Oleh:
Kelompok 6
Farmasi 4A
Aryana Naufal (31113006)
Ms Rochmatin Sholihati (31113031)
Siti Nuraeni (31113048)
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Kelebihan Cu2+ dapat dititrasi secara iodometri.
V. Persamaan Reaksi :
1. Karbohidrat (selulosa) Hidrolisis Glukosa + Fruktosa
2. Glukosa Cu+
+ -
3. 2Cu + 2I 2Cu+ + I2
2+
4. I2 + 2S2O3 Cu 2I- + S4O62+
VI. Dasar Teori
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat
melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan
bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana,
heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,
k, selulosa, dan lignin. Karbohidrat yang terdapat dalam hasil ternak terutama terdiri
1. Monosakarida
Monosakarida mengandung satu gugus aldehida disebut aldosa,
2. Oligosakarida
bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut
disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa
atau gula tebu). Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari
3. Polisakarida
dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim
farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan
itu ialah: Sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet,
Sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor
sederhana dan karbohidrat kompleks. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul
yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warna melalui reaksi
browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah
rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan,
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal
ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang
Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa,
senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil
mereduksinya.
Metode Luff Schoorl adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji
adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff Schoorl adalah CuO.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff schoorl pada sampel, kemudian
dipanaskan. Reaksi positif pada uji luff schoorl ditandai dengan adanya endapan
merah.
Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu 2O. Cu2O ini kemudian
membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat praktis uji luff schoorl adalah
mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa (contohnya sukrosa), yang memiliki
gugus aldehid. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu
analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I 2 yang bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan
I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan
membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika
dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum harus
v.
x.
y.
z.
k.
ak.
(7)coL
O
32.qTN
Data Pengamatan
w.
2. Titrasi Blanko
3. Titrasi Sampel
aw.
1)
av.
ax. Perhitungan
ay.
C
,rgFH
2
uhP5%
2
pelditsbnyk10K
1. Pembakuan Na2S2O3 0,1 N
3
ac. 25
ae. 25
ag. 25
ai. Rata-rata
Sam
l. K2Cr2O7 (mg)
n. 50
p. 50
r. 50
t. Rata-rata
N Na2S2O3
Na 2 S2 O3= V I
V Na S O V
Na 2 S2 O3= mgrek
V Na S O V
2 2 3
2
NI
=
2
am.
m. V Na2S2O3(ml)
mg K 2Cr 2O 7
50 mg
49,03 x 10 ml
= 0,101 N
o. 9,9 ml
q. 10,1 ml
s. 10 ml
u. 10 ml
BE K 2 Cr 2 O 7 x V Na 2 S 2 O 3
V Na2S2O3 (ml)
ao. 13,2
aq. 13,2
as. 13,3
au. 13,23
X.
bi.
bj.
bk.
ytb
az.
ba.
bb.
andirefluks(poh)g10m
( 10,310 ) 0,1=mgrek
0,03=mgrek
2) mgrek Cu2+
3) mgrek Cu2+
be. 0,06
bf.
bg.
Cu 2+
V
4) Kadar gukosa:
bh. % Kadar
Pembahasan
bl.
= 2x 1,03
bc.
bd.
=
Cu
= 0,06
2+
= Cu X N
V
V
2+
Cu 2+ X 0,1
= 0,6 ml
bobot analit
bobot sampel
0,6 ml
100 ml
= 0,6 %
x 100%
x 100%
glukosa dari suatu sampel (teh dalam kemasan botol less sugar) dengan metode luff
school. Prinsip dari metode luff schoorl adalah hidrolisis karbohidrat dalam sampel teh
Cu2 kemudian dititrasi secara iodometri. Pada praktikum kali ini, kelompok praktikan
mendapatkan metode luff schoorl, sehingga praktikan memilih sampel teh dalam
kemasan botol less sugar. Alasan pemilihan sampel ini karena pada metode luff schoorl
ini digunakan untuk menetapkan kadar karbohidrat dengan bobot molekul kecil.
bm. Karbohidrat yang terkandung dalam sampel yaitu sukrosa. Sukrosa
merupakan golongan disakarida sehingga perlu di hidrolisis terlebih dahulu agar dapat
memecahkan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Pada proses preparasi sampel,
pengklarifikasi yang berguna untuk mengendapkan koloid, asam organik, asam amino,
lain yang bukan karbohidrat tidak ikut bereaksi sehingga hasil yang diperoleh lebih
Asetat 5 %.
bo. Perlakuan selanjutnya yaitu sampel ditambahkan HCl sampai pH 2.
Penambahan HCl bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa yang terdapat dalam sampel
dilakukan karena polimer karbohidrat seperti sukrosa sulit untuk bereaksi sehingga
perlu di hidrolisis untuk memutuskan ikatan peptida antara glukosa dengan fruktosa.
Pemilihan HCl pada saat hidrolisis karena hidrolisis yang digunakan hanya hidrolisis
selama 1 jam karena agar jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam
untuk menetralkan suasana larutan hingga ber-pH 7. Setelah larutan netral, kemudian
ditambahkan CH3COOH. Fungsi penambahan asam asetat ini agar larutan dalam
larutan harus diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam)
akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi
akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada pH tinggi akan terjadi
resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisis).
bv.
bw. I2 + H2O HOI + I + H+
bx.
4HOI + S2O32- + H2O 2SO42- + 4I + 6H+
by.
bz. Sampel yang sudah dihidrolisis kemudian dipipet 10 ml dan dimasukan
kedalam labu erlenmeyer 500 ml. Dalam labu erlenmeyer sebanyak 25 ml reagen luff
schoorl serta ditambahkan beberapa batu didih dan 15 ml aquadest. Reagen luff
schoorl ini terdiri campuran CuSO4, asam sitrat dan Na2CO3. CuSO4 akan diaktifasi
oleh asam sitrat menjadi bentuk Cu3+ lalu akan bereaksi dengan Na2CO3 menjadi CuO,
dimana CuO ini merupakan oksidator yang akan mengoksidasi glukosa. Fungsi dari
terjadinya bumping atau letupan pada saat memanaskan larutan tersebut. Selanjutnya
dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi reduksi dari monosakariada pada
gula terhadap CuO menjadi Cu2O. Larutan luff schoorl akan bereaksi dengan sampel
kedalam campuran larutan tersebut. Pada saat penambahan KI dan H2SO4 ini akan
menimbulkan reaksi antara CuO menjadi CuSO4 dengan H2SO4. Selain itu juga
penambahan H2SO4 bertujuan untuk mengasamkan larutan karena pada suasana basa,
natrium tiosulfat sebagai larutan standar akan tereduksi secara parsial menjadi sulfat.
Kemudian CuSO4 tersebut akan bereaksi dengan KI. Dimana CuSO 4 yang bersifat
oksidator akan mengoksidasi KI menjadi I2. Reaksi tersebut ditandai dengan
potensial oksidasi-reduksinya sangat besar sehingga Cu2+ tidak akan tereduksi oleh
adanya Na2S2O3. Sehingga perlu ditambahkan KI yang akan membentuk I2 yang akan
hingga terbentuk warna kuning jerami. Warna kuning jerami ini merupakan tanda
bahwa larutan yang di titrasi sudah mendekati titik ekivalen, sehingga bisa
tititrasi karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka amilum dapat membungkus
iod dan mengakibatkan warna titik akhir menjadi tidak terlihat tajam. Setelah
penambahan indikator amilum warna larutan menjadi warna biru, karena terbentuk
kompleks antara amilum dengan I2. Selanjutnya titrasi dilanjutkan kembali. Titik akhir
titrasi dihentikan jika warna biru berubah menjadi putih susu. Warna biru menghilang
karena kompleks Iod-amilum yang terbentuk akan tereduksi kembali menjadi I-,
dimana I- tidak memberikan warna. Volume natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi (perubahan warna) yaitu 13,2 ml; 13,2 ml; dan 13,3 ml
dengan rata-rata 13,23 ml. Berikut merupakan tahapan reaksi yang terjadi selama
sampel teh dalam kemasan botol less sugar mengandung gula sebesar 0,6 %.
cm.
XI. Kesimpulan
cn. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kadar gula dalam sampel (teh dalam kemasan botol less sugar) adalah 0,6 %.
cp. Apriyantono, Anton., dkk. 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan
cu.
cv.