secara teoritis, metode ini dapat menangani variabel keputusan
dan pembatas dengan jumlah yang tak terbatas atau tak terhingga. Algoritma simpleks
diterangkan dengan menggunakan logika aljabar matriks, sehingga operasi
perhitungan dapat lebih efisien.
Pada dasarnya metode simpleks menggunakan dua kondisi untuk mendapatkan solusi
yang optimal yaitu:
1. Kondisi Optimalitas
Yang menyatakan bahwa solusi yang dioptimalkan adalah solusi terbaik.
2. Kondisi Feasible
Yang menyatakan bahwa yang dioptimalkan adalah solusi feasible dasar (basic
feasible solution).
Fungsi Tujuan:
ZMaksimum = 3X1 + 5X2
Kendala:
1) 2X1 8
2) 3X2 15
3) 6X1 + 5X2 30
1. Mengubah fungsi tujuan dan fungsi kendala menjadi fungsi implisit, artinya semua
CjXj dan AjXj digeser ke persamaan di ruas kiri (lihat beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan di atas).
Fungsi tujuan
Z = 3X1 + 5X2 => Z - 3X1 - 5X2 = 0
Fungsi kendala
1) 2X1 8 => 2X1 + X3 = 8
2) 3X2 15 => 3X2 + X4 = 15
3) 6X1 + 5X2 30 => 6X1 + 5X2 + X5 = 30
(X3, X4 dan X5 adalah variabel slack)
6. Mengubah nilai-nilai selain baris kunci sehingga nilai-nilai kolom kunci (selain
baris kunci) = 0
Baris baru = baris lama (koef angka kolom kunci x nilai baris baru kunci)
Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba
di Propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan
pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad
mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon Koei,
sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan
Setiap perusahaan tentu memiliki visi, misi dan nilai yang ingin dicapai dalam usaha
untuk menjadi perusahaan yang lebih baik. Adapun PT. Indonesia Asahan Aluminium
memiliki visi, misi dan nilai sebagai berikut:
a. Visi
PT. INALUM menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat, dan
dalam 10 tahun ke depan setelah tahun 2009 akan menjadi Perusahaan yang terkenal
dalam produktifitas dan daya saing di industri aluminium dunia
b. Misi
Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan melalui bisnis yang
menguntungkan serta mampu bersaing di pasar global. Mendukung pengembangan
ekonomi regional dan nasional dan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan
masyarakat.
c. Nilai
Nilai yang ditanamkan pada diri PT. Indonesia Asahan Aluminium sebagai
sebuah perusahaan manufaktur adalah:
1. Tanggap: Kami menanggapi dengan segera terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan peningkatan produktifitas kami.
2. Integritas: Kami memperlakukan diri kami untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan seluruh urusan bisnis kami dengan integritas.
3. Tanggung jawab: Kami berusaha untuk bertanggung jawab secara terbuka dan
bersedia untuk menyelaraskan kekuatan pengambilan keputusan dengan
tanggung jawab dan semua tingkat perusahaan.
4. Kerjasama: Kerjasama yang efektif merupakan kunci keberhasilan perusahaan.
5. Kepercayaan dan Keterbukaan: Inti dari semua etika bisnis, harus ada
kepercayaan. Kami harus terbuka dalam hal berkomunikasi dengan pihak-
pihak lain, memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Komitmen
kami terhadap kepedulian lingkungan, tanggung jawab sosial, kesehatan dan
keselamatan tidak dapat ditawar.
PT. INALUM membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun
pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang
terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Stasiun
pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang
mengalirkan air danau Toba ke Selat Malaka.
Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi
permukaan air danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978.
Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada
tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto dalam acara
Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi
lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh
Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma pada tangagl 7 Juni 1983.
Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang
dihasilkan digunakan untuk Pabrik Peleburan di Kuala Tanjung.
Pabrik Peleburan dengan kapasitas terpasang 225.000 ton aluminium per tahun
ini dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunan Pabrik Peleburan ini dimulai
pada tanggal 6 Juli 1979 dan tahap I operasi dimulai pada tanggal 20 Januari 1982.
Pembangunan ini diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto yang didampingi oleh 12
Menteri Kabinet Pembangunan II. Operasi pot pertama dilakukan pada tanggal 15
Pebruari 1982 dan Maret 1982, aluminium Ingot pertama berhasil dicetak.
Produk PT. INALUM menjadi komoditi ekspor ke Jepang dan juga dalam
negeri dan digunakan sebagai bahan baku industri hilir seperti ekstrusi, kabel dan
lembaran aluminium. Jenis produk yang dihasilkan PT. INALUM adalah aluminium
batang kadar 99.90% dan aluminium batang kadar 99.70%.
a. Pabrik Karbon
Pabrik Karbon yang memproduksi blok anoda terdiri dari Pabrik Karbon
Mentah, Pabrik Pemanggangan dan Pabrik Penangkaian Anoda. Di Pabrik Karbon
Mentah, Coke dan Pitch dicampur dan dibentuk menjadi blok anoda dan dipanggang
hingga temperatur 1.250 Celcius di Pabrik Pemanggangan Anoda. Kemudian di
Pabrik Penangkaian Anoda, sebuah tangkai dipasang ke blok anoda yang sudah
dipanggang tadi dengan menggunakan Cast Iron cair. Blok anoda berfungsi sebagai
elektroda di Pabrik Reduksi.
b. Pabrik Reduksi
Pabrik Reduksi terdiri dari 3 bangunan dengan ukuran yang sama. Ada 510 pot
di gedung tersebut. Pot tersebut bertipe Prebaked Anode Furnaces (PAF) dengan
desain 175 KA, namun sudah ditingkatkan hingga 194 KA, beroperasi pada suhu 960
Celcius. Setiap pot rata-rata dapat menghasilkan aluminium sekitar 1,3 ton atau lebih
aluminium cair per hari.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Indonesia Asahan Aluminium adalah aluminium
batang. Berat per batangnya adalah 22,7 kg.
PT. INALUM menghasilkan dua jenis produk, yaitu aluminium batang kadar
99.90% dan aluminium batang kadar 99.70%. Aluminium batang hasil produksi PT.
INALUM terdaftar pada London Metal Exchange (LME) tanggal 23 September 1987.
Standar mutu aluminium batang PT. INALUM mengacu pada JIS H2-102,
1968 (Reaffirmed 1974) dan Western, Aluminium Assosiation Designation and
Chemical composition Limits for Unalloyed Aluminium of Aluminium Assosiation
Inc., United State of America (USA).
PLTA Siguragura dan PLTA Tangga berada di sepanjang sungai Asahan. Tenaga
listrik yang dihasilkan oleh kedua PLTA tersebut disalurkan ke Pabrik Peleburan
Aluminium di Kuala Tanjung melalui 271 unit jaringan transmisi. Kemudian melalui
gardu induk PT. INALUM Kuala Tanjung, listrik tersebut didistribusikan ke gedung
reduksi dan gedung penunjang lainnya melalui 2 (dua) unit penyearah silikon dengan
DC 37 kA dan 800 V.
Coke yang ada di dalam silo dicampur dengan Butt atau puntung anoda dan
dipanaskan dulu. Kemudian material-material tersebut dicampur dengan Pitch sebagai
perekatnya. Kemudian material tersebut dicetak di Shaking Machine menjadi blok
karbon mentah. Blok tersebut kemudian dipanggang di Baking Furnace. Anoda yang
sudah dipanggang kemudian dibawa ke Pabrik Penangkaian untuk diberikan tangkai,
namanya Anode Assembly.
Struktur organisasi PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM) berbentuk garis
dan Staff berdasarkan fungsi:
b. Komisaris
1. Keanggotaan
a) Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya (dua) orang anggota, salah
seorang diantaranya bertindak sebagai Presiden Komisaris.
b) Para anggota komisaris dan Presiden komisaris diangkat oleh RUPS dari
calon-calon yang diusulkan oleh para pemegang saham pihak asing dan
Pemegang Saham Pihak Indonesia sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh masing-masing pihak dengan ketentuan sekurang-kurangnya
1 (satu) orang anggota komisaris harus dari calon yang diusulkan oleh
Pemegang Saham pihak Indonesia.
c) Anggota Komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir pada
penutupan Rapat Umum pemegang Saham Tahunan yang kedua setelah
mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang
Saham untuk memberhentikan para anggota Komisaris sewatu-waktu dan
mereka Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Tugas dan Wewenang Komisaris
a) Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
b) Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang
dipertanyakan
c) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara waktu
seorang atau lebih anggota Direksi berdasarkan keputusan yang disetujui
oleh lebih dari (setengah) jumlah anggota Komisaris jikalau mereka
bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/ atau undang-undang
dan peraturan yang berlaku.
d. Presiden Direktur
Presiden Direktur adalah salah seorang Direksi yang oleh karena jabatannya
berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta bertugas mewakili
Perseroan.
e. Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya melaksanakan
tugas untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas/ fungsi masing-
masing Direktur.
Ruang lingkup tugas Direktur adalah sebagai berikut:
1. Umum dan Sumber Daya Manusia
2. Perencanaan dan Keuangan
3. Bisnis
4. Produksi
5. Teknologi Peleburan
6. Koordinasi Keuangan
f. Divisi
Badan atau orang yang dibentuk dan ditugaskan untuk membantu Direktur
dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan berdasarkan ruang
lingkup dan fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai oleh General Manager
atau disebut juga Manajer Umum.
g. Departemen
Badan atau orang yang dibentuk dan ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan
dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dan ditentukan oleh Divisi masing-
masing Departemen yang dikepalai oleh Senior Manager.
i. Auditor Internal
Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang
bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan perusahaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur.
Auditor Internal dibawah pengawasan Presiden Direktur membantu anggota
organisasi yang bertanggung jawab atas tugas yang mereka emban dengan cara
memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.
Penelitian mengenai optimasi produksi cocoa butter dan cocoa powder pada
PT. Cacao Wangi Murni di Tangerang. Dan dari hasil penelitiannya diketahui bahwa
dalam kondisi actual untuk dua macam produk diproduksi pada tahun 2004. Begitu
juga pada kondisi optimal kedua macam produk juga diproduksi. Akan tetapi jumlah
produksinya berbeda, pada kondisi aktual jumlah produksi untuk cocoa butter dan
cocoa powder adalah sebesar 4954 dan 7139. Namun pada kondisi optimal jumlah
yang diproduksi untuk cocoa butter dan cocoa powder yaitu sebesar 5100 dan 6683.
Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada
kondisi optimal yaitu sebesar Rp. 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi aktual
yang hanya sebesar Rp. 77.969.106.950,-. Dari hal tersebut dilihat bahwa terjadi
peningkatan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- [4].
Penelitian mengenai optimasi produksi kain tenun sutra pada CV. Batu Gede
di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Dan dari hasil penelitiannya, diketahui
bahwa penggunaan sumber daya pada CV. Batu Gede belum efisien dilihat dari
adanya perbedaan penggunaan sumber daya antara kondisi aktual dan optimal.
Sumber daya yang berstatus berlebih pada perusahaan adalah bahan baku (benang
pakan dan lungsi), dan bahan pembantu (soda As dan zat pewarna). Sedangkan
sumber daya yang berstatus aktif atau langka adalah jam kerja tenaga kerja langsung
Penelitian mengenai optimasi produksi nata de coco mentah pada PD. Risna
Sari di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Dan dari hasil penelitiannya diketahui
bahwa berdasar hasil olahan Linear Programming, PD. Risna Sari belum berproduksi
pada kondisi optimalnya. Hal ini ditunjukkan dengan selisih jumlah produksi antara
kondisi aktual dengan kondisi optimal sebesar 13.549,06 kg. Produksi yang belum
mencapai optimal menyebabkan PD. Risna belum mampu meperoleh tingkat
keuntungan yang maksimum. Hasil optimasi produksi menunjukan bahwa sumber
daya yang berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka taiwan, dan gula
pasir, target produksi nata de coco bentuk kubus dan lembaran dengan nilai sebesar
nilai slack/ surplusnya, sedangkan sumber daya lain seperti jam kerja tenaga kerja
langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai [6].
Dari hasil penelitian terdahulu yang diuraikan di atas, maka dapat diketahui
bahwa metode Linear Programming merupakan alat analisis yang dapat dipergunakan
untuk memperoleh kombinasi produksi yang optimal dari permasalahan (kendala-
kendala) yang ada, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.