Makalah Kimia Dasar
Makalah Kimia Dasar
I. PENDAHULUAN
Limbah tidak hanya diproduksi oleh pabrik atau industri, tetapi masyarakat juga
merupakan penghasil limbah yang jumlahnya secara umum jauh lebih besar dari pada
jumlah limbah industri. Dengan demikian semakin banyaklah masalah pencemaran yang
sulit ditanggulangi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah limbah yang dibuang bebas ke
alam lingkungan kita. Sebagai contoh, limbah cair yang dibuang dan masuk ke badan air
tanpa pengolahan yang sesuai dengan standar yang berlaku.
Sayangnya hal ini tidak diikuti dengan ketentuan dan penegakkan hukum yang tegas. Di
lain pihak pemerintah belum cukup menyediakan fasilitas dan sarana pengolahan limbah
yang memadai. Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah
pencemaran limbah, pemerintah dan masyarakat harus bersama berpartisipasi aktif dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia (human resource quality), khususnya bagi
mereka yang terlibat dalam program-program penanggulangan pencemaran limbah.
Secara umum, limbah cair dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair
domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah limbah cair yang berasal dari
perumahan, gedung/tempat usaha/pertokoan, dan perkantoran. Sementara itu, limbah cair
industri adalah limbah cair yang berasal dari industri/pabrik. Selama bertahun-tahun,
berbagai metode pengolahan air limbah telah banyak dikembangkan.
Pada kebanyakan situasi, umumnya menggunakan kombinasi atau urutan dari beberapa
metode yang telah dikembangkan sebelumnya. Digunakannya suatu urutan metode tertentu
sangat tergantung pada kualitas air baku serta kualitas air olahan yang diinginkan. Pada
prinsipnya metode proses pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi 3 jenis proses,
yaitu proses fisika, proses kimia, dan proses biologi. Walaupun seringkali dalam suatu
pengolahan ketiga proses ini dikombinasikan, namun umumnya dapat juga proses-proses
ini dianggap terpisah.
2.1. Koagolasi
2.2. Koagulan
Pemilihan zat koagulan harus berdasarkan pertimbangan, antara lain jumlah dan kualitas air
yang akan diolah, kekeruhan air baku, metode filtrasi serta sistem pembuangan lumpur
endapan. Koagulan yang sering dipakai antara lain Aluminium Sulfat (alum), Ferry Chloride
dan Poly Aluminium Chloride (PAC). Di samping itu ada senyawa polimer tertentu yang
dapat dipakai bersama-sama dengan senyawa koagulan lainnya.
Aluminium sulfat atau alum, diproduksi dalam bentuk padatan atau dalam
bentuk cair. Alum ini banyak dipakai karena harganya relatip murah dan efektif untuk
air baku dengan kekeruhan yang tinggi serta sangat baik untuk dipakai bersama-
sama dengan zat koagulan pembantu. Dibandingkan dengan koagulan dari garam
besi, alum tidak menimbulkan pengotoran yang serius pada dinding bak. Salah satu
kekurangannya yakni flok yang terjadi lebih ringan dari pada flok yang dihasilkan
koagulan garam besi dan selang pH operasi lebih sempit yakni 5,5 - 8,5. Alum padat
mempunyai berat jenis sekitar 1,62 dan dalam bentuk butiran kasar mempunyai berat
jenis semu (apparent density) + 0,5. Sedangkan untuk butiran halus mempunyai
berat jenis semu 0,6 - 0,7. Alum padat umumnya dipakai dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi 5 - 10 % untuk skala kecil dan untuk skala besar 20 30 %.
Akhir-akhir ini alum cair banyak digunakan karena cara pengerjaannya
maupun transportasinya mudah. Tetapi pada suhu yang rendah dan konsentrasi yang
tinggi akan terjadi pengkristalan Al2O3 yang menyebabkan penyumbatan pada
perpipaan. Oleh karena itu, untuk pemakaian alum cair, konsentrasi Al2O3 harus
diatur pada konsentrasi tertentu, biasanya sekitar 8 - 8,2 %.
e. Chlorinated Copperas
Cara ini merupakan metode lain dari penggunaan ferro sulfat sebagai
koagulan. Dalam proses ini khlorine ditambahkan untuk mengoksidasi ferro sulfat
menjadi ferri sulfat. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Keuntungan dari koagulan garam ferric antara lain, yakni proses koagulasi
dapat dilakukan pada selang pH yang lebih besar, biasanya antara pH 4 - 9. Flok
yang terjadi lebih berat sehingga cepat mengendap, serta efektif untuk
menghilangkan warna, bau dan rasa.
Pada saat kekeruhan air baku tinggi, misalnya setelah hujan, pada saat musim dingin
ataupun pada saat permintaan produksi meningkat, maka jika memakai zat koagulan saja
sering kali pembentukan flok kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
memakai koagulan pembantu sehingga pembentukan flok berjalan dengan lebih baik.
Pemilihan jenis zat koagulan pembantu harus dapat menghasilkan flok yang baik /
stabil dan tidak berbahaya ditinjau dari segi kesehatan. Disamping itu juga harus ekonomis
serta pengerjaannya mudah. Sebagai bahan koagulan pembantu yang sering dipakai, yakni
silika aktif (activated silic acid) dan sodium alginat (sodium alginic acid). Pada keadaan
biasa/normal dosis silika aktif yakni 1 - 5 ppm sebagai SiO2 dan untuk sodium alginat yakni
antara 0,2 - 2 ppm.
Partikel-partikel pengotor dalam air baku yang mempunyai ukuran dengan diameter
10-2 mm dapat dipisahkan dengan cara pengendapan biasa tanpa bahan kimia. Tetapi untuk
partikel yang sangat halus dengan ukuran lebih kecil 10-2 mm dan juga partikel-partikel
koloid sulit untuk dipisahkan dengan pengendapan tanpa bahan kimia serta masih tetap lolos
jika disaring dengan saringan pasir cepat.
Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air dengan saringan pasir cepat, proses
koagulasi sangat penting agar partikel koloid yang sulit mengendap tadi dapat digumpalkan
sehingga membentuk grup partikel yang lebih besar dan berat yang dengan cepat dapat
diendapkan atau disaring. Untuk itu perlu bak koagulasi untuk mendapatkan proses
koagulasi yang efektif.
Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap. Pertama yaitu koagulasi partikel-partikel
kotoran menjadi flok-flok yang masih halus/kecil dengan cara pengadukan cepat segera
setelah koagulan dibubuhkan. Tahap ini disebut dengan pencampuran cepat dan prosesnya
dilakukan pada bak pencampur cepat (mixing basin). Tahap selanjutnya adalah proses
pertumbuhan flok agar menjadi besar dan stabil, yaitu dengan cara pengadukan lambat pada
bak flokulator. Proses tersebut dinamakan flokulasi. Dengan demikian untuk proses
koagulasi-flokulasi diperlukan dua buah bak yakni untuk bak pencampur cepat dan bak
flokulator.
3.2. Bak Pencampur Cepat
Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat pengaduk cepat agar bahan
kimia (koagulan) yang dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara cepat dan
merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar, maka diperlukan
pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida yang merata dan secepat mungkin
sehingga dapat bereaksi dengan partikel-partikel kotoran membentuk flok yang lebih besar
dan stabil. Untuk itu diperlukan pengadukan yang cepat. Ada dua cara pengadukan yang
dapat dipakai, yaitu pengadukan dengan
energi yang ada dalam air itu sendiri dan pengadukan dengan energi yang didapat dari luar.
A. Pengadukan Berdasarkan Energi Dari Air Itu Sendiri
Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam dengan sekat horizontal
maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga dengan membuat aliran turbulen
dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5 m/detik. Selain cara
tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall flume ataupun dengan cara
menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle).
4. KESIMPULAN
Salah satu proses kimia yang dapat diterapkan untuk mengolah limbah cair adalah
koagolasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel. Pada proses koagulasi
(destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang mampu merubah muatan partikel, perubahan
muatan partikel dapat dilakukan dengan berbagai bahan kimia tetapi bahan kimia yang
bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali lebih efektif dibanding dengan bervalensi 2 (divalent).
Bahan kimia yang sering dipergunakan dalam proses koagolasi adalah Aluminium Sulfat
(alum), Ferry Chloride dan Poly Aluminium Chloride (PAC).
5. DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Ir. Nugroho M.Sc.. 2012. Teknologi Pengolahan Limbah Cair dengan Proses
Kimia. [ONLINE] Available at:
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/012kimia.pdf. [Accessed 7
December 2016].
Proses Koagulasi Flokulasi Pada Pengolahan Tersier Limbah Cair PT. Capsugel
Indonesia.. 2016. Proses Koagulasi Flokulasi Pada Pengolahan Tersier Limbah Cair PT.
Capsugel Indonesia.. [ONLINE] Available at:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/32848. [Accessed 7 December 2016].